Disusun oleh:
NIM : 113063C1120041
1.1 Latar Belakang
Sistem reproduksi merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup suatu generasi. Sistem reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya
proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat
bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam punah, karena tidak
dapat dihasilkan keturunan (anak). Sistem repraoduksi manusia tentunya berbeda pada pria dan
wanita. Sistem reproduksi wanita sangat bertanggungjawab terhadap adanya generasi selanjutnya
karena di dalam rahimnya terjadi perkembangan janin hasil fertilisasi. Hal tersbut didukung
dengan adanya organ-organ penyusun sistem reproduksi yang mempunyai fungsi penting.
Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan organ reproduksi
internal. Sistem reproduksi eksterna terdiri dari mons veneris, labia mayora, labia minora,
klitoris, vestibulum dan perineum), sedangkan sistem reproduksi interna terdiri atas vagina,
uterus, serviks, tuba fallopii dan ovarium (Hani dkk, 2011). Masing-masing organ reproduksi
tersebut memiliki fungsi spesifik bagi sistem reproduksi. Proses fisiologi yang terjadi dalam
organ reproduksi tersebut juga spesifik. Salah satu proses fisiologi yang berperan penting dalam
sistem reproduksi adalah pembentukan ovum melalui proses oogenesis. Oogenesis atau
pembentukan ovum pada wanita telah dimulai sejak dalam kandungan ibunya. Setelah bayi lahir,
dalam tubuhnya telah ada sekitar satu juta oosit primer. Sebagian oosit primer mengalami
degenerasi sehingga ketika memasuki masa puber jumlah tersebut menurun hingga tinggal
sekitar 200 ribu pada tiap ovariumnya. Oosit primer ini mengalami masa istirahat (dorman),
kemudian proses oogenesis akan dilanjutkan setelah wanita memasuki masa puber.
Masa pubertas pada wanita merupakan masa yang ditandai dengan adanya menstrusi atau
peluruhan dinding rahim. Masa pubertas dapat dikatakan sebagai masa produktif yaitu masa
untuk mendapat keturunan, yang berlangsung kurang lebih 40 tahun. Pada masa ini hormon-
hormon reproduksi berkembang baik sehingga dapat menghasilkan keturunan. Sebagaimana
telah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa wanita terlihat kuat ketika masa pubertas ini. Allah
telah menjelaskan keberadaan seorang wanita dan sistem reproduksinya dalam firman-Nya Surat
Ar Ruum ayat 54 sebagai berikut :
Artinya : “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan
Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” (QS. Ar Ruum : 54).
Ayat tersebut menunjukkan bahwa meskipun wanita terlihat lemah, namun wanita
tersebut dengan izin Allah dapat mengandung atau menghasilkan keturunan. Wanita diciptakan
sebagai maakhluk yang kuat karena memiliki organ-organ reproduksi yang berperan penting
dalam menjalankan fungsinya menghasilkan keturunan dan menampung proses perkembangan
rahim di dalamnya. akan tetapi seiring dengan pertambahan usia, organ reproduksi wanita
mengalami kemunduran fungsi sehingga sebagaimana telah disebutkan dalam ayat di atas bahwa
wanita akan lemah dan beruban. Proses ini dalam ilmu biologi disebut sebagai tanda-tanda
menopause.
Usia tua seorang wanita dalam siklus reproduksinya berubah menjadi masa
menopause. Menopause merupakan sebuah kata yang memiliki arti atau makna yang
menjelaskan tentang gambaran terhentinya haid atau menstruasi. Menopause dapat diartikan
sebagai haid terakhir. Menopause disebut juga sebagai periode klimakterium di mana seorang
wanita berpindah dari tahun reproduktif ketahun nonreproduktif dalam hidupnya, pada fase ini
wanita akan mengalami akhir dari proses biologis dari siklus menstruasi, yang dikarenakan
terjadinya perubahan hormon yaitu penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan
ovarium. Selanjutnya terjadi kemunduran alat-alat reproduksi, organ tubuh, dan kemampuan
fisik (Kartono, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk mengenal anatomi dan fisiologi organ
reproduksi. Dengan mengetahui anatomi dan memahami fisiologi reproduksinya maka seorang
wanita tak perlu merasa cemas dan gelisah terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa remaja dan itu adalah suatu hal yang normal. Oleh karena itu, perlu disusun makalah ini
guna mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi reproduksi (system reproduksi perempuan, respon seksual)?
2. Bagaimana kehamilan normal (anatomi dan fisiologi, kehamilan, konsepsi, dan perkembangan
janin, nutrisi ibu dan janin, asuhan keperawatan pada ibu hamil?
3. Bagaimana anatomi panggul dan batas ukuran?
4. Bagaimana pengertian adaptasi fisiologi dan psikologis persalinan dan Askep kal i-kalaIV?
5. Bagaimana perkembangan janin mulai dari konsepsi?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi reproduksi (system reproduksi perempuan, respon seksual)?
2. Mengetahui kehamilan normal (anatomi dan fisiologi, kehamilan, konsepsi, dan perkembangan
janin, nutrisi ibu dan janin, asuhan keperawatan pada ibu hamil?
3. Mengetahui anatomi panggul dan batas ukuran?
4. Mengetahui pengertian adaptasi fisiologi dan psikologis persalinan dan Askep kal i-kalaIV?
5. Mengetahui perkembangan janin mulai dari konsepsi?
1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini adalah:
1. Menambah pengetahuan lebih jauh mengenai sistem reproduksi pada wanita baik dari anatomi
maupun fisiologinya.
BAB II
PEMBAHASAN
4. Uterus (Rahim) Organ otot berdinding tebal dan berongga (cavum). Bentuk, besar, letak, dan
susunan uterus berbeda–beda tergantung pada umur.Uterus ini sendiri berfungsi sebagai tempat
implantasi ovum yang telah dibuahi, sebagai tempat perkembangan dan memberi makan pada
janin yang sedang berkembang.Vagina merupakan jalan lahir lunak. Bagian–bagian uterus antara
lain :
a. Fundus Uteri
b. Corpus Uteri
c. Isthmus Uteri
d. Serviks Uteri
b. Labia Minora Bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu. Di sini juga
dijumpai Frenulum klitoris, preputium, dan frenulumpudenda.
d. Vestibulum Terletak di bawah selaput lendir vulva, atau diantara 2 labia minor. Terdiri dari
bulbus vestibuli kanan dan kiri
e. Introitus Vagina (pintu masuk vagina) f. Hymen (Selaput Dara) g. Perineum terletak diantara
vulva dan anus.
2. Orifisium uretra eksterna / Lubang kemih Lubang Kemih adalah tempat keluarnya air kemih
yang terletak di bawah klitoris.Disekitar lubang kemih bagian kiri dan kanan didapati lubang
kelenjar skene. 3. Klitoris Identik dengan penis pada pria, kira–kira sebesar kacang hijau sampai
cabe rawit dan ditutupi oleh frenulum klitoris(Potter dan Perri, 2006).
1. KONSEPSI
Adalah hasil proses pembuahan sel sperma pada telur yang kita kenal dengan istilah
fertilisasi. Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan
membentuk zigot. Periode ini adalah awal terjadinya kehamilan pada seorang wanita. Proses
konsepsi dapat berlangsung sebagai berikut :
a. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata, yang
mengandung persediaan nutrisi.
b. Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah sitoplasma yang disebut
vitellus.
c. Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi dialirkan
ke dalam vitellus, melalui saluran pada zona pelusida.
d. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba
• Tempat yang paling luas
• Dindingnya penuh jonjot, tertutup sel yang mempunyai silia
• Ovum mempunyai waktu terlama dalam ampula tuba
e. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam
• Spermatozoa ditumpahkan, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri
• Dalam kavum uteri terjadi proses kapasitasi, yaitu pelepasan sebagian dari
“liproteinnya” sehingga mampu mengadakan fertilisasi
• Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba
• Spermatozoa hidup selama tiga hari dalam genitalia interna
• Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis korona
radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik hialuronidase
• Melalui “stomata” spermatozoa memasuki ovum
• Setelah kepala spermatozoa masuk ke dalam ovum ekornya lepas dan tertinggal di luar
• Kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu dan membentuk zigot
Keseluruhan proses tersebut merupakan mata rantai fertilisasi atau konsepsi.
Biasanya, masa kehamilan dibagi ke dalam 3 periode yang disebut trimester, masing-
masing trimester berlangsung selama 3 bulan. Setiap trimester memiliki tanda-tanda tertentu
yang menandai perubahan perkembangan pada ibu dan janin. Dua fase perkembangan dalam
rahim juga berdasarkan penghitungan trimester. Fase embrionik di trimester pertama dan
fase janin trimester kedua dan ketiga.
• FaseEmbrionik
Merupakan periode perkembangan ovum yang telah dibuahi menjadi organisme
yangmemiliki sebagian besar bentuk manusia. Periode ini meliputi 8 minggu usia
kehamilan.
Dalam 3 minggu pertama kehidupan, jaringan embrio berdiferensiasi menjadi 3
lapisan – ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah), dan endoderm atau entoderm
(lapisan dalam). Ektoderm dan endoderm terbentuk pada minggu kedua; mesoderm
terbentuk pada minggu ketiga. Dari permulaan minggu ketiga hingga minggu kedelapan
setelah konsepsi, ketiga lapisan tersebut membentuk struktur dasar seluruh sistem dan organ
kompleks tubuh. Sebagai contoh, lapisan ektoderm membentuk otak dan tulang belakang,
mesoderm membentuk jantung, dan endoderm membentuk kandung kemih dan uretra
(Pillitteri, 2003).
Tiga peristiwa lain yang terjadi selama tiga minggu pertama kehamilan:
1. Embrio tertanam di endometrium uterus.
2. Membran janin berdiferensiasi menjadi korion, bakal plasenta dan amnion, serta bakal
kantung amnion.
