Anda di halaman 1dari 4

1.

PEMERIKSAAN
The Journal of Contemporary Dental Practice, Volume 8, No. 5, July 1, 2007
Smokers’ Melanosis in a Nigerian Population: A Preliminary Study
Dalam menentukan diagnosis, hanya dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan
klinis. Tidak dilakukan pemeriksaan radiologi namun dilakukan pemeriksaan
penunjang, yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu untuk memastikan kelainan dalam
mulut pasien bukan diakibatkan karena pemakaian obat-obatan diabetes mellitus.

Pemeriksaan fisik Melanosis perokok adalah perubahan warna kecoklatan pada


mukosa mulut. Proses ini paling sering mempengaruhi gingiva wajah anterior kedua
rahang, tetapi dengan predileksi pada mandibula. Perokok pipa lebih sering
menunjukkan pigmentasi pada mukosa komisural dan bukal. [5] Pada orang-orang
yang melakukan perokok balik (yaitu, ujung rokok yang menyala yang ditempatkan di
rongga mulut), pigmentasi pada langit-langit mulut sering terjadi. Jika area menjadi
depigmentasi dan eritematosa, karsinoma sel skuamosa telah ditemukan pada 12%
pasien ini, menunjukkan bahwa melanin mungkin memiliki peran perlindungan
terhadap zat berbahaya dalam asap tembakau.

2. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING


DIAGNOSIS
Kauzman A, Pavone M, Blanas Nick, Bradley G. Pigmented Lesions of the Oral
Cavity : Review, Differential Diagnosis, and Case Presentations. J Can Dent
Assoc 2004; 70(10) : 682-683.

Smoker’s melanosis adalah pigmentasi pada mukosa mulut yang disebabkan karena
merokok. Smoker’s melanosis dapat mempengaruhi permukaan mukosa manapun
namun pada umumnya terjadi pada gingiva anterior labial mandibula, mukosa bukal,
lateral lidah, dan palatum.
Smoker’s melanosis adalah perubahan karakteristik pada warna mukosa oral yang terpapar
asap rokok dan merupakan hasil utama dari deposisi melanin pada lapisan sel basal pada
mukosa.9 Smoker’s melanosis merupakan kelainan pada rongga mulut yang tidak
berbahaya, tetapi apabila dibiarkan akan mengganggu estetika. Smoker’s melanosis timbul
pada 25-31% perokok10 dan meningkat secara signifikan selama tahun pertama seseorang
merokok9 . Lokasi pigmentasi semakin meluas apabila seseorang semakin lama merokok.11
Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama seseorang merokok semakin beresiko timbulnya
smoker’s melanosis.

Diagnosis banding yang bisa ditemukan dari gambaran klinis tersebut termasuk
pigmentasi fisiologis, manifetasi oral dari Addison’s disease dan Sindroma Peutz
Jeghers, serta manifestasi pemakaian obat-obatan DM dan obat-obatan jerawat.
Pigmentasi fisiologis biasa terjadi pada individu berkulit gelap dan terjadi karena
aktivitas melanosit yang lebih besar. Pigmentasi fisiologis biasa terjadi pada attached
gingiva, bilateral, batas jelas, tampak seperti pita dan tidak mengenai marginal
gingiva

3. ETIOLOGY
Ferreira L. Smoker's Melanosis. Emedicine Medscape [serial online] 2017
[cited 2017 Apr 10]. Available from Medscape:

The Journal of Contemporary Dental Practice, Volume 8, No. 5, July 1, 2007


Smokers’ Melanosis in a Nigerian Population: A Preliminary Study

Smoker’s melanosis disebabkan karena adanya efek fisik secara langsung dari
merokok tembakau pada jaringan mulut yang disebabkan oleh panas rokok dan atau
efek langsung dari nikotin rokok yang menstimulasi melanosit yang terletak
sepanjang sel basal epitel untuk memproduksi lebih banyak melanosom, yang
akhirnya menyebabkan terjadinya peningkatan deposit dari melanin.2 Melanin dapat
berikatan dengan berbagai macam substansi, termasuk beberapa jenis obat-obatan dan
memiliki afinitas kuat terhadap nikotin dan senyawa tembakau yang spesifik (N-
Nitrosamin dan benzopiren) dapat terakumulasi pada jaringan dan mempengaruhi
melanogenesis.3
Rokok merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit di dalam tubuh.4 Selain
menimbulkan efek sistemik, rokok juga dapat menyebabkan munculnya berbagai kondisi
abnormal yang bersifat patologik maupun fisiologik di dalam rongga mulut, salah satunya
smoker’s melanosis. smoker’s melanosis erat kaitannya dengan aktivitas merokok. Beberapa
indikator yang dapat dijadikan alat ukur untuk melihat aktivitas seseorang perokok, antara
lain frekuensi merokok, durasi merokok, jenis rokok, dan cara menghisap rokok.

4. GAMBARAN KLINIS
e-GiGi, Volume 8 Nomor 2, Juli-Desember 2020, hlm. 44-53 Kebiasaan Merokok dan
Terjadinya Smoker’s Melanosis Iin Revien, Aurelia S. R. Supit, Pritartha S. Anindita

Salah satu akibat dari kebiasaan merokok yang terjadi di rongga mulut adalah
smoker’s melanosis. Ciri-cirinya yaitu mukosa berwarna kecoklatan disebabkan
karena meningkatnya produksi melanin oleh melanosit, pigmentasinya bersifat
reversible, dapat hilang apabila menghentikan kebiasaan merokok.

