Peternakan
L
Sebagai negara maritim, Indonesia memang kaya dengan hasil laut yang melimpah. Hal ini
memberi peluang untuk berkembangnya industri pengolahan hasil perikanan. Apalagi bila
kebijakan pemberantasan illegal fishing dilaksanakan secara konsisten oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan . Namun perkembangan industri pengolahan hasil perikanan pasti
akan menyisakan hasil samping limbah yang berupa darah, kulit, kepala, sisik, tulang,
ataupun sisa daging ikan yang menempel pada tulang, serta limbah cair dari proses pencucian
dan pengolahan hasil perikanan tersebut. Limbah hasil perikanan dapat berbentuk padatan,
cairan atau gas. Limbah yang berbentuk padat berupa potongan daging ikan, sisik, insang
atau saluran pencernaan. Limbah yang berbentuk cairan antara lain darah, lendir dan air
pencucian ikan. Sedangkan limbah yang berbentuk gas adalah bau yang ditimbulkan karena
adanya senyawa amonia, hidrogen sulfida, atau keton
Sering terjadi pencemaran air yang menimbulkan protes dari petambak atau nelayan,
biasanya disebabkan oleh limbah cair (seperti air bekas pencucian surimi atau bekas rebusan
rajungan) yang tidak dikelola dengan baik, dan hanya langsung dibuang ke perairan sehingga
menimbulkan bau busuk serta pencemaran sungai, saluran tambak, dan laut.
Tentu saja penanggungjawab usaha pengolahan hasil perikanan wajib melakukan penanganan
limbah agar tidak mencemari lingkungan. Berbagai teknik penanganan dan pengolahan
limbah telah dikembangkan. Masing-masing jenis limbah membutuhkan cara penanganan
khusus, berbeda antara jenis limbah yang satu dengan yang lainnya. Namun secara garis
besar, teknik penanganan dan pengolahan limbah dapat dibagi menjadi penanganan dan
pengolahan limbah secara fisik, kimiawi, dan biologis. Walaupun ada sanksi yang diberikan
bila tidak melakukan pengolahan limbah, namun sering kali pengolahan limbah tidak
dilaksanakan dengan baik karena memerlukan tambahan pembiayaan.
Padahal, limbah tersebut tidak seharusnya dibuang begitu saja sehingga mencemari
lingkungan, justru dapat dimanfaatkan atau diolah menjadi produk yang bernilai, sehingga
dapat memberikan pendapatan tambahan. Bayangkan saja, 20-30 % dari produksi ikan kita
sekitar 6.5 juta ton per tahun menjadi limbah. Hal ini berarti sekitar 2 juta ton terbuang
sebagai limbah, yang seharusnya bisa dimanfaatkan.
Pemanfaatan limbah ini merupakan penerapan dari salah satu prinsip ekonomi biru (blue
economy) yang saat ini sedang gencar dikembangkan, yaitu prinsip nirlimbah (zero waste)
yang menekankan sistem siklikal dalam proses produksi, sehingga tercipta produksi bersih.
Artinya, limbah dari sebuah proses produksi akan menjadi bahan baku atau sumber energi
bagi produk berikutnya.
Bentuk-bentuk produk hasil pemanfaatan limbah dari proses pengolahan hasil perikanan
cukup beragam, antara lain berupa :
(1) Daging lumat (minced fish), dihasilkan dari sisa-sisa daging ikan yang menempel pada
tulang dan masih bisa dikumpulkan, dapat digunakan untuk bahan dasar pembuatan produk-
produk gel ikan seperti bakso, sosis, nugget, siomay, dll.
(2) Minyak ikan, dapat diproduksi dari sisa-sisa daging dan kulit ikan. Pengolahannya dengan
cara ekstraksi, dengan kombinasi pemasakan, pengeringan, dan pengepresan untuk
memisahkan minyak dan tepung ikan. Manfaat minyak ikan untuk kesehatan dapat mencegah
beberapa penyakit, antara lain jantung koroner, kelebihan kolesterol darah, kanker,
kerontokan rambut, dan untuk kekebalan tubuh.
(3) Tepung dan silase ikan, dari limbah daging, tulang, insang dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan pupuk dan pakan ternak/ikan. Tepung ikan merupakan produk berkadar air rendah
yang kaya akan protein dan mineral, yang diperoleh dari beberapa proses pengolahan antara
lain pemasakan, pengepresan, pengeringan dan penggilingan. Sedangkan silase ikan adalah
sisa-sisa ikan yang diawetkan dalam kondisi asam dengan penambahan asam (silase kimia)
atau dengan fermentasi/kemampuan bakteri asam laktat (silase biologis). Silase ikan yang
dihasilkan berbentuk cair karena protein ikan dan jaringan struktur lainnya didegradasi
menjadi unit larutan yang lebih kecil oleh enzim yang terdapat pada ikan.
(4) Kolagen dan gelatin : Kolagen merupakan protein penting yang menghubungkan sel
dengan sel yang lain. Kulit dan sisik ikan merupakan salah satu sumber utama kolagen.