3. Plasenta mulai berfungsi. Plasenta merupakan organ datar berbentuk pipih dan
memiliki banyak sistem sirkulasi darah. Normalnya, plasenta terbentuk di segmen atas
endometrium uterus (lapisan dalam rahim).
• Fase Janin
Janin Yaitu makhluk yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan.
Dikarakteristikkan dengan periode pertumbuhan ukuran janin yang cepat. Faktor genetik dan
lingkungan.
Berikut adalah table pembentukan organ dan panjang janin berdasarkan usia
kehamilan
Usia kehamilan
Usia kehamilan Panjang janin Pembentukan organ
De Haase mengemukakan rumus untuk panjang janin seperti yang diperlihatkan pada table di
bawah ini.
1 1x1cm = 1cm –
2 2x2cm = 4cm 5
3 3x3cm = 9cm 15
4 4x4cm = 16cm 120
5 5x5cm = 25cm 280
6 6x5cm = 30cm 600
7 7x5cm = 35cm 1000
8 8x5cm = 40cm 1800
9 9x5cm = 45cm 2500
10 10x5cm = 50cm 3000
a. Darah yang kaya dengan nutrisi dan O2 dialirkan melalui vena umbilikalis menuju hati
dimana terdapat duktus venosus arantii, langsung menuju dan masuk ke vena kava inferior
lalu masuk ke atrium kanan jantung janin
b. Dari atrium kanan janin sebagian besar darah masuk ke atrium kiri melalui foramen ovale
c. Sebagian kecil darah dari atrium kanan masuk ke ventrikel kanan
d. Darah yang masuk ke antrium kiri akan dipompa ke ventrikel kiri dan dari ventrikel kiri
dipompa masuk ke aorta dan selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh janin
e. Cabang aorta di bagian bawah menjadi dua arteri hipogastrika interna, yang mempunyai
cabang arteria umbikalis
f. Darah dari ventrikel kanan dipompa menuju paru – paru, tetapi karena paru – paru belum
berkembang maka darah yang terdapat pada arteri pulmonalis dialirkan menuju aorta malalui
duktus arteriosus bothalli
g. Darah yang dialirkan menuju paru – paru akan dialirkan kembali menuju jantung melalui vena
pulmonalis
h. Darah yang menuju plasenta malalui arteri umbilikalis terpecah menjadi kapiler untuk
mendapatkan nutrisi dan O2 untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
i. Sisa metabolisme janin dan CO2 dilepaskan ke dalam sirkulasi retroplasenter untuk
selanjutnya dibuang melalui alat pembuangan yang terdapat di tubuh ibu
Peredaran darah janin berlangsung selama kehidupan intrauterin, dimana plasenta memegang
peranan yang sangat penting. Kegagalan fungsi plasenta dapat menimbulkan berbagai penyulit
dalam pertumbuhan dan perkembangan janin.
Proses pembentukan antara sperma dan telur yang memberikan informasi kepada tubuh
bahwa telah ada calon bayi dalam rahim. Saat ini janin sudah memiliki segala bekal genetik,
sebuah kombinasi unik berupa 46 jenis kromosom manusia. Selama masa ini, yang dibutuhkan
hanyalah nutrisi (melalui ibu) dan oksigen.
Sel – sel telur yang berada didalam rahim, berbentuk seperti lingkaran sinar yg
mengelilingi matahari sel ini akan bertemu dengan sel – sel sperma dan memulai proses
pembuahan.
Lima jta sel sperma sekaligus berenang menuju tujuan akhir mereka yaitu menuju sel
telur yang bersembunyi pada saluran sel telur. Walaupun pasukan sel sperma ini sangat banyak,
tetapi pada akhirnya hanya 1 sel saja yang bisa menembus indung telur.
Pada saat ini kepala sel sperma telah hampir masuk. Kita dapat melihat bagian tengah dan
belakang sel sperma yang tidak henti-hentinya berusaha secara tekun menerobos dinding indung
telur.
Seperti yang di jelaskan dalam Al-qur’an,
Nutfah ,yaitu bermula pesenyawaan atau minggu pertama. Bermula setelah berlakunya
percampuran air mani. Maksud firman Allah dalam
surat al-insan ayat 2
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia daripada setetes air mani yang bercampur
dengan Kami (hendaknya mengujinya dalam perintah dan larangan), karena itu kami jadikan dia
mendengar dan melihat.
Ø Minggu ke – 2 :
Pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. Sel telur yang telah dibuahi membelah dua
30 jam setelah dibuahi. Sambil terus membelah, sel telur bergerak di dalam lubang falopi menuju
rahim. Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula.
Sel-sel mulai berkembang dan terbagi kira – kira dua kali sehari sehingga pada hari yang
keduabelas jumlahnya telah bertambah dan membantu blastocyst terpaut pada endometrium.
Alaqah, yaitu pembentukan bergumpal darah ialah pada hujung pertama dalam atau hari
ke tujuh. Pada hari ke tujuh telur yang sudah disenyawakan itu akan tertanam di dinding rahim.
Selepas itu kami mengubah nutfah menjadi alaqah. Al-mu’minuun ayat 14 :
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”
Ø Minggu ke – 3 :
Sampai usia kehamilan 3 minggu, Anda mungkin belum sadar jika sedang mengandung.
Sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan menempel pada dinding rahim disebut
blastosit. Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,1 mm (millimeter) sampai dengan 0,2 mm
(millimeter).
Dijelaskan dalam Al-qur’an surat Al Mursalaat ayat 21 : “kemudian Kami letakkan dia
dalam tempat yang kokoh (rahim)”.
Ø Minggu ke – 4 :
Kini, bayi berbentuk embrio. Embrio memproduksi hormon kehamilan (Chorionic
Gonadotropin – HCG), sehingga apabila Anda melakukan test kehamilan, hasilnya positif.
Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukan otak dan
tulang belakang serta jantung dan aorta (urat besar yang membawa darah ke jantung).
Seperti yang dijelaskan dalam Al-qur’an, Peringkat 3:
Mudghah, pembentukan mudghah berlaku pada minggu ke empat. Terjadi pembentukan otak,
saraf tunjung, telinga, dan anggota lainnya. Selain itu system pernafasan bayi sudah terbentuk.
Vilus yang tertanam di otot ibu kini mempunyai saluran darah sendiri. Jantung bayi pun mulai
bersdegup untuk perkembangan seterusnya, darah mulai mengalir dengan lebih banyak lagi
membagi pembekalan oksigen dan makanan yang secukupnya. Menjelang tujuh minggu system
pernafasan bayi akan mulai berfungsi sendiri.
Ø Minggu ke – 5 :
Terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Ectoderm adalah lapisan
yang paling atas yang akan membentuk system saraf pada janin tersebut yang seterusnya
membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut. Lapisan Mesoderm berada pada lapisan
tengah yang akan membentuk organ jantung, buah pinggang, tulang dan organ reproduktif.
Lapisan Endoderm yaitu lapisan paling dalam yang akan membentuk usus, hati, pankreas
dan pundi kencing.
Ø Minggu ke – 6 :
Ukuran embrio rata-rata 2 – 4 mm (millimeter) yang diukur dari puncak kepala hingga
bokong. Tuba saraf sepanjang punggung bayi telah menutup. Meski Anda belum bisa
mendengar, jantung bayi mulai berdetak pada minggu ini. Sistem pencernaan dan pernafasan
mulai dibentuk, pucuk-pucuk kecil yang akan berkembang menjadi lengan kaki pun mulai
tampak.
a
Ø Minggu ke – 7 :
Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 5 – 13 mm (millimeter) dan beratnya 0,8 gram,
kira-kira sebesar biji kacang hijau. Pucuk lengan mulai membelah menjadi bagian bahu dan
tangan yang mungil. Jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bilik kiri, begitu pula dengan
saluran udara yang terdapat di dalam paru-paru.
Seperti yang dijelaskan dalam Al-qur’an, Peringkat 4:
Izham dan laham, terjadi pada minggu ke lima, enam, dan tujuh, ialah pembentukan
tulang yang mendahului pembentukan pada otot. Kemudian pada minggu ke tujuh terbentuk pula
system kompleks. Pada tahap ini perut dan usus, seluruh saraf, otak dan tulang belakang mulai
terbentuk. Serentak dengan itu system pernafasan dan saluran pernafasan dari mulut ke hidung
dan juga ke paru – paru mulai kelihatan.
Begitu juga dengan organ pembiakan, kelenjar, hati, buah pinggang, pundit air kencing
dll terbentuk dengan lebih sempurna lagi. Kaki dan tangan juga mulai tumbuh. Begitu juga
dengan mata, telinga, dan mulit akan semakin sempurna. Pada minggu ke delapan semua telah
sempurna dan lengkap.
Ø Minggu ke – 8 :
Panjang kira-kira 14 – 20 mm (milimeter). Banyak perubahan yang terjadi pada bayi
Anda. Jika Anda bisa melihat , ujung hidung dan kelopak mata mulai berkembang, begitu pula
telinga.
Nasy’ah khalqan akhar, pada minggu ke delapan. Perubahan pada tahap ini bukan lagi
embrio tetapi sudah masuk ke peringkat janin. Pada bulan ke tiga semua tulang dan janin sudah
terbentuk dengan sempurna,kuku – kukunya pun mulai tumbuh. Pada bulan ke empat mulai
pembentukan URI menjadi cukup lengkap menyebabkan baki pranatelbayi dalam kandungan
hanya untuk menyempurnakan semua anggota yang sudah terwujud. Walaupun perubahan mulai
tetap berlaku tetapi perubahannya hanya pada ukuran bayi saja.
