Johan Kristantama
Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknologi dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS – Sukolilo
Surabaya 60111 – Indonesia
1
Perumusan masalah Manfaat
1. Bagaimana menyelesaikan masalah Adapun manfaat dari tugas akhir ini adalah :
kelangsingan dari kolom langsing 1. Program yang dihasilkan dalam Tugas
berpenampang bulat dengan Akhir ini diharapkan menambah
mengaplikasikannya pada suatu kemudahan bagi para engineer yang
program? ingin menginvestigasi suatu kolom
2. Bagaimana pengaruh dari kelangsingan panjang dengan penampang bulat.
terhadap kapasitas kolom 2. Memberi pemahaman yang lebih lagi
berpenampang bulat? terhadap algoritma pemahaman konsep
3. Apakah hasil dari aplikasi program dan penyelesaian masalah yang
yang telah dibuat dapat dipertanggung berkaitan dengan kelangsingan pada
jawabkan kebenarannya? kolom bulat.
4. Bagaimana pengaruh pendekatan 3. Tugas Akhir ini dapat menjadi
unified dibandingkan dengan peraturan referensi untuk mengembangkan
yang ada saat ini di Indonesia? program-program lain yang lebih
kompleks di masa yang akan datang,
Tujuan sehingga dapat menambah wacana
Adapun tujuan utama yang ingin dicapai baru dalam bidang structural
dalam penyusunan tugas akhir ini antara lain : engineering.
1. Mendapatkan suatu metode
perhitungan penyelesaian dari kolom BAB II
langsing serta menjabarkan dalam TINJAUAN PUSTAKA
bentuk aplikasi program.
2. Mengetahui pengaruh kelangsingan Pengertian dan Prinsip Dasar Kolom
terhadap kapasitas kekuatan kolom Kolom merupakan elemen struktur
berpenampang bulat. vertikal yang menyalurkan beban aksial tekan,
3. Menghasilkan aplikasi program dengan atau tanpa adanya momen, dari struktur
perhitungan kolom langsing di atasnya hingga ke tanah melalui pondasi.
berpenampang bulat yang dapat Untuk menjamin daktilitas dari struktur
dipertanggung jawabkan. kolom, dapat diberikan tulangan transversal.
4. Mengetahui pengaruh pendekatan Dengan bekerjanya tulangan transversal ini,
unified dibandingkan dengan peraturan kegagalan dari inti kolom akan tertunda
yang saat ini berlaku di Indonesia. sehingga daktilitas struktur kolom akan
meningkat. Pemasangan sengkang pada kolom
Batasan Masalah bulat dapat dilihat pada contoh Gambar 1.
Lingkup pembahasan dan pengerjaan
tugas akhir ini dibatasi pada : db
1. Studi tugas akhir ini hanya meninjau
penampang kolom berbentuk bulat
tanpa kekangan.
2. Studi tugas akhir ini hanya meninjau
Dc
goyangan kolom satu arah saja h
(uniaksial).
3. Mutu beton dibatasi pada beton As=Luas
Tulangan
normal. s
4. Program yang dihasilkan hanya
mengakomodasi pertimbangan
perhitungan metode pendekatan Gambar 1. Pemasangan sengkang helix pada kolom bulat
pembesaran momen menurut ACI 318-
02. Akibat gaya aksial yang timbul relatif
5. Studi tugas akhir ini hanya cukup besar,maka perilaku keruntuhan kolom
menggunakan bahasa pemrograman akan berbeda, dan salah satunya dapat
Visual Basic 6.0. dikategorikan sebagai berikut :
1. Material failure, atau kegagalan M = momen
struktur diawali dari gagalnya material,
Beban maksimum aksial yang dapat
baik lelehnya baja tulangan (yielding),
didukung oleh kolom terjadi pada saat M = 0,
maupun hancurnya beton tekan
(crushing). dan Pmax f cu A . Dengan cara yang sama,
2. Buckling failure, atau kegagalan momen maksimum yang dapat didukung oleh
struktur akibat faktor tekuk (knick) kolom terjadi pada saat P = 0, dan
pada struktur kolom yang dipengaruhi M max f cu I y . Dengan mensubtitusikan Pmax
oleh panjang efektif kolom yang relatif
dan M max didapatkan :
besar.
