Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Hal ini dapat dilihat dari kondisi
sosio-kultural maupun geografis yang beragam dan luas. Populasi penduduknya lebih dari 200 juta jiwa,
terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu mereka juga
menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu, serta
berbagai aliran kepercayaan lainnya.
ُارفُ َوالتَّأَلَّف
َ ص َل بَ ْينَ ُك ُم التَّ َع ْ َارفُوا أ
ِ ي ِليَ ْح َ ِلتَ َع
Agar kamu saling mengenal, menjalin komunikasi yang harmoni, menebarkan cinta kasih yang tiada pilih
kasih, serta menyamakan rasa sayang yang tiada pandang sayang. Demikian penjelasan Ali Ash-Shabuni
dalam Shafwatut tafasirnya.
Dengan kata lain, ayat ini merupakan landasan theologis, yang sangat strategis membangun ukhuwah
wathaniyah sebagai pilar persatuan dan kesatuan di negeri tercinta ini. Langkah awalnya, kita harus saling
mengenal, bukan saling menutup diri, melecehkan, menghina, membanggakan kelompok, suku bangsa,
adat istiadat, maupun daerahnya masing-masing. Sebab itu semua wahai para hadirin, merupakan virus-
virus persatuan, penghambat persatuan, bahkan penghancur persatuan bangsa, betul...?
Saudara-saudara, apakah rela bangsa yang besar, yang dibangun dengan susah payah oleh para
pendahulu kita, dengan genangan air mata, cucuran keringat, dan kocoran darah para syuhada ini harus
hancur hanya gara-gara kepentingan kelompok, suku dan golongan? Tentu tidak! Ingat, Rasulullah SAW
bersabda :
ْ َ َص ُم ْوا بِ َح ْب ِل هللاِ َج ِم ْي ًعا َواَل تَفَ َّرقُ ْوا َو ْاذ ُك ُروا نِ ْع َمةَ هللاِ َعلَ ْي ُك ْم إِ ْذ ُك ْنتُ ْم أَ ْعدَا ًء فَ أَلَّفَ بَيْنَ قُلُ ْوبِ ُك ْم فَأ
ص بَ ْحتُ ْم ِ َوا ْعت
َشفَا ُح ْف َر ٍة ِمنَ النَّا ِر فَأ َ ْنقَ َذ ُك ْم ِم ْن َها َك َذالِ َك يُبَيِّنُ هللاُ لَ ُك ْم َءايَاتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَد ُْون
َ بِنِ ْع َم ِة إِ ْح َوانًا َو ُك ْنتُ ْم َعلَي
Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa jahiliyah bermusuhan, maka
Allah mempersatukan hatimu. Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara;
sedangkan ketika itu kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
ِ ت َوأَنَا أَ ْح
ض ُر بَ ْينَ ُك ْم ِ أَبَدًا أَبَدًا أَبَدًا ا ْل َجا ِهلِيَّةُ ِمنْ بَ ْع ِد َما َجا َء ْت ُه ُم ا ْلبَيِّنَا
“Apakah kamu akan kembali ke dalam tradisi jahiliyah (berpecah-belah) setelah datang penjelasan-
penjelasan, dan aku masih hadir di antara kalian? Nampak suasana hening mencekam, sementara kaum
Aus dan Khazraj, mereka menundukkan kepala sebagai tanda hormat berbalut rasa malu kepada baginda
Rasulullah SAW karena mereka berseteru. Realisasi sering menunjukkan terkadang cuma gara-gara
perbedaan furu’iyah, berlainan organisasi yang dipengaruhi kepentingan pribadi dan kelompok, lantas
pisah partai, putus silaturrahmi, yang berakhir dengan saling tonjok, saling rampok, dan bahkan bisa
berujung dengan saling bacok. Naudzubillahi min dzalik. Padahal, bukankah sesama muslim itu
bersaudara? Sesama mukmin ibarat satu bangunan? Dan bukankah sesama insan beriman bagaikan satu
tubuh? Yang jika satu sakit, yang lain harus merasakan derita kepayahan. Karena mayoritas bangsa
Indonesia beragama Islam, jika internal Islam berseteru, maka persatuan bangsa akan terganggu, betul?
Oleh karena itu, mulai saat ini kita betulkan langkah, seragamkan gerak, satukan persepsi. Berat sama
dipikul, ringan sama dijinjing.