Ø Minggu ke – 9 :
Telinga bagian luar mulai terbentuk, kaki dan tangan terus berkembang berikut jari kaki
dan tangan mulai tampak. Ia mulai bergerak walaupun Anda tak merasakannya. Dengan
Doppler, Anda bisa mendengar detak jantungnya. Minggu ini, panjangnya sekitar 22 – 30 mm
(milimeter) dan beratnya sekitar 4 gram.
Ø Minggu ke – 10 :
Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak
meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Ia mulai tampak
seperti manusia kecil dengan panjang 32 – 43 mm (milimeter) dan berat 7 gram.
Ø Minggu ke – 11 :
Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm (centi meter). Baik rambut, kuku jari tangan
dan kakinya mulai tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap.
Gerakan demi gerakan kaki dan tangan, termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh
dan menundukkan kepala, sudah bisa dirasakan ibu.Bahkan, janin kini sudah bisa mengubah
posisinya dengan berputar, memanjang, bergelung, atau malah jumpalitan yang kerap terasa
menyakitkan sekaligus memberi sensasi kebahagiaan tersendiri.
Minggu ke – 12 :
Bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan hidung kecil. Jari-jari tangan dan kaki yang
mungil terpisah penuh. Usus bayi telah berada di dalam rongga perut. Akibat meningkatnya
volume darah ibu, detak jantung janin bisa jadi meningkat. Panjangnya sekitar 63 mm
(millimeter) dan beratnya 14 gram.
Mulai proses penyempurnaan seluruh organ tubuh. Bayi membesar beberapa millimeter
setiap hari. Jari kaki dan tangan mulai terbentuk termasuk telinga dan kelopak mata.
Ø Minggu ke – 13 :
Pada akhir trimester pertama, plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen, nutrisi
dan pembuangan sampah bayi. Kelopak mata bayi merapat untuk melindungi mata yang sedang
berkembang. Janin mencapai panjang 76 mm (milimeter) dan beratnya 19 gram. Kepala bayi
membesar dengan lebih cepat daripada yang lain. Badannya juga semakin membesar untuk
mengejar pembesaran kepala.
Ø Minggu ke – 14 :
Ø Minggu ke – 15 :
Tulang dan sumsum tulang di dalam sistem kerangka terus berkembang. Jika bayi Anda
perempuan, ovarium mulai menghasilkan jutaan sel telur pada minggu ini. Kulit bayi masih
sangat tipis sehingga pembuluh darahnya kelihatan. Akhir minggu ini, beratnya 49 gram dan
panjang 113 mm (milimeter). Bayi sudah mampu menggenggam tangannya dan mengisap ibu
jari. Kelopak matanya masih tertutup.
Ø Minggu ke – 16 :
Bayi telah terbentuk sepenuhnya dan membutuhkan nutrisi melalui plasenta. Bayi telah
mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa mendengar suara. Dalam proses pembentukan ini
system peredaran darah adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi.
Janin mulai bergerak, tetapi tak perlu kuatir jika Anda tak merasakannya. Semakin
banyak kalsium yang disimpan dalam tulang bayi seiring dengan perkembangan kerangka. Bayi
Anda berukuran 116 mm (milimeter) dan beratnya 80 gram.
Ø Minggu ke – 17 :
Dengan panjang 12 cm (centi meter) dan berat 100 gram, bayi masih sangat kecil.
Lapisan lemak cokelat mulai berkembang, untuk menjada suhu tubuh bayi setelah lahir. Rambut,
kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis kulit pada ujung jari mulai terbentuk. Sidik jari
sudah mulai terbentuk
Ø Minggu ke – 18:
Mulailah bersenandung sebab janin sudah bisa mendengar pada minggu ini. Ia pun bisa
terkejut bila mendengar suara keras. Mata bayi pun berkembang. Ia akan mengetahui adanya
cahaya jika Anda menempelkan senter yang menyala di perut. Panjangnya sudah 14 cm
(centimeter) dan beratnya 140 gram. Bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk melalui
dinding rahim ibu. Hormon Estrogen dan Progesteron semakin meningkat.
Seperti yang dijelaskan dalam Al-qur’an, Peringkat 6 :
Nafkhur, yaitu peniupan roh, peniupan roh ini berlaku selepas 120 hari dan selepas
terbentuknya organ tubuh termasuklah organ seks. Nilai kehidupan mereka telah bermula sejak
di dalam rahim lagi. Ketika di dalam rahim perkembangan mereka bukanlah proses
perkembangan fizikal semata – mata tetapi telah mempunyai hubungan dengan Allah SWT. As
Sajdah ayat 9 :
Ø Minggu ke – 20 :
Setengah perjalanan telah dilalui. Kini, beratnya mencapai 260 gram dan panjangnya 14-
16 cm (centi meter). Dibawah lapisan vernix, kulit bayi mulai membuat lapisan dermis,
epidermis dan subcutaneous. kuku tumbuh pada minggu ini. Proses penyempurnaan paru-paru
dan system pernafasan. Pigmen kulit mulai terlihat.
Ø Minggu ke– 21 :
Usus bayi telah cukup berkembang sehingga ia sudah mampu menyerap atau menelan
gula dari cairan lalu dilanjutkan melalui sistem pencernaan manuju usus besar. Gerakan bayi
semakin pelan karena beratnya sudah 340 gram dan panjangnya 20 cm.
Ø Minggu ke – 22 :
Indera yang akan digunakan bayi untuk belajar berkembang setiap hari. Setiap minggu,
wajahnya semakin mirip seperti saat dilahirkan. Perbandingan kepala dan tubuh semakin
proporsional.
Ø Minggu ke – 23 :
Meski lemak semakin bertumpuk di dalam tubuh bayi, kulitnya masih kendur sehingga
tampak keriput. Ini karena produksi sel kulit lebih banyak dibandingkan lemak. Ia memiliki
kebiasaaan “berolahraga”, menggerakkan otot jari-jari tangan dan kaki, lengan dan kaki secara
teratur. Beratnya hampir 450 gram.Tangan dan kaki bayi telah terbentuk dengan sempurna, jari
juga terbentuk sempurna.
Ø Minggu ke – 24 :
Paru-paru mulai mengambil oksigen meski bayi masih menerima oksigen dari plasenta.
Untuk persiapan hidup di luar rahim, paru-paru bayi mulai menghasilkan surfaktan yang
menjaga kantung udara tetap mengembang kulit bayi mulai menebal.
Ø Minggu ke – 25 :
Bayi mulai cegukan, Ini tandanya ia sedang latihan bernafas. Ia menghirup dan
mengeluarkan air ketuban. Jika air ketuban yang tertelan terlalu banyak, ia akan cegukan.
Tulang bayi semakin mengeras dan bayi menjadi bayi yang semakin kuat. Saluran darah
di paru-paru bayi sudah semakin berkembang. Garis disekitar mulut bayi sudah mulai
membentuk dan fungsi menelan sudah semakin membaik. Indera penciuman bayi sudah semakin
membaik karena di minggu ini bagian hidung bayi (nostrils) sudah mulai berfungsi. Berat bayi
sudah mencapai 650 – 670 gram dengan tinggi badan 34 – 37 cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 26 :
Bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu retina matanya telah mulai terbentuk.
Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan pendengarannya dan pengelihatannya sudah berfungsi,
bunda dapat memulai memperdengarkan lagu yang ringan dan mencoba untuk memberi cahaya
lebih disekitar perut, mungkin bunda akan merasakan anggukan kepala si kecil. Berat badan bayi
sudah mencapai 750 – 780 gram, sedangkan tingginya 35 – 38 cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 27 :
Minggu pertama trimester ketiga, paru-paru, hati dan sistem kekebalan tubuh masih harus
dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan, memiliki peluang 85 persen untuk bertahan.
Indra perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai mengisap ibu jari dan menelan air
ketuban yang mengelilinginya. Berat umum bayi seusia si kecil 870 – 890 gram dengan tinggi
badan 36 – 38 cm.
Ø Minggu ke – 28 :
Minggu ini beratnya 1100 gram dan panjangnya 25 cm (centi meter). Otak bayi semakin
berkembang dan meluas. Lapisan lemak pun semakin berkembang dan rambutnya terus tumbuh
Lemak dalam badan mulai bertambah. Walaupun gerakan bayi sudah mulai terbatas
karena beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah mulai bisa berkedip bila
melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-
parunya belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar
telah dapat bertahan hidup.
Ø Minggu ke – 29 :
Kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon seperti androgen dan estrogen.
Hormon ini akan menyetimulasi hormon prolaktin di dalam tubuh ibu sehingga membuat
kolostrum (air susu yang pertama kali keluar saat menyusui).
Sensitifitas dari bayi semakin jelas, bayi sudah bisa mengidentifikasi perubahan suara,
cahaya, rasa dan bau. Selain itu otak bayi sudah bisa mengendalikan nafas dan mengatur suhu
badan dari bayi. Postur dari bayi sudah semakin sempurna sebagai seorang manusia, berat
badannya 1100 – 1200 gram, dengan tinggi badan 37 – 39 cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 30 :
Lemak dan berat badan bayi terus bertambah sehingga bobot bayi sekarang sekitar 1400
gram dan panjangnya 27 cm (centi meter). Karena ia semakin besar, gerakannya semakin terasa.
Mata indah bayi sudah mulai bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain dan dia sudah mulai
belajar untuk membuka dan menutup matanya. Saat ini waktu yang terbaik bagi bunda untuk
menyenteri perut dan menggerak-gerakan senter tersebut maka mata bayi sudah bisa mengikuti
ke arah mana senter tersebut bersinar. Cairan ketuban (amniotic fluid) di rahim bunda semakin
berkurang. Kini si kecil pun sudah mulai memproduksi air mata. Berat badan bayi 1510 – 1550
gram, dengan tinggi 39 – 40 cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 31 :
Plasenta masih memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Aliran darah di plasenta
memungkinkan bayi menghasilkan air seni. Ia berkemih hampir sebanyak 500 ml (mili liter)
sehari di dalam air ketuban.
