A. PENDAHULUAN
Kebijakan Nasional yang mengamanatkan bahwa deteksi dini kanker
merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan karena dapat menekan
angka kesakitan dan kematian, harus terus diupayakan melalui berbagai
kesempatan dan kegiatan.
Kanker leher rahim, merupakan jenis keganasan yang paling sering
ditemukan di kalangan wanita. Angka kejadian dan kematian akibat kanker leher
rahim di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Namun, di
negara berkembang masih menempati urutan teratas. Di Indonesia, insidensi
kejadian kanker leher rahim paling tinggi dibandingkan jenis kanker lainnya.
Berdasarkan data dari Badan registrasi Kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi
Indonesia (IAPI), kanker leher rahim menduduki peringkat pertama (17,2%) dari
seluruh kasus kanker, diikuti kanker payudara (12,2%). Berdasarkan data dari
kementerian kesehatan, bahwa di Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker leher
rahim per 100.000 penduduk.
Setiap tahun, lebih dari 460.000 kasus kanker leher rahim terjadi dan sekitar
231.000 perempuan di seluruh dunia meninggal karena penyakit tersebut. Angka
kasus kanker leher rahim lebih tinggi di negara-negara berkembang, hampir 80%
kasus kanker leher rahim berada di negara berkembang, yaitu di Afrika 16%,
Eropa 12% dan Asia 54% (Rachmadaniar, 2013). Angka kematian kanker leher
rahim dihubungkan dengan sebagian besar stadium kanker leher rahim (70%
kasus) adalah stadium invasif, lanjut dan bahkan stadium terminal pada saat
diagnosis ditegakkan. Hal itu terjadi karena penderita datang dalam stadium
lanjut, karena pada stadium awal sering tidak merasakan gejalnya (Iswara S,
Suwiyoga I).
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013, prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per seribu penduduk. Prevalensi
tertinggi terjadi di Yogyakarta (4,1‰), dikuti Jawa Tengah (2,1‰), Bali (2‰),
Bengkulu dan DKI masing-masing (1,9‰). Kanker tertinggi pada perempuan
1
adalah kanker leher rahim dan payudara. Kementerian Kesehatan (2014)
mencatat dari sekian banyak kanker yang menyerang penduduk Indonesia,
kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks) tertingi kasusnya di seluruh
Rumah Sakit. Berdasarkan Sistem Informasi RS (SIRS), jumlah pasien rawat
jalan maupun rawat inap pada kanker payudara terbanyak yaitu 12.014 orang
(28,7%) dan kanker serviks 5.349 orang (12,8%). Dari seluruh penduduk berusia
30 sampai 50 tahun yang berisiko tinggi sebanyak 36,7 juta lebih dan yang
mendapatkan deteksi dini baru 1,75% atau 644.951 jiwa. Sedangkan target
pemerintah adalah 80%.
Data kasus penyakit kanker di provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun
menunjukkan angka yang cukup tinggi, khususnya kasus kanker leher rahim.
Pada tahun 2013 terdapat 1.934 kasus dan 2014 sebanyak 1.213 kasus.
Di sisi lain kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker termasuk
faktor risiko dan upaya pencegahannya masih kurang. Sebanyak 90-95% faktor
risiko kanker berhubungan dengan perilaku dan lingkungan. Karena itu perlu ada
suatu gerakan bersama, menyeluruh dan berkesinambungan untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap kanker terutama kanker leher rahim. Insiden
kanker leher rahim sebenarnya dapat ditekan dengan melakukan upaya
pencegahan primer seperti meningkatkan atau intensifikasi kegiatan penyuluhan
kepada masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat, menghindari faktor
risiko terkena kanker, melakukan immunisasi dengan vaksin HPV dan diikuti
dengan deteksi dini kanker leher rahim tersebut melalui pemeriksaan IVA
(inspeksi visual dengan menggunakan asam acetat).
Untuk itu bertepatan dengan hari kesehatan nasional ke 51, Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah melakukan upaya penyebarluasan informasi terkait deteksi
dini kanker leher rahim dengan metode IVA yang dikemas dalam Seminar
Nasional dengan tema “Upaya Mencegah Kanker Leher Rahim Melalui Deteksi
Dini dengan Pemeriksaan Inspekulo Visual Asam Asetat (IVA)”.
B. TUJUAN
1. Umum
Diseminasi informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim dengan
menggunakan metode Pemeriksaan Inspekulo Visual Asam Asetat (IVA).
2. Khusus
Diseminasi informasi tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Program Kementerian Kesehatan tentang deteksi dini kanker leher rahim
dengan metode IVA.
b. Peran PKK dalam upaya menurunkan angka kesakitan kanker leher rahim
melalui deteksi dini dengan menggunakan metode IVA.
c. Kanker leher rahim dan diteksi dini dengan menggunakan metode IVA.
C. NARASUMBER &
MODERATOR NARASUMBER:
1. Hj. Atikoh Ganjar Pranowo, STP, MT
2. Direktur PTM Kementerian Kesehatan RI
3. Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI) Cabang Semarang
D. PESERTA
Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan organisasi profesi Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) Jawa Tengah.
E. BENTUK KEGIATAN
Kegiatan dalam bentuk seminar dengan sistem panel.
Kegiatan ini dilaksanakan selama satu hari pada tanggal 10 Nopember 2015 di
Bapelkes Semarang, Jl. Pahlawan No. 1 Semarang.
H. BIAYA
Biaya pelaksanaan kegiatan ini dibebankan pada APBD Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2015.
I. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan ini dibuat untuk digunakan sebagai acuan kegiatan
seminar nasional di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015.
JADWAL TENTATIF
SEMINAR NASIONAL
UPAYA MENCEGAH KANKER LEHER RAHIM MELALUI DETEKSI DINI DENGAN
PEMERIKSAAN INSPEKULO VISUAL ASAM ASETAT (IVA)
Semarang, 10 Nopember 2015
Moderator/
Waktu Tema Materi Pembicara Penanggung
Jawab