Pembuatan kolagen dapat dilakukan melalui ekstraksi baik secara konvensional maupun
secara enzimatis. Kegunaan kolagen diantaranya adalah untuk suplemen makanan, kosmetik,
dan aditif pada makanan dan minuman ringan. Sedangkan gelatin, adalah derivat protein dari
serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan, yang diperoleh melalui proses
hidrolisis serat kolagen. Berguna untuk pengolahan pangan (penstabil, pembentuk gel,
pengental, pengemulsi, perekat, edible coating, pengikat air), dan non-pangan (kosmetik,
medis/farmasi, kertas dll).
Chitin dan chitosan, terdapat dalam kulit luar hewan golongan Crustaceae seperti udang dan
kepiting, merupakan limbah yang dihasilkan dari proses pembekuan dan pengalengan
udang/kepiting, dan pengolahan kerupuk udang. Untuk memperoleh chitin dari cangkang
udang melibatkan proses-proses pemisahan protein (deproteinasi) dan pemisahan mineral
(demineralisasi). Sedangkan untuk mendapatkan chitosan dilanjutkan dengan proses
deasetilasi. Chitosan dapat dimanfaatkan di berbagai bidang biokimia, obat-obatan atau
farmakologi, pangan dan gizi, pertanian, mikrobiologi, penanganan air limbah, industri
kertas, tekstil membran atau film, kosmetik dan lain sebagainya.
(6) Pupuk organik/pupuk cair, pupuk organik lengkap yang terbuat dari bahan baku ikan
memiliki kualitas sebagai pupuk yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik
(kompos, pupuk kandang, ataupun pupuk hijau). Untuk pembuatan pupuk cair dilakukan
dengan proses hidrolisis dengan bantuan enzim tertentu. Seluruh bagian tubuh ikan maupun
limbah cair pengolahan ikan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk ini.
(7) Aneka kerajinan dapat dibuat dari limbah yang berupa sisik dan kulit ikan serta cangkang
kekerangan.
Dan mungkin masih banyak lagi produk yang dapat dihasilkan dari limbah pengolahan hasil
perikanan. Dengan beragamnya produk yang berasal dari pemanfaatan limbah tersebut,
kiranya perlu disosialisasikan kepada pelaku usaha maupun orang-orang yang berminat
bergerak dalam bidang pengolahan limbah hasil perikanan, agar mereka mampu mengolah
limbah tersebut menjadi produk yang bernilai ekonomi. Disamping akan diperoleh
keuntungan secara ekonomi (tambahan pendapatan), juga akan dapat menjaga lingkungan
kita (tanah, air, dan udara) dari pencemaran limbah pengolahan hasil perikanan
Lihat foto
Dan mungkin masih banyak lagi produk yang dapat dihasilkan dari limbah pengolahan hasil
perikanan. Dengan beragamnya produk yang berasal dari pemanfaatan limbah tersebut,
kiranya perlu disosialisasikan kepada pelaku usaha maupun orang-orang yang berminat
bergerak dalam bidang pengolahan limbah hasil perikanan, agar mereka mampu mengolah
limbah tersebut menjadi produk yang bernilai ekonomi. Disamping akan diperoleh
keuntungan secara ekonomi (tambahan pendapatan), juga akan dapat menjaga lingkungan
kita (tanah, air, dan udara) dari pencemaran limbah pengolahan hasil perikanan
1. Pengertian Bahan Pangan Hasil Samping.
Bahan baku daging hasil perikanan dan peternakan merupakan bahan pangan utama manusia
namun tulang, kulit, kaki, dan juga sisik menjadi bagian dari bahan pangan yang jarang sekali
dikonsumi meski masih banyak menyimpan manfaat gizi.
Sebagai olahan pangan siap konsumsi, hampir semua bagian dari bahan pangan hasil perikanan dan
peternakan dapat di gunakan manusia. Bahan pangan hasil samping dapat diolah menjadi makanan
siapsaji seperti mie bakso, ceker ayam, kripik ceker ayam, krupuk kulit dan lainnya.
Kulit ialah bagian luar yang menutupi daging, baik itu daging sapi, ikan, dan lainnya. Kulit merupakan
organ tunggal tubuh yang paling berat dan kulit juga merupakan hasil ternak yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi sekitar 59% dari nilai keseluruhan produk yang dihasilkan dari seekor ternak.
Kulit ternak dapat diolah menjadi produk pangan seperti kripik kulit dan masakan lainnya.
Ceker ayam memiliki sedikit daging dan jika dimasak biasanya akan mengeluarkan cairan atua gel
khusus yang mengandung gelatin. Ceker ayam juga dapat diolah menjadi produk pangan sepeti kripik
ceker, bakso ceker, sup ceker, dan lainnya.
Proses pembuatan bahan pangan ini biasanya dimulai dengan proses pengeringan dan digiling
menjadi tepung, setelah menjadi tepung, barulah dapat divermentasikan dalam bentuk olahan berupa
cemilan, misalnya pangsit ikan, stik ikan, kerupuk dan bahan makanan lainnya.
Catatan :
Dalam mengolah hasil samping dari bahan baku perikanan dan peternakan harus melalui uji coba
yang membutuhkan ketelitian, ketekunan dan juga kesabaran sebab waktu yang dibutuhkan relatif
lama hingga dapat menghasilkan produk pangan sampingan yang sehat, dikemas dengan kemasan
yang menarik dan miliki nilai ekonomis yang tinggi.