Sedangkan ragam kegagalan material pada P M
kolom ialah sebagai berikut :
1 (2)
Pmax M max
1. Keruntuhan tarik (under-reinforced)
2. Keruntuhan berimbang (balanced) Rumus 2 dikenal sebagai rumus interaksi
3. Keruntuhan tekan (over-reinforced) karena rumus ini menunjukkan interaksi,
Dalam bahasan kali ini, kegagalan akibat hubungan antara, P dan M pada saat terjadi
faktor tekuk (knick) seperti telah disebutkan kegagalan. Rumus ini digambarkan sebagai garis
pada poin di atas akan menjadi pokok bahasan AB pada gambar 3.
utama. P/Pmax
1,0 A Tekan
Dasar Teori diagram Interaksi
F
Struktur kolom tidak akan murni
menerima beban aksial tekan saja, namun akibat E
A
beberapa faktor yang telah disebutkan M/Mmax Momen
D B M/Mmax
sebelumnya, kolom juga akan menerima beban Melawan Arah -1,0 1,0 Momen Searah
Jarum Jam Jarum Jam
lentur secara bersamaan seperti pada Gambar 2
berikut.
-1,0 C
P/Pmax Tarik
P My
f cu
A I (1)
dimana,
A = luas daripada penampang bruto
beton
I = momen inersia daripada
penampang bruto beton
y = jarak dari aksis centroidal
kepermukaan tekan tertinggi
P = beban aksial, tertekan positif
Gambar 4. Contoh perhitungan Pn dan Mn untuk Gambar 5. Titik-titik pada diagram minteraksi P-M
suatu regangan tertentu (Wimbadi,I)
Bila dijabarkan, dibutuhkan minimal lima
titik pada penggambaran diagram ini, antara lain: Langkah selanjutnya ialah menghitung
a) Beban aksial tekan maksimum. gaya tekan pada beton Cc dengan mengalikan
Kolom dalam keadaan beban luas dan gaya yang bekerja padanya, dan gaya
konsentris dapat dituliskan sebagai pada tiap lapisan tulangan. Perlu diperhatikan
rumus dibawah ini: untuk kolom penampang bulat, dengan zona
Pn o (0.85 f 'c )( Ag Ast ) f y ( Ast ) (3) desak berupa kurva segmen lingkaran dengan
dimana, tinggi a, luas kurva harus dihitung untuk
f’c = kuat tekan maksimum mengetahui Pn dan Mn nominal penampang.
beton Perhitungan luas kurva mengacu pada ketetapan
Ag = penampang bruto berikut.
kolom
fy = kuat leleh tulangan
Ast = luas tulangan pada
penampang
0 .8
0.1Pu
0.1 f ' cAg
0 .7 Gambar 9. Faktor Reduksi Lentur dan Aksial
Pasal 9.3 ACI 318-2002
0.7
Nilai menurut unified design :
0.65
Kolom Bersengkang Tension Controlled Members : 0,9
Compression Controlled Members : 0,65
0.15 Pu
Aksial Tarik Aksial Tekan Kecil 0 .8 0.65
0.1 f ' cAg
2. Radius girasi
Dimana merupakan fungsi dari
Gambar 11. Defleksi Lateral Akibat Kelangsingan dimensi kolom. Radius girasi
Momen sekunder tersebut akan sangat ditentukan dengan rumus berikut :
mempengaruhi perencanaan kolom langsing. 𝐼
𝑟= (17)
Dengan bertambahnya momen sekunder ini, 𝐴
momen yang bekerja pada kolom akan I adalah momen inersia batang tekan,
bertambah. Pada umumnya, struktur dengan sedangkan A adalah luas penampang
pengaku masih mampu mencapai keruntuhan dari batang tekan.
bahan (material failure) sedangkan keruntuhan 3. Faktor panjang efektif
karena ketidakstabilan (stability failure) Faktor ini ialah jarak antara
biasanya terjadi pada portal tanpa pengaku. momen-momen nol pada kolom.
Dari peraturan ACI 318-2002 dapat Parameter ini dibedakan untuk rangka
diadopsi sebuah cara perhitungan untuk tanpa goyangan dan bergoyang sebagai
memperbesar momen akibat kelangsingan berikut :
struktur. Gambar 12 mewakili bagaimana suatu a. Tanpa goyangan (Non-Sway)
struktur dapat diklasifikasikan untuk perhitungan
kelangsingan.
* 34-12(M1/M2) ≤ 40
** Diijinkan untuk rasio kelangsingan sembarang
Gambar 12. Diagram Alir Kontrol Kelangsingan
b. Bergoyang (Sway) 20−𝜓 𝑚
For Ψm < 2, 𝑘 = 20
1 + 𝜓𝑚 (20)
dimana,
Q = indeks stabilitas sebuah tingkat
ΣPu = beban vertikal berfaktor total
∆o = defleksi orde pertama
Vu = geser lantai total
lc = panjang kolom
(a) (b)
Untuk portal tak bergoyang, pembesaran
Gambar 16. (a) Nomogram untuk Non-sway Frame, momen dapat dihitung dengan perumusan
(b) Nomogram untuk Sway Frame berikut :
𝑀𝑐 = 𝛿𝑛𝑠 . 𝑀2 (24)
Faktor panjang efektif non-sway frame
diambil dari nilai terkecil dari kedua rumus 𝐶𝑚
𝛿𝑛𝑠 = 𝑃𝑢 ≥ 1.0 (25)
berikut : 1−
0.75.𝑃𝑐
Beban tekuk dari kolom dengan beban
k = 0.7 + 0.05 (ΨA + ΨB) ≤ 1.0 (18) konsentris diturunkan dari rumus Euller yang
k = 0.85 + 0.05 Ψmin ≤ 1.0 (19) telah dimodifikasi oleh Engesser (1889) dan von
Karman (1910).
𝜋 2 .𝐸𝐼
Notasi ΨA dan ΨB adalah nilai daripada Ψ 𝑃𝑐 = 𝑘.𝑙 𝑢 2
(26)
pada ujung kolom dan Ψmin adalah nilai terkecil
dari kedua nilai tersebut. Batasan nilai minimal M2 dirumuskan
Untuk elemen struktur tertekan pada seperti rumus dibawah ini :
portal bergoyang yang terkekang pada kedua 𝑀2,𝑚𝑖𝑛 = 𝑃𝑢 15 + 0.03. (27)
ujungnya, dipakai rumus berikut :
Kekakuan kolom dan balok EI untuk defleksi atau efek-P∆. Dengan perhitungan
investigasi diambil dengan perhitungan berikut: metode pembesaran momen dengan pendekatan,
0.2 𝐸𝑐 𝐼𝑔 +𝐸𝑠 𝐼𝑠𝑒 dapat digunakan rumus sebagai berikut :
𝐸𝐼 = 1+𝛽𝑑
(28) 𝑀𝑠
𝛿𝑠 𝑀𝑠 = 𝑃𝑢 ≥ 𝑀𝑠 (31)
1−
0.75 𝑃𝑐
Sedangkan nilai βd merupakan nilai beban Sehingga,
maksimum berfaktor tetap yang ada dibagi 𝑀𝑐 = 𝑀2𝑛𝑠 + 𝛿𝑠 . 𝑀2𝑠 (32)
dengan besar beban total berfaktor dengan
kombinasi pembebanan yang sama. Bila momen maksimum tidak terletak
Besar nilai Cm tergantung pada momen pada ujung-ujung kolom, maka nilai pembesaran
tiap kolom, dengan kemungkinan terjadi single momen harus diganti. Persyaratan pengecekan
curvature maupun double curvature. Asumsi letak momen maksimum tersebut ialah sebagai
perjanjian nilai ditetapkan dengan M2 selalu berikut :
lebih besar daripada M1, dan bila nilai (M1/M2) 𝑙𝑢 35
> 𝑃𝑢 (33)
bernilai positif, maka akan didapatkan kurvatur 𝑟
𝑓′ 𝑐 .𝐴 𝑔
tunggal, dan sebaliknya.