Perkembangan fisik bayi sudah mulai melambat pada fase ini, hanya berat badan bayilah
yang akan bertambah. Selain itu lapisan lemak akan semakin bertambah dibawah jaringan
kulitnya. Tulang pada tubuh bayi sudah mulai mengeras, berkembang dan mulai memadat
dengan zat-zat penting seperti kalsium, zat besi, fosfor. Berkebalikan dengan perkembangan
fisiknya, pada fase ini perkembangan otaknyalah yang berkembang dengan sangat pesat dengan
menghasilkan bermilyar sel. Apabila diperdengarkan musik, bayi akan bergerak. Berat badan
bayi 1550 – 1560 gram dengan tinggi 41 – 43 cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 32 :
Jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula dengan bulu mata, alis dan
rambut di kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang menutupi tubuh bayi mulai rontok tetapi
sebagian masih ada di bahu dan punggung saat dilahirkan. Dengan berat 1800 gram dan panjang
29 cm (centi meter), kemampuan untuk bertahan hidup di luar rahim sudah lebih baik apabila di
dilahirkan pada minggu ini.
Kulit bayi semakin merah, kelopak matanya juga telah terbuka dan system pendengaran
telah terbentuk dengan sempurna. Kuku dari jari mungil tangan dan kaki si kecil sudah lengkap
dan sempurna. Rambutnya pun semakin banyak dan semakin panjang. Bayi sudah mulai bisa
bermimpi.
Ø Minggu ke – 33 :
Bayi telah memiliki bentuk wajah yang menyerupai ayah dan ibunya. Otak bayi semakin
pesat berkembang. Pada saat ini juga otak bayi sudah mulai bisa berkoordinasi antara lain, bayi
sudah menghisap jempolnya dan sudah bisa menelan. Walaupun tulang-tulang bayi sudah
semakin mengeras tetapi otot-otot bayi belum benar-benar bersatu. Bayi sudah bisa mengambil
nafas dalam-dalam walaupun nafasnya masih di dalam air. Apabila bayinya laki-laki maka testis
bayi sudah mulai turun dari perut menuju skrotum.
Berat badan bayi 1800 – 1900 gram, dengan tinggi badan sekitar 43 – 45 cm (centi
meter).
Ø Minggu ke – 34 :
Bayi berada di pintu rahim. Bayi sudah dapat membuka dan menutup mata apabila
mengantuk dan tidur, bayi juga sudah mulai mengedipkan matanya. Tubuh bunda sedang
mengirimkan antibodi melalui darah bunda ke dalam darah bayi yang berfungsi sebagai sistem
kekebalan tubuhnya dan proses ini akan tetap terus berlangsung bahkan lebih rinci pada saat
bunda mulai menyusui. Berat Badan bayi 2000 – 2010 gram, dengan tinggi badan sekitar 45 – 46
cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 35 :
Pendengaran bayi sudah berfungsi secara sempurna. Lemak dari tubuh bayi sudah mulai
memadat pada bagian kaki dan tangannya, lapisan lemak ini berfungsi untuk memberikan
kehangatan pada tubuhnya.
Bayi sudah semakin membesar dan sudah mulai memenuhi rahim bunda. Apabila bayi
bunda laki-laki maka di bulan ini testisnya telah sempurna. Berat badan bayi 2300 – 2350 gram,
dengan tinggi badan sekitar 45 – 47 cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 36 :
Kulit bayi sudah semakin halus dan sudah menjadi kulit bayi. Lapisan lemak sudah mulai
mengisi bagian lengan dan betis dari bayi. Ginjal dari bayi sudah bekerja dengan baik dan
livernya pun telah memproduksi kotoran. Saat ini paru-paru bayi sudah bekerja baik bahkan
sudah siap bertemu dengan mama dan papa.
Berat badan bayi 2400 – 2450 gram, dengan tinggi badan 47 – 48 cm (centi meter).
Ø Minggu ke – 37 :
Kepala bayi turun ke ruang pelvik. Bentuk bayi semakin membulat dan kulitnya menjadi
merah jambu. Rambutnya tumbuh dengan lebat dan bertambah 5 cm (centi meter). Kuku
terbentuk dengan sempurna. Bayi sudah bisa melihat adanya cahaya diluar rahim.
Bayi pada saat ini sedang belajar untuk mengenal aktifitas harian, selain itu bayi juga sedang
belajar untuk melakukan pernafasan walaupun pernafasannya masih dilakukan di dalam air.
Berat badan bayi di minggu ini 2700 – 2800 gram, dengan tinggi 48 – 49 cm (centi meter).
Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan dalam waktu bersamaan. Sedangkan
kembar monozigot berarti satu telur yang dibuahi sperma, lalu membelah dua. Masa pembelahan
inilah yang akan berpengaruh pada kondisi bayi kelak.
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 sampai 72 jam, 4 sampai 8 hari, 9
sampai 12 dan 13 hari atau lebih. Berikut tahapan pembelahannya :
• Pada pembelahan pertama, akan terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban,
dan dikorionik atau rahim punya dua plasenta.
• Pembelahan kedua, selaput ketuban tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada
kondisi ini, bisa saja terjadi salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi
satunya tidak. Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat.
• Pembelahan ketiga, selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi
masih membelah dengan baik.
• Pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu selaput ketuban, sehingga
kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar. Pasalnya waktu pembelahannya kelamaan,
sehingga sel telur keburu berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang
pembelahannya lebih dari 13 hari.
Dari ke empat pembelahan tersebut, tentu saja yang terbaik adalah pembelahan pertama,
karena bayi bisa membelah dengan sempurna. Namun, ke empat pembelahan ini tidak bisa diatur
waktunya. Faktor yang mempengaruhi adalah waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah
tidak sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi, kurang gizi,
dan masalah lingkungan.
2. meningkatkan kesehatan
Perawatan kehamilan yang tidak adekuat bisa mengakibatkan berat badan bayi lahir
rendah dan meningkatkan kejadian prematuritas. Adanya korelasi yang kuat antara dua
kejadian di atas dengan peningkatan angka morbiditas bayi.
Tujuan Asuhan Kehamilan antara lain :
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental serta sosial ibu dan bayi.
4. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat baik ibu maupun bayi,
dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI Eksklusif berjalan normal.
6. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi
agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Standar Asuhan Kehamilan
e. Pemberian Tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis
Kunjungan Prakonsepsi
Idealnya kunjungan pertama dilakukan selama konsepsi dengan riwayat kesehatan yang
lengkap dan pemeriksaan fisik, misalnya DM, IMS, merokok, minum minuman keras , dll
yang mungkin berakibat negatif pada kehamilan ibu. Ibu dianjurkan mengkonsumsi asam
folat dosis 400mg/hari untuk mengurangi risiko defek tabung neural.
Tujuan pemeriksaan ibu pada kunjungan prenatal pertama adalah sebagai berikut :
6. untuk menyusun rencana perawatan guna meningkatkan kesehatan ibu dan bayi.
Dalam tahap ini wanita akan mengawali adaptasi perannya dengan merubah
peran sosialnya melalui latihan formal (misalnya kelas-kelas khusus kehamilan)
dan informal melalui model peran (role model). Meningkatnya frekuensi interaksi
dengan wanita harnil dan ibu muda lainnya akan mempercepat proses adaptasi
untuk mencapai penerimaan peran barunya sebagai seorang ibu.
2. Tahap honeymoon (menerima peran, mencoba menyesuaikan diri)
Pada tahap ini wanita sudah mulai menerirna peran barunya dengan cara
mencoba menyesuaikan diri. Secara internal wanita akan mengubah posisinya
sebagai penerima kasih sayang dari ibunya menjadi pemberi kasih sayang terhadap
bayinya. Untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, wanita akan menuntut
dari pasangannya. Aspek lain yang berpengaruh dalam tahap ini adalah seiring
1. Ibu merasa tidak sehat dari kadang merasa benci dengan kehamilannya.
1. Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi.
5. Libido meningkat.
7. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.
8. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain yang
baru menjadi ibu.
9. Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan persiapan
untuk peran baru.
Ketiga bagian tulang panggul diatas saling berhubungan satu dengan lainnya seperti:
- Os pubis kiri dan os pubis kanan pada bagian depan panggul yang dikenal
dengan istilah simfisis.
- Os sacrum dan os ilium dihubungkan oleh artikulasio sakro-iliakan pada bagian
belakang panggul.
- Antara os sacrum dengan os kaksigeus dihubungkan oleh artikulasio
sakrokoksigeal pada bagian bawah panggul.
Artikulasio atau sendi-sendi dapat mengalami pergeseran yang lebih jauh sehingga
sedikit longgar disaat kehamilan terjadi.
- Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis disebut pula
false pelvis.
- Pelvis minor adalah bagian pelvis yang terletak di bawah linea terminalis (true
pelvis) karena bagian ini mempunyai peranan penting dalam obstretik dan harus
dapat dikenal dan dinilai sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan dapat tidaknya
bayi melewatinya.
- Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu
melengkung ke depan (sumbu carus). Bidang atas saluran yang normal berbentuk
hampir bulat disebut pintu atas panggul (pelvic inlet).
- Bidang bawah saluran ini merupakan suatu bidang seperti pintu atas panggul, namun
terdiri atas dua bidang yang disebut sebagai pintu bawah panggul (pelvic outlet). Di
antara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity).
- Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas di bawah pintu atas panggul,
namun menyempit di panggul tengah untuk kemudian menjadi sedikit lebih luas.
- Penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina iskiadika yang
kadang-kadang menonjol ke dalam ruang panggul.
