Anda di halaman 1dari 12

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SISWA DI

SDN 42 KORONG GADANG KECAMATAN KURANJI PADANG

CLEAN AND HEALTY LIVING BEHAVIOR (PHBS) STUDENTS IN PUBLIC


ELEMENTARY SCHOOLS 42 KORONG GADANG DISTRICT KURANJI PADANG

Henico Putri Lina


D-III Keperawatan Padang
Jurusan KeperawatanPoltekkes Kemenkes Padang
Email :henicoputri@gmail.com

Abstract: School is one of the educational institutions that serve as targets Behavior Clean and Healthy
Lifestyle ( PHBs ). This is because the amount of data a disease that occurs in school-age children (ages
6-10 ) such as intestinal worms ( 60–80 % ) , and dental caries ( 74 % ) . This study aimsto describe
of PHBS students at 42elementary school Korong Gadang Kuranji District of Padang in 2014. This
research is descriptive. Thepopulation was all students grades 4–6 elementary school who are 71
and all the population sampled. Univariatble descriptive analysis to describe the characteristics of
the respondent. The results showed that the knowledge was lowest for the use of sanitary latrines and
healthier, which amounted to 67.6 % , amounting to 56.3 % of students did not accept to be a healthy
snack in the cafeteria sekolahdan as much as 100 % of students do not carry healthy snacks in the school
cafeteria. This study suggests that schools can optimize the PHBs by activating the UKS program at
the school. This study suggests that schools can optimize the PHBs by activating the program of School
Health Unit

Keywords: behavio-r, students, 42 Elementary School Korong Gadang

Abstrak: Sekolah adalah salah satu institusi pendidikan yang dijadikan sebagai sasaran PHBS.
Hal ini dikarenakan banyaknya data penyakit yang terjadi pada anak usia sekolah (usia 6–10)
seperti cacingan (60-80%), dan karies gigi (74%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran PHBS siswa di SDN 42 Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang tahun 2014.
Jenis penilitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas 4–6 SD
yang berjumlah 71 orang dan semua populasi dijadikan sampel. Analisis data menggunakan
deskriptif univariabel untuk mendeskripsikan karakteristik responden. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan terendah terdapat pada penggunaan jamban bersih dan sehat,
yaitu sebesar 67,6%, sebesar 56,3% siswa bersikap tidak menerima untuk jajan sehat di kantin
sekolahdan sebanyak 100% siswa tidak melaksanakan jajan sehat di kantin sekolah. Penelitian
ini menyarankan agar sekolah dapat mengoptimalkan PHBS dengan mengaktifkan program
UKS di sekolah.
Kata kunci: perilaku, siswa, SDN 42 Korong Gadang

PENDAHULUAN kesadaran yang merupakan hasil dari


pembelajaran yang dapat membuat individu
WHO menyatakan sehat adalah
atau anggota keluarga bisa meningkatkan
salah satu hak dari individu untuk dapat
taraf kesehatannya di bidang kesehatan
melaksanakan segala bentuk kegiatan atau
masyarakat (Dekes RI, 2010).
rutinitas sehari-hari. Agar hidup sehat dapat
PHBS adalah salah satu esensi dan hak
terlaksana, maka setiap orang harus mampu
asasi manusia untuk tetap mempertahankan
memiliki perilaku yang baik, yaitu Perilaku
kelangsungan hidupnya. Hal ini selaras
Hidup Bersih dan sehat. PHBS merupakan
dengan yang tercakup dalam konstitusi
strategi yang digunakan untuk menciptakan
WHO tahun 1948. WHO dalam Maryunani,
kemandirian dalam menciptakan dan
dkk (2012), menyatakan bahwa derajat
meraih kesehatan dan merupakan suatu
kesehatan yang tinggi merupakan hak yang
perilaku yang diterapkan berdasarkan

92
Henico Putri Lina, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) … 93

mendasar bagi individu. Hak ini berlaku bagi dan kesehatan. Kesehatan adalah syarat
semua orang tanpa membedakan asal-usul, utama dalam memperoleh keberhasilan
agama, ras, politik dan tingkat ekonomi. upaya pendidikan, sedangkan pendidikan
Derajat kesehatan yang tinggi tersebut dapat merupakan salah satu faktor untuk
diperoleh apabila setiap orang memiliki tercapainya status kesehatan yang tinggi dari
perilaku yang memperhatikan kesehatan. setiap individu (Maryunani, dkk, 2012).
Konsep perilaku yang dikembangkan Untuk menciptakan SDM yang
Becker, merupakan konsep yang didasarkan berkualitas dan mampu bersaing, perlu
pada konsep perilaku sehat Bloom. adanya tindakan pengawasan terhadap
Becker menjabarkan bahwa perilaku sehat kesehatan. Pengawasan tersebut dapat
tersebut terbagi menjadi tiga domain, yaitu dimulai dari usia dini, yaitu usia anak
pengetahuan terhadap kesehatan (health sekolah. Mulai dari tingkat pra sekolah,
knowledge), sikap untuk merespon tindakan SD, SMP, dan SMA. Pada usia ini, anak
kesehatan (health attitude) dan praktik akan belajar langsung dari lingkungannya.
atau tindakan kesehatan (health practice). Lingkungan disini dapat diartikan sebagai
Domain ini bermanfaat untuk mengetahui orang tua, guru, dan teman sepermainan.
seberapa besar tingkat perilaku sehat setiap Mereka dapat mempelajari bagaimana harus
individu (Notoatmodjo, 2010). bertingkah laku yang sesuai dan tidak sesuai
Becker membagi perilaku sehat menjadi dengan aturan.
tiga bagian pertama, pengetahuan tentang Program PHBS dapat dikelompokkan
kesehatan, yaitu apa saja yang diketahui kedalam 5 tatanan lingkungan kehidupan,
oleh individu tentang cara meningkatkan yaitu PHBS di lingkungan sekolah, PHBS
dan memelihara kesehatan. Kedua, sikap di lingkungan rumah tangga, PHBS di
untuk merespon tindakan kesehatan, lingkungan institusi kesehatan, PHBS
yaitu penilaian individu atas hal-hal yang di lingkungan tempat umum, dan PHBS
berhubungan dengan cara memelihara di lingkungan tempat kerja (Maryunani,
kesehatan. Ketiga, praktik atau tindakan dkk, 2012). PHBS di lingkungan sekolah
kesehatan yang merupakan tindakan mempunyai delapan indikator, yaitu
langsung yang terdiri dari semua kegiatan mencuci tangan menggunakan air mengalir
untuk memperoleh kehidupan yang sehat. dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan
(Notoatmodjo, 2010). sehat di kantin sekolah, menggunakan
Berdasarkan visi Indonesia sehat 2010, fasilitas jamban bersih dan sehat,
terdapat paradiga sehat yang terdiri dari tiga melaksanakan olahraga secara teratur,
pilar, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat memberantas jentik nyamuk di sekolah,
dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil tidak merokok di lingkungan sekolah,
dan merata. Perilaku sehat ini merupakan mengkur berat badan dan tinggi badan, serta
perilaku yang digunakan untuk memelihara membuang sampah pada tempat yang telah
, meningkatkan kesehatan, menghindari atau disediakan. Kedelapan indikator ini harus
mencegah terjadinya penyakit, melindungi dilakukan dengan baik agar tercipta perilaku
diri dari berbagai macam penyakit, dan sehat di lingkungan sekolah.
keikutsertaan dalam meningkatkan kualitas Sekolah merupakan institusi pendidikan
kesehatan (Depkes RI, 2013). Program yang menjadi target PHBS, sehingga
perbaikan tidak hanya sebatas pada penerapan perilaku tersebut menjadi lebih
lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan, baik. Hal ini disebabkan karena terdapatnya
tetapi juga memperhatikan faktor perilaku, banyak data yang menampilkan bahwa
hal ini disebabkan faktor perilaku dapat sebagian besar penyakit yang sering diderita
menjadi faktor terjadinya berbagai penyakit, anak usia sekolah (usia 6–10) ternyata
baik penyakit menular maupun penyakit berkaitan dengan PHBS. Selain itu, masih
tidak menular (Marlina, 2011). kurangnya pelaksanaan PHBS di lingkungan
Kualitas dari setiap sumber daya sekolah dapat menyebabkan dampak lain,
manusia (SDM) ditentukan oleh dua faktor yaitu kurang nyamannya suasana belajar
yang saling berhubungan dan berkaitan. akibat lingkungan kelas yang kotor,
Faktor tersebut terdiri dari pendidikan menurunnya prestasi dan semangat belajar
94 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 92–103

