Penuntun PK Endokrin
Penuntun PK Endokrin
Disusun oleh:
dr. Yulianti Yasin, M.Kes, SpPK
Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo
Kendari
2017
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas berhasilnya
penyelesaian buku Penuntun Praktikum endokrinologi ini. Buku ini merupakan pedoman bagi
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo Kendari untuk mengenal dan
melakukan beberapa metode tes yang sering digunakan sebagai pemeriksaan/tes penunjang.
Kami harapkan buku penuntun ini dapat menjadi pegangan dan dapat memberi
manfaat, bukan hanya pada saat praktikum di laboratorium saat perkuliahan, tetapi juga ketika
nanti bertugas di tempat masing-masing. Semoga buku ini dapat memberi manfaat, baik pada
saat ini maupun di waktu yang akan datang. Tak lupa terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan Buku Penuntun ini.
TES T4 1,2
1. PRA ANALITIK
Persiapan Pasien:
Menghentikan obat-obatan 24 jam sebelum tes
Persiapan Sampel:
Serum atau plasma heparin.Sitrat dan EDTA dapat mempengaruhi hasil tes. Dapat
disimpan selama 48 jam pada suhu 20 – 80C.
Prinsip tes
EIA (Enzym Immunoassay) fase padat satu tahap, mengukur kadar tiroksin bebas
maupun yang terikat protein dengan prinsip kompetitif. Sampel pasien, standar dan
kontrol diinkubasi satu tahap dengan manik-manik yang dilapisi protein T4 dan
konyugat anti T4 peroksidase. Selama inkubasi, T4 bereaksi dengan antibodi pada
manik-manik atau dengan T4 pada sampel, standard dan kontrol. Setelah proses
pencucian, manik-manik diinkubasi dengan larutan substrat enzim. Hasil warna yang
terbentuk merupakan jumlah anti T4 peroksidase yang terikat. Intensitas warna yang
dihasilkan dibaca pada panjang gelombang 450 nm, dan berbanding terbalik dengan
konsentrasi T4 sampel.
2. ANALITIK
1
Cara Kerja
Semiautomatik
Reagen dan spesimen dibiarkan pada suhu ruangan sebelum dipakai.
Reaksi Imunologis
- Pipetkan ke dalam tabung reaksi (volume dalam μl)
Tabung reaksi
Spesimen RB S1 S2 S3 S4 S5 S6 C P
Standard 3a - 20 - - - - - - -
Standard 3b - - 20 - - - - - -
Standard 3c - - - 20 - - - - -
Standard 3d - - - - 20 - - - -
Standard 3e - - - - - 20 - - -
Standard 3f - - - - - - 20 - -
Kontrol 4 - - - - - - - 20 -
Sampel pasien - - - - - - - - 20
Konjugat anti T4 - 250 250 250 250 250 250 250 250
Manik-manik - 1 1 1 1 1 1 1 1
S= Standard, C= Kontrol, P= Sampel Pasien, RB= Reagen Blanko
- Tutup masing-masing tabung dengan self adhesive foil dan diinkubasikan selama
selama 30 menit pada suhu 370C dengan pengocokan permanen. Cuci dengan washer
EIA.
Reaksi Enzimatik
- Tambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi :
RB S C P
Larutan kerja TMB( μl) 250 250 250 250
Nilai Rujukan :
- Dewasa : 50-113 ng/L (4,5g/dl)
- Wanita hamil, pemberian kontrasepsi oral : meningkat
- Diatas : diatas 16,5 g/dl
- Anak-anak : diatas 15,0 g/dl
- Usila : menurun sesuai penurunan kadar protein plasma
3. PASCA ANALITIK
2
Interpretasi
Meningkat: hipertiroidisme, tiroiditis akut, kahamilan, penyakit hati kronik, penyakit
ginjal, diabetes mellitus, neonatus, obat-obatan: heroin, methadone,
estrogen.
Menurun : hipotiroidisme, hipoproteinemia, obat-obatan seperti androgen, kortiko-
steroid, antikonvulsan, antitiroid (propiltiouracil) dll.
TES T3 1,3
1. PRA ANALITIK
Persiapan Pasien:
Tidak mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi hasil tes (lihat interpretasi).
Persiapan Sampel:
Serum, plasma EDTA / heparin
Dapat disimpan selama 48 jam pada suhu 2o – 8oC, 3 bulan pada suhu –20oC.