- Sumbu carus adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter
transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di
Hodge II, III, dan IV. Begitu mendekati Hodge III, sumbu itu lurus, sejajar dengan
sakrum yang selanjutnya melengkung ke depan sesuai dengan lengkungan sakrum.
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang berbentuk lonjong dan berbatasan
dengan promontorium, korpus vertebra sakral I, linea inominata (terminalis), ramus superior
os pubis, dan pinggir atas simfisis.
- Jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium, disebut juga diameter antero-posterior
(konjugata vera), adalah 11 cm. Hasil ini diperoleh dengan cara memasukkan jari tengah
dan telunjuk ke dalam vagina untuk meraba promontorium; jarak bagian bawah simfisis
sampai ke promontorium yang disebut konjugata diagonalis adalah 13 cm.
- Konjugata vera merupakan jarak antara pinggir atas simfisis ke promontorium dengan
ukuran lebih 11 cm, diperoleh dari pengurangan konjugata diagonalis oleh 1,5 cm.
- Selain kedua konjugata ini, dikenal pula konjugata obstetrika yang memiliki jarak 11,5
cm, yaitu jarak dari bagian dalam tengah simfisis ke promontorium.
- Sebenarnya konjugata ini paling penting, walaupun perbedaannya dengan konjugata vera
sedikit sekali. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul disebut diameter
transversa (13,5-14 cm).
- Jika ditarik garis dari artikulasio sakro-iliaka ke titik persekutuan antara diameter
transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea inominata disebut diameter obliqua
(oblik) (12-12,5 cm).
- Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan berupa sudut (arkus pubis).
Normalnya, besarnya sudut ini 90° atau lebih sedikit. Jika kurang sekali dari 90, kepala
janin akan lebih sulit dilahirkan, karena memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal.
Dalam obstetrik, Jenis panggul wanita dengan ciri-ciri PAP sebagai berikut:
1. Jenis ginekoid
Panggul paling baik untuk wanita, bentuk PAP hampir bulat. Panjang diameter antero-
posterior kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 45%
wanita.
2. Jenis android
Bentuk PAP hampir segitiga. Umumnya, pria mempunyai jenis seperti ini. Panjang
diameter antero-posterior hampir sama dengan diameter transversa, namun jenis ini jauh
lebih mendekati sakrum.
Dengan demikian, bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya
menyempit ke muka. Jenis ini ditemukan 15% pada wanita.
3. Jenis anthropoid
Bentuk PAP agak lonjong, seperti telur. Panjang diameter anteroposterior lebih panjang
dibandingkan diameter transversa. Jenis ini ditemukan 35% pada wanita.
4. Jenis platipeloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.
Ukuran melintang jauh lebih besar 5% dibandingkan ukuran muka belakang. Jenis ini
ditemukan pada wanita.
Ruang Panggul
Ruang di bawah PAP mempunyai ukuran yang paling luas. Di panggul tengah, terdapat
penyempitan setinggi kedua spina iskiadika. Jarak normal antara kedua spina ini
(distansia spinarum) 10,5 cm.
- Kemungkinan kepala janin dapat lebih mudah masuk ke dalam ruang panggul yang
diperbesar, jika sudut antara sakrum dan lumbal yang disebut inklinasi, lebih besar.
C. Bidang Hodge
Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah janin turun
ke dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat bidang:
1. Bidang Hodge I : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
simfisis dan promontorium.
2. Bidang Hodge II : bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian
bawah simfisis.
3. Bidang Hodge III : bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi
spina iskiadika kanan dan kiri
4. Bidang Hodge IV : bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak
setinggi os koksigeus.
Ukuran-ukuran ini dipergunakan untuk menentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan
ukuran panggul jika pelvimetri ronsen sulit dilakukan. Alat-alat yang digunakan adalah
jangka panggul marting, oscander, collin, boudelogue, dan lain-lain.
3) Power (Kekuatan) Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-oto perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer
yang diperlukan dalam persalinan adalah his yaitu kontraksi otot-otot rahim, sedangkan
sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu (Rohani et al.2011).
4) Position (Posisi Ibu) Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Menurut Melzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah posisi
membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi yang
baik dalam persalinan yaitu posisi tegak yang meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan
jongkok. Posisi tegak dapat memberikan sejumlah keuntungan, hal itu dikarenakan posisi
tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin, dapat mengurangi
insiden penekanan tali pusat, mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan
mencegah kompresi pembuluh darah serta posisi tegak dapat membuat kerja otot-otot
abdomen lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahim saat ibu mengedan (Bobak,
2012).
Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai dengan cemas atau
menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi nyeri persalinan. Respon
fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu dikeluarkannya hormon katekolamin.
Hormon tersebut menghambat kontraksi uterus dan aliran darah plasenta (Manurung,
2011). Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: Melibatkan psikologis
ibu, emosi, dan persiapan intelektual; Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya;
Kebiasaan adat; Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu (Rohani et al, 2011).
3.2 PARTOGRAF
Pengertian Partograf
Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadiankejadian pada
perjalanan persalinan (Farrer, 2011). Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase
aktif persalinan (Siswonosudarmo, 2008). Partograf dipakai untuk memantau kemajuan
persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam
pematalaksanaan (Saifuddin, 2006). Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan
kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. (Wiknjosastro, 2008).
Tujuan utama dari penggunaan partograf untuk :
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui periksa dalam
b. Mendeteksi apakah proses normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosayang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu persalinan dan
bayi baru lahir
Jika Digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan
untuk :
Kala I Persalinan dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif dibatasi oleh
pembukaan serviks
o Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif
persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan
selama fase aktif persalinan, termasuk :
Nama, umur
G,P,A
Nomor catatan medis
Tanggal dan waktu mulai dirawat
Waktu pecahnya selaput ketuban
2. Kondisi janin
DJJ Catat DJJ dengan tanda ● kemudian hubungkan tanpa terputus setiap 30 menit
Adanya air ketuban dan warnanya dicatat dengan menggunakan lambang :
• U : Ketuban utuh
• J : Ketuban sudah pecah warna jernih
• M : Ketuban sudah pecah dan bercampur dengan meconium
• D : Ketuban sudah pecah bercampur dengan darah
• K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban
Molase dicatat dengan lambing sbb :
• 0 : tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
• 1 : tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
• 2 : tulang kepala janin saling bertumpuh tapi masih dapat dipisah
• 3 : tulang kepala janin tumpeng tindih dan tidak dapat dipisahkan
3. Kemajuan Persalinan
Pembukaan Serviks hasil pemeriksaan dicatat dengan tanda “ X “ digaris waktu yang
sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Penurunan bagian terbawah janin Diisi dikolom pembukaan serviks mulai dari angka 5 –
0 berinda tanda 0 sesuai dengan waktu pembukaan serviks.
Garis waspada dan bertindak
4. Waktu
Dibagian bawah kolom pembukaan serviks tertera kotak 1 – 16 menyatakan waktu 1 jam
setiap kolom dibawahnya tertera kotak untuk menulis waktu actual di lakukannya
pemeriksaan.
5. Kontraksi
7. Kondisi ibu Nadi diisi dengan tanda “ ● “ setiap 30 menit kemudian dihubungkan
8. Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya dicatat di catatan kemajuan persalinan
Kala II
o Episiotomi ( ya / tdk )
o Pendamping saat persalinan
o Gawat janin
o Distosia bahu
o Masalah lain
o Penatalaksanaan masalah tersebut
o Hasilnya
Kala III
o Lama kala III
o Pemberian oksitoksin
o Pemberian ulang oksitoksin
o Penanganan tali pusat terkendali
o Rangsangan taktil fundus uteri
o Plasenta lahir lengkap ( ya / tdk )
o Plasenta tidak lahir lengkap > 30 menit ( ya / tdk )
o Laserasi ( ya / tdk )
o Jika laserasi perineum derajat berapa.
o Atonia uteri ( ya / tdk ) o Jumlah perdarahan
o Masalah lain
o Penatalaksanaan masalah tersebut
o Hasilnya
Pemantauan kala IV
o Jam ke waktu
o Tekanan darah
o Nadi
o Temperatur
o TFU
o Kontraksi uterus
o Kandung kemih
o Perdarahan
3.3 PENGKAJIAN JANIN
Pengkajian janin dapat dilakukan dengan metode yang tidak menggunakan teknologi,
seperti perhitungan gerakan janin (Fetal Movement Counting/FMC) dan tes akselerasi
auskultrasi (Auscultated Acceleration Test/AAT). Sedangkan metode menggunakan teknologi
seperti Ultrasonografi (USG), kardiotokografi, amniosintesis, dsb.
Kelebihan metode penghitungan gerakan janin yaitu mudah digunakan, singkat dan
mudah diinterpretasi.
Sedangkan untuk menghitung denyut jantung janin dapat dilakukan dengan stetoskop
pinard atau dengan menggunakan doppler.
A. Gerakan Janin / FMC (Fetal Movement Counting)
PENGERTIAN
Pola gerakan janin adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan janin, dimana gerakan
janin yang mengikuti pola teratur dari waktu ketika gerakan ini dirasakan.Data sedikitnya 10
gerakan perhari dianggap lazim.
Perhitungan gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan 34-36 minggu bagi wanita
yang beresiko rendah mengalami insufisiensi uteroplasenta. Sedangkan bagi wanita yang
faktor resikonya telah diidentifikasi, perhitungan gerakan janin dilakukan pada usia
kehamilan 28 minggu.
Gerakan janin normal, yaitu sekelompok atau beberapa kelompok aktivitas tungkai dan
tubuh janin yang menunjukkan normalitas.Gerakan janin pada primigravida dirasakan pada
kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada kehamilan 16 minggu.
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan
(dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal persalinan
dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 42 minggu setelah
persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi yang baik.
