Anda di halaman 1dari 107

MAKALAH

Disusun oleh:

Nama : Fina Ayu Andanie

NIM : 113063C1120041

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN 2021


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Sistem reproduksi merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup suatu generasi. Sistem reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya
proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat
bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam punah, karena tidak
dapat dihasilkan keturunan (anak). Sistem repraoduksi manusia tentunya berbeda pada pria dan
wanita. Sistem reproduksi wanita sangat bertanggungjawab terhadap adanya generasi selanjutnya
karena di dalam rahimnya terjadi perkembangan janin hasil fertilisasi. Hal tersbut didukung
dengan adanya organ-organ penyusun sistem reproduksi yang mempunyai fungsi penting.
Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan organ reproduksi
internal. Sistem reproduksi eksterna terdiri dari mons veneris, labia mayora, labia minora,
klitoris, vestibulum dan perineum), sedangkan sistem reproduksi interna terdiri atas vagina,
uterus, serviks, tuba fallopii dan ovarium (Hani dkk, 2011). Masing-masing organ reproduksi
tersebut memiliki fungsi spesifik bagi sistem reproduksi. Proses fisiologi yang terjadi dalam
organ reproduksi tersebut juga spesifik. Salah satu proses fisiologi yang berperan penting dalam
sistem reproduksi adalah pembentukan ovum melalui proses oogenesis. Oogenesis atau
pembentukan ovum pada wanita telah dimulai sejak dalam kandungan ibunya. Setelah bayi lahir,
dalam tubuhnya telah ada sekitar satu juta oosit primer. Sebagian oosit primer mengalami
degenerasi sehingga ketika memasuki masa puber jumlah tersebut menurun hingga tinggal
sekitar 200 ribu pada tiap ovariumnya. Oosit primer ini mengalami masa istirahat (dorman),
kemudian proses oogenesis akan dilanjutkan setelah wanita memasuki masa puber.
Masa pubertas pada wanita merupakan masa yang ditandai dengan adanya menstrusi atau
peluruhan dinding rahim. Masa pubertas dapat dikatakan sebagai masa produktif  yaitu masa
untuk mendapat keturunan, yang berlangsung kurang lebih 40 tahun. Pada masa ini hormon-
hormon reproduksi berkembang baik sehingga dapat menghasilkan keturunan. Sebagaimana
telah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa wanita terlihat kuat ketika masa pubertas ini. Allah
telah menjelaskan keberadaan seorang wanita dan sistem reproduksinya dalam firman-Nya Surat
Ar Ruum ayat 54 sebagai berikut :
Artinya : “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan
Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” (QS. Ar Ruum : 54).

Ayat tersebut menunjukkan bahwa meskipun wanita terlihat lemah, namun wanita
tersebut dengan izin Allah dapat mengandung atau menghasilkan keturunan. Wanita diciptakan
sebagai maakhluk yang kuat karena memiliki organ-organ reproduksi yang berperan penting
dalam menjalankan fungsinya menghasilkan keturunan dan menampung proses perkembangan
rahim di dalamnya. akan tetapi seiring dengan pertambahan usia, organ reproduksi wanita
mengalami kemunduran fungsi sehingga sebagaimana telah disebutkan dalam ayat di atas bahwa
wanita akan lemah dan beruban. Proses ini dalam ilmu biologi disebut sebagai tanda-tanda
menopause.
Usia tua seorang wanita dalam siklus reproduksinya berubah menjadi masa
menopause. Menopause merupakan sebuah kata yang memiliki arti atau makna yang
menjelaskan tentang gambaran terhentinya haid atau menstruasi. Menopause dapat diartikan
sebagai haid terakhir. Menopause disebut juga sebagai periode klimakterium di mana seorang
wanita berpindah dari tahun reproduktif ketahun nonreproduktif dalam hidupnya, pada fase ini
wanita akan mengalami akhir dari proses biologis dari siklus menstruasi, yang dikarenakan
terjadinya perubahan hormon yaitu penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan
ovarium.  Selanjutnya terjadi kemunduran alat-alat reproduksi, organ tubuh, dan kemampuan
fisik (Kartono, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk mengenal anatomi dan fisiologi organ
reproduksi. Dengan mengetahui anatomi dan memahami fisiologi reproduksinya maka seorang
wanita tak perlu merasa cemas dan gelisah terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa remaja dan itu adalah suatu hal yang normal. Oleh karena itu, perlu disusun makalah ini
guna mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita.
1.2         Rumusan Masalah
              Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimana anatomi dan fisiologi reproduksi (system reproduksi perempuan, respon seksual)?
2.      Bagaimana kehamilan normal (anatomi dan fisiologi, kehamilan, konsepsi, dan perkembangan
janin, nutrisi ibu dan janin, asuhan keperawatan pada ibu hamil?
3.      Bagaimana anatomi panggul dan batas ukuran?
4. Bagaimana pengertian adaptasi fisiologi dan psikologis persalinan dan Askep kal i-kalaIV?
5. Bagaimana perkembangan janin mulai dari konsepsi?
1.3         Tujuan
              Tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi reproduksi (system reproduksi perempuan, respon seksual)?
2. Mengetahui kehamilan normal (anatomi dan fisiologi, kehamilan, konsepsi, dan perkembangan
janin, nutrisi ibu dan janin, asuhan keperawatan pada ibu hamil?
3. Mengetahui anatomi panggul dan batas ukuran?
4. Mengetahui pengertian adaptasi fisiologi dan psikologis persalinan dan Askep kal i-kalaIV?
5. Mengetahui perkembangan janin mulai dari konsepsi?

1.4         Manfaat
              Manfaat makalah ini adalah:
1. Menambah pengetahuan lebih jauh mengenai sistem reproduksi pada wanita baik dari anatomi
maupun fisiologinya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Sistem Reproduksi pada Wanita


2.1 Alat Reproduksi bagian dalam (Genetalia Interna)
Alat reproduksi bagian dalam adalah alat reproduksi yang berada didalam yang tidak bisa
dilihat kasat mata dari luar, meliputi :
1. Sepasang Ovarium (Indung Telur)
Terdapat dua indung telur terletak di kanan dan di kiri rahim, dilapisi mesovarium dan
tergantung di belakang ligamen Latum. Bentuknya seperti buah almond, sebesar ibu jari tangan
(jempol) ukuran 2,5–5 cm 0,6–1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium,
ligamen ovarika, ligamen Infundibulopelvikum. Merupakan alat reproduksi yang setelah dewasa
menghasilkan ovum (telur).Ovarium mangandung kelenjar endokrin dan jaringan penghasil sel
telur yang disebut folikel.Didalam folikel terdapat oosit (calon sel telur). Selanjutnya sel folikel
yang telah matang akan dikeluarkan dari ovarium melalui proses ovulasi yang berlangsung
sebulan sekali. Pada setiap ovulasi hanya satu sel telur yang mampu bertahan hidup selama 24
jam. Saat folikel tumbuh maka ovarium menghasilkan hormon esterogen,sedangkan setelah
ovulasi maka hormon yang di hasilkan kebanyakan adalah progesteron hormon.Ovarim juga
berperan dalam mengatur siklus haid. (Potter dan Perri, 2006). Strukturnya terdiri dari :
1. Korteks / kulit :
a. Tunika albuginea, yaitu epitel berbentuk kubik
b. Jaringan ikat di sela – sela jaringan lain
c. Stroma, folikel primordial, dan folikel de graf

2. Medulla / inti atau zona vaskulosa terdiri dari :


a. Stroma berisi pembuluh darah
b. Serabut saraf
c. Beberapa otot polos Seorang wanita diperkirakan akan mengeluarkan sel telur kira–kira 400
butir seumur hidupnya.
3. Vagina ( Liang Senggama ) Liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim,
terletak diantara saluran kemih dan liang dubur. Di bagian ujung tasanya terletak mulut
Rahim.Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding belakang 10 cm. bentuk dinding
dalamnya berlipat–lipat (Potter dan Perri, 2006).

4. Uterus (Rahim) Organ otot berdinding tebal dan berongga (cavum). Bentuk, besar, letak, dan
susunan uterus berbeda–beda tergantung pada umur.Uterus ini sendiri berfungsi sebagai tempat
implantasi ovum yang telah dibuahi, sebagai tempat perkembangan dan memberi makan pada
janin yang sedang berkembang.Vagina merupakan jalan lahir lunak. Bagian–bagian uterus antara
lain :
a. Fundus Uteri
b. Corpus Uteri
c. Isthmus Uteri
d. Serviks Uteri

Bagian dinding uterus secara historik terdiri dari 3 bagian yaitu;


a. Lapisan serosa (lapisan peritoneum), di luar
b. Lapisan otot (lapisan myometrium), di tengah
c. Lapisan mukosa (lapisan endometrium), di dalam

1. Tuba Uterina (Saluran Telur)


Saluran telur yang keluar dari korpus rahim kanan dan kiri, panjangnya 12–1 cm,
diameter 3–8 mm.
Saluran telur terdiri dari tiga bagian :
1. Pars interstisialis (intramuralis),
2. Pars ismika, yang merupakan bagian tengah saluran telur yang sempit,
3. Pars ampularis(Potter dan Perri, 2006).

2.2 Alat Reproduksi Bagian Luar (Genetalia Eksterna).


Alat reproduksi bagian luar ialah alat reproduksi yang adapat dilihat dari luar secara kasat
mata atau langsung dapat dilihat.
1. Vulva Bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong , berukuran panjang mulai dari
klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke belakang di batasi perineum, bagian-bagian
dari vulva sendiri adalah :
a. Labia Majora (Bibir Besar Kemaluan)
Berada pada bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong, yang pada wanita menjelang
dewasa ditumbuhi juga oleh pubes lanjutan dari mons veneris.

b. Labia Minora Bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu. Di sini juga
dijumpai Frenulum klitoris, preputium, dan frenulumpudenda.

c. Mons Veneris (Tundun )


Daerah yang menggantung di atas simfisis, yang akan ditumbuhi rambut kemaluan
(pubes) apabila wanita berangkat dewasa. Pada wanita rambut ini akan tumbuh membentuk
sudut lengkung, sedangkan pada pria membentuk sudut runcing ke atas.

d. Vestibulum Terletak di bawah selaput lendir vulva, atau diantara 2 labia minor. Terdiri dari
bulbus vestibuli kanan dan kiri

e. Introitus Vagina (pintu masuk vagina) f. Hymen (Selaput Dara) g. Perineum terletak diantara
vulva dan anus.

2. Orifisium uretra eksterna / Lubang kemih Lubang Kemih adalah tempat keluarnya air kemih
yang terletak di bawah klitoris.Disekitar lubang kemih bagian kiri dan kanan didapati lubang
kelenjar skene. 3. Klitoris Identik dengan penis pada pria, kira–kira sebesar kacang hijau sampai
cabe rawit dan ditutupi oleh frenulum klitoris(Potter dan Perri, 2006).

2.1 FISIOLOGI ALAT REPRODUKSI WANITA


Berdasarkan fungsinya ( fisiologinya ), alat reproduksi wanita mempunyai 3 fungsi,
yaitu:
1. Fungsi seksual
2. Fungsi hormonal
3. Fungsi Reproduksi ( melanjutkan keturunan ).
- Fungsi Seksual
Alat yang berperan adalah vulva clan vagina. Ketenjar pada vulva yang dapat
mengeluarkan cairan, berguna sebagai pelumas pada saat sanggama. Selain itu vulva clan
vagina juga berfungsi sebagai jalan lahir.
- Fungsi Hormonal
Yang disebut fungsi hormonal ialah peran indung telur clan rahim didalam
memperlahankan ciri kewanitaan clan pengaturan haid. Perubahan-perubahan fisik clan
psikhis yang terjadi sepanjang kehidupan seorang wanita erat hubungannya dengan fungsi
indung telur yang menghasilkan hormon-harmon vmnita yaitu estrogen dan progasferon.
Dalam masa kanak-kanak indung telur belum menunaikan fungsinya dengan baik. Indung
telur mulai berfungsi, yaitu kurang lebih pada usia 9 tahun, mulailah ia secara produktif
menghasilkan hormone-hormon wanita. Hormon-hormon ini mengadakan interaksi dengan
hormon-hormon yang dihasipcan kelenjar-kelenjar di otak. Akibatnya terjadilah perubahan-
perubahan fisik pada Wanita. Terjadi pertumbuhan payudara, kemudian terjadi pertumbuhan
rambut kemaGran disusul rambut-rambut di ketiak. Selanjutnya terjadilah haid yang pertama
kali, disebut menarche, yaitu sekitar usia 10-16 tahun. Mula haid datang tidak teratur,
selanjutnya timbul secara teratur. Sejak saat inilah seorang wanita masuk kedalam masa
reproduksinya yang berlangsung kurang lebih 30 tahun.
Bila keadaan ini berlangsung 1 tahun, maka dikatakan wanita mengalami menopause.
Menurunnya fungsi indung telur ini sering disertai gejala-gejala panas, berkeringat, jantung
berdebar, gangguan psikhis yaitu emosi yang labil. Pada saat ini terjadi pengecilan alat-alat
reproduksi clan kerapuhan tulang.
- Fungsi reproduksi
Tugas reproduksi dilakukan oleh indung telur, saluran telur dan rahim. Sel telur yang
setiap bulannya dikeluarkan dari kantung telur pada saat masa subur akan masuk kedalam
saluran telur untuk kemudian bertemu dan menyatu dengan sel benih pria ( spermatozoa )
membentuk organisme baru yang disebut Zygote, pada saat inilah ditentukan jenis kelamin
janin dan sifat -sifat genetikrrya. Sefanjutrrya zygote akan terus berjalan sepanjang saluran
telur dan masuk kedalam rahim. Biasanya pada bagian atas rahim zygote akan menanamkan
diri dan berkembang menjadi mudigah. Mudigah selanjutnya tumbuh dan berkembang
sebagai janin yang kemudian akan lahir pada umur kehamilan cukup bulan. Masa subur pada
siklus haid 28 hari, terjadi sekitar hari ke empat belas dari hari pertama haid. Umur sel telur
sejak dikeluarkan dad indung telur hanya benumur 24 jam, sedangkan sel benih pria berumur
kurang lebih 3 hari.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN NORMAL

1. KONSEPSI
Adalah hasil proses pembuahan sel sperma pada telur yang kita kenal dengan istilah
fertilisasi. Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan
membentuk zigot. Periode ini adalah awal terjadinya kehamilan pada seorang wanita. Proses
konsepsi dapat berlangsung sebagai berikut :

a. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata, yang
mengandung persediaan nutrisi.
b. Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah sitoplasma yang disebut
vitellus.
c. Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi dialirkan
ke dalam vitellus, melalui saluran pada zona pelusida.
d. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba
• Tempat yang paling luas
• Dindingnya penuh jonjot, tertutup sel yang mempunyai silia
• Ovum mempunyai waktu terlama dalam ampula tuba
e. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam
• Spermatozoa ditumpahkan, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri
• Dalam kavum uteri terjadi proses kapasitasi, yaitu pelepasan sebagian dari
“liproteinnya” sehingga mampu mengadakan fertilisasi
• Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba
• Spermatozoa hidup selama tiga hari dalam genitalia interna
• Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis korona
radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik hialuronidase
• Melalui “stomata” spermatozoa memasuki ovum
• Setelah kepala spermatozoa masuk ke dalam ovum ekornya lepas dan tertinggal di luar
• Kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu dan membentuk zigot
Keseluruhan proses tersebut merupakan mata rantai fertilisasi atau konsepsi.

2.2 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JANIN


Pertumbuhan janin itu sendiri adalah perkembangan janin atau pertambahan struktur-
struktur organ tubuh janin dari yang tidak ada menjadi ada dan lebih sempurna sesuai
dengan tahapan-tahapan umur janin tersebut.

Pranatal atau perkembangan di dalam rahim berlangsung sekitar 9 bulan hitungan


kalender matahari (10 bulan kalender bulan) atau 38 – 40 minggu, bergantung metode
penghitungan yang digunakan. (Hitungan kalender bulan adalah 28 hari). Jika dihitung dari
hari terjadinya konsepsi, tahapan kehidupan ini berlangsung selama 38 minggu atau 9,5
bulan kalender bulan. Jika dihitung dari hari pertama haid terakhir, rata-rata lama masa
pranatal adalah 10 bulan kalender bulan atau 40 minggu.

Biasanya, masa kehamilan dibagi ke dalam 3 periode yang disebut trimester, masing-
masing trimester berlangsung selama 3 bulan. Setiap trimester memiliki tanda-tanda tertentu
yang menandai perubahan perkembangan pada ibu dan janin. Dua fase perkembangan dalam
rahim juga berdasarkan penghitungan trimester. Fase embrionik di trimester pertama dan
fase janin trimester kedua dan ketiga.

• FaseEmbrionik
Merupakan periode perkembangan ovum yang telah dibuahi menjadi organisme
yangmemiliki sebagian besar bentuk manusia. Periode ini meliputi 8 minggu usia
kehamilan.
Dalam 3 minggu pertama kehidupan, jaringan embrio berdiferensiasi menjadi 3
lapisan – ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah), dan endoderm atau entoderm
(lapisan dalam). Ektoderm dan endoderm terbentuk pada minggu kedua; mesoderm
terbentuk pada minggu ketiga. Dari permulaan minggu ketiga hingga minggu kedelapan
setelah konsepsi, ketiga lapisan tersebut membentuk struktur dasar seluruh sistem dan organ
kompleks tubuh. Sebagai contoh, lapisan ektoderm membentuk otak dan tulang belakang,
mesoderm membentuk jantung, dan endoderm membentuk kandung kemih dan uretra
(Pillitteri, 2003).
Tiga peristiwa lain yang terjadi selama tiga minggu pertama kehamilan:
1. Embrio tertanam di endometrium uterus.
2. Membran janin berdiferensiasi menjadi korion, bakal plasenta dan amnion, serta bakal
kantung amnion.
3. Plasenta mulai berfungsi. Plasenta merupakan organ datar berbentuk pipih dan
memiliki banyak sistem sirkulasi darah. Normalnya, plasenta terbentuk di segmen atas
endometrium uterus (lapisan dalam rahim).

• Fase Janin
Janin Yaitu makhluk yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan.
Dikarakteristikkan dengan periode pertumbuhan ukuran janin yang cepat. Faktor genetik dan
lingkungan.
Berikut adalah table pembentukan organ dan panjang janin berdasarkan usia
kehamilan

Usia kehamilan
Usia kehamilan Panjang janin Pembentukan organ

4 minggu 7,5 – 10mm          Rudimenter : hidung, telinga,


dan mata
         Kepala kea rah dada
8 minggu 2,5cm          Hidung, telinga, mata mulai
terbentuk

         Daun kuping terbentuk


         Kelopak mata tampak
         Leher terbentuk
12 minggu 9cm          Alat genitalia luar mulai
tampak

         Genitalia eksterna tampak


         Hidung dan telinga tampak
jelas

         Kulit makin tebal


         Rambut kepala tumbuh
16 minggu 16-18cm          Rambut lanugo tampak

         Kelopak mata tumbuh alis dan


bulu mata
         Kulit keriput dan jelas
         Kepala besar
         Pernafasan mulai berfungsi
hidup beberapa jam
20 minggu 25cm

         Bayi cukup bulan


24 minggu 30-32cm

         Kulit berambut dengan baik


         Kulit kepala tumbuh baik
         Testis telah turun ke skrotum
         Pusat penulangan pada tibia
40 minggu 50-55cm proksimal

De Haase mengemukakan rumus untuk panjang janin seperti yang diperlihatkan pada table di
bawah ini.

Umur hamil Panjang janin Berat badan gr


(bulan) cm (centi meter) (gram)

1 1x1cm = 1cm –
2 2x2cm = 4cm 5
3 3x3cm = 9cm 15
4 4x4cm = 16cm 120
5 5x5cm = 25cm 280
6 6x5cm = 30cm 600
7 7x5cm = 35cm 1000
8 8x5cm = 40cm 1800
9 9x5cm = 45cm 2500
10 10x5cm = 50cm 3000

· Peredaran darah janin


Sistem peredaran darah janin berbeda dengan sistem peredaran darah orang dewasa
karena paru–paru janin belum berkembang sehingga O2 diambil melalui perantaraan plasenta.
Oleh karena itu, sistem peredaran darah janin ditentukan oleh faktor – faktor sebagai berikut :

1. Foramen ovale antara kedua atrium


2. Duktus arteriosus bothalli antara arteri pulmonalis dengan aorta
3. Duktus venosus arantii di dalam hepar menuju vena kava inferior
4. Pada umbilikus terdapat satu vena umbilikalis dan dua arteri umbilikalis

Peredaran darah janin berlangsung sebagai berikut :

a. Darah yang kaya dengan nutrisi dan O2 dialirkan melalui vena umbilikalis menuju hati
dimana terdapat duktus venosus arantii, langsung menuju dan masuk ke vena kava inferior
lalu masuk ke atrium kanan jantung janin
b. Dari atrium kanan janin sebagian besar darah masuk ke atrium kiri melalui foramen ovale
c. Sebagian kecil darah dari atrium kanan masuk ke ventrikel kanan
d. Darah yang masuk ke antrium kiri akan dipompa ke ventrikel kiri dan dari ventrikel kiri
dipompa masuk ke aorta dan selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh janin
e. Cabang aorta di bagian bawah menjadi dua arteri hipogastrika interna, yang mempunyai
cabang arteria umbikalis
f. Darah dari ventrikel kanan dipompa menuju paru – paru, tetapi karena paru – paru belum
berkembang maka darah yang terdapat pada arteri pulmonalis dialirkan menuju aorta malalui
duktus arteriosus bothalli
g. Darah yang dialirkan menuju paru – paru akan dialirkan kembali menuju jantung melalui vena
pulmonalis
h. Darah yang menuju plasenta malalui arteri umbilikalis terpecah menjadi kapiler untuk
mendapatkan nutrisi dan O2 untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
i. Sisa metabolisme janin dan CO2 dilepaskan ke dalam sirkulasi retroplasenter untuk
selanjutnya dibuang melalui alat pembuangan yang terdapat di tubuh ibu
Peredaran darah janin berlangsung selama kehidupan intrauterin, dimana plasenta memegang
peranan yang sangat penting. Kegagalan fungsi plasenta dapat menimbulkan berbagai penyulit
dalam pertumbuhan dan perkembangan janin.

Berikut fase – fase konsepsi dan perkembangan janin :


Ø Minggu ke – 1 :
Minggu ini sebenarnya masih periode menstruasi, bahkan pembuahan pun belum terjadi.
Sebab tanggal perkiraan kelahiran si kecil dihitung berdasarkan hari pertama haid terakhir anda.

Proses pembentukan antara sperma dan telur yang memberikan informasi kepada tubuh
bahwa telah ada calon bayi dalam rahim. Saat ini janin sudah memiliki segala bekal genetik,
sebuah kombinasi unik berupa 46 jenis kromosom manusia. Selama masa ini, yang dibutuhkan
hanyalah nutrisi (melalui ibu) dan oksigen.

Sel – sel telur yang berada didalam rahim, berbentuk seperti lingkaran sinar yg
mengelilingi matahari sel ini akan bertemu dengan sel – sel sperma dan memulai proses
pembuahan.
Lima jta sel sperma sekaligus berenang menuju tujuan akhir mereka yaitu menuju sel
telur yang bersembunyi pada saluran sel telur. Walaupun pasukan sel sperma ini sangat banyak,
tetapi pada akhirnya hanya 1 sel saja yang bisa menembus indung telur.

Pada saat ini kepala sel sperma telah hampir masuk. Kita dapat melihat bagian tengah dan
belakang sel sperma yang tidak henti-hentinya berusaha secara tekun menerobos dinding indung
telur.
Seperti yang di jelaskan dalam Al-qur’an,

Nutfah ,yaitu bermula pesenyawaan atau minggu pertama. Bermula setelah berlakunya
percampuran air mani. Maksud firman Allah dalam
surat al-insan ayat 2

“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia daripada setetes air mani yang bercampur
dengan Kami (hendaknya mengujinya dalam perintah dan larangan), karena itu kami jadikan dia
mendengar dan melihat.

Ø Minggu ke – 2 :
Pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. Sel telur yang telah dibuahi membelah dua
30 jam setelah dibuahi. Sambil terus membelah, sel telur bergerak di dalam lubang falopi menuju
rahim. Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula.

Sel-sel mulai berkembang dan terbagi kira – kira dua kali sehari sehingga pada hari yang
keduabelas jumlahnya telah bertambah dan membantu blastocyst terpaut pada endometrium.

Seperti yang dijelaskan dalam Al-qur’an, Peringkat 2 :

Alaqah, yaitu pembentukan bergumpal darah ialah pada hujung pertama dalam atau hari
ke tujuh. Pada hari ke tujuh telur yang sudah disenyawakan itu akan tertanam di dinding rahim.
Selepas itu kami mengubah nutfah menjadi alaqah. Al-mu’minuun ayat 14 :

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”

Ø Minggu ke – 3 :
Sampai usia kehamilan 3 minggu, Anda mungkin belum sadar jika sedang mengandung.
Sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan menempel pada dinding rahim disebut
blastosit. Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,1 mm (millimeter) sampai dengan 0,2 mm
(millimeter).

Dijelaskan dalam Al-qur’an surat Al Mursalaat ayat 21 : “kemudian Kami letakkan dia
dalam tempat yang kokoh (rahim)”.

Ø Minggu ke – 4 :
Kini, bayi berbentuk embrio. Embrio memproduksi hormon kehamilan (Chorionic
Gonadotropin – HCG), sehingga apabila Anda melakukan test kehamilan, hasilnya positif.

Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukan otak dan
tulang belakang serta jantung dan aorta (urat besar yang membawa darah ke jantung).
Seperti yang dijelaskan dalam Al-qur’an, Peringkat 3:
Mudghah, pembentukan mudghah berlaku pada minggu ke empat. Terjadi pembentukan otak,
saraf tunjung, telinga, dan anggota lainnya. Selain itu system pernafasan bayi sudah terbentuk.
Vilus yang tertanam di otot ibu kini mempunyai saluran darah sendiri. Jantung bayi pun mulai
bersdegup untuk perkembangan seterusnya, darah mulai mengalir dengan lebih banyak lagi
membagi pembekalan oksigen dan makanan yang secukupnya. Menjelang tujuh minggu system
pernafasan bayi akan mulai berfungsi sendiri.

Ø Minggu ke – 5 :
Terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Ectoderm adalah lapisan
yang paling atas yang akan membentuk system saraf pada janin tersebut yang seterusnya
membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut. Lapisan Mesoderm berada pada lapisan
tengah yang akan membentuk organ jantung, buah pinggang, tulang dan organ reproduktif.

Lapisan Endoderm yaitu lapisan paling dalam yang akan membentuk usus, hati, pankreas
dan pundi kencing.
Ø Minggu ke – 6 :
Ukuran embrio rata-rata 2 – 4 mm (millimeter) yang diukur dari puncak kepala hingga
bokong. Tuba saraf sepanjang punggung bayi telah menutup. Meski Anda belum bisa
mendengar, jantung bayi mulai berdetak pada minggu ini. Sistem pencernaan dan pernafasan
mulai dibentuk, pucuk-pucuk kecil yang akan berkembang menjadi lengan kaki pun mulai
tampak.

a
Ø Minggu ke – 7 :
Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 5 – 13 mm (millimeter) dan beratnya 0,8 gram,
kira-kira sebesar biji kacang hijau. Pucuk lengan mulai membelah menjadi bagian bahu dan
tangan yang mungil. Jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bilik kiri, begitu pula dengan
saluran udara yang terdapat di dalam paru-paru.
Seperti yang dijelaskan dalam Al-qur’an, Peringkat 4:
Izham dan laham, terjadi pada minggu ke lima, enam, dan tujuh, ialah pembentukan
tulang yang mendahului pembentukan pada otot. Kemudian pada minggu ke tujuh terbentuk pula
system kompleks. Pada tahap ini perut dan usus, seluruh saraf, otak dan tulang belakang mulai
terbentuk. Serentak dengan itu system pernafasan dan saluran pernafasan dari mulut ke hidung
dan juga ke paru – paru mulai kelihatan.
Begitu juga dengan organ pembiakan, kelenjar, hati, buah pinggang, pundit air kencing
dll terbentuk dengan lebih sempurna lagi. Kaki dan tangan juga mulai tumbuh. Begitu juga
dengan mata, telinga, dan mulit akan semakin sempurna. Pada minggu ke delapan semua telah
sempurna dan lengkap.

Ø Minggu ke – 8 :
Panjang kira-kira 14 – 20 mm (milimeter). Banyak perubahan yang terjadi pada bayi
Anda. Jika Anda bisa melihat , ujung hidung dan kelopak mata mulai berkembang, begitu pula
telinga.

Brochi, saluran yang menghubungkan paru-paru dengan tenggorokan, mulai bercabang.


Lengan semakin membesar dan ia memiliki siku. Semua ini terjadi hanya dalam 6 minggu
setelah pembuahan. Bayi sudah mulai terbentuk diantaranya pembentukan lubang hidung, bibir,
mulut serta lidah. Matanya juga sudah kelihatan berada dibawah membran kulit yang tipis.
Anggota tangan serta kaki juga terbentuk walaupun belum sempurna.

Seperti yang dijelaskan dalam Al-qur’an, Peringkat 5 :

Nasy’ah khalqan akhar, pada minggu ke delapan. Perubahan pada tahap ini bukan lagi
embrio tetapi sudah masuk ke peringkat janin. Pada bulan ke tiga semua tulang dan janin sudah
terbentuk dengan sempurna,kuku – kukunya pun mulai tumbuh. Pada bulan ke empat mulai
pembentukan URI menjadi cukup lengkap menyebabkan baki pranatelbayi dalam kandungan
hanya untuk menyempurnakan semua anggota yang sudah terwujud. Walaupun perubahan mulai
tetap berlaku tetapi perubahannya hanya pada ukuran bayi saja.

Ø Minggu ke – 9 :

Telinga bagian luar mulai terbentuk, kaki dan tangan terus berkembang berikut jari kaki
dan tangan mulai tampak. Ia mulai bergerak walaupun Anda tak merasakannya. Dengan
Doppler, Anda bisa mendengar detak jantungnya. Minggu ini, panjangnya sekitar 22 – 30 mm
(milimeter) dan beratnya sekitar 4 gram.
Ø Minggu ke – 10 :
Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak
meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Ia mulai tampak
seperti manusia kecil dengan panjang 32 – 43 mm (milimeter) dan berat 7 gram.