siswa, serta dapat membuat citra sekolah tingginya agar menjadi SDM yang
menjadi buruk. Oleh sebab itu, sangat berkualitas.
perlu pemberian pemahaman tentang nilai- Menurut WHO, sebanyak 100.000 anak
nilai PHBS sejak dini di sekolah melalui Indonesia meninggal dunia karena penyakit
program Usaha Kesehatan sekolah (UKS) diare setiap tahunnya, sedangkan data
(Proverawati, dkk, 2012). Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa
UKS adalah bagian dari program dari 1.000 penduduk, terdapat sebanyak
kesehatan anak usia sekolah. Kegiatan ini 300 orang yang menderita penyakit diare
merupakan salah satu upaya terpadu antara sepanjang tahun (Profil Kesehatan Indonesia
lintas program dan lintas sektor. UKS dapat Tahun 2011). Selain itu juga masih terdapat
dijadikan sebagai tempat pelaksanaan sebanyak 40-60% anak usia sekolah yang
pendidikan dan kesehatan secara bersamaan, menderita penyakit cacingan (Lubis, 2013).
terencana dan bertanggung jawab dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun
menciptakan, mengembangkan serta 2009 menyajikan data bahwa, terdapat
melaksanakan kegiatan hidup bersih dan sebanyak 64,41% sarana yang telah
sehat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh dibina lingkungannya untuk menerapkan
siswa, guru, dan masyarakat lingkungan kehidupan bersih dan sehat. Sarana tersebut
sekolah (Depkes RI, 2010). terdiri dari institusi pendidikan sebanyak
Pembinaan PHBS di sekolah dapat 67,52%, tempat kerja sebanyak 59,15%,
diberikan pada tiga kelompok sasaran dan lingkungan lainnya sebanyak 62,26%
PHBS, sasaran primer, sasaran sekunder, (Depker RI, 2010). Kehidupan bersih dan
dan sasaran tersier. Sasaran primer pada sehat di tatanan pendidikan, lingkungan
pembinaan PHBS di sekolah adalah siswa tempat kerja, dan lingkungan fasilitas
SD, dimana mereka diharapkan dapat untuk kesehatan belum berjalan sesuai dengan
mengetahui dan melaksanakan PHBS. yang diinginkan, oleh sebab itu diperlukan
Sasarn sekunder adalah orang-orang pendekatan yang peripurna (komprehensif),
yang mempunyai pengaruh pada sasaran lintas program dan lintas sektor, serta
primer dalam mengambil keputusan untuk mobilisasi sumber daya yang luar biasa
melaksanakan PHBS. Pada PHBS di sekolah di semua tingkat administrasi pemerintah
yang menjadi sasaran sekunder adalah guru, (Syukriyah, 2011).
dimana seorang guru adalah panutan dari Laporan Riset Kesehatan Dasar
para siswa. Sasaran tersier adalah orang (Riskesdas) Nasional tahun 2013
yang berfungsi untuk mengambil keputusan menyatakan bahwa, kesehatan dipengaruhi
formal, seperti komite sekolah, kepala desa, oleh perilaku yang mejunjung tinggi
lurah, camat, dinas pendidikan, puskesmas keadaan kebersihan. Akibat kurangnya
dan sebagainya. Mereka dapat memberikan perhatian terhadap kebersihan ini, maka
dukungan dalam menentukan kebijakan, masih banyak penyakit yang timbul seperti
pendanaan dalam proses Pembinaan PHBS diare, kecacingan, filariasis, demam berdarah
yang akan diberikan kepada siswa sekolah dan muntaber. Masalah kebersihan yang
(Pedoman Pembinaan PHBS Kemenkes RI, masih banyak dialami oleh siswa SD yaitu,
2011). masalah pada gigi sebanyak 86%, tidak
Undang-Undang RI No.36 tahun bisa potong kuku sebanyak 53%, tidak bisa
2009 bab VI pasal 79 Ayat, tentang Upaya menggosok gigi sebanyak 42% dan tidak
Kesehatan menjelaskan bahwa upaya mencuci tangan sebelum makan sebanyak
pembinaan kesehatan di lingkungan 8%. Sedangkan penyakit yang banyak
sekolah diselenggarakan dengan tujuan diderita oleh siswa SD yaitu penyakit
untuk meningkatkan dan mengembangkan cacingan sebesar 60-80%, dan caries gigi
kemampuan hidup yang lebih sehat sebanyak 74,4%. Oleh sebab itu, untuk
oleh siswa. Kemampuan tersebut harus mengatasi masalah tersebut perlu adanya
diterapkan dalam lingkungan kehidupan upaya secara komprehensif dari berbagai
yang sehat, sehingga anak usia sekolah sektor (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
dapat belajar, tumbuh, berkembang dan Penelitian Diva (2013), tentang
memperoleh derajat kesehatan setinggi- gambaran perilaku hidup bersih dan sehat
Henico Putri Lina, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) … 95

di SDN 29 Ulak Karang Padang didapatkan, siswa tentang PHBS di SDN 42 Korong
bahwa pengetahuan siswa tentang PHBS Gadang Kecamatan Kuranji Padang.
masih rendah yaitu 53,35%, sikap siswa
yang negatif terhadap PHBS sebesar 40%
METODE
dan 46,7% siswa belum mampu bertindak
sesuai indikator PHBS dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitian
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Padang deskriptif yang digunakan untuk
tahun 2012, wilayah kerja Puskesmas yang mendeskripsikan mengenai perilaku siswa
memiliki presentase rumah tangga ber- tentang PHBS. Penelitian ini dilakukan di
PHBS tinggi adalah Puskesmas Ambacang SDN 42 Korong Gadang Kecamatan Kuranji
sebesar 73,3%, sedangkan wilayah kerja Padang tanggal 22 Maret 2014. Populasi
Puskesmas yang memiliki presentase rumah dalam penelitian ini adalah siswa kelas
tangga ber-PHBS rendah adalah Puskesmas 4, 5 dan 6 SDN 42 Korong Gadang yang
Kuranji dengan presentase sebesar 7,1% berjumlah 71 orang (kelas 4 sebanyak 22
(DKK Padang, 2012). Kurangnya PHBS orang, kelas 5 sebanyak 31 orang dan kelas
pada tatanan rumah tangga di wilayah 6 sebanyak 18 orang). Jumlah sampel pada
kuranji dapat mempengaruhi PHBS anak- penelitian ini menggunakan total populasi,
anak yang ada dalam lingkungan keluarga, sehinga jumlah sampel adalah 71 orang.
sehingga akan dapat mempengaruhi perilaku Kriteria menjadi sampel adalah bersedia
anak-anak disekolah. menjadi responden, serta merupakan murid
Berdasarkan data yang diperoleh dari kelas 4, 5 dan 6 SDN 42 Korong Gadang
Puskesmas Kuranji, Puskesmas ini membina Kecamatan Kuranji dan berada ditempat
program UKS di semua SDN yang termasuk atau hadir waktu diadakan penelitian. Pada
ke dalam wilayah kerja. Salah satu SD yang penelitian ini penulis mengambil sampel
dibiana yaitu SDN 42 Korong Gadang. kelas 4, 5 dan 6, tidak pada kelas 1, 2 dan 3,
Studi awal dilakukan melalui observasi karena kelas 1, 2 dan 3 kemungkinan belum
dan wawancara. Dari informasi yang di memenuhi kriteria mampu membaca dan
didapatkan dari kepala sekolah SDN 42 menulis serta kemungkinan belum paham
Korong Gadang pada tanggal 22 Januari dan mengerti terhadap pertanyaan yang
2014, SDN tersebut tidak mempunyai disampaikan.
kantin sekolah sehingga semua siswa jajan Variabel dalam penelitian ini adalah
di luar sekolah. Untuk tempat mencuci perilaku yang terdiri dari pengetahuan
tangan, siswa hanya mencuci tangan di tentang PHBS , sikap terhadap PHBS, dan
kamar mandi, hal ini disebabkan karena tindakan PHBS siswa di sekolah. Instrumen
belum adanya fasilitas untuk mencuci yang digunakan untuk pengumpulan data
tangan. Untuk kegiatan olahraga, sekolah masing-masing variabel adalah kuisioner.
memiliki jadwal pelajaran penjaskes sekali Kuesioner tersebut telah diuji reabilitas dan
seminggu dan senam pagi 3 kali seminggu validitasnya.
yang dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu Kuisioner terdiri dari 55 pertanyaan
dan Kamis. Kegiatan gotong-royong dan dalam bentuk pilihan ganda dan check
memberantas jentik jamuk, sekolah tidak list. Untuk variabel pengetahuan berupa
mempunyai jadwal yang khusus. Dari 10 pilihan ganda (multiple choise), sedangkan
siswa yang diwawancarai, terdapat 5 siswa untuk pertanyaan sikap menggunakan scale
yang menyatakan tidak mencuci tangan ritchket dan untuk tindakan menggunakan
sebelum makan dan jajanan di sekolah. check list.
Selain itu terdapat 4 orang siswa yang tidak Scoring dalam penelitian ini dilakukan
menyiram toilet setelah BAB/BAK. Untuk dengan memberikan kode untuk masing-
kebiasaan membuang sampah, masih terlihat masing variable. Pada variabel pengetahuan
siswa yang membuang sampah tidak pada , apabila jawaban benar diberi nilai 1, jika
tempat yang telah disediakan oleh pihak
sekolah. Berdasarkan data tersebut, perlu
dilakukannya upaya untuk untuk mengetahui
tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan
96 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 92–103

diperoleh atau dikumpulkan diperiksa


jawaban salah diberi nilai 0. Variable sikap kembali kelengkapannya, kemudian
terdiri dari 4 skala yaitu sangat tidak setuju dilakukan pemberian kode angka pada
diberi nilai 1, tidak setuju diberi nilai 2, kuesioner. Kemudian dilakukan pengecekan
setuju diberi nilai 3, dan sangat setuju diberi kembali apakah data yang telah dientri
nilai 4. Variable tindakan terbagi menjadi 2 sudah benar atau masih ada kesalahan.
pernyataan yaitu, Ya diberi nilai 1, Tidak Setelah semua data dibersihkan, maka data
diberi nilai 0 di tabulasikan dan kemudian akan dianalisa.
Analisa data yang digunakan untuk Analisa data yang digunakan dalam
tingkat pengetahuan terbagi tiga yaitu tinggi penelitian ini adalah analisa univariabel yang
bila hasil yang didapatkan ≥76–100%, bertujuan untuk menjelaskan karakteristik
sedang bila hasil yang didapatkan 56-75%, variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan.
rendah bila hasil yang didapatkan <56%.
Variable sikap terdiri dari 2 kategori yaitu HASIL PENELITIAN
menerima dan tidak menerima. menerima
bila hasil yang didapatkan ≥ mean, tidak Setelah penelitian dan pengambilan
menerima bila hasil yang didapatkan data selesai dilakukan, maka diperoleh hasil
< mean. Variabel tindakan teridiri dari 2 data. Data yang diperoleh meliputi perilaku
kategori yaitu baik dan kurang baik. Baik yang terdiri dari pengetahuan tentang PHBS
jika hasil yang didapatkan ≥ mean, kurang , sikap terhadap PHBS dan tindakan PHBS
baik jika hasil yang didapatkan < mean. siswa dengan menggunakan kuesioner.
Setelah data kuesioner terkumpul, Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa
maka dilakukan pengolahan data dengan usia responden yang terbanyak adalah usia
cara editing, coding, entry data, cleaning, anak kelas 5 SD, yaitu usia 11 tahun dengan
tabulating, dan analisa data. Data yang presentase 33,8%.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik


Responden Berdasarkan Usia Responden Berdasarkan Jenis
Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%) Kelamin
9 12 16.9
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
10 9 12.7
11 24 33.8 Laki-Laki 42 59.2
12 19 26.8 Perempuan 29 40.8
13 6 8.5 Jumlah 71 100
15 1 1.4
Jumlah 71 100

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


tentang PHBS
Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Tingkat Pengetahuan
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Cuci Tangan Denagan Air Mengalir dan
44 62 25 35,2 2 2,8 71 100
menggunakan Sabun
Jajan Sehat di Kantin Sekolah 14 19,7 23 32,4 34 47.9 71 100
Menggunakan Jamban Bersih dan sehat 11 15,5 12 16,9 48 67,6 71 100
Olahraga Secara Teratur 26 36,6 23 32,4 22 31 71 100
Memberantas Jentik Nyamuk di Sekolah 26 36,6 20 28,2 25 35,2 71 100
Tidak Merokok 7 9,9 21 29,6 43 60,6 71 100
Mengukur BB dan TB Secara Teratur 4 5,6 23 32,4 44 62 71 100
Membuang Sampah Pada Tempatnya 42 59,2 5 7 24 33,8 71 100
Henico Putri Lina, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) … 97

Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa


sebagian besar responden berjenis kelamin sebanyak 97,2% responden membuang
laki-laki dengan persentase 59,2 %. sampah pada tempatnya dan 100%
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa responden tidak jajan sehat di kantin
sebagian besar responden masih memiliki sekolah.
pengetahuan yang rendah tentang indikator
PHBS di sekolah, dimana pengetahuan yang
PEMBAHASAN
paling rendah terdapat pada penggunaan
jamban bersih dan sehat, yaitu sebanyak Karakteristik Responden Berdasarkan
67,6%. Pengetahuan yang paling tinggi Umur Dan Jenis Kelamin
terdapat pada cuci tangan menggunakan air Berdasarkan tabel 1, didapatkan hasil
mengalir dan sabun sebanyak 62%. bahwa dari 71 responden kelas IV, V, dan
Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa VI terdapat sebanyak 24 orang (33,8%)
sebanyak 63,4% responden menerima untuk responden yang berumur 11 tahun dan
menggunakan jamban bersih dan sehat serta juga terdapat responden yang memiliki
membuang sampah pada tempatnya, dan umur paling tua yaitu 15 tahun sebanyak
56,3% responden tidak menerima untuk 1 orang (1,4%). Anak pada usia sekolah
jajan sehat di kantin sekolah.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap Terhadap PHBS

Menerima Tidak Menerima Jumlah


Sikap
∑ % ∑ % ∑ %
Cuci Tangan Denagan Air Mengalir dan
36 50,7 35 49,3 71 100
Menggunakan Sabun
Jajan Sehat di Kantin Sekolah 31 43,7 40 56,3 71 100
Menggunakan Jamban Bersih dan sehat 45 63,4 26 36,6 71 100
Olahraga Secara Teratur 40 56,3 31 43,7 71 100
Memberantas Jentik Nyamuk di Sekolah 34 47,9 37 52,1 71 100
Tidak Merokok 39 54,9 32 45,1 71 100
Mengukur BB dan TB Secara Teratur 33 46,5 38 53,5 71 100
Membuang Sampah Pada Tempatnya 45 63,4 26 36,6 71 100

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tindakan PHBS Siswa

Melakukan Tidak Melakukan Jumlah


Tindakan
∑ % ∑ % ∑ %
Cuci Tangan Denagan Air Mengalir dan
67 94.4 4 5,6 71 100
Menggunakan Sabun
Jajan Sehat di Kantin Sekolah 0 0 71 100 71 100
Menggunakan Jamban Bersih dan sehat 65 91,5 6 8,5 71 100
Olahraga Secara Teratur 52 73,2 19 26,8 71 100
Memberantas Jentik Nyamuk di Sekolah 31 43,7 40 56,3 71 100
Tidak Merokok 45 63,4 26 36,6 71 100
Mengukur BB dan TB Secara Teratur 33 46,5 38 53,5 71 100
Membuang Sampah Pada Tempatnya 69 97,2 2 2,8 71 100
98 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 92–103