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan yang
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Harianto.2010).
Teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot –
otot rahim.
3. Teori plasenta menjadi tua.
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan his.
4. Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi miometrium pada
setiap umur kehamilan.
5. Pengaruh janin.
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada anencephalus,
kehamilan sering lama dari biasanya.
6. Teori distensi rahim.
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot – otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
7. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser dan ditekan
misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.
A. KONSEP KEPERAWATAN
1. KALA I (fase laten)
a. Pengakajian
Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
Seksualitas
Servik dilatasi 0 - 4 cm mungkin ada lendir merah muda kecoklatan atau terdiri dari
flek lendir.
b. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
Defisiensi pengetahuan tentang kemajuan persalinan b.d kurang mengingat
informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
Risiko infeksi maternal
Risiko kekurangan volume cairan
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO KEPERAWATA NOC NIC
N
1. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan 1. Orientasikan klien
situasional akibat asuhan keperawatan pada lingkungan, staf
proses persalinan selama dan prosedur
……..diharapkan 2. Berikan informasi
ansietas pasien tentang perubahan
berkurang dengan psikologis dan
criteria hasil: fisiologis pada
TTV dbn persalinan.
Pasien dapat 3. Kaji tingkat dan
mengungkapkan penyebab ansietas.
perasaan 4. Pantau tekanan darah
cemasnya. dan nadi sesuai
Lingkungan indikasi.
sekitar pasien 5. Anjurkan klien
tenang dan mengungkapkan
kondusif perasaannya.
6. Berikan lingkungan
yang tenang dan
nyaman untuk pasien
2. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Kaji persiapan,tingkat
pengetahuan asuhan keperawatan pengetahuan dan
tentang kemajuan selama….,pengetahua harapan klien
persalinan b.d n pasien tentang 2. Beri informasi dan
kurang mengingat persalinan meningkat kemajuan persalinan
informasi yang dengan kriteria hasil: normal.
diberikan, Pasien dapat 3. Demonstrasikan teknik
kesalahan mendemonstrasikan pernapasan atau
interpretasi teknik pernafasan relaksasi dengan tepat
informasi. dan posisi yang untuk setiap fase
tepat untuk fase persalinan
persalinan
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Kaji latar belakang
terhadap infeksi asuhan keperawatan budaya klien.
maternal b.d selama….diharapkan 2. Kaji sekresi vagina,
pemeriksaan infeksi maternal dapat pantau tanda-tanda
vagina berulang terkontrol dengan vital.
dan kontaminasi criteria hasil: 3. Tekankan pentingnya
fekal. TTV dbn mencuci tangan yang
Tidak terdapat baik.
tanda-tanda infeksi 4. Gunakan teknik
aseptic saat
pemeriksaan vagina.
5. Lakukan perawatan
perineal setelah
eliminasi.
b. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b.d tekanan mekanik dari bagian presentasi.
Gangguan eliminasi urin b.d perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung
kemih.
Keletihan b.d peningkatan kebutuhan energi akibat peningkatan metabolisme
sekunder akibat nyeri selama persalinan
Risiko cidera maternal
Risiko kerusakan gas janin
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji derajat
berhubungan asuhan keperawatan ketidaknyamanan
dengan tekanan selama…..,diharapkan secara verbal dan
mekanik dari nyeri terkontrol nonverbal
bagian presentasi. dengan criteria hasil: 2. Pantau dilatasi servik
TTV dbn 3. Pantau tanda vital
Pasien dapat dan DJJ
mendemonstrasikan 4. Bantu penggunaan
kontrol nyeri teknik pernapasan
dan relaksasi
5. Bantu tindakan
kenyamanan spt.
6. Gosok punggung,
kaki
7. Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8. Berikan informasi
tentang ketersediaan
analgesic
9. Dukung keputusan
klien menggunakan
obat-obatan/tidak
10. Berikan
lingkungan yang
tenang
2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Palpasi di atas
eliminasi urin b.d asuhan keperawatan simpisis pubis
perubahan selama….,diharapkan 2. Monitor masukan
masukan dan eliminasi urine pasien dan haluaran
kompresi mekanik normal dengan 3. Anjurkan upaya
kandung kemih. kriteria hasil: berkemih sedikitnya
Cairan seimbang 1-2 jam
Berkemih teratur 4. Posisikan klien tegak
dan cucurkan air
hangat di atas
perineum
5. Ukur suhu dan nadi,
kaji adanya
peningkatan
6. Kaji kekeringan kulit
dan membrane
mukosa
3 Keletihan b.d Setelah diberikan 1. Kaji tanda – tanda
peningkatan asuhan keperawatan vital yaitu nadi dan
kebutuhan energi selama … diharapkan tekanan darah
akibat peningkatan ibu tidak mengalami 2. Anjurkan untuk
metabolisme keletihan dengan relaksasi dan
sekunder akibat kriteria hasili: istirahat di antara
nyeri selama nadi:60- kontraksi
persalinan 80x/menit(saat tidak 3. Sarankan suami
ada his), ibu atau keluarga untuk
menyatakan masih mendampingi ibu
memiliki cukup 4. Sarankan keluarga
tenaga untuk menawarkan
dan memberikan
minuman atau
makanan kepada ibu
3. KALA II
a. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
Melaporkan kelelahan
Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik relaksasi
Lingkaran hitam di bawah mata
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3. Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4. Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5. Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat merintih / menangis selama kontraksi
Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6. Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7. Seksualitas
Servik dilatasi penuh (10 cm)
Peningkatan perdarahan pervagina
Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d tekanan mekanis pada bagian presentasi
2. Penurunan curah jantung b.d fluktasi aliran balik vena
3. Risiko kerusakan integritas kulit
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi derajat
tekanan mekanis asuhan keperawatan ketidaknyamanan
pada bagian selama….,diharapkan 2. Berikan tanda/
presentasi nyeri terkontrol tindakan kenyamanan
dengan kriteria hasil: seperti perawatan
TTV dbn kulit, mulut, perineal
Pasien dapat dan alat-alat tenun
mendemostrasikan yang kering
nafas dalam dan 3. Bantu pasien memilih
teknik mengedan posisi yang nyaman
untuk mengedan
4. Pantau tanda vital ibu
dan DJJ
5. Kolaborasi
pemasangan kateter
dan anastesi
2. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan darah
jantung b.d asuhan keperawatan dan nadi tiap 5 – 15
fluktuasi aliran selama…..,diharapkan menit
balik vena kondisi 2. Anjurkan pasien
cardiovaskuler pasien untuk inhalasi dan
membaik dengan ekhalasi selama upaya
kriteria hasil: mengedan
TD dan nadi dbn 3. Anjurkan klien /
Suplay O2 tersedia pasangan memilih
posisi persalinan yang
mengoptimalkan
sirkulasi.
3. Risiko kerusakan Setelah asuhan 1. Bantu klien dan
integritas kulit keperawatan pasangan pada posisi
selama….,diharapkan tepat
integritas kulit 2. Bantu klien sesuai
terkontrol dengan kebutuhan
kriteria hasil: 3. Kolaborasi epiostomi
Luka perineum garis tengah atau
tertutup medic lateral
(epiostomi) 4. Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung
kemih dan kateterisasi
4. KALA III
a. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal
dengan cepat
Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
Nadi melambat
3. Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4. Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5. Seksualitas
Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
Tali pusat memanjang pada muara vagina
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d trauma jaringan setelah melahirkan
2. Risiko kekurangan volume cairan
3. Risiko cidera maternal
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO KEPERAWATA NOC NIC
N
2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Bantu penggunaan
trauma jaringan asuhan keperawatan teknik pernapasan
setelah selama…,diharapkan 2. Berikan kompres es
melahirkan nyeri terkontrol pada perineum
dengan criteria hasil: setelah melahirkan
Pasien dapat 3. Ganti pakaian dan
control nyeri liner basah
4. Berikan selimut
penghangat
5. Kolaborasi perbaikan
episiotomy
1. Risiko Setelah dilakukan 1. Instruksikan klien
kekurangan asuhan keperawatan untuk mendorong
volume cairan selama….,diharapkan pada kontraksi
cairan seimbang 2. Kaji tanda vital
denngan criteria hasil: setelah pemberian
TTV dbn oksitosin
Darah yang 3. Palpasi uterus
keluar ± 200 – 4. Kaji tanda dan gejala
300 cc shock
5. Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
6. Kolaborasi pemberian
cairan parentral
3. Risiko cedera Setelah dilakukan 1. Palpasi fundus uteri
maternal asuhan keperawatan dan massase dengan
selama….,diharapkan perlahan
cidera terkontrol 2. Kaji irama pernafasan
dengan criteria hasil: 3. Bersihkan vulva dan
Plasenta keluar perineum dengan air
utuh dan larutan antiseptic
TTV dbn 4. Kaji perilaku klien
dan perubahan
system saraf pusat
5. Dapatkan sampel
darah tali pusat, kirim
ke laboratorium
untuk menentukan
golongan darah bayi
6. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
5. KALA IV
a. Pengkajian
1. Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih rendah
pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon pemberian
oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk
kelahiran pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
3. Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4. Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5. Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6. Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy,
kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9. Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus, perineum
bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada abdomen, paha dan
payudara.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas.
