Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Oleh:
IIS INTAN LEATARI
P17320120509

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG


JURUSANKEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

TAHUN 2021
A. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
a. Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai ideal (Stuart & Sundeen, 1995)
b. Harga diri rendah adalah individu merasa kenyataan dirinya menjadi mendekati
ideal diri, mempunyai harga diri tinggi, sedangkan individu yang merasa dirinya
jauh dari titik kesesuaian antara ideal diri dengan kenyataan akan mempunyai
harga diri rendah (Iis Comone & Taylore, 1998).
c. Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya
diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam Fitria, 2009).
d. Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima
lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep,
2009).
2. Klasifikasi
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama. 
3. Etiologi
Harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba). Pada
klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1) Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptif.
4. Proses Terjadinya
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri terdiri atas komponen : citra
diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran dan identitas personal. Respons individu
terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif
sampai maladatif.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak
dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggung jawab atas
kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga
diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan
menerima penghargaan dari orang lain.
Harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan
pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara
sosial.
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal seperti :
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksirkan
kejadian yang mengancam.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
tekanan untuk peyesuaian diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan
fisik, prosedur medis dan keperawatan.
5. Faktor Predisposisi
a. Adanya penolakan orang tua.
b. Harapan orang tua yang tidak realistik
c. Ideal diri yang tidak realistik
d. kegagalan berulang kali
e. kurang mempunyai tanggung jawab personal
f. ketergantungan pada orang lain
(Fitria, 2009)
6. Faktor Presipitasi
a. Hilangnya sebagian anggota tubuh
b. Berubahnya penampilan atau bentuk tubuh
c. Mengalami kegagalan
d. Menurunnya produktivitas
(Fitria, 2009).
7. Tanda dan Gejala
Menurut Keliat (1999) tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien harga diri
rendah adalah :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan kurang percaya
diri.
b. Rasa bersalah terhadaap diri sendiri, individu yang selalu gagaal dalaam meraih
sesuatu.
c. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah orang
lain.
d. Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka menyendiri dan
tidak ingin bertemu orang lain.
e. Rasa percaya diri kurang , merasa tidak percaya dengan kemampuan yang
dimiliki.
f. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam memilih
sesuatu.
g. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan.
h. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
i. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
j. Ketegangan peran yang dirasakan.
k. Pandangan hidup pesimis.
l. Keluhan fisik
1) Penolakan terhadap kemampuan personal
2) Destruktif terhadap diri sendiri
3) Menarik diri secara social
4) Penyalahgunaan zat
5) Menarik diri dari realitas
6) Khawatir
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Keliat (1999) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri, yaitu:
1) Memberi kesempatan untuk berhasil
2) Menanamkan gagaasan
3) Mendorong aspirasi
4) Membantu membentuk koping
b. Penatalaksanaan Medis
1) Clorpromazine (CPZ)
a) Indikasi: untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan perasaan
dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas
rutin.
b) Efek samping: sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.
2) Haloperidol (HPL)
a) Indikasi: berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam fungsi
netral serta fungsi kehidupan sehari-hari.
b) Efek samping: sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
3) Trihexyphenidyl (THP)
a) Indikasi: segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis
dan idiopatik.
b) Efek samping: hipersensitif terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat,
psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna.
c. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien
dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai
realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas
kelompok (TAK).
d. Therapy Modalitas
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi
(Keliat dan Akemat, 2005). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas
yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga
diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat, 2005).
e. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus
(Riyadi dan Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan
dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar
ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4)      ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan
Purwanto, 2009).
f. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi
antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).

B. PENGKAJIAN
1. Wawancara
a. Tanyakan identitas klien
b. Tanyakan masalh klien
c. Tanyakan ideal diri klien
d. Tanyakan gambaran diri klien
e. Tanyakan peran klien
f. Tanyakan harga diri klien
g. Tanyakan keinginan klien
h. Tanyakan mengapa dia mengatakan hal yang negatif tentang dirinya
i. Tanyakan apa yang menjadi penyebab klien bersikap malu, minder, nerasa bersalah
j. Tanyakan kemampuan apa saja yang bisa klien lakukan
k. Tanyakan tentang sikap keluarganya
2. Pengkajian
a. Kontak mata kurang, tidak ada
b. Pasif dan hipoaktif
c. Bimbang dan ragu – ragu
d. Lesu
e. Tidak aktif
f. Bergantung pada orang lain
g. Selalu menyalahkan diri sendiri
h. Memgatakan hal yang negatif tentang dirinya
i. Mengatakan minder, malu, bersalah
j. Menbolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negatif mengenai
dirinya
k. Pengkajian fisik persistem, TD, BB
3. Pemeriksaan diagnostik
a. EKG
b. Psikotes
c. Laboratorium
d. MRI
C. ANALISA DATA
N DATA MASALAH
O
1 DS: Harga Diri Rendah
 Ungkapan yang menegatifkan diri
 Mengevaluasi diri yang tak mampu
untuk menghadapi berbagai peristiwa
 Menolak umpan balik yang positif,
menyebutkan umpan balik negatif
tentang dirinya
 Mengungkapka rasa malu, minder &
menyalahkan diri
 Rasionalisasi kegagalan pribadi
DO:
 Kontak mata kurang, tidak ada
 Tidak asertif
 Pasif dan hipoaktif
 Bimbang dan ragu-ragu
 Lesu
 Minder
 Penolakan partisipasi therapi
 Tergantung pada orang lain
 Menangis berlebihan, bergantian
dengan ekspresi marah

2. DS: Isolasi Sosial : Menarik


 Klian mengatakan dirinya tidak ingin Diri
dimengerti oleh perawat
 Ada ungkapan tidak ingin berbicara
dengan orang lain karena tidak nyaman
dalam situasi sosial
 Meminta untuk sendiri
 Mengalami perasaan berbeda dengan
orang lain
 Merasa tidak aman ditengah orang
banyak
DS:
 Sedih, afek tumpul
 Menjadi tidak komunikatif, menarik
diri, kosong, kontak mata kurang
 Asik dengan pikiran-pikiran sendiri,
menolak tindakan yang bermakna
 Mengekspresikan perasaan kesedihan
 Tidak kooperatif
 Disfungsi interaktif dengan teman
sebaya, keluarga, orang lain
POHON MASALAH

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga Diri Rendah berhubungan dengan Koping Individu Tidak Efektif
2. Isolasi Sosial : Menarik Diri
E. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN
TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI
Harga Diri Rendah TUM :
Kronik Klien memiliki
konsep diri yang
positif
TUK 1 Setelah interaksi selama 1 1.      Bina hubungan saling 1.     Hubungan saling
Klien dapat membina x 15 menit diharapkan: percaya dengan percaya menjadi dasar
hubungan saling Ekspresi wajah klien menggunakan prinsip keterbukaan klien
percaya. bersahabat, menunjukkan komunikasi terapeutik : kepada perawat.
rasa senang, ada kontak a.    Sapa klien dengan nama baik a.       Memulai pertemuan
mata, mau berjabat verbal maupun non verbal. dengan menyapa klien
tangan,mau menyebutkan b.    Perkenalkan diri dengan dengan sopan.
nama, mau menjawab sopan. b.      Saling berkenalan
salam, mau duduk akan menimbulkan
berdampingan dengan rasa keakraban
perawat, mau c.   Tanyakan nama lengkap klien dengan klien.
mengutarakan masalah dan nama panggilan yang c.       Menimbulkan rasa
yang dihadapi disukai klien. kenyamanan klien
saat berinteraksi.
d.    Jelaskan tujuan pertemuan d.      Klien mengerti
maksud perawat
melakukan interaksi
e.    Jujur dan menepati janji dengannya.
e.       Menambah rasa
f.    Tunjukkan sikap empati dan percaya klien kepada
menerima klien apa adanya. perawat.
f.       Menimbulkan
g.     Berikan perhatian kepada kenyamanan klien
klien dan perhatikan karena perawat
kebutuhan dasar menerima keadaan
mereka.
g.      Dengan memberi
perhatian, klien akan
merasa nyaman saat
berinteraksi.

TUK 2 Setelah interaksi selama 1.      Diskusikan kemampuan dan 1.   Mengetahui


Klien dapat 1x15 menit diharapkan aspek positif yang dimiliki kemampuan yang
mengidentifikasi klien menyebutkan aspek klien. dimiliki klien
kemampuan dan positif dan kemampuan 2.      Bersama klien buat daftar 2.   Mengetahui berbagai
aspek positif yang di yang dimiliki klien tentang aspek positif dan macam kemampuan
milikinya. kemampuan yang dimiliki yang dimiliki klien.
klien. 3.   Pujian akan
3.      Beri pujian yang realistik dan menambah motivasi
hirdarkan memberi penilaian klien untuk
yang negatif. mengungkapkan
kemampuannya.
TUK 3 Setelah interaksi selama 1.      Diskusikan dengan klien 1.   Mengetahui
Klien dapat menilai 1x15 menit diharapkan kemampuan yang masih kemampuan apa saja
kemampuan yang klien menilai kemampuan dapat digunakan selama sakit. yang masih bisa
digunakan. yang dapat digunakan di 2.      Diskusikan kemampuan yang dilakukan selama
RSJ, klien menilai dapat dilajutkan di rumah dirawat.
kemampuan yang dapat sakit 2.   Merencanakan
digunakan dirumah kemampuan yang
3.       Beri reinforcement positif akan dilakukan di
rumah
3.   Pujian akan
menambah notivasi
klien beraktifitas.
TUK 4 Setelah interaksi selama 1 1.      Meminta klien untuk memilih 1.   Merencanakan
Klien dapat x 15 menit diharapkan satu kegiatan yang mau kegiatan yang dapat
menetapkan dan klien memiliki dilakukan di rumah sakit. dilakukan di rumah
merencanakan kemampuan yang akan 2.       Bantu klien melakukannya sakit.
kegiatan sesuai dilatih, klien mencoba jika perlu beri contoh. 2.   Mempermudah klien
dengan kemampuan sesuai jadwal harian. 3.       Beri pujian atas keberhasilan dalam memahami
yang dimiliki. klien. kegiatannya.
3.   Menambah motivasi
4.       klien untuk
Diskusikan jadwal kegiatan harian melakukan kegiatan
atas kegiatan yang telah dilatih. lain
4.   Membuat jadwal
kegiatan sesuai
kemampuan klien.
TUK 5 Setelah interaksi selama 1.      Beri kesempatan pada klien 1.   Mengetahui
Klien dapat 1x30 menit diharapkan untuk mencoba kegiatan yang kemampuan klien
melakukan kegiatan Klien melakukan kegiatan telah direncanakan. dalam melakukan
sesuai kondisi sakit yang telah dilatih, mampu 2.       Beri pujian atas keberhasilan suatu kegiatan.
dan kemampuannya. melakukan beberapa klien. 2.   Menambah motivasi
kegiatan secara mandiri klien untuk melakuan
Diskusikan kemungkinan kegiatan lain.
pelaksanaan di rumah. 3.   Bertukar pikiran
tentang kegiatan yang
akan dilakukan
dirumah.
TUK 6 Setelah interaksi selama 1 1.      Beri pendidikan kesehatan 1.   Menambah
Klien dapat x 15 menit diharapkan pada keluarga tentang cara pengetahuan keluarga
memanfaatkan sistem Keluarga memberi merawat klien dengan harga tentang cara merawat
pendukung yang ada. dukungan dan pujian, diri rendah. klien dengan harga
keluarga memahami diri rendah.
jadwal kegiatan harian 2.      Bantu keluarga memberikan 2.   Membantu keluarga
klien dukungan selama klien untuk memotivasi
dirawat. klein selama dirawat
di rumah sakit jiwa.
3.      Jelaskan cara pelaksanaan 3.   Keluarga mengerti
jadwal kegiatan klien di tentang beberapa
rumah. kegiatan yang akan
dilakukan klien
4.      Anjurkan keluarga memberi dirumah
pujian pada klien setiap 4.   Pujian akan
berhasil. menambah motivasi
klien untuk
melakukan berbagai
aktifitas lain.
F.
G. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana
keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana
tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi
nyata sering impelmentasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat
belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan
keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan,
dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat
jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan
tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah
rencana perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah
semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat
akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan.
Dokumentasikan semua tidakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien ( Keliat,
2002, hal 15).
H. Evaluasi
Adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
klien (Keliat, dkk 1998)
Evaluasi dibagi 2 :
1. Evaluasi proses (Formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan
2. Evaluasi hasil (Sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien pada
tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan dengan perawatan SOAP
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan kerusakan interaksi sosial (menarik diri)
yaitu dapat menunjukkan peningkatan harga diri
DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino


Gondoutomo.
Boyd MA, Hihart MA. 1998. Psychiatric Nursing: Contemporary Practice. Philadelphia :
Lipincott-Raven Publisher.
Carpenito, Lynda Jual. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC, Jakarta.
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Stuart and Sundeen. 1995. Buku Keperawatan (Alih Bahasa) Achir Yani S. Hamid. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Stuart GW, Sundeen SJ. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai