Anda di halaman 1dari 8

Epistemologi: Cara Mendapatkan Pengetahuan Yang Benar

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


FILSAFAT ILMU

Penyusun :
Agus Kurniadi (9903821037)
Bonggo Pribadi (9903821035)
Dosen Pengampuh
Dr. Abdul Sukur, S.Pd, M.Si
Dr. Johansyah Lubis, M.Pd
PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN OLAHRAGAUNIVERSITAS NEGERI
JAKARTA
2021
Epistemologi: Cara Mendapatkan Pengetahuan Yang Benar

1. Epistemologi
Istilah epistimology dipakai pertama kali oleh J.F. Feriere (1808-1864) yang
maksudnya untuk membedakan antara dua cabang filsafat, yaitu epistimologi dan
ontologi (metafisika umum). Epistemologi berasal dari kata Yunani, epistime dan
logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan
pikiran, kata, atau teori. Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori
pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam
bahasa inggrisnya menjadi theory of knowledge. (Mardlatillah, n.d.)
Dalam kehidupan manusia selalu dihadapkan dengan fenomena-fenomena alam
disekitarnya sehingga menimbulkan rasa keingintahuan untuk mengamati fenomena-
fenomena alam tersebut dengan suatu cara tertentu atau dengan metode-metode
tertentu. Hal tersebut yang memunculkan masalah baru yaitu bagaimana cara
menyusun suatu pengetahuan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Masalah tersebut merupakan hakikat dari epistemologi, Bagian dari filsafat
yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan). Filsafat ilmu merupakan
telaah secara filsafat yang ingin menjawab tentang hakikat ilmu yang berkaitan dengan
ontologis (hakikat apa yang dikaji oleh pengetahuan), epistemologi (bagaimana cara
memperoleh pengetahuan), dan aksiologi (nilai kegunaan dari suatu pengetahuan)
(Susanto, 2021).
Epistemologi merupakan pengetahuan yang bukan hanya membahas
bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan berupa ilmu,
tetapi juga bagaimana prosedurnya, hal-hal apa saja yang diperlukan dan diperhatikan
agar diperoleh pengetahuan yang benar, apa kriteria, bagaimana caranya, bagaimana
teknik dan sarana apa yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan berupa ilmu
(Adib, 2011).
Menurut A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup
pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya,
apa hakikat-nya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu,
mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai
dimanakah batasannya. M. Amin Abdullah menilai, bahwa seringkali kajian
epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu
pengetahuan secara konseptual-filosofis. Sedangkan Paul Suparno menilai
epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan
ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan
epistemologi. Jadi epistemologi yaitu cabang filsafat yang mengkaji asal, sumber, cara
serta proses dalam mendapatkan pengetahuan yang benar. (Nurul Hidayat, 2018)
2. Pengetahuan
Asal usul pengetahuan termasuk hal yang sangat penting dalam epistemologi.
Untuk mendapatkan darimana pengetahuan itu muncul atau berasal, dapat dilihat dari
aliran-aliran dalam pengetahuan, dan bisa dengan cara metode ilmiah, serta dari sarana
berpikir ilmiah. Asal-usul pengetahuan terdiri dari berbagai sumber, diantaranya.
(Nurgiansah, 2021).
a. Rasional
Pengetahuan rasional atau pengetahuan yang bersumber dari akal (rasio) adalah
suatu pengetahuan yang dihasilkan dari proses belajar dan mengajar, diskusi
ilmiah, pengkajian buku, pengajaran seorang guru, dan diperoleh dari kegiatan
sekolah.
b. Emperikal
Panca indera manusia merupakan alat dan sumber pengetahuan, dan manusia dapat
mengenal objek-objek fisik dengan perantaranya. Jika orang kehilangan salah satu
dari inderanya, maka kemampuannya dalam mengetahui suatu realitas menjadi
particular atau sebagian.
c. Fenomenal
Paham fenomenal dikemukakan oleh Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman. Dia
berusaha mendamaikan pertentangan antara empirisme dan rasionalisme. Menurut
Kant, pengetahuan hanya bisa terjadi oleh kerjasama antara pengalaman indera dan
akal, dan tidak mungkin yang satu bekerja tanpa yang lain. Indera hanya
memberikan data yakni warna,cita-rasa, bau, dan lain-lain. Untuk memperoleh
pengetahuan, kita harus keluar atau menembus pengalaman, pengetahuan terjadi
dengan menghubung-hubungkan, dan ini dilakukan oleh rasio (akal).