Bila kondisi tersebut terpenuhi, maka
Rumus besaran Cm pada awalnya
perhitungan terhadap momen pembesarannya
merupakan hasil usulan dari Massonet (rumus
berubah menjadi :
29) untuk menyederhanakan perumusan
sebelumnya yang lebih kompleks. 𝑀𝑐 = 𝛿𝑛𝑠 . 𝑀2𝑛𝑠 + 𝑀2𝑠 (34)
BAB III
𝑀1 2 𝑀1
𝐶𝑚 = 0,3 𝑀2
+ 0,4 𝑀2
+ 0,3 (29) METODOLOGI
yes
Finish
𝑘. 𝑙𝑢 𝑀1 Yes
≤ 34 − 12
𝑟 𝑀2
Neglect
Gambar 21. Flowchart Non-Sway Frames
No Slenderness
𝑀1 𝑘. 𝑙𝑢
34 − 12 ≤ ≤ 100
𝑀2 𝑟 2. Flow Chart Sway Frame
P-∆ Analysis
Yes
0.2 𝐸𝑐 𝐼𝑔+𝐸𝑠 𝐼𝑠𝑒 No
Cm = 0.6 + 0.4 (M1/M2) ≥ 0.4 𝐸𝐼 = Start
1+𝛽𝑑
M2,min = Pu(15+(0.03d)
B C
D
A
C E F
D G
𝜋 2 𝐸𝐼 1
Yes 𝑃𝑐 = ; 𝛿𝑠 = ≥ 1.0
𝑘. 𝑙𝑢 𝑘. 𝑙𝑢 2 𝛴𝑃𝑢
1 − 0.75𝛴𝑃𝑐
≤ 22
𝑟
𝑙𝑢 35 Mc = δns.(M2ns+(δs.Ms))
>
𝑟 𝑃𝑢
𝑓𝑐 ′ . 𝐴𝑔
No
0.2 𝐸𝑐 𝐼𝑔+𝐸𝑠 𝐼𝑠𝑒
Yes Cm = 1 𝐸𝐼 =
1+𝛽𝑑 Redesign
Mc < Mcapacity
𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟𝑒𝑑 𝑎𝑥𝑖𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑠𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑑 𝑙𝑜𝑎𝑑
𝛽𝑑 =
𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟𝑒𝑑 𝑎𝑥𝑖𝑎𝑙 𝑙𝑜𝑎𝑑
𝜋 2 𝐸𝐼 1
𝑃𝑐 =
𝑘. 𝑙𝑢 2
; 𝛿𝑠 =
𝛴𝑃𝑢
≥ 1.0 Finish
1 − 0.75𝛴𝑃𝑐
Umum
Dalam penyusunan Tugas Akhir
dibutuhkan suatu urutan pengerjaan yang
sistematis agar pengerjaannya terarah. Bab ini
menjelaskan urutan pengerjaan disertai
penjelasan setiap tahapan khususnya efek
kelangsingan yang akan dipakai dalam
penyusunan tugas akhir. Tahapan untuk
pembuatan diagram interaksi dilampirkan. Hasil
dari tugas akhir ini adalah sebuah program bantu
yang digunakan untuk menginvestigasi kapasitas
kolom bulat dengan memperhitungkan faktor
tekuknya (knick).
2. Picture Box
Picture Box akan menampilkan
gambar skala dari penampang kolom bulat
yang akan dianalisa. Di bagian tengah
penampang terdapat angka yang
menunjukkan rasio tulangan longitudinal
kolom tersebut.
3. List box
List Box berisi properties dari
penampang kolom yang dianalisa. Ada tiga
kelompok properties, yaitu Material
Properties, Section Properties,
Reinforcement Properties, dan Slender
Properties.
4. Chartspace
Chartspace akan menampilkan
diagram interaksi aksial dan momen, sesuai
dengan pilihan pada menu General
Information. Pada Chartspace Legend
terdapat keterangan dari masing-masing
simbol pada diagram interaksi. Legend
disini berisi diagram interaksi baik
berdasarkan SNI 03-2847-2002, ACI 318-
02, maupun kekuatan nominalnya, starting
point yang merupakan nilai momen ultimate
sebelum pembesaran, dan critical point
yang merupakan titik P-M setelah
pembesaran momen akibat pengaruh
kelangsingan.
5. Askprogressbar
Setelah semua input dimasukkan dan
kemudian dipilih Execute, maka program
mulai melakukan proses perhitungan. Untuk
memantau progress jalannya perhitungan,
bisa dilihat pada Askprogressbar ini.
6. Timer
Menunjukkan waktu saat ini, dengan
setting sesuai dengan waktu pada komputer
anda.