Prinsip Reaksi
EIA (Enzym Immunoassay) fase padat satu tahap dengan prinsip kompetitif.
Pemeriksaan ini menggunakan antibodi monoklonal yang spesifik terhadap T3. Sampel
pasien, standard dan kontrol diinkubasi satu tahap dengan manik-manik yang dilapisi
protein polihapten T3 dan konyugat anti T3 monoklonal peroksidase. Selama inkubasi
T3 bereaksi dengan antibodi pada manik-manik atau T3 pada sampel, standard atau
kontrol. Sesudah pencucian, manik-manik diinkubasi dengan larutan substrat enzim.
Warna yang dihasilkan adalah jumlah anti T3 peroksidase yang terikat. Intensitas warna
yang dihasilkan reaksi enzimatik dibaca pada panjang gelombang 450 nm berbanding
terbalik dengan konsentrasi T3 sampel.
2. ANALITIK
Cara Kerja
a. Semi automatik
- Biarkan reagens pada suhu ruangan sebelum dipakai.
Reaksi Imunologis
Pipetkan ke dalam tabung reaksi (μl):
Reagensia RB S1 S2 S3 S4 S5 S6 C P
Standard 3a - 50 - - - - - - -
Standard 3b - - 50 - - - - - -
Standard 3c - - - 50 - - - - -
Standard 3d - - - - 50 - - - -
Standard 3e - - - - - 50 - - -
Standard 3f - - - - - - 50 - -
Kontrol - - - - - - - 50 -
Sampel pasien - - - - - - - - 50
Konjugat Anti - 250 250 250 250 250 250 250 250
T3
Manik-manik - 1 1 1 1 1 1 1 1
S1 – S6 = standar ; C = Kontrol ; P = Sampel Pasien ; RB = Reagen Blanko
- Tutup masing-masing tabung dengan self adhesive foil dan diinkubasikan selama
4
selama 30 menit pada suhu 370C dengan pengocokan permanen.
- Cuci dengan menggunakan larutan pencuci.
Reaksi Enzimatik
Masukkan kedalam masing-masing tabung reaksi 500 μl larutan kerja TMB
(termasuk reagen blanko). Diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37 oC, dengan
pengocokan permanen. Reaksi dihentikan dengan menambahkan 1 ml stopping
solution (asam sulfat) kedalam masing-masing tabung reaksi.
Absorbansi sampel, standard, kontrol dan reagen blanko dibaca dengan panjang
gelombang 450 nm.
b. Metode automatik
Biarkan reagen dan sampel mencapai suhu ruangan (15-25oC) sebelum digunakan.
1. Siapkan reagen yang akan dipakai untuk tes T3 pada rak, kemudian masukkan
ke dalam Cobas Core.
2. Sampel dimasukkan ke dalam cup sample dan tempatkan pada rak sampel.
3. Masukkan cup sample dan substrat sesuai tempatnya.
4. Pilih program untuk tes T3. Selanjutnya tes berlangsung secara automatik.
Nilai Rujukan :
Dewasa : 0,8 – 2,0 ng/ml (60-118 ng/dl)
Wanita hamil, pemberian kontrasepsi oral : meningkat
Infan dan anak-anak kadarnya lebih tinggi.
3. PASCA ANALITIK
Interpretasi 1,4
Meningkat : hipertiroidisme, T3 tirotoksikosis, tiroiditis akut, peningkatan TBG, obat-
obatan:T3 dengan dosis 25 g/hr atau lebih dan obat T4 300 g/hr atau
lebih, dextrothyroxine, kontrasepsi oral
Menurun : hipotiroidisme (walaupun dalam beberapa kasus kadar T3 normal),
starva-si, penurunan TBG, Obat-obatan: Heparin, Iodida,
Phenylbutazone, Propylthiuracil, Lithium, Propanolol, Reserpin, steroid
1. PRA ANALITIK
Persiapan pasien:
Tidak diperlukan persiapan khusus.
Persiapan sampel:
Sampel yang digunakan adalah serum atau plasma (sitrat, EDTA, heparin).
Jika pemeriksaan dilakukan 48 jam setelah pengambilan, sampel disimpan pada suhu
2o – 8o C atau dibekukan.