dasar, sangat penting untuk memperoleh tetap bersih, sehat, dan tidak mencemari
pengawasan dari orang yang lebih tua sumber air yang ada di sekitarnya. Selain
darinya, termasuk dalam hal pengawasan itu juga dapat menghindari datangnya
kesehatan. Hal ini disebabkan karena pada organisme yang dapat menjadi penyebab
sekolah dasar anak-anak berada pada tahap penularan penyakit. Pengetahuan
prose tumbuh kembang yang sangat pesat. mengukur BB dan TB secara teratur juga
Saat usia ini, anak akan sering mengalami harus diberikan kepada siswa, sehingga
dan menghadapi berbagai macam kondisi mereka tahu bahwa mengukur berat badan
yang ada di lingkungannya yang dapat dan tinggi badan dilakukan setiap bulan.
menjadi sumber munculnya berbagai macam Mereka harus diberikan pemahaman,
penyakit (Zaviera, 2008). bahwa kegiatan ini bertujuan untuk
Menurut teori Erikson, anak yang mengetahui tumbuh kembang dan deteksi
berada pada usia pra-sekolah merupakan dini terhadap kekurangan atau kelebihan
anak yang berada pada fase inisiatif dan gizi. Pengetahuan merokok sangat penting
rasa bersalah. Pada tahap ini, rasa ingin tahu diberikan kepada siswa, hal ini disebabkan
dan daya imaginasi anak berkembang, oleh karena rokok mengandung zat-zat kimia
sebab itu anak akan banyak mempunyai yang dapat membahayakan kesehatan.
pertanyaan tentang berbagai hal di Seluruh masyarakat yang ada di lingkungan
lingkungannya yang tidak dia ketahui. Pada sekolah tidak diperbolehkan untuk merokok.
usia ini anak juga akan mencoba untuk Keinginan merokok ini timbul karena
meniru tingkah laku atau perilaku orang siswa mencontoh perilaku yang ada di
dewasa yang ada disekitarnya (Nursalam, lingkungannya dan mereka beranggapan
2008). bahwa merokok sebagai lambing
Berdasarkan tabel 2, didapatkan hasil kedewasaan. (Pusat Promkes Depkes RI).
penelitian, dimana terdapat sebanyak 42 Pengetahuan merupakan hasil tahu
orang (59,2%) responden berjenis kelamin setiap individu terhadap objek yang
laki-laki, sedangkan siswa berjenis kelamin didapatkannya melalui alat indra yang
perempuan sebanyak 29 orang (40,8%). dimilki. Dari hasil indra tersebut, individu
Siswa laki-laki maupun siswa perempuan dapat menghasilkan pengetahuan yang
mempunyai hak yang sama untuk melakukan dipengaruhi oleh seberapa sering individu
perilaku sehat, hal ini dikarenakan PHBS tersebut memperhatikan suatu objek
tersebut berlaku bagi semua orang untuk (Notoatmodjo, 2010).
meningkatkan kesehatannya. Hal ini sesuai Pengetahuan yang cukup dalam kognitif
dengan penelitian yang dilakukan oleh mempunyai 6 tingkat, yaitu tahu (Know),
Utami (2009) di SDN 013 Sunter Agung memahami (Comprehension), aplikasi
Jakarta Utara, yang menyatakan bahwa tidak (Aplication), analisis (Analysis), sintesis
ada hubungan antara jenis kelamin dengan (Synthesis), dan evaluasi (Evaluation)
penerapan PHBS. (Notoatmodjo, 2013). Tahu merupakan
daya ingat terhadap sesuatu yang telah
Pengetahuan dipelajari atau mengingat kembali (recall).
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa Tahu merupakan bagian dari pengetahuan
masih terdapat responden yang masih yang paling rendah. Memahami merupakan
berpengetahuan rendah tentang PHBS di kemampuan untuk menjelaskan kembali
sekolah. Pengetahuan terendah terdapat tentang apa yang telah diketahui dan dapat
pada penggunaan jamban bersih dan sehat, diinterpretasikan. Aplikasi merupakan
pengukuran BB dan TB secara teratur, dan bagaimana seseorang menerapkan sesuatu
tidak merokok di sekolah. Pengetahuan yang telah diketahui dan dipahaminya dalam
tertinggi terdapat pada indikator mencuci kehidupan sehari-hari.
tangan menggunakan air mengalir dan Analisis merupakan kemampuan
memakai sabun. seseorang dalam menjabarkan suatu
Pengetahuan penggunaan jamban bersih hal kemudian mencari hubungan antara
dan sehat harus diberikan kepada siswa, hal suatu hal yang telah diketahui, sehingga
ini bertujuan agar lingkungan di sekolah ia dapat membedakan, mengelompokkan
Henico Putri Lina, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) … 99

bagian-bagian hal tersebut. Sintesis adalah di lingkungan masyarakat, sehingga mereka


kemampuan untuk menghubungkan bagian dapat mencegah berbagai penyakit dan
dari suatu objek yang telah ada menjadi dapat meningkatkan kualitas hidup yang
suatu hal yang baru, atau kemampuan untuk sehat. Pembinaan PHBS diselenggarakan
menyusun rumusan baru dari rumusan- melalui promosi kesehatan, yaitu upaya
rumusan yang telah ada sebelumnya, dan membantu individu maupun masyarkat
evaluasi merupakan kemampuan melakukan agar tahu, mau dan mampu melaksanakan
penilaian terhadap suatu objek. Penilaian dan mempraktekkan PHBS. Upaya promosi
tersebut dilaksanakan berdasarkan kriteria kesehatan dapat melalui proses pembelajaran
yang telah ada. untuk mencegah dan menanggulangi
Teori Green menjelaskan bahwa suatu masalah kesehatan yang ada (Pedoman
perilaku ditentukan oleh factor predisposisi Pembinaan PHBS Kemenkes RI, 2011).
(predisposing factors). Factor-faktor ini Pemperdayaan dalam promosi
digunakan untuk mempermudah seseorang kesehatan adalah hal yang sangat penting.
untuk berperilaku, misalnya pengetahuan, Pemberdayaan ini merupakan proses agar
sikap, keyakinan, adat istiadat, tradisi, masyarakat sekolah dapat berperan dalam
dan sebagainya. untuk dapat menerapkan pengambilan dan penetapan tindakan
PHBS di lingkungan sekolah, maka perlu yang berhubungan dengan kualitas
diberikannya pengetahuan tentang perilaku kesehatannya. Pemberdayaan merupakan
tersebut. Dengan pemberian pengetahuan ini, tindakan pemberian informasi pada
diharapkan dapat membentuk sikap siswa kelompok sasaran secara terus-menerus,
tentang kehidupan yang sehat, sehingga memperhatikan perkembangan sasaran,
hal tersebut dapat diterapkan menjadi suatu serta membantu mengubah dari tidak tahu
kebiasaan untuk berperilaku bersih dan sehat menjadi tahu (aspek knowledge), dari tahu
di sekolah (Mulyadi, 2014). menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau
Penelitian yang dilakukan oleh Elfi menjadi mampu untuk melaksanakan dan
Syukriah (2011), tentang PHBS di SDN mempraktekan perilaku yang telah diberikan
06 Lubuk Layang, didapatkan hasil atau diperkenalkan (aspek practice).
sebanyak 47,5% siswa juga masih memiliki Upaya yang dilakukan agar siswa
pengetahuan yang kurang tentang PHBS. menjadi tahu adalah dengan cara membuat
Terdapatnya siswa yang masih kurang siswa tersebut memahami hal yang dapat
pengetahuaannya tentang PHBS dapat menjadi masalah baginya dan orang-
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya orang di sekitarnya. Apabila siswa belum
pihak sekolah maupun petugas kesehatan mengetahui dan menyadari sesuatu sebagai
yang belum efektif memberikan informasi masalah, maka ia tidak akan bersedia
dan pembinaan tentang PHBS, sehingga menerima informasi apapun. Perubahan dari
informasi tersebut masih kurang dipahami tahu ke mau harus dengan menyajikan dan
oleh siswa. Untuk meningkatkan tingkat menampilkan fakta-fakta tentang masalah
pengetahuan siswa, perlu adanya bimbingan tersebut (Pedoman Pembinaan PHBS
dan arahan yang diberikan oleh guru Kemenkes RI, 2011).
ataupun tenaga kesehatan secara terus- Masa anak-anak ini sangat tepat
menerus dan memberikan pendidikan dan untuk menanamkan nilai-nilai positif dan
pemberdayaan kesehatan secara khusus kesehatan, sehingga dapat terbiasa dan
melalui UKS dan pembentukan dokter terbawa sampai usia dewasa nantinya.
kecil untuk meningkatkan pengetahuan Diawali dengan memberikan pengertian
dan pemahaman siswa tentang PHBS dan tentang PHBS dan dilanjutkan dengan hal-
dengan sendirinya mereka akan memahami hal mengenai kesehatan lainnya, maka
dan menyadari pentingnya untuk berperilaku diharapkan akan tumbuh minat dan kemauan
bersih dan sehat. dari siswa untuk ikut dan aktif dalam
Pembiaan PHBS merupakan salah satu menerapkan program PHBS. Apabila hal
upaya yang dilakukan untuk menciptakan ini terlaksana, maka tujuan yang diharapkan
dan membiasakan perilaku hidup yang akan tercapai dan pengetahuan siswa tentang
berorientasi pada kebersihan dan kesehatan PHBS akan lebih meningkat.
100 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 92–103

Sikap emosional ini merupakan aspek yang


Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa paling kokoh terhadap perubahan yang
terdapat responden yang masih belum mau dapat mempengaruhi dan mengubah sikap
menerima terhadap PHBS di sekolah. Sikap seseorang. Konatif merupakan aspek
negatif siswa terdapat pada jajan sehat di kecenderungan berperilaku tertentu sesuai
kantin sekolah, pengukuran BB dan TB dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang
secara teratur, dan memberantas jentik yang berisi tendensi atau kecenderungan
nyamuk di sekolah. Indikator yang paling untuk bertindak atau bereaksi terhadap
banyak diterima siswa adalah membuang sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan
sampah pada tempatnya. berkaitan dengan obyek yang dihadapinya
Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin adalah logis untuk mengharapkan bahwa
sekolah merupakan suatu kebiasaan yang sikap seseorang adalah dicerminkan dalam
harus ditanamkan pada siswa. Hal ini bentuk tendensi.
sebagai upaya agar siswa terhindar dari Sikap juga mempunyai tingkatan.
kandungan zat kimia yang terdapat pada Tingkatan sikap tersebut terdiri dari
makanan yang dijual bebas di luar kantin menerima (Receiving), merespon
sekolah. Makanan yang ada dikantin (Responding), menghargai (Valuting), dan
sekolah juga harus diawasi oleh pihak guru, bertanggung jawab (Responsible). Menerima
supaya makanan tetap terjaga kebersihan diartikan bahwa seseorang mau dan
dan kandungan gizinya. Makanan sehat memperhatikan rangsangan yang diberikan
harus mengandung zat yang diperlukan kepadanya. Merespon yaitu memberikan
oleh tubuh, sehingga dapat membatu tanggapan balik terhadap sesuatu yang
proses pertumbuhan dan perkembangan ditanyakan, mengerjakan sesuatu dan
siswa dengan optimal. Memberantas menyelesaikan tugas yang diberikan.
jentik nyamuk juga harus dibiasakan pada Menghargai yaitu mengajak orang lain
siswa, hal ini agar mereka bisa menjaga untuk mengerjakan / mendiskusikan suatu
lingkungan tetap bersih, sehingga dapat masalah. Bertanggung jawab merupakan
terhindar dari berbagai penyakit berbahaya. segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
Kegiatan berantas jentik ini dilakukan untuk segala risiko yang akan dihadapinya.
menghindari terjadinya penyakit demam Tanggung jawab merupakan tingkatan sikap
berdarah. Kegiatan ini dapat dilakukan yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2010).
dengan 3M, yaitu menguras, menutup, Penelitian yang dilakukan oleh Febryna
dan mengubur tempat yang tergenang air. Diva (2013) di SDN 29 Ulak karang,
Kegiatan ini dilakukan minimal sekali didapatkan hasil bahwa sebanyak 40%
seminggu. Apabila kegiatan ini dilakukan siswa masih memiliki sikap yang negatif
secara rutin disekolah, diharpkan siswa tentang PHBS. Hal ini disebabkan karena
akan terbiasa dan mampu menerapkannya di masih kurangnya fasilitas yang disediakan
lingkungan sekolah maupun di lingkungan oleh pihak sekolah sehingga kesadaran
masyarakat (Proverawati, dkk, 2012). dan pengetahuan siswa tentang PHBS itu
Sikap merupakan suatu tanggapan sendiri masih kurang. Selain itu, peran
seseorang terhadap ransangan yang dari guru sekolah juga harus di tingkatkan
diterimanya. Sikap adalah reaksi yang untuk mengawasi tingkah laku siswa,
masih tertutup dari seseorang dan belum sehingga siswa lebih dapat membiasakan
mengarah pada terjadinya suatu tindakan dan meningkatkan sikap-sikap yang positif
(Notoatmodjo, 2010). Menurut Azwar dalam kehidupan sehari-hari.
(2009), sikap terdiri dari tiga komponen, Strategi promosi kesehatan dalam
yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif pembinaan PHBS dilakukan secara
adalah sesuatu hal yang dipercaya oleh suatu menyeluruh. Hal ini mengacu pada
individu terhadap sikap yang dimilikinya. Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dimana
Kognitif ini lebih mengarah pada suatu terdapat tiga strategi yang harus dilakukan
masalah yang menjadi kontroversial. pada promosi kesehatan. Strategi tersebut
Afektif adalah suatu perasaan yang terdiri dari advokasi, bina suasana, dan
mengarah pada aspek emosional. Aspek pemberdayaan. Ketiga strategi ini dapat
Henico Putri Lina, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) … 101

dilaksanakan dalam bentuk tindakan. jadwal yang teratur dari pihak sekolah untuk
Ti n d a k a n y a n g d i l a k u k a n a d a l a h mengadakan dan melaksankan kegiatan
mengembangkan kebijakan kesehatan tersebut.
sebagai upaya untuk menetapkan kebijakan Tindakan merupakan hasil penilaian
yang dapat memperhatikan dampaknya terhadap rangsangan yang telah diketahui.
terhadap kesehatan masyarakat. Selanjutnya Penilaian tersebut selanjutnya dapat di
adalah menciptakan lingkungan yang laksanakan dan di praktekkan dalam suatu
mendukung, sehingga semua sector dapat bentuk tindakan. Faktor yang mendukung
melaksanakan kegiatan untuk menciptakan atau kondisi yang memungkinkan untuk
lingkungan yang sehat baik fisik maupun terwujudnya suatu tindakan antara lain
non fisik. Mengembangkan kemampuan adalah karena adanya fasilitas. Tersedianya
individu dilakukan untuk mengupayakan fasilitas yang mereka miliki akan
agar individu tahu, mau dan mampu untuk berpengaruh terhadap tindakan para siswa
memelihara dan mewujudkan kesehatannya untuk melaksanakan tindakan yang baik
melalui pendidikan dan pelatiah (Pedoman atau positif. Tindakan terdiri dari beberapa
Pembinaan PHBS Kemenkes RI, 2011). tingkat, yaitu presepsi, respon terpimpin,
Perlunya memberikan pemahaman mekanisme dan adopsi (Notoatmodjo,
akan pentingnya berperilaku hidup bersih 2010).
dan sehat diharapkan dapat merubah sikap Desak (2009), menyatakan bahwa,
negatif siswa. Hal ini diharapkan agar faktor perilaku memiliki pengaruh sebesar
siswa mau menerima perilaku tersebut dan 30-35% terhadap kualitas kesehatan. Oleh
mau melaksanakannya dalam kehidupan karena itu diperlukan berbagai macam
sehari-hari. Untuk itu diperlukan peran guru, upaya untuk mengubah perilaku yang
masyarakat sekolah lainnya, dan petugas tidak sehat menjadi perilaku yang sehat,
kesehatan sebagai pendidik (educator). sehingga kehidupan sehat dan sejahtera
Petugas kesehatan diharapkan mampu dapat terlaksana dengan baik. Memberikan
bekerja sama dengan pihak sekolah, orang berbagai macam informasi tentang PHBS,
tua, dan masyarakat dalam mengadakan serta memberikan contoh langsung dalam
kegiatan yang dapat meningkatkan kemauan bentuk tindakan nyata, diharapkan para
siswa untuk menerima dan mempraktekkan siswa dapat memperaktekkannya secara
PHBS, salah satunya dengan mengaktifkan terus-menerus. Selain itu untuk mendukung
kegiatan UKS di sekolah. Dengan adanya proses tersebut diperlukan sarana dan
UKS, diharapkan kegiatan promosi prasarana yang memadai, sehingga perilaku
kesehatan di sekolah semakin efektif hidup sehat (healthy life style) dapat
untuk membudayakan berperilaku hidup dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari
bersih dan sehat sehingga siswa dapat dan (Notoatmodjo, 2003).
mampu menciptakan pertumbuhan dan Penelitian yang dilakukan oleh Febryna
perkembangan yang optimal (Pusat Promkes Diva (2013) di SDN 29 Ulak karang,
Kemenkes RI, 2011). diperoleh hasil bahwa sebanyak 46,7%
siswa masih bertindak kurang baik terhadap
Tindakan PHBS. Siswa yang masih tidak mau
Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa melakukan perilaku sehat ini dikarenakan
terdapat responden yang masih belum mau tidak lengkapnya sarana yang disediakan
melakukan PHBS di sekolah. Indikator oleh sekolah. Selain itu informasi yang
yang paling banyak tidak dilakukan adalah diberikan tentang PHBS juga masih belum
jajan sehat di kantin sekolah. Semua siswa efektif, sehingga mereka belum memahami
tidak jajan di kantin sekolah disebabkan dengan baik manfaat melaksakan perilaku
karena tidak adanya fasilitas kantin di sehat.
sekolah ini. Selain itu perilaku yang masih Sekolah harus menyediakan fasilitas
kurang dilakukan adalah pengukuran berat yang lengkap dan memenuhi syarat untuk
badan dan tinggi badan secara teratur, dan mendukung terlaksananya kegiatan PHBS.
memberantas jentik nyamuk di sekolah. Apabila fasilitas ini tersedia, maka siswa
Hal ini disebabkan karena belum adanya akan terdorong untuk melaksankan PHBS.
102 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 92–103