Ø Minggu ke – 11 :
Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm (centi meter). Baik rambut, kuku jari tangan
dan kakinya mulai tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap.

Gerakan demi gerakan kaki dan tangan, termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh
dan menundukkan kepala, sudah bisa dirasakan ibu.Bahkan, janin kini sudah bisa mengubah
posisinya dengan berputar, memanjang, bergelung, atau malah jumpalitan yang kerap terasa
menyakitkan sekaligus memberi sensasi kebahagiaan tersendiri.

Minggu ke – 12 :

Bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan hidung kecil. Jari-jari tangan dan kaki yang
mungil terpisah penuh. Usus bayi telah berada di dalam rongga perut. Akibat meningkatnya
volume darah ibu, detak jantung janin bisa jadi meningkat. Panjangnya sekitar 63 mm
(millimeter) dan beratnya 14 gram.
Mulai proses penyempurnaan seluruh organ tubuh. Bayi membesar beberapa millimeter
setiap hari. Jari kaki dan tangan mulai terbentuk termasuk telinga dan kelopak mata.

Ø Minggu ke – 13 :
Pada akhir trimester pertama, plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen, nutrisi
dan pembuangan sampah bayi. Kelopak mata bayi merapat untuk melindungi mata yang sedang
berkembang. Janin mencapai panjang 76 mm (milimeter) dan beratnya 19 gram. Kepala bayi
membesar dengan lebih cepat daripada yang lain. Badannya juga semakin membesar untuk
mengejar pembesaran kepala.

Ø Minggu ke – 14 :

Tiga bulan setelah pembuahan, panjangnya 80 – 110 mm (milimeter) dan beratnya 25


gram. Lehernya semakin panjang dan kuat. Lanugo, rambut halus yang tumbuh di seluruh tubuh
dan melindungi kulit mulai tumbuh pada minggu ini. Kelenjar prostat bayi laki-laki berkembang
dan ovarium turun dari rongga perut menuju panggul. Detak jantung bayi mulai menguat tetapi
kulit bayi belum tebal karena belum ada lapisan lemak.

Ø Minggu ke – 15 :
Tulang dan sumsum tulang di dalam sistem kerangka terus berkembang. Jika bayi Anda
perempuan, ovarium mulai menghasilkan jutaan sel telur pada minggu ini. Kulit bayi masih
sangat tipis sehingga pembuluh darahnya kelihatan. Akhir minggu ini, beratnya 49 gram dan
panjang 113 mm (milimeter). Bayi sudah mampu menggenggam tangannya dan mengisap ibu
jari. Kelopak matanya masih tertutup.

Ø Minggu ke – 16 :
Bayi telah terbentuk sepenuhnya dan membutuhkan nutrisi melalui plasenta. Bayi telah
mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa mendengar suara. Dalam proses pembentukan ini
system peredaran darah adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi.

Janin mulai bergerak, tetapi tak perlu kuatir jika Anda tak merasakannya. Semakin
banyak kalsium yang disimpan dalam tulang bayi seiring dengan perkembangan kerangka. Bayi
Anda berukuran 116 mm (milimeter) dan beratnya 80 gram.
Ø Minggu ke – 17 :

Dengan panjang 12 cm (centi meter) dan berat 100 gram, bayi masih sangat kecil.
Lapisan lemak cokelat mulai berkembang, untuk menjada suhu tubuh bayi setelah lahir. Rambut,
kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis kulit pada ujung jari mulai terbentuk. Sidik jari
sudah mulai terbentuk
Ø Minggu ke – 18:
Mulailah bersenandung sebab janin sudah bisa mendengar pada minggu ini. Ia pun bisa
terkejut bila mendengar suara keras. Mata bayi pun berkembang. Ia akan mengetahui adanya
cahaya jika Anda menempelkan senter yang menyala di perut. Panjangnya sudah 14 cm
(centimeter) dan beratnya 140 gram. Bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk melalui
dinding rahim ibu. Hormon Estrogen dan Progesteron semakin meningkat.
Seperti yang dijelaskan dalam Al-qur’an, Peringkat 6 :

Nafkhur, yaitu peniupan roh, peniupan roh ini berlaku selepas 120 hari dan selepas
terbentuknya organ tubuh termasuklah organ seks. Nilai kehidupan mereka telah bermula sejak
di dalam rahim lagi. Ketika di dalam rahim perkembangan mereka bukanlah proses
perkembangan fizikal semata – mata tetapi telah mempunyai hubungan dengan Allah SWT. As
Sajdah ayat 9 :

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan


Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur”.
Ø Minggu ke – 19 :
Tubuh bayi diselimuti vernix caseosa, semacam lapisan lilin yang melindungi kulit dari
luka. Otak bayi telah mencapai jutaan saraf motorik karenanya ia mampu membuat gerakan
sadar seperti menghisap jempol. Beratnya 226 gram dengan panjang hampir 16 cm (centi meter).

Ø Minggu ke – 20 :

Setengah perjalanan telah dilalui. Kini, beratnya mencapai 260 gram dan panjangnya 14-
16 cm (centi meter). Dibawah lapisan vernix, kulit bayi mulai membuat lapisan dermis,
epidermis dan subcutaneous. kuku tumbuh pada minggu ini. Proses penyempurnaan paru-paru
dan system pernafasan. Pigmen kulit mulai terlihat.
Ø Minggu ke– 21 :
Usus bayi telah cukup berkembang sehingga ia sudah mampu menyerap atau menelan
gula dari cairan lalu dilanjutkan melalui sistem pencernaan manuju usus besar. Gerakan bayi
semakin pelan karena beratnya sudah 340 gram dan panjangnya 20 cm.

Ø Minggu ke – 22 :
Indera yang akan digunakan bayi untuk belajar berkembang setiap hari. Setiap minggu,
wajahnya semakin mirip seperti saat dilahirkan. Perbandingan kepala dan tubuh semakin
proporsional.
Ø Minggu ke – 23 :
Meski lemak semakin bertumpuk di dalam tubuh bayi, kulitnya masih kendur sehingga
tampak keriput. Ini karena produksi sel kulit lebih banyak dibandingkan lemak. Ia memiliki
kebiasaaan “berolahraga”, menggerakkan otot jari-jari tangan dan kaki, lengan dan kaki secara
teratur. Beratnya hampir 450 gram.Tangan dan kaki bayi telah terbentuk dengan sempurna, jari
juga terbentuk sempurna.

Ø Minggu ke – 24 :
Paru-paru mulai mengambil oksigen meski bayi masih menerima oksigen dari plasenta.
Untuk persiapan hidup di luar rahim, paru-paru bayi mulai menghasilkan surfaktan yang
menjaga kantung udara tetap mengembang kulit bayi mulai menebal.
Ø Minggu ke – 25 :
Bayi mulai cegukan, Ini tandanya ia sedang latihan bernafas. Ia menghirup dan
mengeluarkan air ketuban. Jika air ketuban yang tertelan terlalu banyak, ia akan cegukan.

Tulang bayi semakin mengeras dan bayi menjadi bayi yang semakin kuat. Saluran darah
di paru-paru bayi sudah semakin berkembang. Garis disekitar mulut bayi sudah mulai
membentuk dan fungsi menelan sudah semakin membaik. Indera penciuman bayi sudah semakin
membaik karena di minggu ini bagian hidung bayi (nostrils) sudah mulai berfungsi. Berat bayi
sudah mencapai 650 – 670 gram dengan tinggi badan 34 – 37 cm (centi meter).

Ø Minggu ke – 26 :
Bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu retina matanya telah mulai terbentuk.
Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan pendengarannya dan pengelihatannya sudah berfungsi,
bunda dapat memulai memperdengarkan lagu yang ringan dan mencoba untuk memberi cahaya
lebih disekitar perut, mungkin bunda akan merasakan anggukan kepala si kecil. Berat badan bayi
sudah mencapai 750 – 780 gram, sedangkan tingginya 35 – 38 cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 27 :
Minggu pertama trimester ketiga, paru-paru, hati dan sistem kekebalan tubuh masih harus
dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan, memiliki peluang 85 persen untuk bertahan.

Indra perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai mengisap ibu jari dan menelan air
ketuban yang mengelilinginya. Berat umum bayi seusia si kecil 870 – 890 gram dengan tinggi
badan 36 – 38 cm.

Ø Minggu ke – 28 :
Minggu ini beratnya 1100 gram dan panjangnya 25 cm (centi meter). Otak bayi semakin
berkembang dan meluas. Lapisan lemak pun semakin berkembang dan rambutnya terus tumbuh

Lemak dalam badan mulai bertambah. Walaupun gerakan bayi sudah mulai terbatas
karena beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah mulai bisa berkedip bila
melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-
parunya belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar
telah dapat bertahan hidup.

Ø Minggu ke – 29 :
Kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon seperti androgen dan estrogen.
Hormon ini akan menyetimulasi hormon prolaktin di dalam tubuh ibu sehingga membuat
kolostrum (air susu yang pertama kali keluar saat menyusui).

Sensitifitas dari bayi semakin jelas, bayi sudah bisa mengidentifikasi perubahan suara,
cahaya, rasa dan bau. Selain itu otak bayi sudah bisa mengendalikan nafas dan mengatur suhu
badan dari bayi. Postur dari bayi sudah semakin sempurna sebagai seorang manusia, berat
badannya 1100 – 1200 gram, dengan tinggi badan 37 – 39 cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 30 :

Lemak dan berat badan bayi terus bertambah sehingga bobot bayi sekarang sekitar 1400
gram dan panjangnya 27 cm (centi meter). Karena ia semakin besar, gerakannya semakin terasa.

Mata indah bayi sudah mulai bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain dan dia sudah mulai
belajar untuk membuka dan menutup matanya. Saat ini waktu yang terbaik bagi bunda untuk
menyenteri perut dan menggerak-gerakan senter tersebut maka mata bayi sudah bisa mengikuti
ke arah mana senter tersebut bersinar. Cairan ketuban (amniotic fluid) di rahim bunda semakin
berkurang. Kini si kecil pun sudah mulai memproduksi air mata. Berat badan bayi 1510 – 1550
gram, dengan tinggi 39 – 40 cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 31 :
Plasenta masih memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Aliran darah di plasenta
memungkinkan bayi menghasilkan air seni. Ia berkemih hampir sebanyak 500 ml (mili liter)
sehari di dalam air ketuban.

Perkembangan fisik bayi sudah mulai melambat pada fase ini, hanya berat badan bayilah
yang akan bertambah. Selain itu lapisan lemak akan semakin bertambah dibawah jaringan
kulitnya. Tulang pada tubuh bayi sudah mulai mengeras, berkembang dan mulai memadat
dengan zat-zat penting seperti kalsium, zat besi, fosfor. Berkebalikan dengan perkembangan
fisiknya, pada fase ini perkembangan otaknyalah yang berkembang dengan sangat pesat dengan
menghasilkan bermilyar sel. Apabila diperdengarkan musik, bayi akan bergerak. Berat badan
bayi 1550 – 1560 gram dengan tinggi 41 – 43 cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 32 :
Jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula dengan bulu mata, alis dan
rambut di kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang menutupi tubuh bayi mulai rontok tetapi
sebagian masih ada di bahu dan punggung saat dilahirkan. Dengan berat 1800 gram dan panjang
29 cm (centi meter), kemampuan untuk bertahan hidup di luar rahim sudah lebih baik apabila di
dilahirkan pada minggu ini.
Kulit bayi semakin merah, kelopak matanya juga telah terbuka dan system pendengaran
telah terbentuk dengan sempurna. Kuku dari jari mungil tangan dan kaki si kecil sudah lengkap
dan sempurna. Rambutnya pun semakin banyak dan semakin panjang. Bayi sudah mulai bisa
bermimpi.

Ø Minggu ke – 33 :
Bayi telah memiliki bentuk wajah yang menyerupai ayah dan ibunya. Otak bayi semakin
pesat berkembang. Pada saat ini juga otak bayi sudah mulai bisa berkoordinasi antara lain, bayi
sudah menghisap jempolnya dan sudah bisa menelan. Walaupun tulang-tulang bayi sudah
semakin mengeras tetapi otot-otot bayi belum benar-benar bersatu. Bayi sudah bisa mengambil
nafas dalam-dalam walaupun nafasnya masih di dalam air. Apabila bayinya laki-laki maka testis
bayi sudah mulai turun dari perut menuju skrotum.
Berat badan bayi 1800 – 1900 gram, dengan tinggi badan sekitar 43 – 45 cm (centi
meter).

Ø Minggu ke – 34 :
Bayi berada di pintu rahim. Bayi sudah dapat membuka dan menutup mata apabila
mengantuk dan tidur, bayi juga sudah mulai mengedipkan matanya. Tubuh bunda sedang
mengirimkan antibodi melalui darah bunda ke dalam darah bayi yang berfungsi sebagai sistem
kekebalan tubuhnya dan proses ini akan tetap terus berlangsung bahkan lebih rinci pada saat
bunda mulai menyusui. Berat Badan bayi 2000 – 2010 gram, dengan tinggi badan sekitar 45 – 46
cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 35 :
Pendengaran bayi sudah berfungsi secara sempurna. Lemak dari tubuh bayi sudah mulai
memadat pada bagian kaki dan tangannya, lapisan lemak ini berfungsi untuk memberikan
kehangatan pada tubuhnya.

Bayi sudah semakin membesar dan sudah mulai memenuhi rahim bunda. Apabila bayi
bunda laki-laki maka di bulan ini testisnya telah sempurna. Berat badan bayi 2300 – 2350 gram,
dengan tinggi badan sekitar 45 – 47 cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 36 :
Kulit bayi sudah semakin halus dan sudah menjadi kulit bayi. Lapisan lemak sudah mulai
mengisi bagian lengan dan betis dari bayi. Ginjal dari bayi sudah bekerja dengan baik dan
livernya pun telah memproduksi kotoran. Saat ini paru-paru bayi sudah bekerja baik bahkan
sudah siap bertemu dengan mama dan papa.

Berat badan bayi 2400 – 2450 gram, dengan tinggi badan 47 – 48 cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 37 :
Kepala bayi turun ke ruang pelvik. Bentuk bayi semakin membulat dan kulitnya menjadi
merah jambu. Rambutnya tumbuh dengan lebat dan bertambah 5 cm (centi meter). Kuku
terbentuk dengan sempurna. Bayi sudah bisa melihat adanya cahaya diluar rahim.
Bayi pada saat ini sedang belajar untuk mengenal aktifitas harian, selain itu bayi juga sedang
belajar untuk melakukan pernafasan walaupun pernafasannya masih dilakukan di dalam air.
Berat badan bayi di minggu ini 2700 – 2800 gram, dengan tinggi 48 – 49 cm (centi meter).

Minggu ke – 38 hingga minggu ke – 40 :


Proses pembentukan telah berakhir dan bayi siap dilahirkan.
JANIN KEMBAR
Penyebab janin kembar
Banyak faktor diduga sebagai penyebab kehamilan kembar. Selain faktor genetik, obat
penyubur yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur matang secara sempurna, juga diduga
ikut memicu terjadinya bayi kembar. Alasannya, jika indung telur bisa memproduksi sel telur
dan diberi obat penyubur, maka sel telur yang matang pada saat bersamaan bisa banyak, bahkan
sampai lima dan enam.
Proses dan Perkembangan Secara garis besar, kembar dibagi menjadi dua. Monozigot,
kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot kembar yang berasal dari dua telur. Dari seluruh
jumlah kelahiran kembar, sepertiganya adalah monozigot.
Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu bersamaan, lalu dibuahi oleh sperma.

Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan dalam waktu bersamaan. Sedangkan
kembar monozigot berarti satu telur yang dibuahi sperma, lalu membelah dua. Masa pembelahan
inilah yang akan berpengaruh pada kondisi bayi kelak.

Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 sampai 72 jam, 4 sampai 8 hari, 9
sampai 12 dan 13 hari atau lebih. Berikut tahapan pembelahannya :

• Pada pembelahan pertama, akan terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban,
dan dikorionik atau rahim punya dua plasenta.
• Pembelahan kedua, selaput ketuban tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada
kondisi ini, bisa saja terjadi salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi
satunya tidak. Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat.
• Pembelahan ketiga, selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi
masih membelah dengan baik.
• Pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu selaput ketuban, sehingga
kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar. Pasalnya waktu pembelahannya kelamaan,
sehingga sel telur keburu berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang
pembelahannya lebih dari 13 hari.

Dari ke empat pembelahan tersebut, tentu saja yang terbaik adalah pembelahan pertama,
karena bayi bisa membelah dengan sempurna. Namun, ke empat pembelahan ini tidak bisa diatur
waktunya. Faktor yang mempengaruhi adalah waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah
tidak sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi, kurang gizi,
dan masalah lingkungan.

2.3 NUTRISI IBU DAN JANIN


KEHAMILAN ialah saat membahagiakan bagi pasangan suami istri, khususnya ibu atau
calon ibu. Namun, selama masa kehamilan berlangsung, ibu hamil harus memperhatikan
kecukupan nutrisi agar janin berkembang sehat. Kecukupan nutrisi untuk janin harus dilakukan
sejak terjadinya konsepsi (pembuahan) karena pembentukan organ pada janin terjadi sejak masa
konsepsi. Periode emas pada anak yaitu usia nol (dalam rahim) sampai 1.000 hari masa
kehidupan.
Masa kehamilan trimester pertama merupakan masa sangat penting karena di masa itu
pembelahan sel janin untuk pembentukan organ terjadi sangat cepat. Dua zat gizi yang paling
penting di trimester pertama ialah zat besi dan asam folat. Selama ibu hamil, kebutuhan zat besi
(Fe) meningkat karena volume darah ibu meningkat. Ia lalu membandingkan kebutuhan Fe pada
perempuan dewasa adalah 14-16 gram, tetapi pada ibu hamil ditambah 20 gram.
Begitu pula kebutuhan asam folat. Untuk ibu hamil, kebutuhan zat tersebut mencapai sekitar 600
mikrogram. Kekurangan dua zat tersebut, ujarnya, dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan
pada janin. "Kekurangan atau defisiensi asam folat dapat menyebabkan spinabifida, yaitu tidak
tertutupnya selubung saraf tulang belakang bayi," kata Julia dalam diskusi Forum Ngobras
bertajuk Nutrisi Tepat untuk Kehamilan (Janin) yang Tepat di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Selain zat besi dan asam folat, zat lain yang penting bagi ibu hamil adalah kalsium.
Kebutuhan kalsium pada ibu hamil umumnya 1.000 mg/hari dan dapat dicukupi dengan
mengonsumsi makanan sumber kalsium seperti susu dan produk turunannya. "Untuk membantu
penyerapan kalsium di saluran cerna, dibutuhkan vitamin D," ucapnya. Ia juga memaparkan
jumlah penambahan energi pada trimester pertama kehamilan lebih kurang 180 kalori, sedangkan
di trimester kedua dan ketiga sekitar 300 kalori. Ibu hamil mengalami mual dan muntah pada
trimester pertama yang dapat menjadi masalah dalam asupan nutrisi. Julia menyarankan, untuk
menghindari mual, ibu hamil agar memilih makanan rendah lemak, mengurangi makanan dengan
bumbu merangsang, dan hindari minum terlalu banyak sebelum makan. Ia juga menyarankan
makanan yang dikonsumsi ibu hamil dibuat lunak sehingga mudah ditelan. "Tata laksananya,
konsumsi makanan dalam porsi kecil, tetapi sering, untuk menghindari mual dan muntah,"
terangnya.
Risiko preeklamsia Di tempat yang sama, konsultan fetomaternal dari Rumah Sakit Anak
dan Bunda (RSAB) Harapan Kita Irvan Adenin mengatakan ada dua jalur utama pemenuhan
kebutuhan nutrisi untuk janin, yaitu jalur nutrisi (pembuluh darah ibu) dan komposisi nutrisinya.
Menurutnya, pembuluh darah memegang peran penting dalam menyalurkan oksigen dan
nutrisi dari ibu ke janin sehingga harus dipastikan pembuluh darah ibu hingga ke pembuluh
darah perifer dalam kondisi sehat (tidak menyempit). Hal itu berkolerasi dengan risiko
preeklamsia pada ibu hamil.

2.4 ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL


Istilah dalam kehamilan
 Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar.
 Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum
aterm. Berat janin antara 1000 sampai 2500 gram atau tua kehamilan antara 28 minggu
sampai 36 minggu.
 Partus post maturus atau serotinus adalah partus yang terjadi 2 minggu atau lebih dari
waktu partus yang diperkirakan.
 Gravida adalah orang yang sedang hamil.
 Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali.
 Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup.
 Multipara adalah seorang wanita yang beberapa kali melahirkan bayi yang dapat hidup
(Prawirohardjo, 1999).
B. Konsep dasar asuhan kehamilan (Prenatal Care)
Tiga komponen dasar perawatan prenatal adalah :

1. Pengkajian risiko kehamilan

2. meningkatkan kesehatan

3. Intervensi medis dan psikososial

Perawatan kehamilan yang tidak adekuat bisa mengakibatkan berat badan bayi lahir
rendah dan meningkatkan kejadian prematuritas. Adanya korelasi yang kuat antara dua
kejadian di atas dengan peningkatan angka morbiditas bayi.
Tujuan Asuhan Kehamilan antara lain :

1. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan tumbuh kembang


janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental serta sosial ibu dan bayi.

3. menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan kemungkinan komplikasi yang


terjadi selama kehamilan.

4. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat baik ibu maupun bayi,
dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI Eksklusif berjalan normal.

6. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi
agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Standar Asuhan Kehamilan

Kunjungan antenatal care (ANC) minimal :

1. Satu kali pada trimester 1 (usia kehamilan 0 – 13 minggu).

2. Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14 – 27 minggu)

3. Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 18 – 40 minggu)

Pelayanan standar adalah 7T yaitu

a. Timbang berat badan.

b. Ukur Tekanan darah.

c. Ukur Tinggi fundus uteri.

d. Pemberian imunisasi TT lengkap.

e. Pemberian Tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis

f. satu tablet setiap harinya.

g. Lakukan Tes Penyakit Menular Seksual (PMS).

h. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Kunjungan Prakonsepsi

Idealnya kunjungan pertama dilakukan selama konsepsi dengan riwayat kesehatan yang
lengkap dan pemeriksaan fisik, misalnya DM, IMS, merokok, minum minuman keras , dll
yang mungkin berakibat negatif pada kehamilan ibu. Ibu dianjurkan mengkonsumsi asam
folat dosis 400mg/hari untuk mengurangi risiko defek tabung neural.

Kunjungan Prenatal Pertama

Tujuan pemeriksaan ibu pada kunjungan prenatal pertama adalah sebagai berikut :

1. Untuk memastikan kehamilan

2. Untuk pemeriksaan kesehatan fisik ibu hamil


3. Untuk mengkaji pertumbuhan dan perkembangan janin

4. Untuk mengevaluasi kebutuhan psikososial ibu dan keluarganya

5. Untuk mengkaji kebutuhan konseling dan pembelajaran

6. untuk menyusun rencana perawatan guna meningkatkan kesehatan ibu dan bayi.

C. Perubahan dan adaptasi psikologis selama kehamilan

PERUBAHAN PERAN SELAMA KEHAMILAN

Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan


psikologis dan pada saat ini pula wanita akan mencoba untuk beradaptasi terhadap
peran barunya melalui tahapan sebagai berikut.
1. Tahap antisipasi

Dalam tahap ini wanita akan mengawali adaptasi perannya dengan merubah
peran sosialnya melalui latihan formal (misalnya kelas-kelas khusus kehamilan)
dan informal melalui model peran (role model). Meningkatnya frekuensi interaksi
dengan wanita harnil dan ibu muda lainnya akan mempercepat proses adaptasi
untuk mencapai penerimaan peran barunya sebagai seorang ibu.
2. Tahap honeymoon (menerima peran, mencoba menyesuaikan diri)

Pada tahap ini wanita sudah mulai menerirna peran barunya dengan cara
mencoba menyesuaikan diri. Secara internal wanita akan mengubah posisinya
sebagai penerima kasih sayang dari ibunya menjadi pemberi kasih sayang terhadap
bayinya. Untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, wanita akan menuntut
dari pasangannya. Aspek lain yang berpengaruh dalam tahap ini adalah seiring

dengan sudah mapannya beberapa persiapan yang berhubungan dengan kelahiran


bayi, termasuk dukungan semangat dari orang-orang terdekatnya.

3. Tahap stabil (bagaimana mereka dapat melihat penampilan dalam peran)

Tahap sebelumnya mengalami peningkatan sampai ia mengalami suatu titik


stab dalam penerimaan peran barunya. la akan melakukan akti vitas-aktivitas yan
bersifat positif dan berfokus untuk kehamilannya, seperti mencari tahu tentan
informasi seputar persiapan kelahiran, cara mendidik dan merawat anak, serf hal
yang berguna untuk menjaga kondisi kesehatan keluarga.
4. Tahap akhir (perjanjian)

Meskipun ia sudah cukup stabil dalam menerima perannya, namun ia tetap


mengadakan "perjanjian" dengan dirinya sendiri untuk sedapat mungkii "menepati
janji" mengenai kesepakatan-kesepakatan internal yang telah ia buat berkaitan
dengan apa yang akan ia perankan sejak saat ini sampai bayinya lahir kelak.

PERUBAHAN PSIKOLOGIS TRIMESTER I (PERIODE PENYESUAIAN)

1. Ibu merasa tidak sehat dari kadang merasa benci dengan kehamilannya.

2. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan. Bahkan


kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.
3. Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini
dilakukan sekadar untuk meyakinkan dirinya.
4. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian
dengan saksama.
5. Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang
mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau malah mungkin
dirahasiakannya.
6. Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita, tetapi
kebanyakan akan mengalami penurunan.

PERUBAHAN PSIKOLOGIS TRIMESTER II (PERIODE KESEHATAN YANG


BAIK)

1. Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi.

2. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.

3. Merasakan gerakan anak.


4. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.

5. Libido meningkat.

6. Menuntut perhatian dan cinta.

7. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.

8. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain yang
baru menjadi ibu.
9. Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan persiapan
untuk peran baru.

2.4.1 ASKEP PERSALINAN KALA 1-2


1. Pengertian persalinan menurut beberapa pendapat :
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah
waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan.
a. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil komsepsi (janing dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (manuaba, 1998).

b. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup


bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002).
c. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di luar
uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau persalinan spontan adalah
bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan
istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu
kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2002).
d. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup
didunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Sinopsis Obstetri,
Rustam Mochtar).
e. Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik, lahirnya bayi dan plasenta
dari rahim ibu (APN, 2004).
f. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar (Mansjoer, 2000 : 291).
g. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin, 2007 : 100).

A. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan
adanya kontrasi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara
progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan
keluarganya. Sangat pentng untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal
dan merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi
yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien
dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus an penatalaksanaan
yang trampil ari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang
menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun
2010)

2.5 ANATOMI DAN UKURAN TULANG PANGGUL WANITA


Anatomi dan ukuran tulang panggul wanita sangat penting artinya bagi perawat
ataupun bidan untuk memudahkan persalinan atau menentukan keputusan yang tepat saat
menangani persalinan.
Dalam dunia medis kita mengenal istilah anatomi jalan lahir. Anatomi jalan lahir ini
terdiri dari dari otot, jaringan dan ligamen (bagian lunak) dan tulang panggul beserta
sendi tulang panggung (bagian keras).
A. Bagian-Bagian Tulang Panggul
Bagian- bagian tulang panggul terdiri dari:
- Os oskam (yi, os ilium, os iskium, os pubis)
- Os sacrum
- Os koksigeus

Ketiga bagian tulang panggul diatas saling berhubungan satu dengan lainnya seperti:

- Os pubis kiri dan os pubis kanan pada bagian depan panggul yang dikenal
dengan istilah simfisis.
- Os sacrum dan os ilium dihubungkan oleh artikulasio sakro-iliakan pada bagian
belakang panggul.
- Antara os sacrum dengan os kaksigeus dihubungkan oleh artikulasio
sakrokoksigeal pada bagian bawah panggul.

Artikulasio atau sendi-sendi dapat mengalami pergeseran yang lebih jauh sehingga
sedikit longgar disaat kehamilan terjadi.

Secara fungsional, panggul terdiri atas 2 bagian:

- Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis disebut pula
false pelvis.
- Pelvis minor adalah bagian pelvis yang terletak di bawah linea terminalis (true
pelvis) karena bagian ini mempunyai peranan penting dalam obstretik dan harus
dapat dikenal dan dinilai sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan dapat tidaknya
bayi melewatinya.
- Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu
melengkung ke depan (sumbu carus). Bidang atas saluran yang normal berbentuk
hampir bulat disebut pintu atas panggul (pelvic inlet).
- Bidang bawah saluran ini merupakan suatu bidang seperti pintu atas panggul, namun
terdiri atas dua bidang yang disebut sebagai pintu bawah panggul (pelvic outlet). Di
antara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity).
- Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas di bawah pintu atas panggul,
namun menyempit di panggul tengah untuk kemudian menjadi sedikit lebih luas.
- Penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina iskiadika yang
kadang-kadang menonjol ke dalam ruang panggul.
- Sumbu carus adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter
transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di
Hodge II, III, dan IV. Begitu mendekati Hodge III, sumbu itu lurus, sejajar dengan
sakrum yang selanjutnya melengkung ke depan sesuai dengan lengkungan sakrum.

A. Pintu Atas Panggul (PAP)

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang berbentuk lonjong dan berbatasan
dengan promontorium, korpus vertebra sakral I, linea inominata (terminalis), ramus superior
os pubis, dan pinggir atas simfisis.

- Jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium, disebut juga diameter antero-posterior
(konjugata vera), adalah 11 cm. Hasil ini diperoleh dengan cara memasukkan jari tengah
dan telunjuk ke dalam vagina untuk meraba promontorium; jarak bagian bawah simfisis
sampai ke promontorium yang disebut konjugata diagonalis adalah 13 cm.
- Konjugata vera merupakan jarak antara pinggir atas simfisis ke promontorium dengan
ukuran lebih 11 cm, diperoleh dari pengurangan konjugata diagonalis oleh 1,5 cm.
- Selain kedua konjugata ini, dikenal pula konjugata obstetrika yang memiliki jarak 11,5
cm, yaitu jarak dari bagian dalam tengah simfisis ke promontorium.
- Sebenarnya konjugata ini paling penting, walaupun perbedaannya dengan konjugata vera
sedikit sekali. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul disebut diameter
transversa (13,5-14 cm).
- Jika ditarik garis dari artikulasio sakro-iliaka ke titik persekutuan antara diameter
transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea inominata disebut diameter obliqua
(oblik) (12-12,5 cm).
- Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan berupa sudut (arkus pubis).
Normalnya, besarnya sudut ini 90° atau lebih sedikit. Jika kurang sekali dari 90, kepala
janin akan lebih sulit dilahirkan, karena memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal.
Dalam  obstetrik, Jenis  panggul wanita dengan ciri-ciri PAP sebagai berikut:
1. Jenis ginekoid
Panggul paling baik untuk wanita, bentuk PAP hampir bulat. Panjang diameter antero-
posterior kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 45%
wanita.
2. Jenis android
Bentuk PAP hampir segitiga. Umumnya, pria mempunyai jenis seperti ini. Panjang
diameter antero-posterior hampir sama dengan diameter transversa, namun jenis ini jauh
lebih mendekati sakrum.
Dengan demikian, bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya
menyempit ke muka. Jenis ini ditemukan 15% pada wanita.
3. Jenis anthropoid
Bentuk PAP agak lonjong, seperti telur. Panjang diameter anteroposterior lebih panjang
dibandingkan diameter transversa. Jenis ini ditemukan 35% pada wanita.
4. Jenis platipeloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.
Ukuran melintang jauh lebih besar 5% dibandingkan ukuran muka belakang. Jenis ini
ditemukan pada wanita.
Ruang Panggul
Ruang di bawah PAP mempunyai ukuran yang paling luas. Di panggul tengah, terdapat
penyempitan setinggi kedua spina iskiadika. Jarak normal antara kedua spina ini
(distansia spinarum) 10,5 cm.
- Kemungkinan kepala janin dapat lebih mudah masuk ke dalam ruang panggul yang
diperbesar, jika sudut antara sakrum dan lumbal yang disebut inklinasi, lebih besar.

B. Pintu Bawah Panggul (PBP)


Pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang datar, namun tersusun atas 2 bidang
datar yang masing-masing berbentuk segitiga, yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara
kedua buah tuber os iskii dengan ujung os sakrum dan segitiga lainnya yang alasnya juga
garis antara kedua tuber os iskii dengan bagian bawah simfisis.
Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut (arkus pubis).
Normalnya, besar sudut ini 900 atau lebih sedikit. Jika kurang sekali dari 900, kepala janin
akan lebih sulit dilahirkan, karena memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal.
Jarak antara kedua tuber os iskii (distansia tuberum), diambil dari bagian dalamnya
adalah ±10,5 cm.

C. Bidang Hodge

Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah janin turun
ke dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat bidang:

1. Bidang Hodge I : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
simfisis dan promontorium.
2. Bidang Hodge II : bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian
bawah simfisis.
3. Bidang Hodge III : bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi
spina iskiadika kanan dan kiri
4. Bidang Hodge IV : bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak
setinggi os koksigeus.

D. Ukuran-Ukuran Luar Panggul

Ukuran-ukuran ini dipergunakan untuk menentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan
ukuran panggul jika pelvimetri ronsen sulit dilakukan. Alat-alat yang digunakan adalah
jangka panggul marting, oscander, collin, boudelogue, dan lain-lain.

-  Distansia spinarum (24-26 cm)


- Distansia spinarum yaitu jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan
dekstra.
- Distansia kristarum ( 28-30 cm)
Distansia kristarum yaitu jarak terpanjang antara dua tempat yang simetris pada
kristailiaka sinistra dan dekstra.Umumnya ukuran ini tidak penting, namun ukuran ini lebih
kecil 2-3 cm dari angka normal sehingga dapat dicurigai adanya patologik panggul.
- Distansia obliqua eksterna (ukuran miring luar)
Distansia obliqua eksterna yaitu jarak antara spina iliaka posterior sinistra dan spina
iliaka anterior dekstra dan dari spina iliaka posterior dekstra ke spina iliaka anterior superior
sinistra.
- Pada panggul normal, kedua ukuran ini tidak banyak berbeda, namun jika panggul ini 
asimetrik (miring), kedua ukuran ini sangat jelas perbedaannya.
- Distansia intertrokanterika
Distansia intertrokanterika yaitu jarak antara kedua trokanter mayor.
- Konjugata eksterna (boudelogue)
Konjugata eksterna yaitu jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus spinosus lumbal V
lebih kurang 18 cm.
- Distansia tuberum
Distansia tuberum yaitu jarak antara tuber iskii kanan dan kiri lebih kurang 10,5 cm.
Untuk mengukurnya dipakai oscander.
- Angka yang ditunjuk jangka harus ditambah 1,5 cm karena adanya jaringan subkutis
antara tulang dan ujung jangka. Jika jarak ini kurang dari normal, dengan sendirinya
arkus pubis lebih kecil dari 90°.

E. Bagian Lunak Jalan Lahir


Kala pengeluaran (kala II) ikut membentuk jalan lahir (segmen bawah uterus, serviks
uteri dan vagina). Pada akhir kehamilan lebih kurang 38 minggu, serviks lebih pendek
dibandingkan waktu kehamilan 16 minggu.
- Ismus uteri pada kehamilan 16 minggu menjadi bagian uterus tempat janin berkembang.
Umumnya serviks discbut menjadi matang jika teraba sebagai bibir, dan ini terjadi pada
kehamilan 34 minggu.
- Di samping uterus dan vagina, otot-otot, jaringan ikat, dan ligamen yang berfungsi
menyokong alat-alat urogenitalis perlu diketahui karena semuanya memengaruhi jalan
lahir.
- Panggul bagian lunak meliputi dasar panggul dan perineum. Otototot yang menahan
dasar panggul di bagian luar adalah muskulus sfingter ani eksternus, muskulus
bulbokavernosus yang melingkari vagina dan muskulus perinea transversus superfisialis.
- Pada bagian tengah, ditemukan otot-otot yang melingkari ureter (muskulus sfingter
uretrae), otot-otot yang melingkari vagina bagian tengah dan anus, antara lain muskulus
iliokoksigeus, muskulus iskiokoksigeus, muskulus perinea transversus profundus dan
muskulus koksigeus.
- Lebih ke dalam lagi, ditemukan otot-otot dalam yang paling kuat disebut diafragma
pelvis, terutama muskulus levator ani yang berfungsi menahan dasar panggul. Struktur ini
menutup hampir seluruh bagian belakang PBP.
- Muskulus levator ani berada pada bagian depan muskulus berbentuk segitiga yang
disebut trigonum urogenitalis (hiatus genitalis). Di dalam trigonum ini terdapat uretra,
vagina, dan rektum.
- Perineum merupakan bagian dari PBP yang terletak di antara komisura posterior dan
anus. Pada persalinan, sering terjadi robekan perineum yang perlu dijahit dengan baik.
- Anatomi dan ukuran tulang panggul wanita sangat penting artinya bagi perawat
ataupun bidan untuk memudahkan persalinan atau menentukan keputusan yang tepat saat
menangani persalinan.

3.1 FAKTOR-FAKTOR ESENSIAL DAN PROSES PERSALINAN


Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran.
Faktor-faktor tersebut dikenal dengan lima P: passenger (penumpang, yaitu janin dan
plasenta), passageway (jalan lahir), powers (kekuatan), position (posisi ibu), dan
psychologic respons (respon psikologis) (Bobak, 2012).

1) Passanger (Penumpang) Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir


merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka plasenta
dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta
jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal (Sumarah et al, 2009)
2) Passageway (Jalan Lahir) Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang
padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-lapisan otot
dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi meskipun itu jaringan lunak, tetapi panggul
ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul
perlu diperhatikan sebelum persalinan dimulai (Sumarah et al, 2009)

3) Power (Kekuatan) Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-oto perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer
yang diperlukan dalam persalinan adalah his yaitu kontraksi otot-otot rahim, sedangkan
sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu (Rohani et al.2011).

4) Position (Posisi Ibu) Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Menurut Melzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah posisi
membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi yang
baik dalam persalinan yaitu posisi tegak yang meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan
jongkok. Posisi tegak dapat memberikan sejumlah keuntungan, hal itu dikarenakan posisi
tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin, dapat mengurangi
insiden penekanan tali pusat, mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan
mencegah kompresi pembuluh darah serta posisi tegak dapat membuat kerja otot-otot
abdomen lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahim saat ibu mengedan (Bobak,
2012).

5) Psychologic Respons (Psikologis) Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana


tersedianya dorongan positif, persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi
adaptasi/coping (Sukarni & Wahyu, 2013).

Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai dengan cemas atau
menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi nyeri persalinan. Respon
fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu dikeluarkannya hormon katekolamin.
Hormon tersebut menghambat kontraksi uterus dan aliran darah plasenta (Manurung,
2011). Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: Melibatkan psikologis
ibu, emosi, dan persiapan intelektual; Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya;
Kebiasaan adat; Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu (Rohani et al, 2011).
3.2 PARTOGRAF
Pengertian Partograf
Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadiankejadian pada
perjalanan persalinan (Farrer, 2011). Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase
aktif persalinan (Siswonosudarmo, 2008). Partograf dipakai untuk memantau kemajuan
persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam
pematalaksanaan (Saifuddin, 2006). Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan
kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. (Wiknjosastro, 2008).
Tujuan utama dari penggunaan partograf untuk :
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui periksa dalam
b. Mendeteksi apakah proses normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosayang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu persalinan dan
bayi baru lahir

Jika Digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan
untuk :

1. Mencatat tujuan persalinan


2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4. Menggunakan informasi yang tercatat secara dini mengidentifikasi adanya penyulit
5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan
tepat waktu.
Penggunaan Partograf
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu . Selain itu, juga mencegah terjadinya
penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka. (Prawirohardjo,2005).
- Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai eleman penting asuhan
persalinan
- Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll)
- Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan
kelahiran (Spesialis, Obgin, bidan, dokter umum, residen, dan mahasiswa kedokteran)

Pencatatan Dalam Kala I

Kala I Persalinan dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif dibatasi oleh
pembukaan serviks

- Fase laten pembukaan kurang dari 4 cm


- Fase aktif pembukaan 4 - 10 cm
- Kondisi janin dinilai setiap ½ jam
- Kontraksi dinilai setiap ½ jam
- Pembukaan dinilai setiap 4 jam Nadi setiap ½ jam
- Tekanan darah dan suhu dinilai setiap 4 ja

Pencatatan Dalam Fase Aktif ( Mulai mengisi partograf )

o Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif
persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan
selama fase aktif persalinan, termasuk :

1. Informasi tentang ibu

 Nama, umur
 G,P,A
 Nomor catatan medis
 Tanggal dan waktu mulai dirawat
 Waktu pecahnya selaput ketuban

2. Kondisi janin
 DJJ Catat DJJ dengan tanda ● kemudian hubungkan tanpa terputus setiap 30 menit
 Adanya air ketuban dan warnanya dicatat dengan menggunakan lambang :
• U : Ketuban utuh
• J : Ketuban sudah pecah warna jernih
• M : Ketuban sudah pecah dan bercampur dengan meconium
• D : Ketuban sudah pecah bercampur dengan darah
• K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban
 Molase dicatat dengan lambing sbb :
• 0 : tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
• 1 : tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
• 2 : tulang kepala janin saling bertumpuh tapi masih dapat dipisah
• 3 : tulang kepala janin tumpeng tindih dan tidak dapat dipisahkan

3. Kemajuan Persalinan
 Pembukaan Serviks hasil pemeriksaan dicatat dengan tanda “ X “ digaris waktu yang
sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
 Penurunan bagian terbawah janin Diisi dikolom pembukaan serviks mulai dari angka 5 –
0 berinda tanda 0 sesuai dengan waktu pembukaan serviks.
 Garis waspada dan bertindak
4. Waktu
 Dibagian bawah kolom pembukaan serviks tertera kotak 1 – 16 menyatakan waktu 1 jam
setiap kolom dibawahnya tertera kotak untuk menulis waktu actual di lakukannya
pemeriksaan.

5. Kontraksi

 Terdapat 5 kolom diisi dengan durasi yaitu :


• Bila kurang dari 20 detik kolom diisi dengan titik-titik
• Bila 20 – 40 detik kolom diisi dengan garis – garis
• Bila diatas 40 detik kolom diisi penuh ( dihitamkan )

6. Obat – obatan dan cairannya yang diberikan

 Diisi dibawah lajur observasi kontraksi

7. Kondisi ibu  Nadi diisi dengan tanda “ ● “ setiap 30 menit kemudian dihubungkan

 Tekanan darah diisi dengan tanda panah setiap 4 jam


 Temperatur tubuh ditulis langsng sesuai angka yang dihasilkan setiap 2 jam.
 Urine ( volume, aseton, dan protein )

8. Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya dicatat di catatan kemajuan persalinan

Lembar Belakang Partograf


Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala I hingga Kala IV (termasuk bayi baru lahir). Dokumentasi ini sangat
penting untuk membuat keputusan klinik. Terutama pada pemantauan kala IV (mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi
dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah
dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman.
 Data dasar o Tanggal o Nama bidan
o Tempat persalinan
o Alamat persalinan o Catat rujukan
o Alasan rujukan
o Pendamping saat melahirkan

 Kala I o Partograf melawati garis waspada ( ya / tidak )


o Masalah lain
o Penatalaksanaan
o Hasilnya

 Kala II
o Episiotomi ( ya / tdk )
o Pendamping saat persalinan
o Gawat janin
o Distosia bahu
o Masalah lain
o Penatalaksanaan masalah tersebut
o Hasilnya

 Kala III
o Lama kala III
o Pemberian oksitoksin
o Pemberian ulang oksitoksin
o Penanganan tali pusat terkendali
o Rangsangan taktil fundus uteri
o Plasenta lahir lengkap ( ya / tdk )
o Plasenta tidak lahir lengkap > 30 menit ( ya / tdk )
o Laserasi ( ya / tdk )
o Jika laserasi perineum derajat berapa.
o Atonia uteri ( ya / tdk ) o Jumlah perdarahan
o Masalah lain
o Penatalaksanaan masalah tersebut
o Hasilnya

 Bayi baru lahir


o Berat badan bayi
o Panjang o Jenis kelamin
o Penilaian bayi baru lahir
o Penatalaksanaan bayi baru lahir
o Penatalaksanaan bayi baru lahir bermasalah
o Cacat bawaan
o Hipotermia
o Pemberian ASI ( ya / tdk )
o Masalah lain o Hasilnya

 Pemantauan kala IV
o Jam ke waktu
o Tekanan darah
o Nadi
o Temperatur
o TFU
o Kontraksi uterus
o Kandung kemih
o Perdarahan
3.3 PENGKAJIAN JANIN
Pengkajian janin dapat  dilakukan dengan metode yang tidak menggunakan teknologi,
seperti perhitungan gerakan janin (Fetal Movement Counting/FMC) dan tes akselerasi
auskultrasi (Auscultated Acceleration Test/AAT). Sedangkan metode menggunakan teknologi
seperti Ultrasonografi (USG), kardiotokografi, amniosintesis, dsb.
Kelebihan metode penghitungan gerakan janin yaitu mudah digunakan, singkat dan
mudah diinterpretasi.
Sedangkan untuk menghitung denyut jantung janin dapat dilakukan dengan stetoskop
pinard atau dengan menggunakan doppler.
A. Gerakan Janin / FMC (Fetal Movement Counting)
 PENGERTIAN
Pola gerakan janin adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan janin, dimana gerakan
janin yang mengikuti pola teratur dari waktu ketika gerakan ini dirasakan.Data sedikitnya 10
gerakan perhari dianggap lazim.
Perhitungan gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan 34-36 minggu bagi wanita
yang beresiko rendah mengalami insufisiensi uteroplasenta. Sedangkan bagi wanita yang
faktor resikonya telah diidentifikasi, perhitungan gerakan janin dilakukan pada usia
kehamilan 28 minggu.
Gerakan janin normal, yaitu sekelompok atau beberapa kelompok aktivitas tungkai dan
tubuh janin yang menunjukkan normalitas.Gerakan janin pada primigravida dirasakan pada
kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada kehamilan 16 minggu.

 METODE SEDERHANA FMC


1. Letakkan 10 uang logam dalam mangkok.
2. Keluarkan dan letakkan di atas meja.
3. Masukkan kembali uang logam ke dalam mangkok setiap kali bayi bergerak.
4. Apabila tidak seluruh uang logam kembali kedalam mangkok dalam 2 jam, panggil
bidan.
 HAL YANG MEMPENGARUHI GERAKAN JANIN
a. Kapan gerakan muncul.
b. Usia kandungan.
c. Kadar glukosa.
d. Stimulus suara.
e. Status perilaku janin.
f. Penggunaan obat-obatan dan kebiasaan merokok.
g. Hipoksia.
h. Asidemia.
i. Polihidramnion.
j. Oligohidramnion.
k.
3.4 ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL CARE (INC)

1.1 KONSEP MEDIS


1. Definisi

Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan
(dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal persalinan
dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37  42 minggu setelah
persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi yang baik.

Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan yang
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Harianto.2010).

2. Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan


a. Teori penurunan hormon progesterone.

Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan


kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone
dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun
sehingga menimbulkan his.

 Teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot –
otot rahim.
3. Teori plasenta menjadi tua.
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan his.
4. Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi miometrium pada
setiap umur kehamilan.
5. Pengaruh janin.
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada anencephalus,
kehamilan sering lama dari biasanya.
6. Teori distensi rahim.
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot – otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
7. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser dan ditekan
misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.

A. KONSEP KEPERAWATAN
1. KALA I (fase laten)
a. Pengakajian
 Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
 Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
 Seksualitas
Servik dilatasi 0 - 4 cm mungkin ada lendir merah muda kecoklatan atau terdiri dari
flek lendir.

b. Diagnosa Keperawatan
 Ansietas b.d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
 Defisiensi pengetahuan tentang kemajuan persalinan b.d kurang mengingat
informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
 Risiko infeksi maternal
 Risiko kekurangan volume cairan

c. Intervensi
DIAGNOSA
NO KEPERAWATA NOC NIC
N
1. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan 1. Orientasikan klien
situasional akibat asuhan keperawatan pada lingkungan, staf
proses persalinan selama dan prosedur
……..diharapkan 2. Berikan informasi
ansietas pasien tentang perubahan
berkurang dengan psikologis dan
criteria hasil: fisiologis pada
 TTV dbn persalinan.
 Pasien dapat 3. Kaji tingkat dan
mengungkapkan penyebab ansietas.
perasaan 4. Pantau tekanan darah
cemasnya. dan nadi sesuai
 Lingkungan indikasi.
sekitar pasien 5. Anjurkan klien
tenang dan mengungkapkan
kondusif perasaannya.
6. Berikan lingkungan
yang tenang dan
nyaman untuk pasien
2. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Kaji persiapan,tingkat
pengetahuan asuhan keperawatan pengetahuan dan
tentang kemajuan selama….,pengetahua harapan klien
persalinan b.d n pasien tentang 2. Beri informasi dan
kurang mengingat persalinan meningkat kemajuan persalinan
informasi yang dengan kriteria hasil: normal.
diberikan,  Pasien dapat 3. Demonstrasikan teknik
kesalahan mendemonstrasikan pernapasan atau
interpretasi teknik pernafasan  relaksasi dengan tepat
informasi. dan posisi yang untuk setiap fase
tepat untuk fase persalinan
persalinan
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Kaji latar belakang
terhadap infeksi asuhan keperawatan budaya klien.
maternal b.d selama….diharapkan 2.  Kaji sekresi vagina,
pemeriksaan infeksi maternal dapat pantau   tanda-tanda
vagina berulang terkontrol dengan vital.
dan kontaminasi criteria hasil: 3. Tekankan pentingnya
fekal.  TTV dbn mencuci tangan yang
 Tidak terdapat baik.
tanda-tanda infeksi 4. Gunakan teknik
aseptic saat
pemeriksaan vagina.
5.  Lakukan perawatan
perineal setelah
eliminasi.

2. KALA I (fase aktif)


a.  Pengkajian
 Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
 Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang
kemampuan mengendalikan pernafasan.
 Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
 Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
 Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada
primipara).

b. Diagnosa Keperawatan
 Nyeri akut b.d tekanan mekanik dari bagian presentasi.
 Gangguan eliminasi urin b.d perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung
kemih.
 Keletihan  b.d peningkatan kebutuhan energi akibat peningkatan metabolisme
sekunder akibat nyeri selama persalinan
 Risiko cidera maternal
 Risiko kerusakan gas janin

c. Intervensi

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji derajat
berhubungan asuhan keperawatan ketidaknyamanan
dengan tekanan selama…..,diharapkan secara verbal dan
mekanik dari nyeri terkontrol nonverbal    
bagian presentasi. dengan criteria hasil: 2. Pantau dilatasi servik
 TTV dbn 3. Pantau tanda vital
 Pasien dapat dan DJJ     
mendemonstrasikan 4. Bantu penggunaan
kontrol nyeri teknik pernapasan
dan relaksasi
5. Bantu tindakan
kenyamanan spt.
6. Gosok punggung,
kaki
7. Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8. Berikan informasi
tentang ketersediaan
analgesic
9. Dukung keputusan
klien menggunakan
obat-obatan/tidak
10.  Berikan 
lingkungan yang
tenang
2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Palpasi di atas
eliminasi urin b.d asuhan keperawatan simpisis pubis
perubahan selama….,diharapkan 2. Monitor  masukan
masukan dan eliminasi urine pasien dan haluaran
kompresi mekanik normal dengan 3. Anjurkan upaya
kandung kemih. kriteria hasil: berkemih sedikitnya
 Cairan seimbang 1-2 jam
 Berkemih teratur 4. Posisikan klien tegak
dan cucurkan air
hangat di atas
perineum
5. Ukur suhu dan nadi,
kaji adanya
peningkatan
6. Kaji kekeringan kulit
dan membrane
mukosa
3 Keletihan  b.d Setelah diberikan 1. Kaji tanda – tanda
peningkatan asuhan keperawatan vital yaitu nadi dan
kebutuhan energi selama … diharapkan tekanan darah
akibat peningkatan ibu tidak mengalami 2. Anjurkan untuk
metabolisme keletihan dengan relaksasi dan
sekunder akibat kriteria hasili: istirahat di antara
nyeri selama nadi:60- kontraksi
persalinan 80x/menit(saat tidak 3. Sarankan suami
ada his), ibu atau keluarga untuk
menyatakan masih mendampingi ibu
memiliki cukup 4. Sarankan keluarga
tenaga untuk menawarkan
dan memberikan
minuman atau
makanan kepada ibu

4. Risiko cidera Setelah dilakukan 1. Pantau aktivitas


maternal asuhan keperawatan uterus secara manual
selama….,diharapkan 2. Lakukan tirah baring
cidera terkontrol saat persalinan
dengan kriteria hasil: menjadi intensif
 TTV dbn 3. Hindari meninggikan
 Aktivitas uterus baik klien tanpa perhatian

 Posisi pasien 4. Tempatkan klien

nyaman pada posisi tegak,


miring ke kiri
5. Berikan perawatan
perineal selama 4
jam
6. Pantau suhu dan nadi
7. Kolaborasi
pemberian antibiotik
(IV)
6 Risiko kerusakan Setelah asuhan 1. Kaji adanya kondisi
gas janin keperawatan yang menurunkan
selama….,diharapkan situasi uteri plasenta
janin dalam kondisi 2. Pantau DJJ dengan
baik dengan criteria segera bila pecah
hasil: ketuban 
o   DJJ dbn 3. Instuksikan untuk
o   Presentasi kepala (+) tirah baring bila
o   Kontraksi uterus presentasi tidak
teratur masuk pelvis
4. Pantau turunnya
janin pada jalan lahir
5. Kaji perubahan DJJ
selama kontraksi

3. KALA II
a. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
 Melaporkan kelelahan
 Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik relaksasi
 Lingkaran hitam di bawah mata
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3. Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4. Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5. Nyeri / ketidaknyamanan
 Dapat merintih / menangis selama kontraksi
 Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
 Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
 Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6. Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7. Seksualitas
 Servik dilatasi penuh (10 cm)
 Peningkatan perdarahan pervagina
 Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
 Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d tekanan mekanis pada bagian presentasi
2. Penurunan curah jantung b.d fluktasi aliran balik vena
3. Risiko kerusakan integritas kulit

c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi derajat
tekanan mekanis asuhan keperawatan ketidaknyamanan
pada bagian selama….,diharapkan 2. Berikan tanda/
presentasi nyeri terkontrol tindakan kenyamanan
dengan kriteria hasil: seperti perawatan
 TTV dbn kulit, mulut, perineal
 Pasien dapat dan alat-alat tenun
mendemostrasikan yang kering
nafas dalam dan 3. Bantu pasien memilih
teknik mengedan posisi yang nyaman
untuk mengedan
4. Pantau tanda vital ibu
dan DJJ
5. Kolaborasi
pemasangan kateter
dan anastesi
2. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan darah
jantung b.d asuhan keperawatan dan nadi tiap 5 – 15
fluktuasi aliran selama…..,diharapkan menit
balik vena kondisi 2. Anjurkan pasien
cardiovaskuler pasien untuk inhalasi dan
membaik dengan ekhalasi selama upaya
kriteria hasil: mengedan
 TD dan nadi dbn 3. Anjurkan klien /
 Suplay O2 tersedia pasangan memilih
posisi persalinan yang
mengoptimalkan
sirkulasi.
3. Risiko kerusakan Setelah asuhan 1. Bantu klien dan
integritas kulit keperawatan pasangan pada posisi
selama….,diharapkan tepat
integritas kulit 2. Bantu klien sesuai
terkontrol dengan kebutuhan
kriteria hasil: 3. Kolaborasi epiostomi
 Luka perineum garis tengah atau
tertutup medic lateral
(epiostomi) 4. Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung
kemih dan kateterisasi

4. KALA III
a. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
 Klien tampak senang dan keletihan
2. Sirkulasi
 Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal   
dengan cepat
 Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
 Nadi melambat
3. Makan dan cairan
 Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4. Nyeri / ketidaknyamanan
 Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5. Seksualitas
 Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
 Tali pusat memanjang pada muara vagina

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d trauma jaringan setelah melahirkan
2. Risiko kekurangan volume cairan
3. Risiko cidera maternal

c. Intervensi
DIAGNOSA
NO KEPERAWATA NOC NIC
N
2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Bantu penggunaan
trauma jaringan asuhan keperawatan teknik pernapasan
setelah selama…,diharapkan 2. Berikan kompres es
melahirkan nyeri terkontrol pada perineum
dengan criteria hasil: setelah melahirkan
 Pasien dapat 3. Ganti pakaian dan
control nyeri liner basah
4. Berikan selimut
penghangat
5. Kolaborasi perbaikan
episiotomy
1. Risiko Setelah dilakukan 1. Instruksikan klien
kekurangan asuhan keperawatan untuk mendorong
volume cairan selama….,diharapkan pada kontraksi
cairan seimbang 2. Kaji tanda vital
denngan criteria hasil: setelah pemberian
 TTV dbn oksitosin
 Darah yang 3. Palpasi uterus
keluar ± 200 – 4. Kaji tanda dan gejala
300 cc shock
5. Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
6. Kolaborasi pemberian
cairan parentral
3. Risiko cedera Setelah dilakukan 1. Palpasi fundus uteri
maternal asuhan keperawatan dan massase dengan
selama….,diharapkan perlahan
cidera terkontrol 2. Kaji irama pernafasan
dengan criteria hasil: 3. Bersihkan vulva dan
 Plasenta keluar perineum dengan air
utuh dan larutan antiseptic
  TTV dbn 4. Kaji perilaku klien
dan perubahan
system saraf pusat
5. Dapatkan sampel
darah tali pusat, kirim
ke laboratorium
untuk menentukan
golongan darah bayi
6. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral

5. KALA IV
a. Pengkajian
1. Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih rendah
pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon pemberian
oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk
kelahiran pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
3. Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4. Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5. Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6. Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy,
kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9. Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus, perineum
bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada abdomen, paha dan
payudara.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas.
2. Penurunan koping keluarga b.d transisi/peningkatan anggota keluarga
3. Resiko kekurangan volume cairan

c. Intervensi

DIAGNOSA
NO KEPERAWATA NOC NIC
N
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Kaji sifat dan derajat
efek hormone, tindakan keperawatan ketidaknyamanan
trauma,edema selama … diharapkan 2. Beri informasi yang
jaringan, pasien dapat tepat tentang perawatan
kelelahan fisik mengontrol nyeri, nyeri selama periode
dan psikologis, berkurang dengan pascapartum
ansietas Kriteria hasil : 3. Lakukan tindakan
 Pasien melaporkan kenyamanan
nyeri berkurang 4. Anjurkan penggunaan
 Menunjukkan postur teknik relaksasi
dan ekspresi wajah 5. Beri analgesic sesuai
rileks kemampuan
 Pasien merasakan
nyeri berkurang
pada skala nyeri (0-
2)
3. Penurunan koping Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien untuk
keluarga b.d asuhan keperawatan menggendong,
transisi/peningkat selama…..,diharapkan menyentuh bayi
an anggota proses keluarga baik 2. Observasi dan catat
keluarga dengan kriteria hasil: interaksi bayi
o  Ada kedekatan ibu 3.  Anjurkan dan bantu
dengan bayi pemberian ASI,
tergantung pada
pilihan klien
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Tempatkan klien pada
kekurangan asuhan keperawatan posisi rekumben
volume cairan selama….,diharapkan 2. Kaji hal yang
cairan simbang dengan memperberat kejadian
criteria hasil: intrapartal
 TD dbn 3. Kaji masukan dan
 Jumlah dan warna haluaran
lokhea dbn 4. Perhatikan jenis
persalinan dan anastesi,
kehilangan daripada
persalinan
5. Kaji tekanan darah dan
nadi setiap 15 menit
6. Dengan perlahan
massase fundus bila
lunak
7. Kaji jumlah, warna dan
sifat aliran lokhea
8. Kolaborasi pemberian
cairan parentral

 ASKEP KALA I-IV


a. Kala I
1) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
Tujuan: nyeri berkurang
Kriteria evaluasi :
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang
b. Pasien tampak relaks atau tenang diantara kontraksi

Intervensi Rasional
1. Kaji derajat nyeri secara verbal 1. Mengetahui skala nyeri pasien
dan non verbal. sehingga dapat ditentukan
intervensi yang tepat
2. Anjurkan berkemih 1-2 jam, 2. Mempertahankan kandung kemih
palpitasi di atas simpisis pubis. bebas distensi yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan.
3. Ajarkan pasien untuk mengedan 3. Mengejan yang efektif
yang efektif dan relaksasi saat meminimalkan nyeri dan tenaga
tidak ada his. yang dikeluarkan sehingga pasien
tidak kelelahan.