5
Prinsip Tes
EIA (Enzym Immunoassay) fase padat dua tahap dengan prinsip titrasi balik. Pada
tahap yang pertama, FT4 yang terdapat pada sampel, standard dan kontrol berikatan
dengan anti T4 (domba). Pada saat yang bersamaan kompleks antigen antibodi yang
terbentuk berikatan dengan manik-manik yang dilapisi dengan antibodi IgG dari
domba. Setelah pencucian manik-manik diinkubasi tahap kedua dengan konjugat T4
peroksidase, bereaksi titrasi balik dengan anti T4 sisi berikatan yang tak terpakai
setelah tahap pertama. Setelah proses pencucian yang kedua manik-manik
diinkubasikan dengan larutan substrat enzim. Hasil warna yang terbentuk merupakan
jumlah peroksidase yang terikat. Intensitas warna yang dihasilkan reaksi enzimatik
dibaca pada panjang gelombang 450 nm dan berbanding terbalik dengan konsentrasi
FT4 dalam sampel.
b. Metode automatik 6
1. Instrumen Cobas Core
2. Cobas Core TMB kit ( 5x 100 tes) berisi :
Substrat TMB
8 larutan substrat TMB (3,3’,5,5’-tetrametilbenzidine)
5 mmol/L dalam dimetil sulfoksida/air 5 x 14 ml
Bufer TMB
10 substrat bufer : 3 mmol/L hidrogen peroksidase dalam bufer sitrat
dengan stabilisator 5 x 56 ml
3. Tabung reaksi Cobas Core 12 x 120 tabung
4. Dispenser manik-manik
2. ANALITIK
Cara Kerja
a. Metode semi automatik
Reaksi Imunologis
INKUBASI PERTAMA
- Pipetkan ke dalam tabung reaksi (volume dalam μl) :
Tabung Reaksi
REAGENSIA RB S1 S2 S3 S4 S5 S6 C P
Standar 3a - 20 - - - - - - -
Standar 3b - - 20 - - - - - -
Standar 3c - - - 20 - - - - -
Standar 3d - - - - 20 - - - -
Standar 3e - - - - - 20 - - -
Standar 3f - - - - - - 20 - -
Kontrol 4 - - - - - - - 20 -
Sampel - - - - - - - - 20
Larutan anti-T4 - 250 250 250 250 250 250 250 250
Manik-manik - 1 1 1 1 1 1 1 1
S1 – S6 = standar ; C = Kontrol ; P = Sampel Pasien ; RB = Reagen Blanko
- Tutup tabung dengan self adhesive foil dan inkubasikan selama 30 menit pada
suhu 37oC dengan pengocokan permanen. Hindarkan dari cahaya. Kemudian
dicuci dengan larutan washer EIA.
INKUBASI KEDUA
- Tambahkan ke dalam tabung reaksi (volume dalam μl ) :
Tabung Reaksi
Reagensia RB S1 S2 S3 S4 S5 S6 C P
Konjugat -- 250 250 2507 250 250 250 250 250
- Tutup tabung dengan self adhesive foil dan diinkubasi dingin selama 15 menit
pada suhu 4 – 8oC tanpa pengocokan (dalam lemari es).
- Cuci dengan menggunakan larutan pencuci.
7
Reaksi Ezimatik
- Siapkan larutan kerja TMB. Larutan ini stabil selama 8 jam pada suhu 15 – 25oC.
- Kemudian tambahkan ke dalam masing-masing tabung
RB S C P
Larutan kerja TMB 250 250 250 250
(volume dalam μl)
b. Metode automatik
Pada prinsipnya pemeriksaan FT4 cara otomatis sama dengan cara semiotomatis.
Biarkan reagen dan sampel mencapai suhu ruangan (15-250C) sebelum digunakan.
1. Siapkan reagen yang akan dipakai untuk tes FT4 pada rak, kemudian
masukkan ke dalam Cobas Core.
2. Sampel dimasukkan ke dalam cup sample dan tempatkan pada rak sampel.
3. Masukkan cup sample dan substrat sesuai tempatnya.
4. Pilih program untuk tes FT4. Selanjutnya tes berlangsung secara automatik.
3. PASCA ANALITIK
Interpretasi
Meningkat : pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan kelebihan
produksi T4.
Menurun : hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis karena
kelebihan produksi T3.
KEPUSTAKAAN
1. Hardjoeno H, Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik, Hasanuddin University
Press, Ujung Pandang, 2003; 315-334.
2. Roche : Cobas Core T4 EIA
3. Roche : Cobas Core T3 EIA
4. Evered D.C.: Diseases of the Thyroid,The Pitman Press Ltd, London, 1976 : 23-38.
5. Roche : Cobas Core FT4 EIA
8
TES GLUKOSA DARAH
(GDS, GDP, GD2PP, TTGO)
1. PRAANALITIK.
a. Persiapan pasien:1
GDP :
- Pasien dipuasakan 8 – 12 jam sebelum tes.
- Semua obat dihentikan dulu, bila ada obat yang harus diberikan ditulis pada
formulir permintaan tes.
GD2PP:
- Dilakukan 2 jam setelah tes GDP.
- Pasien diberikan makanan yang mengandung 100 gram karbohidrat sebelum tes
dilakukan.
b. Persiapan sampel:1
Pengambilan sampel sebaiknya pagi hari karena adanya variasi diurnal. Pada sore hari
glukosa darah lebih rendah sehingga banyak kasus DM yang tidak terdiagnosis.
Untuk tes saring atau kontrol DM, sampelnya adalah plasma vena, serum, atau darah
kapiler. Untuk tes diagnostik sampel yang dianjurkan adalah plasma vena, akan tetapi
dapat juga digunakan sampel whole blood, darah vena ataupun kapiler dengan
memperhatikan angka kriteria diagnostik yang berbeda.3 Molaritas glukosa pada plasma
vena hampir sama dengan glukosa pada whole blood. Konsentrasi glukosa plasma lebih
tinggi ~11 % dibanding whole blood, pada hematokrit normal. Konsentrasi plasma
heparin lebih rendah 5 % dibanding serum.
Sampel plasma, stabil selama kurang dari 1 jam, bila lebih dari 1 jam konsentrasi
glukosa turun karena adanya glikolisis ex vivo.
9
Untuk sampel simpan tambahkan glikolisis inhibitor (Natrium fluorida 2,5 mg/mL
darah). Sampel ini stabil pada suhu 15 – 25°C selama 24 jam, dan pada suhu 4°C stabil
selama 10 hari.
Sampel serum stabil selama kurang dari 2 jam.
c. Metode tes:1
Metode kimia : metode ortho-toluidin.
Metode enzimatik: glucose oxidase / hexokinase.
Tes yang dianjurkan adalah metode enzimatik.3
d. Prinsip tes:1
Tes UV dengan metode enzimatik: glucose oxidase/hexokinase. Persamaan reaksinya
sebagai berikut:
- Sampel ditambah dengan R1 (buffer/ATPNADP), selanjutnya
- Tambahkan R2 (HK/G-6-PDH) sehingga bereaksi sbb:
HK
Glukosa + ATP G-6-P + ADP
Heksokinase mengkatalisis fosforilase glukosa menjadi glukosa-6-fosfatase
oleh ATP.
G-6-P + NADP G-6-PDH gluconate-6-P + NADPH + H
Konsentrasi glukosa diukur secara fotometrik.
e. Alat dan bahan:
1
Cara Automatik:
Alat: - Pipet mikro
- Tabung mikro
- Rak tabung
- Rak sampel
- Alat automatik Cobas Mira Plus
Bahan:
- Sampel serum, plasma EDTA
- Reagen:
R1 Buffer/ATP/NADP
TRIS (hydroxymethyl)-aminomethane buffer 100 mmol/l,
pH 7,8; Mg2+: 4 mmol/l; ATP >1,7 mmol/l.
R2 HK/G-6-PDH
HEPES buffer (30 mmol/l. pH 7,0; Mg2+: 4 mmol/l;
HK > 8,3 U/ml (yeast); G-6-PDH > 15 U/ml (E.coli);
preservative.
1
Cara Semiautomatik:
Alat: - Tabung reaksi 4 buah
- Pipet mikro 10mL, 1000mL
- Fotometer 4020 System Boehringer Mannheim
Bahan: sama dengan cara automatik
10
2. ANALITIK.
Cara Kerja:1
Tes GDP:
Cara Automatik:
- Siapkan reagen lalu letakkan pada raknya.
- Masukkan 500 ml sampel ke dalam tabung mikro, lalu letakkan pada raknya.
- Buat program tes glukosa pada alat dan selanjutnya tes berjalan secara automatik.
- Hasil tes dibaca secara fotometrik.
Tes GD2PP:
Setelah diberikan makanan yang mengandung 100 gram karbohidrat, 2 jam kemudian
dilakukan tes sesuai cara kerja tes GDP.
