Aismuh 2 (Kel.12)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN

ISLAM DAN MASALAH HARTA DAN JABATAN

Indri Dwi Septika Heriyanti


Kristina
Yessi Indah Alfionita

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehaditar Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya penulis bisa menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul
“Islam dan Masalah Harta dan Jabatan” yang disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan 2.
Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, dan sahabat serta pengikutnya. Karena berkat perjuangan beliaulah, kita
bisa keluar dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi seperti apa yang dapat kita rasakan saat ini.
Tiada karya manusia yang sempurna begitupun dalam makalah ini yang masih
banyak kekurangan, maka dari itu penulis berharap kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan makalah
yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.

Pontianak, 14 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Harta dan Jabatan
B. Memahami Pandangan Islam Terhadap Harta
C. Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah
D. Sikap Terhadap Harta dan Jabatan
E. Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adalah fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik
secara lahiriyah maupun batiniah. Hal ini mendorong manusia untuk
senantiasa berupaya memperoleh segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Pemenuhan kebutuhan lahiriyah identik dengan terpenuhinya kebutuhan dasar
(basic needs) yang berupa sandang, pangan, dan papan. Tapi manusia tidak
berhenti sampai disitu saja, bahkan cendrung terus berkembang kebutuhan-
kebutuhan lain yang ingin dipenuhi. Segala kebutuhan itu seolah-olah bisa
terselesaikan dengan dikumpulkannya harta sebanyak-banyaknya.
Istilah harta atau al-mal dalam Al-Qur’an maupun sunnah tidak
dibatasi dalam ruang lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-mal
sangat luas dan selalu berkembang. Kriteria harta menurut para asli fiqh
terdiri atas memiliki unsur nilai ekonomis dan unsur manfaat atau jasa yang
diperoleh dari suatu barang.
Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan
berdasarkan kebiasaan atau adat yang berlaku ditengah masyarakat. As-Suyuti
berpendapat bahwa istilah Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai
ekonomis, dapat diperjual belikan, dan dikenakan ganti rugi bagi yang
merusak atau melenyapkannya.
Dengan demikian tempat tergantungnya status al-mal terletak pada
nilai ekonomis (al-qimah). Besar kecilnya al-qimah dalam harta tergantung
pada besar kecilnya manfaat suatu barang, maka manfaat suatu barang
menjadi tujuan dari semua jenis harta.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian harta dan jabatan?
2. Bagaimana pandangan islam terhadap harta?
3. Harta dan jabatan sebagai amanah dan karunia Allah?
4. Bagaimana sikap terhadap harta dan jabatan?
5. Bagaimana pendayagunaan harta dan jabatan di jalan Allah?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian harta dan jabatan
2. Memahami pandangan islam terhadap harta
3. Memahami harta dan jabatan sebagai amanah dan karunia dari Allah
4. Memahami sikap terhadap harta dan jabatan
5. Memahami pendayagunaan harta dan jabatan di jalan Allah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Harta dan Jabatan
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, yang menurut bahasa berarti
condong, cenderung, atau miring. Al-mal juga diartikan sebagai segala
sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk
materi maupun manfaat. Harta merupakan salah satu keperluan pokok
manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Selain itu, harta juga
merupakan perhiasan kehidupan dunia, sebagai cobaan (fitnah), sarana untuk
memenuhi kesenangan dan sarana untuk menghimpun bekal bagai kehidupan
akhirat.
Fungsi harta adalah untuk menopang kehidupan manusia, karena tanpa
harta kehidupan manusia tidak akan tegak. Sedangkan menurut bahasa jabatan
artinya sesuatu yang dipegang, sesuatu yang diemban.semua orang yang
mempunyai tugas tertentu, kedudukan tertentu atau terhormat dalam setiap
lembaga atau institusi lazim disebut orang yang punya jabatan.

B. Pandangan Islam Mengenai Harta


Pandangan islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah
Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk
melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan
ketentuan-Nya (QS Al- Hadiid : 7).
Dalam sebuah hadis riwayat abu daud, Rassulullah bersabda : “seseorang
pada hari akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal : usiaya untuk
apa dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan, hartanya darimana
didapatkan dan untuk apa dipergunakan, serta ilmunya yntuk apa
dipergunakan.”
2. Ststus harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut:
a. Harta sebahai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah
pemegang amanah.
b. Harta sebagai perhiasan dunia. Harta dan anak-anak adalah perhiasan
kehidupan dunia (Q.S Al-Khafi : 46).
c. Harta sebagai cobaan. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu
hanyalah cobaan bagimu, dan disisi Allah-lah pahala yang besar (Q.S
At-Taghaabun : 15).
d. Harta sebagai perhiasan hidup. Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan pada apa-apa yang diingin, yaitu : wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dan jenis emas, perak, kuda pilihan,,
binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga (Q.S Al-Imran :
14).
e. Harta sebagai bekal ibadah dan di infaqkanlah sebagian apa yang
Allah telah memberi rezeki kepadamu sebelum maut mendatangimu
(Q.S Al-Munafiqun :10).

C. Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah


Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menggambarkan tentang jabatan,
baik yang menunjukkan kebaikan seperti ayat-ayat Nabi Yusuf maupun yang
menunjukkan keburukan seperti ayat-ayat tentang Fir’aun, Qarun dan
sebagainya. Dalam surah al-haqqah Allah SWT menyatakan bahwa pejabat
yang tidak beriman itu di akhirat kelak akan mengatakan bahwa lepas sudah
jabatannya (yang sewaktu di dunia is memiliki).
Hakikat harta dan jabatan adalah amanah dan karunia Allah. Disebut
sebagai amanah Allah karena harta dan jabatan tersebut di dapatkan bukan
semata-mata karena kehebatan seseorang, tetapi karena berkah dan karunia
dari Allah, juga sejatinya bukan dimaksud untuk kesenangan pribadi
pemiliknya, tetapi juga untuk kemaslahatan orang lain. Karena harta dan
jabatan adalah amanah, maka harus dijaga dan dijalankan atau dipelihara dan
di laksanakan dengan benar, sebab suatu saat akan dipertanggung jawabkan di
hadapan Allah SWT. Itu sebabnya Al-Qur’an dan hadis selalu mengingatkan
bahwa harta itu juga merupakan cobaan atau fitnah, seperti firman Allah pada
surah Al-Anfal.

D. Sikap Terhadap Harta dan Jabatan


Disebabkan harta dan jabatan itu adalah amanah dari Allah SWT,
maka kita harus bersikap hati-hati terhadapnya. Bila terhadap harta kita wajib
berupaya dan berusaha mencarinya karena harta merupakan kebutuhan kita
sebagai bagian dari modal hidup, namun bukan demikian halnya tentang
jabatan. Jabatan itu merupakan amanah, oleh karena itu kita tidak harus
ambisius untuk memperolehnya.
Allah menyuruh menikmati hasil usaha bagi kepentingan hidup di
dunia. Namun, dalam memanfaatkan hasil usaha itu ada beberapa hal yang di
larang untuk dilakukan oleh setiap muslim, yaitu :
a. Israf, yaitu berlebihan dalam memanfaatkan harta meskipun untuk
kepentingan hidup sendiri. Makan dan minumlah tetapi jangan berlebihan,
sesungguhnya Allah tidak senang kepada orang yang berlebih-lebihan.
(Q.S Al-A’raf : 31).
b. Tabdzir (boros), dalam arti menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak
diperlukan dan menghambur-hamburkan untuk sesuatu yang tidak
bermanfaat. Janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu dengan
boros, sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
seetan dan itu adalah sangat kafir (ingkar) terhadap tuhannya. (Q.S Al-Isra
: 26-27).
c. Khalifah itu wajib menjalankan hukum Allah dan Rasulnya, baik terhadap
amal dirinya sendiri maupun terhadap jalannya pemerintahan. Bagi yang
mempunyai kompetensi atau keahlian dan mempunyai visi misi yang
maslahat kelak dalam jabatannya, maka boleh meminta jabatan dengan
ketentuan bahwa ia juga tidak boleh terlalu percaya akan keahliannya,
sebaliknya jabatan atau menjaga amanah bagi yang tidak mempunyai
kompetensi atau keahlian, oleh Allah disebut sebagai perilaku zhalim dan
bodoh, sebagaimana firman Allah pada surah Yusuf ayat 54-55 serta surah
Al-Ahzab ayat 72.

E. Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah


Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan
kepadamu sebelum datang kematian pada salah seorang di antara kamu. Lalu
ia berkata :” Ya Rabb-ku, mengapa engkau tidak menangguhkan (kematian)ku
sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku
termasuk orang-orang yang saleh?” (Al-Munafiqun : 10).
Apabila harta telah dibelanjakan di jalan Allah maka kebaikan atau
pahalanya akan mengalir terus sehingga dapat dikatakan sebagai aset yang
permanen, terutama bila yang dibelanjakan itu bertahan lama zatnya atau yang
disebut sebagai wakaf, ini sesuai dengan sabda Nabi yang berbunyi : Dari abu
huraiahra, nabi saw bersabda : apabila manusia telah meninggal dunia maka
terputuslah (pahala)amalnya kecuali 3 hal yaitu : ilmu yang dimanfaatkan,
sodakoh yang mengalir untuknya serta anak soleh yang mendoakan untuk
kebaikannya. HR Ad-Darimi dan Tirmidzi.
Jabatan juga harus digunakan secara baik dan penuh amanah, sebab di
akhirat kelak jabatan itu akan dipertanggung jawabkan, sebagaimana firman
Allah SWT dalam surah Al-Israk ayat 13 dan 34 yang berbunyu : 13 “dan
tiap-tiap manusia itu telah kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana
tetapnya kalung) pada lehernya, dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat
sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.” 34 “dan penuhilah jani
sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa harta dan
jabatan adalah hal yang menjadi prioritas manusia di dunia namun kembali
lagi pada sebuah hadis yang menjelaskan bahwa dunia adalah ladang akhirat,
berkerjalah untuk tetap hidup di dunia menambah amalah di akhirat kelak.
Karena harta dan jabatan adalah amanah dari Allah SWT.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ghazali, dkk. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana
Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah
Rasjid, Sulaiman. 2010. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Biru

Anda mungkin juga menyukai