4. Berikan analgetik/alfafrodin 4. Membantu meringankan rasa nyeri


hidroklorida atau meperidin
hidroklorida per IV/IM diantara
kontraksi.
2) Risiko tinggi cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan, hiperkapnea
Tujuan: tidak terjadi cerera janin
Kriteria evaluasi:
1. DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)
2. Tidak ada perubahan periodik yang berbahaya

Intervensi Rasional
1. Pantau DJJ 1. DJJ harus di rentang 120-160
x/menit dengan variasi rata-rata
percepatan dalam respon terhadap
aktivitas maternal, gerak janin dan
3)
kontraksi uterus
2. Catat kemajuan persalinan 2. Persalinan lama dengan
perpanjangan fase laten dapat
menimbulkan masalah kelelahan
ibu, stres berat, infeksi dan
hemorargi karena ruptur uteri
menempatkan janin pada resiko
tinggi terhadap hipoksia dan
cedera
3. Lakukan pemeriksaan leophod 3. Abnormalitas seperti presentasi
wajah, dagu dan posterior
memerlukan intervensi khusus
untuk mencegah persalinan lama.
4. Posisikan janin miring 4. Meningkatkan perfusi plasenta,
mencegah sindrome hipotensi
terlentang.
5. Kolaborasi dalam pemberian O2 5. Menambah O2 ibu untuk ambilan
fekal
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan perubahan hormonal
Tujuan: perubahan eliminasi urine teratasi sehingga memudahkan kemajuan dalam
persalinan
Kriteria evaluasi:
1. Pasien mengosongkan kandung kemih dengan cepat
2. Pasien bebas dari cedera kandung kemih

Intervensi Rasional
1. Catat dan bandingkan masukan 1. Keseimbangan intake dan output
dan haluaran urine cairan sehingga tidak terjadi
dehidrasi
2. Anjurkan untuk sering berkemih 2. Tekanan dari bagian presentasi
1-2 jam dari kandung kemih sering
menurunkan sensasi dan
mengganggu pengosongan
komplit.
3. Palpasi di atas simpisis pubis 3. Mendeteksi adanya urine dalam
kandung kemih dan derajat
kepenuhan.
4. Kolaborasi dalam melakukan 4. Distensi kandung kemih dapat
kateterisasi menyebabkan atoni, menghalangi
turunnya janin, menimbulkan
trauma pada presentasi janin.

4) Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai


darah
Tujuan: tidak terjadi kerusakan pertukaran gas
Kriteria evaluasi:
1. DJJ dan variabilitas denyut dalam batas normal (120-160x/menit)
2. TTV dalam batas normal terutama respirasi normal (16-20x/menit)

Intervensi Rasional
1. Kaji adanya faktor 1. Situasi resiko tinggi
maternal/kondisi yang mempengaruhi sirkulasi,
menurunkan uteroplasenta. kemungkinan dimanifestasikan
dengan hipoksia.
2. Pantau DJJ setiap 15-30 menit 2. Bradikardi atau takikardi
merupakan indikasi dari
kemungkinan penurunan yang
memerlukan intervensi khusus.
3. Periksa DJJ segera setelah 3. Mendeteksi distres janin karena
ketuban pecah (periksa setiap 15 prolaps tali pusat.
menit).
4. Pertahankan dan catat warna, 4. Pada presentasi vertex, hipoksia
jumlah amnion saat ketuban lama menyebabkan cairan amnion
pecah. berwarna mekonium karena vagal
yang merilekskan spingter anal.
5. Anjurkan pasien miring kiri. 5. Menurunkan resiko hipoksia pada
janin dan resiko prolaps plasenta.
6. Ajarkan pasien menarik napas 6. Napas dalam merilekskan otot-otot
dalam. sehingga tidak terjadi kelelahan.

5) Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran darah
Tujuan: tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria evaluasi:
1. TTV dalam batas normal
- TD : 100-120/60-80 mmHg
- RR : 16-20x/menit
- N : 60-80x/menit
- S : 36,5-37,4oC
2. DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)

Intervensi Rasional
1. Kaji TTV diantara kontraksi. 1. Selama kontraksi TD biasanya
meningkat 5-10mmHg, kecuali
selama fase transisi. Peningkatan
tahanan curah jantung dapat terjadi
bila ada hipertensi intrapartal yang
selanjutnya meningkatkan tekanan
darah.
2. Pantau adanya edema dan 2. Kelebihan retensi cairan
luasnya, pantau DJJ. menempatkan klien pada resiko
terhadap perubahan sirkulasi,
dengan kemungkinan insufisiensi
uteroplasenta dimanifestasikan
sebagai deselerasi lanjut.
3. Catat masukan parenteral dan oral 3. Tirah baring meningkatkan curah
dan haluaran secara akurat. Ukur jantung dan haluaran urine dengan
berat jenin bila fungsi ginjal penurunan berat jenis urine.
menurun. Peningkatan berat jenis dan/atau
reduksi dalam haluaran urine
menandakan dehidrasi atau
kemungkinan terjadinya
hipertensi.
4. Tes urin terhadap albumin 4. Menandakan spasme glomerulus,
yang menurunkan reabsorpsi
albumin. Kadar lebih dari +2
menandakan gangguan ginjal,
kadar +1 atau lebih rendah
mungkin terjadi karena
katabolisme otot yang terjadi pada
latihan atau peningkatan
metabolisme pada periode
intrapartal.

b. Kala II
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,
dilatasi/peregangan jaringan, kompresi saraf, pola kontraksi semakin intensif
Tujuan : nyeri berkurang
Kriteria hasil:
1. Mengungkapkan penurunan nyeri
2. Menggunakan teknik yang tepat untuk mempertahankan kontrol, istirahat di
antara kontraksi.

Intervensi Rasional
1. Identifikasi derajat 1. Mengklarifikasi kebutuhan ;
ketidaknyamanan dan sumbernya memungkinkan intevensi
2. Pantau dan catat aktivitas uterus yang tepat
pada setiap kontraksi 2. Memberikan
3. Berikan dukungan dan informasi informasi/dokumentasi legal
yang berhubungan dengan tentang kemajuan kontinu ;
kemajuan persalinan membantu mengidentifikasi
4. Anjurkan klien atau pasangan pola kontraksi abnormal,
untuk mengatur upaya mengejan memungkinkan pengkajian
dengan spontan, daripada dan intervensi segera
dilakukan terus-menerus, 3. Pertahankan supaya
mendorong selama kontraksi pasangan tetap mendapatkan
5. Pantau penonjolan perineal dan informasi tentang perkiraan
rektal, pembukaan muara vagina kelahiran ; menguatkan
dan tempat janin bahwa upaya-upaya yang
6. Bantu klien memilih posisi dilakukan itu berarti
optimal untuk mengejan (Mis 4. Upaya mengejan spontan
jongkok, rekumben lateral, posisi yang bukan terus menerus
semi fowler atau penggunaan menghindari efek negatif dai
kursi melahirkan). Kaji valsava manuver berkenaan
keefektifan upaya untuk mengejan denan penurunan kadar
; bantu klien untuk merelakskan oksigen ibu dan janin
semua otot dan beristirahat 5. Pemutaran anal ke arah luar
diantara kontraksi dan penonjolan perineal
terjadi saat verteks janin
turun, menandakan
kebutuhan untuk persiapan
kelahiran
6. Posisi yang tepat dengan
relaksasi jaringan perineal
mengoptimalkan upaya
mengejan, memudahkan
kemajuan persalinan,
menurunkan
ketidaknyamanan dan
menurunkan kebutuhan
terhadap penggunaan forsep

2) Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik vena,
perubahan pada tahanan vaskular sistemik
Tujuan : tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria evaluasi :
1. Mempertahankan tanda vital yang tepat terhadap tahap persalinan
2. Menunjukkan DJJ dan variabilitas dalam batas normal

Intervensi Rasional
1. Pantau TD dan nadi (setiap 5-15 1. Peningkatan curah jantung
menit). Perhatikan jumlah dan 30%-50% terjadi pada tahap
konsentrasi haluaran urin pengeluaran, penajaman pada
2. Anjurkan klien untuk puncak kontraksi uterus dan
inhalasi/ekhalasi selama upaya kembali secara lambat pada
mengejan, dengan menggunakan status prakontraksi, saat
teknik glotis terbuka dan menahan kontraksi menurun atau
napas tidak lebih dari 5 detik. berhenti
Katakan pada klien untuk 2. Valsava manuver yang lama
mendorong hanya bila ia dan berulang, terjadi bila klien
merasakan dorongan untuk menahan napas saat
melakukannya (dorongan tidak mendorong terhadap glotis
boleh dipaksakan) yang tertutup, akhirnya
3. Pantau DJJ setelah kontraksi atau mengganggu aliran bali vena
upaya mengejan dan menurunkan curah jantung,
4. Anjurkan klien/pasangan memilih TD dan tekanan nadi
posisi persalinan yang 3. Mendeteksi bradikardia janin
mengoptimalkan sirkulasi seperti dan hipoksia berkenaan dengan
posisi rekumben lateral, posisi penurunan sirkulasi maternal
fowler atau berjongkok dan penurunan perfusi plasenta
5. Atur infus IV sesuai indikasi ; yang disebabkan oleh valsava
pantau pemberian oksitosin dan manuver atau posisi yang tidak
turunkan kecepatan bila perlu tepat
4. Posisi rekumben tegak dan
lateral mencegah oklusi vena
kava inferior dan obstruksi
aorta, mempertahankan aliran
balik vena dan mencegah
hipotensi
5. Jalur IV harus tersedia pada
kasus perlunya memperbaiki
hipotensi atau menaikkan
pemberian obat kedaruratan

3) Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan pesalinan, pola


kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forsep
Tujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria evaluasi :
1. Otot-otot perineal rileks selama upaya mengejan
2. Bebas dari laserasi yang dapat dicegah

Intervensi Rasional

1. Bantu klien/pasangan dengan 1. Membantu meningkatkan


posisi yang tepat, pernapasan dan peregangan bertahap dari
upaya untuk rileks perineal dan jaringan vagina
2. Bantu sesuai kebutuhan dengan 2. Menungkinkan melahirkan
manuver tangan ; berikan tekanan lambat saat kepala bayi telah
pada dagu janin melalui perineum distensi di perineum 5 cm ;
ibu saat tekanan pengeluaran pada menurunkan trauma pada
oksiput dengan tangan lain jaringan ibu
3. Bantu dengan episiotomi garis 3. Episiotomi dapat mencegah
tengah atau mediolateral bila robekan perineum pada kasus
perlu bayi besar, persalinan cepat
4. Bantu dengan penggunaan forsep dan ketidakcukupan relaksasi
pada kepala janin, bila perlu perineal
4. Trauma jaringan ibu meningkat
karena penggunaan forsep,
yang dapat mengakibatkan
kemungkinan laserasi atau
ekstensi episiotomi

c. Kala III
1) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake,
muntah dan diaphoresis
Tujuan: pemenuhan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria evaluasi:
1. TTV dalam batas normal
 TD : 100-120/60-80 mmHg
 RR : 16-20x/menit
 N : 60-80x/menit
 S : 36,5-37,4oC
2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Intervensi Rasional
1. Pantau TTV dan DJJ. 1. Monitor TTV dilakukan karena
efek samping okxytocin yang
sering terjadi adalah hipertensi
dan peningkatan DJJ menandakan
dehidrasi.
2. Segera beri minum melalui oral
2. Pantau tanda-tanda dehidrasi. jika ditemukan tanda-tanda
dehidrasi.
3. Pelepasan harus terjadi dalam
3. Catat waktu dan mekanisme waktu 5menit setelah kelahiran,
pelepasan plasenta. lebih banyak waktu yang
diperlukan plasenta untuk lepas
makan lebih banyak darah hilang.
4. Membantu memenuhi kebutuhan
cairan.
4. Kolaborasi dalam pemberian
cairan perenteral

2) Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis melahirkan


Tujuan: nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria evaluasi:
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang
2. Pasien tampak relaks
3. Pasien tidak merintih kesakitan

Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri pasien. 1. Skala nyeri yang tinggi atau berat
diberikan obat sesuai indikasi.
2. Beri pasien posisi yang nyaman. 2. Posisi yang nyaman membuat
pasien relaks sehingga nyeri dapat
berkurang.
3. Ajarkan pasien tehnik relaksasi 3. Relaksasi napas dalam membantu
napas dalam. mengontrol nyeri sehingga nyeri
dirasakna berkurang.
4. Lakukan massage pada daerah 4. Massage membantu merelakskan
fundus untuk menurunkan nyeri otot-otot dan mencegah
dan resiko perdarahan perdarahan.

3) Risiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan posisi selama


melahirkan, kesulitan pelepasan plasenta
Tujuan : tidak terjadi cedera terhadap ibu
Kriteria hasil
a. Bebas dari cedera maternal

Intervensi Rasional
1. Palpasi fundus dan masase 1. Memudahkan pelepasan
dengan perlahan plasenta
2. Masase fundus secara perlahan 2. Menghindari rangsangan/trauma
setelah pengeluaran plasenta berlebihan pada fundus
3. Bersihkan vulva dan perineum 3. Menghilangkan kemungkinan
dengan air dan larutan kontaminan yang dapat
antiseptik steril, berikan mengakibatkan infeksi saluran
pembalut. asenden selama periode
4. Rendahkan kaki klien secara pascapartum
simultan dari pijakan kaki 4. Membantu menghindari
5. Kolaborasi pemberian regangan otot
oksitosin IV, posisikan 5. Meningkatkan kontraktilitas
kembali uterus di bawah miometrium uterus
pengaruh anastesi, dan berikan 6. Membatasi potensial infeksi
ergonovin maleat IM setelah endometrial
penempatan uterus kembali
6. Kolaborasi pemberian
antibiotik profilaktik

d. Kala IV
1) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelelahan, kegagalan
miometri dari mekanisme homeostatis.
Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria evaluasi:
1. Pasien tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
2. Haluaran urine adekuat
3. Mukosa bibir lembab

Intervensi Rasional
1. Pantau TTV, terutama suhu. 1. Peningkatan suhu menandakan
dehidrasi
2. Pantau DJJ. 2. Pada awalnya DJJ meningkat
karena dehidrasi dan kehilangan
cairan.
3. Ukur masukan cairan dan 3. Mengetahui adanya dehidrasi
haluaran urine. sehingga dapat segega dilakukan
intervensi yang tepat.
4. Berikan masukan cairan 4. Mengganti kehilangan cairan.
peroral/parenteral

2) Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis/cedera jaringan


Tujuan: nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria evaluasi:
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang
2. Pasien tampak relaks
3. Pasien tidak merintih kesakitan

Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri pasien. 1. Skala nyeri yang tinggi atau berat
diberikan obat sesuai indikasi.
2. Beri pasien posisi yang nyaman. 2. Posisi yang nyaman membuat
pasien relaks sehingga nyeri dapat
berkurang.
3. Ajarkan pasien tehnik relaksasi 3. Relaksasi napas dalam membantu
napas dalam. mengontrol nyeri sehingga nyeri
dirasakna berkurang.
4. Lakukan massage pada daerah 4. Massage membantu merelakskan
fundus untuk menurunkan nyeri otot-otot dan mencegah
dan resiko perdarahan perdarahan.