TTGO (WHO, 1994):2
- Dilakukan tes GDP.
- Diberikan 75 gram glukosa (dewasa) atau 1,75 gram /kg BB dilarutkan dalam 250
ml air dan dihabiskan dalam 5 menit.
- Dilakukan tes glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.
- Selama tes, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Cara Semiautomatik:1
- Perlakuan sampel untuk tes GDP, GD2PP dan TTGO sama seperti pada cara
automatik.
- Buat blanko reagen dan blanko sampel seperti pada tabel berikut ini:
Blanko Blanko Blanko Sampel
Reagen I Reagen II Sampel
Reagen - 1000 mL - 1000 mL
NaCl 1000 mL - 1000 mL -
Sampel - - 10 mL 10 mL
Nilai rujukan:1
Tes Sampel (mg/dL) (mmol/L)
GDS Plasma vena < 110 < 6,1
Darah kapiler < 90 < 5,0
GDP Plasma vena < 110 < 6,1
Darah kapiler < 90 < 5,0
GD2PP Plasma vena < 140 < 7,8
Darah kapiler < 120 < 6,7
Catatan: Untuk satuan SI Unit dalam mmol/L, satuan dalam mg/dL dikali dengan faktor 0, 05551.
11
3. PASCAANALITIK.
Interpretasi:1, 2
Bukan DM Belum Pasti DM DM
Sampel
Tes (mg/dL) (mmol/L) (mg/dL) (mmol/L) (mg/dL) (mmol/L)
GDS Plasma vena < 110 < 6,1 110–199 6,1–11,0 > 200 > 11,1
Darah kapiler < 90 < 5,0 90–199 5,0–11,0 > 200 > 11,1
GDP Plasma vena < 110 < 6,1 110–125 6,1–7,0 > 126 > 7,0
Darah kapiler < 90 < 5,0 90–109 5,0–6,1 > 110 > 6,1
GD2PP Plasma vena < 140 < 7,8 140–200 7,8–11,1 > 200 > 11,1
Darah kapiler < 120 < 6,7 120–200 6,7–11,1 > 200 > 11,1
2. ANALITIK.
Cara Kerja:1
- Masukkan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi.
- Teteskan sebanyak 5 – 8 tetes (jangan lebih) urin ke dalam tabung tersebut.
- Didihkan air pada gelas piala.
- Masukkan tabung ke dalam air mendidih hingga seluruh sampel terendam pada air
mendidih selama 5 menit.
- Angkat tabung, kocok isinya dan baca hasil reduksi.
Nilai Rujukan: 1
Glukosa Negatif: bukan DM bila hasil tes urin berwarna biru, sesuai
dengan < 0,5 % glukosa.
3. PASCAANALITIK.
Interpretasi:1
Warna : Interpretasi:
(1+) s/d ( 4+) mungkin/diduga DM
Hijau kekuningan dan keruh Positif + (1+): sesuai dengan 0,5–1 % glukosa
Kuning keruh Positif ++ (2+): sesuai dengan 1–1,5 % glukosa
Jingga / warna lumpur keruh Positif +++ (3+): sesuai dengan 2–3,5 % glukosa
Merah keruh Positif ++++(4+): sesuai dengan > 3,5 % glukosa
Nilai Rujukan:1
Glukosa negatif bila warna pada carik celup biru atau pada uriscan menunjukkan hasil
negatif sesuai dengan < 50 mg/100 ml glukosa.
3. PASCAANALITIK.
Interpretasi:1
KEPUSTAKAAN 14
1. Hardjoeno H dkk, Tes Diabetes Melitus, Tes Pengendalian Diabetes Melitus dalam
Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik Bagian dari Standar Pelayanan
Medik, Lephas, Makassar, 2004, 167 – 199.
2. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Di Indonesia, Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia, Semarang, 2002.
3. Sanusi H, Patogenesis Hiperglikemia Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Makalah
Simposium Diabetes Melitus, Makassar, 2004.
15
LAMPIRAN GAMBAR
Pengambilan Sampel
Jenis Vacutainer
16
Pengambilan darah vena di v.mediana cubiti
Alat Sentrifus
Alat Sentrifus
Eppendorf
Serum diambil menggunakan transpipet Serum dipindahkan ke tabung kosong
Tambahkan reagen ke dalam tabung yg berisi sampel Isap aquades melalui selang alat