Warna gusi ditentukan oleh ketebalan epitel, derajat keratinisasi, dan derajat deposit
melanin, dan jaringan ikat termasuk peredaran darah yang mengandung pigmen-
pigmen seperti hemoglobin atau oksihemoglobin. Melanosit terdapat pada lapisan
basal epitel. Melanosit mengeluarkan granula-granula melanin melalui dendrit menuju
daerah interior kertinosit di dekatnya. Melanin adalah pigmen granular yang endogen
dan bersifat nonhemoglobinik yang memberikan warna coklat atau kehitaman
(eumelanin) di kulit, mukosa, rambut, dan mata.7
Gambaran klinis lesi smoker’s melanosis yaitu adanya bercak berwarna coklat difus
yang menyebar dengan diameter kurang dari 1 cm dan letaknya paling sering nampak
di gingiva anterior mandibula dan mukosa bukal.
Salah satu akibat dari kebiasaan merokok yang terjadi di rongga mulut adalah
smoker’s melanosis. Ciri-cirinya yaitu mukosa berwarna kecoklatan disebabkan
karena meningkatnya produksi melanin oleh melanosit, pigmentasinya bersifat
reversible, dapat hilang apabila menghentikan kebiasaan merokok.

5. PATHOGENESIS
The Journal of Contemporary Dental Practice, Volume 8, No. 5, July 1, 2007
Smokers’ Melanosis in a Nigerian Population: A Preliminary Study
Pathogenesis karena adanya penumpukan komposisi rokok sehinggga tembakau ini
menstimulasi melanosit, pigmentasi terjadi karena sintesa melanin dan perpindahan
melanin dari melanomes ke keratinocytes.
Timbulnya pigmentasi pada dasarnya karena materi stimulan padaasap rokok
mencapai melanosit pada gingiva. Jalur pertama melaluimukosa dan saliva,
sedangkan jalur kedua melalui jalur sistemik yaitumuncul pada sirkulasi darah. Pada
jalur pertama, nikotin danbenzopirin mencapai melanosit pada gingiva melalui
mukosa dansaliva. Asap rokok yang panas mengandung nikotin dan
benzopirinmerangsang melanosit untuk memproduksi lebih banyak
melanosom,sehingga terjadi peningkatkan pigmen melanin pada lamina propriadan
mengalami deposisi pada sel basal lapisan epitel mukosa mulut.

Warna gusi ditentukan oleh ketebalan epitel, derajat keratinisasi, dan derajat deposit
melanin, dan jaringan ikat termasuk peredaran darah yang mengandung pigmen-
pigmen seperti hemoglobin atau oksihemoglobin. Melanosit terdapat pada lapisan
basal epitel. Melanosit mengeluarkan granula-granula melanin melalui dendrit menuju
daerah interior kertinosit di dekatnya. Melanin adalah pigmen granular yang endogen
dan bersifat nonhemoglobinik yang memberikan warna coklat atau kehitaman
(eumelanin) di kulit, mukosa, rambut, dan mata.7
6. RENCANA PERAWATAN
The Journal of Contemporary Dental Practice, Volume 8, No. 5, July 1, 2007
Smokers’ Melanosis in a Nigerian Population: A Preliminary Study
e-GiGi, Volume 8 Nomor 2, Juli-Desember 2020, hlm. 44-53 Kebiasaan Merokok dan
Terjadinya Smoker’s Melanosis Iin Revien, Aurelia S. R. Supit, Pritartha S. Anindita

Rencana perawatan yang diberikan adalah dengan memberi komunikasi, edukasi dan
instruksi kepada pasien. Komunikasi berupa memberi dukungan pada pasien agar
tidak khawatir dengan kondisi di dalam mulutnya. Edukasi yang diberikan adalah
memberi penjelasan menyeluruh pada pasien bahwa warna kehitaman pada gusinya
disebabkan karena kebiasaan merokok, kondisi tersebut merupakan varian normal dan
tidak berbahaya. Juga perlu dilakukan penjelasan pada pasien bahwa kondisi varian
normal ini sering terjadi dan tidak mengarah pada keganasan. Oleh karena itu
pemberian instruksi merupakan hal yang sangat penting mengingat pasien memiliki
kebiasaan buruk yaitu merokok dengan cara menginstruksikan pasien untuk
mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok dan menjaga kesehatan gigi dan
mulutnya, serta rutin memeriksakan gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

7. PROGNOSIS
8. The Journal of Contemporary Dental Practice, Volume 8, No. 5, July 1, 2007
9. Smokers’ Melanosis in a Nigerian Population: A Preliminary Study
10.
Melanosis perokok tidak berhubungan dengan mortalitas atau morbiditas. Prognosis
pasien dengan melanosis perokok sangat baik. Meskipun demikian, banyak risiko
kesehatan yang terkait dengan merokok tembakau harus didiskusikan dengan pasien.
Smoker’s melanosis merupakan kelainan pada rongga mulut yang tidak berbahaya, tetapi
apabila dibiarkan akan mengganggu estetika.

Anda mungkin juga menyukai