3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka epiostomi.


Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria evaluasi:
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. TTV dalam batas normal terutama suhu

Intervensi Rasional
1. Observasi TTV terutama suhu. 1. Perubahan suhu menandakan
terjadinya infeksi.
2. Kaji tanda-tanda infeksi. 2. Adanya tanda-tanda seperti kalor,
dolor, rubor, tumor dan
fungsiolaesia menandakan
terjadinya infeksi segera berikan
intervensi yang tepat.
3. Pertahankan tehnik aseptik. 3. Tehnik aseptik menurunkan resiko
terjadinya infeksi kepada pasien
ataupun perawat.
4. Kolaborasi dalam pemberian 4. Antibiotik sesuai indikasi
antibiotik dan kaji efek samping membantu menghambat
mekanisme terjadinya infeksi
sehingga pasien tidak mengalami
efek samping yang tidak
diinginkan.

4) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau peningkatan


perkembangan anggota keluarga.
Tujuan: penerimaan anggota baru dalam keluarganya
Kriteria evaluasi:
1. Ibu mengatakan merasakan kebahagiaan memiliki bayi.
2. Ibu tampak menyusui bayinya dengan penuh cinta
3. Ibu tampak menerima kehadiran bayi.

Intervensi Rasional
1. Observasi interaksi ibu dan bayi 1. Kontak mata, posisi menghadap
serta keluarganya. wajah menandakan penerimaan
yang baik atas kehadiran bayinya.
2. Perilaku atau pengunggkapan
2. Catat adanya pengungkapan atau secara verbal mengenai
perilaku yang menunjukkan kekecewaan terhadap kelahiran,
kekecewaan. berikan KIE tentang keadaan bayi
dan penanganan yang tepat.
3. Berikan ibu menyusui bayinya. 3. Menyusui secara dini memberikan
kesempatan kepada bayi lebih
dekat dengan ibu dan
mendapatkan nutrisi penting dari
ASI.
4. Anjurkan pasien dan keluarga 4. Kedekatan ibu, bayi dan keluarga
menggendong bayinya memberikan kehangatan pada
bayi sehingga bayi menjadi
tenang.

A. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun atau ditentukan sebelumnya berdasarkan rencana tindakan
yang telah dibuat, dimana tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan
kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2003)..

B. EVALUASI
a. Kala I
1) Nyeri berkurang dan terkontrol
2) Tidak terjadi cedera janin
3) Perubahan eliminasi urine teratasi
4) Tidak terjadi kerusakan pertukaran gas
5) Tidak terjadi penurunan curah jantung
b. Kala II
1) Nyeri berkurang atau terkontrol
2) Klien mempertahankan tanda vital yang tepat
3) Klien tampak mengejan
c. Kala III
1) Pemenuhan kebutuhan cairan adekuat
2) Nyeri berkurang atau terkontrol
3) Tidak terjadi cidera
d. Kala IV
1) Pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.
2) Nyeri berkurang atau terkontrol
3) Tidak terjadi infeksi.

 TEORI KEPERAWATAN terpilih : Ramona Marcer


A.    Biografi Ramona T. Mercer
Mercer adalah seorang perawat yang sangat “concern” terhadap proses persalinan
(Marriner-Toney, 1989). Ia bekerja dengan pengaruh besar dari Reva Rubin yang merupakan
profesor keperawatan maternitas pada Universitas Program Doctoral dimana Mercer melakukan
studinya. Sejak tahun 1988 Mercer telah menerbitkan 4 buku dan lebih dari 55 artikel.

B.  Asumsi yang Mendasari Model Konseptual


               Maternal Role Attainment-Becoming a Mother adalah model konseptual keperawatan
yang dikemukakan oleh Ramona T. Mercer. Model ini tercipta setelah Mercer melakukan
perbagai riset yang berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi parental attachment
pada ibu post partum dan salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian peran ibu tersebut
adalah emosional bayi baru lahir. Mercer mengidentifikais bahwa komponen emosional bayi
yang mempengaruhi peran ibu tersebut adalah temperamen bayi, kemampuan memberikan
isyarat, penampilan, karakteristik umum, responsiveness dan kesehatan umum.
 Asumsi Mercer berkaitan dengan pengembangan model maternal role attainment ini
diantaranya adalah bayi baru lahir diyakini sebagai parner yang aktif dalam proses pencapaian
peran ibu, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peran ibu serta peran pasangan dan bayinya
akan mereflesikan kompetensi ibu dalam menjalankan perannya sehingga dapat tumbuh dan
berkembang.
 Perkembangan identitas peran ibu sangat terpengaruh oleh kondisi psikologis dan perilaku ibu
dan bayi. Pada bayi respon perkembangan yang berpengaruh terhadap interaksi dengan
perkembagan identitas peran ibu antara lain adanya kontak mata sebagai isyarat komunikasi,
refleks menggenggam, refleks tersenyum dan tingkah lau yang tenang sebagai respon
terhadap perawatn ibu, konsistensi tingkah laku interaksi dengan ibu serta respon ibu terhadap
bayinya dapat meningkatkan pergerakan bayi
 Dengan demikian kondisi bayi baru lahir sangat berpengaruh terhadap pencapaian dan
pengembangan peran ibu sehingga perawat bayi baru lahir adalah komponen penting dalam
penerapan model konseptual yang dikemukakan oleh Mercer.

C.     Sumber Teori
              Model pencapaian peran maternal yang dikemukakan oleh Mercer dengan
menggunakan konsep Bronfenbrenner’s (1979) memperlihatkan bagaimana lingkungan
berpengaruh terhadap pencapaian peran ibu.

D.  Konsep Utama dan Definisi


               Mercer menggunakan konsep-konsep utama dalam mengembangkan model
konseptualnya. Konsep-konsep tersebut adalah :
• Pencapaian peran ibu (maternal role attainment) adalah suatu proses pengembangan dan
interaksional dimana setiap saat ketika ibu menyentuh bayinya akan menciptakan
kemampuan mengasuh dan merawat termasuk membentuk peran dan menunjukkan
kepuasan dan kesenangan menikmati perannya tersebut. Maternal identity menunjukkan
internalisasi diri dari ibu.
• Persepsi terhadap kelahiran bayi adalah persepsi setiap wanita dalam menunjukkan persepsi
pengalamannya selama melahirkan bayinya.
• Self esteem digambarkan sebagai persepsi individu dalam menggambarkan dirinya sendiri
• Fleksibilitas dikemukaan untuk menunjukkan bahwa peran tidaklah kaku. Fleksibilitas
perilaku pengasuhan anak meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan. Ibu yang
lebih tua berpotensi untuk mengalami kekakuan pada bayinya dan untuk menyesuaikan pada
setiap situasi.
• Childrearing attitude adalah perilaku ibu atau kepercayaan mengenai pengasuhan anak.
• Status kesehatan didefinisikan sebagai persepsi orang tua terhadap prioritas kesehatannya,
pandangan erhadap kesehatan, kesehatan saat ini, resistensi atau kemungkinan untuk sakit,
hal yang dikhawatirkan dalam kesehatan, orientasi sakit dan memutuskan peran sakit.
Kecemasan digambarkan sebagai persepsi individu tentang situasi yang penuh stress seperti
adanya bahaya atau ancaman. Depresi ditunjukkan dengan adanya beberapa gejala tekanan
yang ditunjukkan dari perilaku ibu.
• Role strain-role conflict (konflik peran) didefinisikan sebagai konflik dan kesulitan yang
dirasakan oleh wanita dalam penyesuaiannya terhadap tugas peran ibu.
gratification-satisfaction digambarkan sebagai kepuasan, kenikmatan, umpan balik dan
kebanggaan yang diekspresikan oleh wanita dalam berinteraksi dengan bayinya dan dalam
memenuhi tugas rutinnya sebagai seorang ibu.
• Attachment adalah komponen dari peran orang tua dan identitas yang digambarkan sebagai
proses dalam mempertahankan komitmen sikap dan emosi yang telah terbentuk
• Infant temperament dikaitkan dengan apakah bayi sulit mengirimkan untuk membaca
isyarat, arahan pada perasaan ketidakmampuan dan keputusasaan dari ibu.
• Status kesehatan bayi (infant health status) adalah kesakitan yang disebabkan oleh
permisahan ibu dan bayi, mempengaruhi proses kasih sayang (attachment).
Karaktersitik bayi (infant characterize) meliputi temperamen bayi, penampilan dab status
kesehatan.
• Isyarat-isayarat bayi (infant cues) adalah perilaku bayi yang menunjukkan respon terhadap
ibunya.
• Keluarga (family) didefinisikan sebagai sistem yang dinamis yang terdiri atas subsistem-
individu (ibu, ayah, janin/bayi) dan dyad (ibu-ayah, ibu-janin/bayi, ayah-janin/bayi) yang
bersama dalam satu sistem. Fungsi keluarga (family functioning) adalah pandangan individu
terhadap aktivitas dan hubungan antara kelurga dan sub sistem serta unit sosial yang tinggal
dalam rumah. Ayah atau pasangan intim (father or intimate partnert) berkontribusi pada
proses pencapaian peran ibu yang pada pelaksanaannya tidak bisa digantikan oleh orang
lain. Interaksi ayah membantu mengurangi tekanan dan memfasilitasi pencapaian peran ibu.
• Stress terbentuk dari persepsi positif atau negatif tentang hidup dan lingkungan.
• Dukungan sosial (social support) adalah sejumlah bantuan yang diterima, puas dengan
bantuan tersebut dan orang-orang disekitarnya selalu siap untuk membantu. Terdapat empat
area dukungan sosial yang mencakup dukungan emosional, informasi, fisik dan penilaian.
• Hubungan ibu-ayah (mother-father relationship) adalah persepsi tentang hubungan pasangan
yang mencakup nilai, tujuaan antara kedun dan perjanjian. Kasih sayang ibu terhadap
bayinya berkembang seiring dengan lapangan emosional dari hubungan orangtuanya.

E.  Fokus Teori Ramona T. Mercer


Teori ini lebih fokus pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam pencapaiaan peran
ibu, marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan:

a. Efek stress Anterpartum


Stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negatif dari
hidup seorang wanita.
Penilitian mercer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan status kesehatan ibu,
yaitu:
1. Hubungan Interpersonal
2. Peran keluarga
3. Stress anterpartum
4. Dukungan social
5. Rasa percaya diri
6. Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi
Maternal role menurut mercer adalah bagai mana seorang ibu mendapatkan identitas baru
yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap dengan dirinya sendiri.

b. Pencapaian peran ibu


Peran ibu dapat di capai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan
kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut mercer menyebutkan tentang stress anterpartum
terhadap fungsi keluarga, baik yang positif ataupun yang negative. Bila fungsi keluarganya
positif maka ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum karena resiko
kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status kesehatan, dengan dukungan keluarga
dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi stress anterpartum.
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan (Trisemester I, II dan III)
merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan bahwa menarche,
kehamilan, nifas, dan monopouse merupakan hal yang fisiologis.
Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress
anterpartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat
menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil
antara lain adalah:
a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat berperan
sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan bayinya.
b. Ibu memerlukan sosialisasi
c. Ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya
d. Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan kehamilan ke masa
menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.

F.Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menurut Ramona T Mercer.


a. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, di mana wanita mulai melakukan penyesuaian social dan
psikologis dengan mempelajri segala sesuatuyang di butuhkan untuk menjadi seorang ibu.

b. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran di butuhkan sesuai dengan
kondisi system social

c.Informal
Di mana wanita telam mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya

d.Personal
Merupakan peran terakhir, di mana wanita telah mahir melakukan perannya sebagai ibu.
Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah di mulai sejak ibu
menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Mercer mulainya
peran ibu adalah setelah bayi bayi lahir 3-7 bulan setelah dilahirkan.

G. Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh beberapa faktor.


a. Faktor ibu
1. Umur ibu pada saat melahirkan
2. Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali
3. Stress social
4. Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya
5. Dukungan social
6. Konsep diri
7. Sifat pribadi
8. Sikap terhadap membesarkan anak
9. Status kesehatan ibu.

b. Faktor bayi
1. Temperament
2. Kesehatan bayi

c. Faktor-faktor lainnya
1. Latar belakang etnik
2. Status pekawinan
3. Status ekonomi

Suatu hal yang sangat menarik yang  dikemukakan oleh Mercer adalah penekanannya pada
pengaruh bayi (infant personality) pada waktu ibu melaksanakan perannya sebagai ibu.Dengan
mengambil factor sosial suppprt, Mercer mengidentifikasi 4 faktor pendukung

a. Emotional support
Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti.

b. Informational support
Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu
untuk menolong dirinya sendiri

c. Physical support
Misalnya dengan membantu merwat bayi dan memberikan tambahan dana

e. Appraisal support
Ini memungkinkan indifidu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan pencapaiaan peran ibu
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan
konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu.
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi
dan konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu.
Peran bidan yang di harapkan oleh Mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam
melaksanakan tugas dan adaptasi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pencapaiaan peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.

H. Tujuan Teori Ramona T. Marcer


Memberikan    dukungan    selama hamil untuk mengurangi lemahnya lingkungan, dukungan
sosial serta kurangnya kepercayaan diri. Serta bertujuan agar tercipta peran bidan yang di
harapkan oleh mercer dalam teorinya yaitu membantu wanita dalam melaksanakan tugas dan
adaptsi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaiaan peran ibu dan
kontribusi dari stress antepartum.

BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dapat mengetahui lebih jauh mengenai sistem reproduksi pada wanita baik dari anatomi
maupun fisiologinya.
Alat reproduksi wanita dibagi atas 2 bagian :
- Alat reproduksi luar ( genetalia eksterna ) :
Dalam arti sempit adalah alat kandungan yang dapat dilihat dari luar bila wanita dalam
posisi litotomi. Yang fungsinya dikhususkan untuk kopulasi ( koitus).
- Alatreproduksi dalam ( genetalia interna)

B.     Saran
Saran penulis untuk para pembaca      :
Untuk mengerti perubahan – perubahan yang terjadi selama kehamilan, pembaca lebih
mendalami susunan anatomi dan fisiologi reproduksi wanita
DAFTAR PUSTAKA

Baziad A. 2003. Osteoporosis. Menopause dan Andropause; Sarwono Prawirihardjo. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka.
Bobak, Irine. 2004. Buku Saku Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Ganong, W. F. 2008. Fisiologi Kedokteran edisi ke-20. Terjemahan: H. M. D
Hani, Ummi. dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika
https://laboratorium.umkt.ac.id/wp-content/uploads/2020/06/MODUL-PARTOGRAF.pdf
https://www.ilmulengkap.xyz/2020/03/makalah-sistem-reproduksi-pada-wanita.html
https://asuhankebidanan29.blogspot.com/2017/09/konsep-teori-ramona-mercer.html
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1302315007-3-bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai