Disusun oleh:
Moral dan iman harus selalu disandingkan, tidak boleh dipisahkan satu sama
lain. Moral yang benar adalah moral yang dilandaskan dan merupakan ungkapan
iman. Demikian halnya tindakan harus selalu bersanding dengan nilai-nilai moral.
Suatu tindakan dianggap “tersesat” jika bertentangan dengan visi utama moral yakni
melakukan kehendak Allah. Oleh karena itu, tindakan semau gue, bertentangan
dengan nilai-nilai moral. Karena prinsip ini akan menggiring seseorang ke lembah
keegoisan dan kesombongan. Seseorang yang menganut prinsip semau gue akan
bertindak tanpa kontrol, tidak bertanggungjawab.
Berkaitan dengan pengertian moral di atas, bagaimana dan apa jawaban kita,
sebagai orang Kristen jika ditanya oleh non-Kristen atau umat Kristiani sendiri:
apakah ada moralitas khas Kristen (Katolik)? Tentu, dengan tegas kita mengatakan
bahwa moralitas khas Kristiani itu ada. Moral Kristiani adalah moral iman tanpa
syarat, dalam artian tidak menghitung-hitung prestasi (tidak do ut des, tidak
resiprokal, tidak mempertimbangkan rugi atau tidak, tanpa pamrih).[4] Oleh karena
itu, hidup orang Kristen adalah pengabdian (bdk. Rm 12:1-2; Flp 2:17). Moralitas
Kristiani adalah moralitas hidup mengikuti Yesus serta meniru cara-Nya. Sebab,
Yesus adalah pemenuh (baca: penggenap) seluruh hukum, bahkan Dialah hukum
baru bagi setiap orang yang mau hidup sempurna: Yesus adalah jalan, hidup dan
kebenaran (Yoh 14: 6-7). Ajaran dan tindakan Yesus merupakan tindakan Allah
sendiri (Yoh 7: 16-17).
MORAL PANGGILAN DALAM PRIBADI YESUS KRISTUS
Selain menjadi figur peletak paradigma moralitas Kristiani, Kristus juga menjadi
pusat teologi moral Kristiani. Oleh karena itu, tindakan Kristus menjadi asas moral
Kristiani. Menurut Konsili Vatikan II, moral Kristiani itu berdasarkan pribadi Kristus,
Allah yang menjelma dan datang ke dunia. Panggilan dalam Kristus pertama-tama
adalah anugerah dan rahmat; namun pada waktu yang sama merupakan perintah
untuk hidup sebagai manusia yang ditebus. Oleh karena itu, mereka yang dipanggil
seharusnya hidup sesuai dengan citra Kristus. Dalam panggilan ini, peran Roh
Kudus sangat menonjol. Sekarang dan di sini, kita mewujudkan hidup kita sesuai
dengan tuntunan Roh Kudus itu. Kristus sendiri membantu manusia untuk mengerti
bagaimana Roh-Nya bekerja dalam situasi hidup manusia. Karya Roh Kristus dalam
diri manusia mengandaikan iman yang berbuah dalam cinta kasih sebagai kekhasan
hidup Kristiani. Yang dikehendaki oleh Roh Kristus adalah penyerahan diri manusia
kepada Bapa di surga. Setiap manusia dipanggil untuk mencapai kesempurnaan.
Jadi, diharapkan agar citra Kristus hidup terus-menerus dalam diri orang yang
dipanggil oleh Yesus Kristus. [7]
Bagi orang Kristen, iman berarti “mengenakan Kristus” dan hidup dalam
Kristus, itulah yang diserukan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose: “saudara-
saudara sudah menerima Kristus sebagai Tuhan. Sebab itu hendaklah kalian hidup
bersatu dengan Dia, dan berakar di dalam Dia. Hendaklah kalian membangun
hidupmu dengan Kristus sebagai dasarnya” (bdk. Kol 2: 6-7).
Moralitas berasal dari kata Moral artinya, ajaran baik buruk yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap kewajiban, budi pekerti dan susila. Moralitas juga
dapat diartikan kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat,
bergairah berdisiplin. Isi hati atau keadaan perasaan sebagai mana terungkap dalam
perbuatan.
Iman itu bukan hanya sebagai sebuah keyakinan akan Tuhan yang abstrak
justru iman yang kelihatan abstrak itu harus mampu mengontrol dan mengendalikan
seluruh aspek pikiran, perilaku dan perbuatan sehari-hari. Iman Kristiani harus
menjadi dasar berpikir dan bertindak dalam kehidupan orang Kristen.
Bagi orang Kristen memiliki moralitas yang bersumber dari imannya pasti
menyadari bahwa iman itu bersumber dari Firman Tuhan. Iman Kristiani tidak
bermanfaat apabila tidak diaplikasikan secara nyata dalam hidup sehari hari.
Beberapa contoh bagaimana aplikasi iman berdasar Firman Tuhan di dalam Alkitab:
a. Amsal 12;24.
“Tangan orang rajin memegang kekuasaan tetapi kemalasan mengakibatkan
kerja paksa.”
Orang yang rajin itu akan bekerja dengan sungguh-sungguh dengan demikian
ia akan mendapatkan kedudukan dan kekuasaan. Sebaliknya orang yang
malas cenderung mengalami kesulitan.
b. Amsal 6:6.
“Hai pemalas pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.”
Bagi mereka yang tidak mau bekerja dengan rajin harus belajar dai semut
yang begitu aktif dan kreatif juga rajin agar mereka sadar dan memperbaiki
diri.
c. Yeremia 37:9a.
“Beginilah Firman Tuhan : janganlah kamu membohongi dirimu sendiri”
KEMEROSOTAN MORAL
Tidak adanya pemimpin nasional yang baik dan beriman (raja) mengakibatkan
kemerosotan moral yang luar biasa. Sikap terhadap perselingkuhan amat toleran
(19:2-3). Hubungan homoseksual diadopsi dari kebiasaan kafir (19:22, perkataan
"kami pakai" menunjuk kepada hubungan seks).
Menurut standar Perjanjian Lama, bila terjadi perzinahan antara seorang pria
dengan istri sesamanya, keduanya harus dihukum mati (Imamat 20:10). Dalam
bacaan hari ini, si gundik yang berzinah bukan hanya tidak dihukum mati, tetapi dia
bisa pergi ke rumah ayahnya (meninggalkan suaminya), dan suaminyalah yang
menyusul dan membujuk gundiknya untuk kembali (19:2-3). Jelas bahwa standar
moral telah sangat diturunkan pada zaman itu. Praktik homoseksual juga merupakan
praktik yang amat terlarang di Israel yang diancam dengan hukuman mati (Imamat
18:22; 20:13). Praktik homoseksual itulah salah satu dosa yang membuat Allah
menghancurkan kota Sodom dan Gomora (Kejadian 19, perkataan "kami pakai"
dalam ayat 5 sama dengan perkataan yang dipakai dalam Hakim-hakim 19:22).
Cara memprovokasi umat Israel dengan memotong-motong tubuh sang gundik dan
mengirimkannya ke seluruh daerah Israel (19:29-30) juga menunjukkan kekejian dan
kelicikan dari si orang Lewi dalam kisah ini.
Pada masa kini, kita juga masih bisa menjumpai orang-orang yang mengaku
Kristen, tetapi hidup semaunya sendiri. Misalnya, ada orang yang mengaku Kristen,
tetapi melakukan korupsi, penyelundupan, bermabuk-mabukan, memakai jimat,
mempraktikkan homoseksualitas, dan sebagainya. Orang Kristen semacam itu tidak
lebih baik daripada orang-orang pada zaman para hakim dan kehidupan mereka
menjadi penghalang bagi orang non-Kristen untuk datang kepada Kristus. [P]
1 Korintus 6:9b-10
"Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu
Kita tidak usah menyalahkan situasi. Keadaan itu tidak bisa kita sangkal. Itu
adalah penyakit klasik sama seperti yang disaksikan Nabi Yunus pada zamannya.
Itulah penyakit malas, korupsi, kolusi dan suka jalan pintas. Tapi dalam situasi dan
kondisi seperti ini orang Kristen harus tetap punya integritas moral Kristen sejati
yang tidak tergoyahkan oleh arus yang mayoritas itu. Sebaliknya kita harus
mengalahkan semua itu Kalau orang percaya tidak ada bedanya dengan yang lain
apa artinya Kekristenan itu? Jadi kita harus konsisten untuk mempraktekkan pola
hidup Kristen. Dalam era globalisasi ini, kontribusi Kristen adalah memberi landasan
moral dan etika pada semua sektor kehidupan dimana kita terlibat. Mewujudkan hal
ini tentu tidak semudah mengucapkannya. Namun, bila kita bicara mission atau core
religion, memang ada hal-hal yang beyond ratio yang justru harus tetap memberikan
conviction kepada kita untuk melayani dunia dimana Kristen sejati itu memang
minoritas.
DAFTAR REFERENSI
Boice, James M., 2011. Fondations Of The Christian Faith: A Comprehensive And
Readable Theology. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Conner, Kevin J., 2004. The Fondation of Christian Doctrine. Terjemahan, Pernerbit
Gandum Mas: Malang.
Cornish, Rick., 2007. Five Minute Theologian. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya :
Bandung.
Cornish, Rick., 2007. Five Minute Apologist. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya :
Bandung.
Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, 2 jilid. Terjemahan, Penerbit
Literatur SAAT : Malang.
Enns, Paul., 2000. Approaching God, 2 jilid. Terjemahan, Penerbit Interaksara :
Batam.
Erickson J. Millard., 2003. Christian theology. 3 Jilid. Terjemahan, Penerbit Gandum
Mas : Malang.
Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 2009. New Dictionary Of
Theology. jilid 2, terjemahkan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Frame, John M., 2010. Apologetics To The Glory Of God: An Introduction.
Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Geisler, Norman & David Geisler., 2010. Conversational Evangelism. Terjemahan,
Yayasan Gloria: Yogyakarta.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine.
Zodervan Publising House : Grand Rapids, Michigan.
Grudem, Wayne., 2009. Christian Beliefs. Terjemahan, Penerbit Metanonia
Publising: Jakarta.
Lewis, C.S., 2006. Mere Christianity. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.
Ryrie, Charles C., 1991. Basic Theology. 2 Jilid, Terjemahan, Penerbit Andi Offset :
Yoyakarta.
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit
Literatur SAAT : Malang. **
Strobel, Lee., 2005. The Case For Faith. Terjemahkan, Penerbit Gospel Press :
Batam.*
Tabb, Mark, ed., 2011. Theology. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria :
Yogyakarta.*
Tabb, Mark, ed., 2011. Worldview. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria :
Yogyakarta.**
Tidball, Derek J., 1995. Skillful Shepherds. Terjemahan, Yayasan Penerbit Gandum
Mas: Malang. **
Thiessen, Henry C., 1992. Lectures in Systematic Theology, direvisi Vernon D.
Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.**
Williamson, G.I., 2012. Westminster Confession Of Faith. Terjemahan, Penerbit
Momentum : Jakarta.***
Zacharias, Ravi, ed., 2006. Who Made God? Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya :
Bandung.**
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia
http://ekklesiaonnetwork.blogspot.com/2012/12/pandangan-alkitab-tentang-
kejahatan.html
http://gkysydney.org/renungan-gema-2010/kemerosotan-moral.html
http://www.uksw.edu/renunganhariankampus/?p=3824
http://filsafat-pendidikan.blogspot.com/2007/11/telaah-teologis-kekhasan-
moralitas_29.html
file:///C:/Users/User/Downloads/179633715-Moralitas-Kristen.pdf