2. Penurunan koping keluarga b.d transisi/peningkatan anggota keluarga
3. Resiko kekurangan volume cairan
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO KEPERAWATA NOC NIC
N
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Kaji sifat dan derajat
efek hormone, tindakan keperawatan ketidaknyamanan
trauma,edema selama … diharapkan 2. Beri informasi yang
jaringan, pasien dapat tepat tentang perawatan
kelelahan fisik mengontrol nyeri, nyeri selama periode
dan psikologis, berkurang dengan pascapartum
ansietas Kriteria hasil : 3. Lakukan tindakan
Pasien melaporkan kenyamanan
nyeri berkurang 4. Anjurkan penggunaan
Menunjukkan postur teknik relaksasi
dan ekspresi wajah 5. Beri analgesic sesuai
rileks kemampuan
Pasien merasakan
nyeri berkurang
pada skala nyeri (0-
2)
3. Penurunan koping Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien untuk
keluarga b.d asuhan keperawatan menggendong,
transisi/peningkat selama…..,diharapkan menyentuh bayi
an anggota proses keluarga baik 2. Observasi dan catat
keluarga dengan kriteria hasil: interaksi bayi
o Ada kedekatan ibu 3. Anjurkan dan bantu
dengan bayi pemberian ASI,
tergantung pada
pilihan klien
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Tempatkan klien pada
kekurangan asuhan keperawatan posisi rekumben
volume cairan selama….,diharapkan 2. Kaji hal yang
cairan simbang dengan memperberat kejadian
criteria hasil: intrapartal
TD dbn 3. Kaji masukan dan
Jumlah dan warna haluaran
lokhea dbn 4. Perhatikan jenis
persalinan dan anastesi,
kehilangan daripada
persalinan
5. Kaji tekanan darah dan
nadi setiap 15 menit
6. Dengan perlahan
massase fundus bila
lunak
7. Kaji jumlah, warna dan
sifat aliran lokhea
8. Kolaborasi pemberian
cairan parentral
Intervensi Rasional
1. Kaji derajat nyeri secara verbal 1. Mengetahui skala nyeri pasien
dan non verbal. sehingga dapat ditentukan
intervensi yang tepat
2. Anjurkan berkemih 1-2 jam, 2. Mempertahankan kandung kemih
palpitasi di atas simpisis pubis. bebas distensi yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan.
3. Ajarkan pasien untuk mengedan 3. Mengejan yang efektif
yang efektif dan relaksasi saat meminimalkan nyeri dan tenaga
tidak ada his. yang dikeluarkan sehingga pasien
tidak kelelahan.
Intervensi Rasional
1. Pantau DJJ 1. DJJ harus di rentang 120-160
x/menit dengan variasi rata-rata
percepatan dalam respon terhadap
aktivitas maternal, gerak janin dan
3)
kontraksi uterus
2. Catat kemajuan persalinan 2. Persalinan lama dengan
perpanjangan fase laten dapat
menimbulkan masalah kelelahan
ibu, stres berat, infeksi dan
hemorargi karena ruptur uteri
menempatkan janin pada resiko
tinggi terhadap hipoksia dan
cedera
3. Lakukan pemeriksaan leophod 3. Abnormalitas seperti presentasi
wajah, dagu dan posterior
memerlukan intervensi khusus
untuk mencegah persalinan lama.
4. Posisikan janin miring 4. Meningkatkan perfusi plasenta,
mencegah sindrome hipotensi
terlentang.
5. Kolaborasi dalam pemberian O2 5. Menambah O2 ibu untuk ambilan
fekal
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan perubahan hormonal
Tujuan: perubahan eliminasi urine teratasi sehingga memudahkan kemajuan dalam
persalinan
Kriteria evaluasi:
1. Pasien mengosongkan kandung kemih dengan cepat
2. Pasien bebas dari cedera kandung kemih
Intervensi Rasional
1. Catat dan bandingkan masukan 1. Keseimbangan intake dan output
dan haluaran urine cairan sehingga tidak terjadi
dehidrasi
2. Anjurkan untuk sering berkemih 2. Tekanan dari bagian presentasi
1-2 jam dari kandung kemih sering
menurunkan sensasi dan
mengganggu pengosongan
komplit.
3. Palpasi di atas simpisis pubis 3. Mendeteksi adanya urine dalam
kandung kemih dan derajat
kepenuhan.
4. Kolaborasi dalam melakukan 4. Distensi kandung kemih dapat
kateterisasi menyebabkan atoni, menghalangi
turunnya janin, menimbulkan
trauma pada presentasi janin.
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya faktor 1. Situasi resiko tinggi
maternal/kondisi yang mempengaruhi sirkulasi,
menurunkan uteroplasenta. kemungkinan dimanifestasikan
dengan hipoksia.
2. Pantau DJJ setiap 15-30 menit 2. Bradikardi atau takikardi
merupakan indikasi dari
kemungkinan penurunan yang
memerlukan intervensi khusus.
3. Periksa DJJ segera setelah 3. Mendeteksi distres janin karena
ketuban pecah (periksa setiap 15 prolaps tali pusat.
menit).
4. Pertahankan dan catat warna, 4. Pada presentasi vertex, hipoksia
jumlah amnion saat ketuban lama menyebabkan cairan amnion
pecah. berwarna mekonium karena vagal
yang merilekskan spingter anal.
5. Anjurkan pasien miring kiri. 5. Menurunkan resiko hipoksia pada
janin dan resiko prolaps plasenta.
6. Ajarkan pasien menarik napas 6. Napas dalam merilekskan otot-otot
dalam. sehingga tidak terjadi kelelahan.
5) Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran darah
Tujuan: tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria evaluasi:
1. TTV dalam batas normal
- TD : 100-120/60-80 mmHg
- RR : 16-20x/menit
- N : 60-80x/menit
- S : 36,5-37,4oC
2. DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
Intervensi Rasional
1. Kaji TTV diantara kontraksi. 1. Selama kontraksi TD biasanya
meningkat 5-10mmHg, kecuali
selama fase transisi. Peningkatan
tahanan curah jantung dapat terjadi
bila ada hipertensi intrapartal yang
selanjutnya meningkatkan tekanan
darah.
2. Pantau adanya edema dan 2. Kelebihan retensi cairan
luasnya, pantau DJJ. menempatkan klien pada resiko
terhadap perubahan sirkulasi,
dengan kemungkinan insufisiensi
uteroplasenta dimanifestasikan
sebagai deselerasi lanjut.
3. Catat masukan parenteral dan oral 3. Tirah baring meningkatkan curah
dan haluaran secara akurat. Ukur jantung dan haluaran urine dengan
berat jenin bila fungsi ginjal penurunan berat jenis urine.
menurun. Peningkatan berat jenis dan/atau
reduksi dalam haluaran urine
menandakan dehidrasi atau
kemungkinan terjadinya
hipertensi.
4. Tes urin terhadap albumin 4. Menandakan spasme glomerulus,
yang menurunkan reabsorpsi
albumin. Kadar lebih dari +2
menandakan gangguan ginjal,
kadar +1 atau lebih rendah
mungkin terjadi karena
katabolisme otot yang terjadi pada
latihan atau peningkatan
metabolisme pada periode
intrapartal.
b. Kala II
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,
dilatasi/peregangan jaringan, kompresi saraf, pola kontraksi semakin intensif
Tujuan : nyeri berkurang
Kriteria hasil:
1. Mengungkapkan penurunan nyeri
2. Menggunakan teknik yang tepat untuk mempertahankan kontrol, istirahat di
antara kontraksi.
Intervensi Rasional
1. Identifikasi derajat 1. Mengklarifikasi kebutuhan ;
ketidaknyamanan dan sumbernya memungkinkan intevensi
2. Pantau dan catat aktivitas uterus yang tepat
pada setiap kontraksi 2. Memberikan
3. Berikan dukungan dan informasi informasi/dokumentasi legal
yang berhubungan dengan tentang kemajuan kontinu ;
kemajuan persalinan membantu mengidentifikasi
4. Anjurkan klien atau pasangan pola kontraksi abnormal,
untuk mengatur upaya mengejan memungkinkan pengkajian
dengan spontan, daripada dan intervensi segera
dilakukan terus-menerus, 3. Pertahankan supaya
mendorong selama kontraksi pasangan tetap mendapatkan
5. Pantau penonjolan perineal dan informasi tentang perkiraan
rektal, pembukaan muara vagina kelahiran ; menguatkan
dan tempat janin bahwa upaya-upaya yang
6. Bantu klien memilih posisi dilakukan itu berarti
optimal untuk mengejan (Mis 4. Upaya mengejan spontan
jongkok, rekumben lateral, posisi yang bukan terus menerus
semi fowler atau penggunaan menghindari efek negatif dai
kursi melahirkan). Kaji valsava manuver berkenaan
keefektifan upaya untuk mengejan denan penurunan kadar
; bantu klien untuk merelakskan oksigen ibu dan janin
semua otot dan beristirahat 5. Pemutaran anal ke arah luar
diantara kontraksi dan penonjolan perineal
terjadi saat verteks janin
turun, menandakan
kebutuhan untuk persiapan
kelahiran
6. Posisi yang tepat dengan
relaksasi jaringan perineal
mengoptimalkan upaya
mengejan, memudahkan
kemajuan persalinan,
menurunkan
ketidaknyamanan dan
menurunkan kebutuhan
terhadap penggunaan forsep
2) Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik vena,
perubahan pada tahanan vaskular sistemik
Tujuan : tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria evaluasi :
1. Mempertahankan tanda vital yang tepat terhadap tahap persalinan
2. Menunjukkan DJJ dan variabilitas dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Pantau TD dan nadi (setiap 5-15 1. Peningkatan curah jantung
menit). Perhatikan jumlah dan 30%-50% terjadi pada tahap
konsentrasi haluaran urin pengeluaran, penajaman pada
2. Anjurkan klien untuk puncak kontraksi uterus dan
inhalasi/ekhalasi selama upaya kembali secara lambat pada
mengejan, dengan menggunakan status prakontraksi, saat
teknik glotis terbuka dan menahan kontraksi menurun atau
napas tidak lebih dari 5 detik. berhenti
Katakan pada klien untuk 2. Valsava manuver yang lama
mendorong hanya bila ia dan berulang, terjadi bila klien
merasakan dorongan untuk menahan napas saat
melakukannya (dorongan tidak mendorong terhadap glotis
boleh dipaksakan) yang tertutup, akhirnya
3. Pantau DJJ setelah kontraksi atau mengganggu aliran bali vena
upaya mengejan dan menurunkan curah jantung,
4. Anjurkan klien/pasangan memilih TD dan tekanan nadi
posisi persalinan yang 3. Mendeteksi bradikardia janin
mengoptimalkan sirkulasi seperti dan hipoksia berkenaan dengan
posisi rekumben lateral, posisi penurunan sirkulasi maternal
fowler atau berjongkok dan penurunan perfusi plasenta
5. Atur infus IV sesuai indikasi ; yang disebabkan oleh valsava
pantau pemberian oksitosin dan manuver atau posisi yang tidak
turunkan kecepatan bila perlu tepat
4. Posisi rekumben tegak dan
lateral mencegah oklusi vena
kava inferior dan obstruksi
aorta, mempertahankan aliran
balik vena dan mencegah
hipotensi
5. Jalur IV harus tersedia pada
kasus perlunya memperbaiki
hipotensi atau menaikkan
pemberian obat kedaruratan
Intervensi Rasional
c. Kala III
1) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake,
muntah dan diaphoresis
Tujuan: pemenuhan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria evaluasi:
1. TTV dalam batas normal
TD : 100-120/60-80 mmHg
RR : 16-20x/menit
N : 60-80x/menit
S : 36,5-37,4oC
2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV dan DJJ. 1. Monitor TTV dilakukan karena
efek samping okxytocin yang
sering terjadi adalah hipertensi
dan peningkatan DJJ menandakan
dehidrasi.