3. Metode Ilmiah
Suatu ilmu dapat diperoleh dari pengetahuan lewat metode ilmiah. Tidak semua
pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat (Suriasumantri, 2007). Syarat-syarat
yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan disebut ilmu tercantum dari apa yang
dinamakan dengan metode ilmiah. Secara bahasa metode berasal dari “methodos” yang
berarti jalan, cara, atau arah (Silalahi, 1999). Fungsi dari suatu metode adalah sebagai
alat untuk mencapai tujuan atau bagaimana cara melakukan dan membuat sesuatu.
Metode dan metodologi, keduanya memiliki pengertian yang berbeda dimana
metodologi merupakan suatu pengkajian yang mempelajari peraturan-peraturan dalam
metode tersebut. Secara sederhana, metode merupakan bagian dari metodologi atau
metode hanya bersifat teknis dari keseluruhan yang dibahas dalam metodologi.
Beberapa contoh yang termasuk metode meliputi survey, wawancara, studi kasus,
observasi dan lain-lain sedangkan contoh untuk metodologi yaitu beberapa teknik yang
dapat digunakan dalam penelitian dan pelaksanaan tes, eksperimen, survey, dan studi
kasus (Silalahi, 1999).
Secara garis besar metode dibagi menjadi dua, yaitu metode ilmiah dan metode
non ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan. pengetahuan
yang disebut ilmu sedangkan metode non ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan
untuk memecahkan masalah. Namun dalam pemecahan masalah tersebut hanya
berdasarkan pada pendapat atau anggapan dari para ahli pikir atau dari para penguasa
yang dianggap benar. Padahal anggapan itu belum tentu dapat dibuktikan
kebenarannya. (Winarno, 2018).
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh
pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan
pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena
alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan
eksperimen. (Timotius, 2017).

Secara sederhana, suatu teori ilmiah yang dihasilkan dari metode ilmiah harus
memenuhi syarat-syarat diantaranya (Timotius, 2017) :
a. Konsisten dengan teori-teori sebelumnya agar memungkinkan tidak terjadinya
kontradiksi dalam teori ilmuwan secara keseluruhan
b. Sesuai dengan fakta-fakta empiris, sebab teori ilmiah yang konsisten apabila tidak
didukung dengan pengujian empiris maka kebenarannya tidak dapat diterima
secara ilmiah.
4. Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Setelah menyusun suatu hipotesis maka yang perlu dilakukan adalah dilakukan
pengujian secara nyata. Kerangka berpikir ilmiah yang memiliki inti sesuai dengan
proses logico-hypothetico-verifikasi pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah
sebagai berikut (Karimah, 2018) :
a. Perumusan masalah.
Merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batasannya dan
faktor yang terkait dapat diidentifikasi.
b. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis.
Merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat
antara berbagai faktor yang saling terkait dimana disusun secara rasional
berdasarkan premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya.
c. Perumusan hipotesis.
Merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diajukan dan
merupakan sebuah kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
d. Pengujian hipotesis.
Merupakan pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan
untuk memperlihatkan adanya fakta pendukung hipotesis.
e. Penarikan kesimpulan.
Apabila hipotesis dapat diterima maka pernyataan dalam hipotesis tersebut
menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah karena telah memenuhi persyaratan
keilmuan, yaitu mempunyai kerangka kejelasan yang konsisten dengan
pengetahuan ilmiah sebelumnya dan telah teruji kebenarannya.

Daftar Pustaka
Mardlatillah, A. (n.d.). PENGETAHUAN EPISTIMOLOGI.
Nurul Hidayat. (2018). Hubungan Epistemologi Dengan Filsafat Ilmu. November.
Suriasumantri, J. S. (2007). Filsafat IImu.
Susanto, A. (2021). Filsafat ilmu: Suatu kajian dalam dimensi ontologis, epistemologis,
dan aksiologis. Bumi Aksara.

Adib, H. M. (2011). Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemol ogi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan.
Nurgiansah, H. (2021). Filsafat Pendidikan.
Silalahi, U. (1999). Metode dan Metodologi Penelitian.
Winarno, M. E. (2018). Buku Metodologi Penelitian. Malang. UNIVERSITAS.
Timotius, K. H. (2017). Pengantar Metodologi Penelitian: Pendekatan Manajemen
Pengetahuan untuk Perkembangan Pengetahuan. Penerbit Andi.
Karimah, I., & Mahamat, S. (2018). METODE ILMIAH. Metode Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai