Anda di halaman 1dari 3

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dewan hakim yang Arif dan Bijaksana


Hadirin wal hadirat calon penghuni syurga. Siapapun Anda, dari manapun asalnya, apa sukunya, saat ini
kita semua dapat berkumpul di arena ini, berbaur menjalin ikatan silaturrahmi antar satu dengan lainnya.

Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Hal ini dapat dilihat dari kondisi
sosio-kultural maupun geografis yang beragam dan luas. Populasi penduduknya lebih dari 200 juta jiwa,
terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu mereka juga
menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu, serta
berbagai aliran kepercayaan lainnya.

Hadirin yang dirahmati Allah


Persatuan dan persaudaraan merupakan tiang penyangga daya suatu negara. Kemajuan dan kemunduran
suatu negara ditentukan oleh persatuan dan kesatuan bangsanya. Bapak Ir. Soekarno, presiden pertama
Republik Indonesia mengatakan : “The prosperous nation, is the united nation, and the shattered nation, is
the hestile nation”. Bangsa yang makmur adalah bangsa yang bersatu, bangsa yang hancur adalah bangsa
yang berseteru. Ungkapan tersebut menggambarkan kepada kita betapa pentingnya menjaga persatuan
dan persaudaraan antar sesama bangsa Indonesia. Kita patut berbangga bahwa negara kita ini adalah
negara yang kaya raya dengan beragam agama, suku, bahasa dan budaya. Namun yang perlu kita ingat
wahai para hadirin, hendaknya perbedaan, kemajemukan dan keragaman tersebut membuat kita lebih kuat
dan lebih hebat. Hindari rasisme dan diskriminisme karena paham tersebut merupakan paham yang sangat
paradoks dengan kemajemukan. Penghargaan dalam Islam tidak berdasarkan ras, suku, keturunan dan
prestise, tetapi penghargaan dalam Islam berdasarkan amal dan prestasi.
Lalu bagaimana pandangan Islam dalam menyikapi kehidupan yang beragam ini? Sebagai jawabannya,
termotivasilah hati kami untuk menyampaikan syarahan yang berjudul “Merawat Keberagaman dan
Kesatuan NKRI”, yang akan kami uraikan dengan berlandaskan surah Al-Hujurat ayat 13 sebagai berikut :

ُ ‫اس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِمنْ َذ َك ٍر َوأُ ْنثَي َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬


َ‫ش ُع ْوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع ا َرفُ ْوا إِنَّ أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َدهللاِ أَ ْتقَ ا ُك ْم إِنَّ هللا‬ ُ َّ‫يَاأَ ُّي َها الن‬
‫َعلِ ْي ٌم َخبِ ْي ٌر‬
Artinya : “Wahai Manusia, Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sungguh, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh,
Allah Maha mengetahui, Maha teliti.”

Dewan hakim dan hadirin yang kami hormati


Ayat tadi, dari segi ilmu balaghah merupakan kalam khabar yang mengandung misi informasi. Sedangkan
secara historis sosiologis menurut Ibnu Asy-Syakir dalam kitabul Mubhamat yang bersumber dari Abu
Bakar bin Abu Dawud, ayat tersebut diturunkan sebagai teguran kepada Bani Baydhah yang menolak
dinikahkan oleh Rasulullah SAW kepada budak mereka yang bernama Abi Hindin. Pada saat itu, datanglah
Jibril menyampaikan wahyu surah Al-Hujurat ayat 13 tadi, bahwa Allah SWT menciptakan manusia dari
jenis laki-laki dan perempuan, bercorak suku dan berlainan bangsa. Semua memiliki harkat, derajat dan
martabat yang sama di hadapan Allah SWT fungsinya :

ُ‫ارفُ َوالتَّأَلَّف‬
َ ‫ص َل بَ ْينَ ُك ُم التَّ َع‬ ْ َ‫ارفُوا أ‬
ِ ‫ي ِليَ ْح‬ َ ‫ِلتَ َع‬
Agar kamu saling mengenal, menjalin komunikasi yang harmoni, menebarkan cinta kasih yang tiada pilih
kasih, serta menyamakan rasa sayang yang tiada pandang sayang. Demikian penjelasan Ali Ash-Shabuni
dalam Shafwatut tafasirnya.
Dengan kata lain, ayat ini merupakan landasan theologis, yang sangat strategis membangun ukhuwah
wathaniyah sebagai pilar persatuan dan kesatuan di negeri tercinta ini. Langkah awalnya, kita harus saling
mengenal, bukan saling menutup diri, melecehkan, menghina, membanggakan kelompok, suku bangsa,
adat istiadat, maupun daerahnya masing-masing. Sebab itu semua wahai para hadirin, merupakan virus-
virus persatuan, penghambat persatuan, bahkan penghancur persatuan bangsa, betul...?
Saudara-saudara, apakah rela bangsa yang besar, yang dibangun dengan susah payah oleh para
pendahulu kita, dengan genangan air mata, cucuran keringat, dan kocoran darah para syuhada ini harus
hancur hanya gara-gara kepentingan kelompok, suku dan golongan? Tentu tidak! Ingat, Rasulullah SAW
bersabda :

َ ‫س ِمنَّا َمنْ َماتَ َعلَي َع‬


‫صبِيَّتِه‬ َ ‫َصبِيَّتِ ِه َولَ ْي‬
َ ‫س ِمنَّا َمنْ َدعَا َعلَي ع‬
َ ‫لَ ْي‬
“Bukan golongan kita orang yang membangga-banggakan kesukuan, dan bukan golongan kita orang yang
mati karena membela, mempertahankan dan memperjuangkan kesukuan.”
Oleh karena itu saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, kami menghimbau untuk memperkokoh
persatuan di antara kita, kita bina kebersamaan dan kita junjung tinngi semangat Bhineka Tunggal Ika,
setuju...?
Allah SWT mengisyaratkan kepada saya, saudara, dan kita semua untuk memperkokoh persatuan dan
kesatuan, serta melarang bercerai berai. Sebagaimana yang tertuang dalam firman-Nya, surah Ali Imran
ayat 103 yang berbunyi :

ْ َ ‫َص ُم ْوا بِ َح ْب ِل هللاِ َج ِم ْي ًعا َواَل تَفَ َّرقُ ْوا َو ْاذ ُك ُروا نِ ْع َمةَ هللاِ َعلَ ْي ُك ْم إِ ْذ ُك ْنتُ ْم أَ ْعدَا ًء فَ أَلَّفَ بَيْنَ قُلُ ْوبِ ُك ْم فَأ‬
‫ص بَ ْحتُ ْم‬ ِ ‫َوا ْعت‬
َ‫شفَا ُح ْف َر ٍة ِمنَ النَّا ِر فَأ َ ْنقَ َذ ُك ْم ِم ْن َها َك َذالِ َك يُبَيِّنُ هللاُ لَ ُك ْم َءايَاتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَد ُْون‬
َ ‫بِنِ ْع َم ِة إِ ْح َوانًا َو ُك ْنتُ ْم َعلَي‬
Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa jahiliyah bermusuhan, maka
Allah mempersatukan hatimu. Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara;
sedangkan ketika itu kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Hadirin yang dimuliakan Allah


Menurut Al-Faryabi dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas, asbabun nuzul ayat ini adalah
berkenaan dengan pertentangan antara kaum Aus dan kaum Khazraj. Sampai-sampai tatkala Rasulullah
sedang sakit, tiba-tiba terdengar pertentangan kedua suku tersebut. Meski Rasulullah SAW dalam keadaan
sakit parah, sambil berjalan sempoyongan beliau tetap berusaha untuk melarai pertengkaran yang terjadi
di antara kedua suku tersebut. Nampak tubuhnya lemas, wajahnya pucat pasi, air mata berlinang
membasahi pipi, bibirnya kering bergetar, suaranya parau, dengan terputus-putus beliau besabda :

ِ ‫ت َوأَنَا أَ ْح‬
‫ض ُر بَ ْينَ ُك ْم‬ ِ ‫أَبَدًا أَبَدًا أَبَدًا ا ْل َجا ِهلِيَّةُ ِمنْ بَ ْع ِد َما َجا َء ْت ُه ُم ا ْلبَيِّنَا‬
“Apakah kamu akan kembali ke dalam tradisi jahiliyah (berpecah-belah) setelah datang penjelasan-
penjelasan, dan aku masih hadir di antara kalian? Nampak suasana hening mencekam, sementara kaum
Aus dan Khazraj, mereka menundukkan kepala sebagai tanda hormat berbalut rasa malu kepada baginda
Rasulullah SAW karena mereka berseteru. Realisasi sering menunjukkan terkadang cuma gara-gara
perbedaan furu’iyah, berlainan organisasi yang dipengaruhi kepentingan pribadi dan kelompok, lantas
pisah partai, putus silaturrahmi, yang berakhir dengan saling tonjok, saling rampok, dan bahkan bisa
berujung dengan saling bacok. Naudzubillahi min dzalik. Padahal, bukankah sesama muslim itu
bersaudara? Sesama mukmin ibarat satu bangunan? Dan bukankah sesama insan beriman bagaikan satu
tubuh? Yang jika satu sakit, yang lain harus merasakan derita kepayahan. Karena mayoritas bangsa
Indonesia beragama Islam, jika internal Islam berseteru, maka persatuan bangsa akan terganggu, betul?
Oleh karena itu, mulai saat ini kita betulkan langkah, seragamkan gerak, satukan persepsi. Berat sama
dipikul, ringan sama dijinjing.

Dewan hakim yang kami hormati, hadirin yang berbahagia


Sebagai penutup dari syarahan ini, dapat disimpulkan bahwa persatuan dan kesatuan merupakan syarat
yang paling penting untuk membangun bangsa. Oleh karena itu, kita harus melakukan beberapa upaya,
yaitu dengan cara memantapkan ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah Islamiyah. Bila kedua upaya ini dapat
kita lakukan, kami yakin persatuan bangsa kita terbina, keutuhan NKRI akan lestari, dan Indonesia akan
jaya dengan keragamaannya. Aamiin Ya Rabbal ‘alamin...
Demikian syarahan yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat, kurang lebihnya mohon maaf.

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Anda mungkin juga menyukai