2. Segera beri minum melalui oral
2. Pantau tanda-tanda dehidrasi. jika ditemukan tanda-tanda
dehidrasi.
3. Pelepasan harus terjadi dalam
3. Catat waktu dan mekanisme waktu 5menit setelah kelahiran,
pelepasan plasenta. lebih banyak waktu yang
diperlukan plasenta untuk lepas
makan lebih banyak darah hilang.
4. Membantu memenuhi kebutuhan
cairan.
4. Kolaborasi dalam pemberian
cairan perenteral
Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri pasien. 1. Skala nyeri yang tinggi atau berat
diberikan obat sesuai indikasi.
2. Beri pasien posisi yang nyaman. 2. Posisi yang nyaman membuat
pasien relaks sehingga nyeri dapat
berkurang.
3. Ajarkan pasien tehnik relaksasi 3. Relaksasi napas dalam membantu
napas dalam. mengontrol nyeri sehingga nyeri
dirasakna berkurang.
4. Lakukan massage pada daerah 4. Massage membantu merelakskan
fundus untuk menurunkan nyeri otot-otot dan mencegah
dan resiko perdarahan perdarahan.
Intervensi Rasional
1. Palpasi fundus dan masase 1. Memudahkan pelepasan
dengan perlahan plasenta
2. Masase fundus secara perlahan 2. Menghindari rangsangan/trauma
setelah pengeluaran plasenta berlebihan pada fundus
3. Bersihkan vulva dan perineum 3. Menghilangkan kemungkinan
dengan air dan larutan kontaminan yang dapat
antiseptik steril, berikan mengakibatkan infeksi saluran
pembalut. asenden selama periode
4. Rendahkan kaki klien secara pascapartum
simultan dari pijakan kaki 4. Membantu menghindari
5. Kolaborasi pemberian regangan otot
oksitosin IV, posisikan 5. Meningkatkan kontraktilitas
kembali uterus di bawah miometrium uterus
pengaruh anastesi, dan berikan 6. Membatasi potensial infeksi
ergonovin maleat IM setelah endometrial
penempatan uterus kembali
6. Kolaborasi pemberian
antibiotik profilaktik
d. Kala IV
1) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelelahan, kegagalan
miometri dari mekanisme homeostatis.
Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria evaluasi:
1. Pasien tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
2. Haluaran urine adekuat
3. Mukosa bibir lembab
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV, terutama suhu. 1. Peningkatan suhu menandakan
dehidrasi
2. Pantau DJJ. 2. Pada awalnya DJJ meningkat
karena dehidrasi dan kehilangan
cairan.
3. Ukur masukan cairan dan 3. Mengetahui adanya dehidrasi
haluaran urine. sehingga dapat segega dilakukan
intervensi yang tepat.
4. Berikan masukan cairan 4. Mengganti kehilangan cairan.
peroral/parenteral
Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri pasien. 1. Skala nyeri yang tinggi atau berat
diberikan obat sesuai indikasi.
2. Beri pasien posisi yang nyaman. 2. Posisi yang nyaman membuat
pasien relaks sehingga nyeri dapat
berkurang.
3. Ajarkan pasien tehnik relaksasi 3. Relaksasi napas dalam membantu
napas dalam. mengontrol nyeri sehingga nyeri
dirasakna berkurang.
4. Lakukan massage pada daerah 4. Massage membantu merelakskan
fundus untuk menurunkan nyeri otot-otot dan mencegah
dan resiko perdarahan perdarahan.
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV terutama suhu. 1. Perubahan suhu menandakan
terjadinya infeksi.
2. Kaji tanda-tanda infeksi. 2. Adanya tanda-tanda seperti kalor,
dolor, rubor, tumor dan
fungsiolaesia menandakan
terjadinya infeksi segera berikan
intervensi yang tepat.
3. Pertahankan tehnik aseptik. 3. Tehnik aseptik menurunkan resiko
terjadinya infeksi kepada pasien
ataupun perawat.
4. Kolaborasi dalam pemberian 4. Antibiotik sesuai indikasi
antibiotik dan kaji efek samping membantu menghambat
mekanisme terjadinya infeksi
sehingga pasien tidak mengalami
efek samping yang tidak
diinginkan.
Intervensi Rasional
1. Observasi interaksi ibu dan bayi 1. Kontak mata, posisi menghadap
serta keluarganya. wajah menandakan penerimaan
yang baik atas kehadiran bayinya.
2. Perilaku atau pengunggkapan
2. Catat adanya pengungkapan atau secara verbal mengenai
perilaku yang menunjukkan kekecewaan terhadap kelahiran,
kekecewaan. berikan KIE tentang keadaan bayi
dan penanganan yang tepat.
3. Berikan ibu menyusui bayinya. 3. Menyusui secara dini memberikan
kesempatan kepada bayi lebih
dekat dengan ibu dan
mendapatkan nutrisi penting dari
ASI.
4. Anjurkan pasien dan keluarga 4. Kedekatan ibu, bayi dan keluarga
menggendong bayinya memberikan kehangatan pada
bayi sehingga bayi menjadi
tenang.
A. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun atau ditentukan sebelumnya berdasarkan rencana tindakan
yang telah dibuat, dimana tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan
kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2003)..
B. EVALUASI
a. Kala I
1) Nyeri berkurang dan terkontrol
2) Tidak terjadi cedera janin
3) Perubahan eliminasi urine teratasi
4) Tidak terjadi kerusakan pertukaran gas
5) Tidak terjadi penurunan curah jantung
b. Kala II
1) Nyeri berkurang atau terkontrol
2) Klien mempertahankan tanda vital yang tepat
3) Klien tampak mengejan
c. Kala III
1) Pemenuhan kebutuhan cairan adekuat
2) Nyeri berkurang atau terkontrol
3) Tidak terjadi cidera
d. Kala IV
1) Pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.
2) Nyeri berkurang atau terkontrol
3) Tidak terjadi infeksi.
C. Sumber Teori
Model pencapaian peran maternal yang dikemukakan oleh Mercer dengan
menggunakan konsep Bronfenbrenner’s (1979) memperlihatkan bagaimana lingkungan
berpengaruh terhadap pencapaian peran ibu.
b. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran di butuhkan sesuai dengan
kondisi system social
c.Informal
Di mana wanita telam mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya
d.Personal
Merupakan peran terakhir, di mana wanita telah mahir melakukan perannya sebagai ibu.
Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah di mulai sejak ibu
menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Mercer mulainya
peran ibu adalah setelah bayi bayi lahir 3-7 bulan setelah dilahirkan.
b. Faktor bayi
1. Temperament
2. Kesehatan bayi
c. Faktor-faktor lainnya
1. Latar belakang etnik
2. Status pekawinan
3. Status ekonomi
Suatu hal yang sangat menarik yang dikemukakan oleh Mercer adalah penekanannya pada
pengaruh bayi (infant personality) pada waktu ibu melaksanakan perannya sebagai ibu.Dengan
mengambil factor sosial suppprt, Mercer mengidentifikasi 4 faktor pendukung
a. Emotional support
Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti.
b. Informational support
Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu
untuk menolong dirinya sendiri
c. Physical support
Misalnya dengan membantu merwat bayi dan memberikan tambahan dana
e. Appraisal support
Ini memungkinkan indifidu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan pencapaiaan peran ibu
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan
konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu.
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi
dan konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu.
Peran bidan yang di harapkan oleh Mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam
melaksanakan tugas dan adaptasi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pencapaiaan peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat mengetahui lebih jauh mengenai sistem reproduksi pada wanita baik dari anatomi
maupun fisiologinya.
Alat reproduksi wanita dibagi atas 2 bagian :
- Alat reproduksi luar ( genetalia eksterna ) :
Dalam arti sempit adalah alat kandungan yang dapat dilihat dari luar bila wanita dalam
posisi litotomi. Yang fungsinya dikhususkan untuk kopulasi ( koitus).
- Alatreproduksi dalam ( genetalia interna)
B. Saran
Saran penulis untuk para pembaca :
Untuk mengerti perubahan – perubahan yang terjadi selama kehamilan, pembaca lebih
mendalami susunan anatomi dan fisiologi reproduksi wanita
DAFTAR PUSTAKA