Jika fasilitas sekolah tidak lengkap, maka budaya hidup bersih dan sehat akan terbawa
akan mempengaruhi penerapan dan sampai besar dan pada saat dewasa budaya
pelaksanaan Perilaku sehat oleh siswa. tersebut tidak akan berubah lagi (Maryunani,
Siswa merasa malas melaksankan indikator 2013).
PHBS karena kurangnya fasilitas yang Masa anak-anak ini sangat tepat
disediakan oleh sekolah, contohnya tidak untuk menanamkan nilai-nilai positif dan
jajan di kantin sekolah (Pedoman Pembinaan kesehatan, sehingga dapat terbiasa dan
PHBS Kemenkes RI, 2011). terbawa sampai usia dewasa nantinya.
Pembinaan PHBS disekolah pada Anak belajar langsung dari lingkungannya
dasarnya terdiri dari 3 proses, yaitu mengenai bagaimana ia harus bertingkah
pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi. laku untuk meningkatkan kualitas hidupnya
Pemberdayaan dapat dilaksanakan dalam dan mampu memperoleh derajat kesehatan
berbagai cara, seperti pemberian proses yang setinggi-tinnginya.
belajar dan mengajar, dalam kegiatan diluar Diawali dengan memberikan pengertian
proses belajar dan mengajar, dan juga tentang PHBS dan dilanjutkan dengan hal-
dapat dilakukan melalui penyelenggaraan hal mengenai kesehatan lainnya, maka
klinik konsultasi kesehatan yang dikelola diharapkan akan tumbuh minat dan kemauan
oleh sekolah dan bekerjasama dengan dari siswa untuk ikut dan aktif dalam
petugas kesehatan. Bina suasana dapat menerapkan program PHBS di sekolahnya
dilakukan oleh semua masyarakat sekolah maupun di tempat tinggalnya. Apabila hal
seperti pemuka masyarakat, pengurus ini terlaksana, maka tujuan yang diharapkan
organisasi anak didik, pengurus pramuka, akan tercapai dan pengetahuan siswa tentang
dan sebaginya, sehingga mereka dapat PHBS akan lebih meningkat.
menjadi panutan dalam pelaksanaan PHBS
di lingkungan sekolah. Bina suasana ini juga
SIMPULAN
dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan
media yang ada, seperti pembuatan Berdasarkan hasil penelitian terhadap
majalah dinding (madding), poster, serta pengetahuan siswa tentang PHBS di SDN
penyelenggaraan seminar mengenai 42 Korong Gadang, maka dapat ditarik
kesehatan dan perilaku sehat. Sedangkan kesimpulan, bahwa masih terdapat siswa
advokasi dilakukan oleh fasilitator yang yang berpengetahuan rendah tentang
berasal dari kabupaten, kota, atau provinsi indikator PHBS di sekolah, terutama pada
terhadap pihak sekolah, sehingga pihak penggunaan jamban bersih dan sehat.
sekolah berperan aktif dalam menunjang Penelitian ini juga menjelaskan bahwa
kegiaatan pembinaan PHBS di sekolah siswa masih ada yang belum mau bersikap
(Pedoman Pembinaan PHBS Kemenkes RI, menerima dan tidak melaksanakan jajan
2011). sehat di kantin sekolah. Hal ini disebabkan
Anak usia sekolah sangat peka terhadap karena tidak adanya fasilitas kantin di
stimulus yang diberikan. Oleh sebab itu anak sekolah ini.
usia ini mudah untuk dibimbing, diarahkan,
dan ditanamkan kebiasaan untuk berperilaku
SARAN
hidup bersih dan sehat. Untuk itu sangat
diperlukan peran serta dari berbagai pihak Bagi pihak sekolah diharapkan agar
baik itu orang tua, guru, tenaga kesehatan, para guru lebih meningkatkan peran aktifnya
komite sekolah dan masyarakat. untuk menjelaskan penerapan perilaku sehat
Siswa sekolah pada hakekatnya pada siswanya dan mengaktifkan program
merupakan kelompok usia yang paling UKS sehingga siswa dapat meningkatkan
mudah dan cepat untuk menerima perubahan dan mempraktekkan perilaku hidup bersih
yang diberikan. Diharapkan dengan dan sehat secara optimal. Selain itu, sekolah
pemberian pemahaman tentang hidup juga harus melengkapi fasilitas untuk
bersih dan sehat pada anak sekolah ini dapat mendukung terlaksananya PHBS dengan
menimbulkan kebiasaan yang positif untuk baik dalam kehidupan sehari-sehari.
memelihara dan meningkatkan kesehatan,
Henico Putri Lina, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) … 103

Bagi pihak tenaga kesehatan untuk Kecamatan Medan Tuntungan Tahun


dapat memberikan penyuluhan kesehatan 2013.Medan. Universitas Sumatera
yang rutin mengenai PHBS (pengertian Utara
PHBS dan indikator PHBS di sekolah) Marlina, R. L. 2011. Analisis Manajemen
secara rutin dan terjadwal. Promosi Kesehatan Dalam Penerapan
Bagi peneliti selanjtnya Diharapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
untuk dapat melakukan penelitian tentang (PHBS) Tatanan Rumah Tangga di Kota
variabel, cara ukur dan tingkat analis yang Padang Tahun 2011.Padang. Universitas
berbeda, seperti analisis hubungan dan andalas
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Maryunani, A. 2013.Perilaku Hidup Bersih
siswa terhadap PHBS. dan Sehat.Jakarta:CV Trans Info Media
Mulyadi.2014. Tingkat Pengetahuan Siswa
Terhadap Penerapan Perilaku Hidup
DAFTAR PUSTAKA
Bersih Dan Sehat(PHBS) di SDN 197
Azwar. 2009. Sikap Manusia Teori dan Palembang Tahun 2014.STIK Bina
Pengukurannya.Yogyakarta : Pustaka Husada. Palembang
Pelajar Notoatmodjo, S. 2003.Pendidikan
Departemen Kesehatan, RI. 2008. Riset dan Perilaku Kesehatan.Jakarta:
Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2007). Rineka Cipta
Jakarta : Departemen Kesehatan Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku
Departemen Kesehatan, RI. 2013. Riset Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2013). Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi
Jakarta : Departemen Kesehatan Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Depkes RI. 2010.Perilaku Hidup Bersih Rineka Cipta
dan Sehat di Rumah Tangga.Jakarta: Nursalam.2008. Konsep dan penerapan
Departemen kesehatan metodologi penelitian keperawatan.
Depkes RI. 2010.Menkes Himbau Terapkan Jakarta: EGC
PHBS di Sekolah. Majalah Promkes Pusat Promkes Departemen Kesehatan
Dewi N. 2012.Gizi Anak Sekolah. Jakarta: RI. 2011. Interaksi Suplemen PHBS di
PT. Kompas Media Nusantara Sekolah. Jakarta
Desak, M.D. 2009.Analisis Kebutuhan Pusat Promkes Departemen Kesehatan
Dalam Pengembangan Buklet Edukatif RI.2011. Lembar Balik Aku Sehat
Temati (Bet) Untuk Pendidikan Kesehatan Sekolahku Sehat Prestasiku Meningkat.
Di SD.Bali.Universitas Pendidikan Jakarta
Ganesha Proverawati, dkk.2012. Perilaku Hidup
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2012. Bersih dan Sehat.Yogyakarta
Laporan Dinas kesehatan Kota Padang Sumijatun, dkk.2006. Konsep Dasar
Diva, F. 2013. Gambaran Perilaku Hidup keperawatan Komunitas.Jakarta:EGC
Bersih Dan Sehat Siswa SDN 29 Ulak Syukriyah, E. 2011. Gambaran Pengetahuan,
Karang Padang Tahun 2013.Padang. Sikap dan Tindakan Murid SD Tentang
Politeknik Kemenkes Padang PHBS di SDN 06 Lubuk Layang.Padang:
Hidayat, A. Aziz Alimul.2009.Metode Poletkkes Kemenkes Padang
Penelitian dan Teknik Analisis Data. Utami, N. M. S. 2009. “Hubungan
Jakarta:Salemba Medika Pelaksanaan Program UKS dengan
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman PHBS Anak Usia Sekolah Kelas IV dan
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan V di SDN Pangkalan Jati Limo Kodya
Sehat (PHBS).Jakarta.Peraturan Menteri Depok. Jakarta.UPN
Kesehatan Zaviera, F. 2008.Mengenali dan Memahami
Lubis, Z. S. A. Pengaruh Penyuluhan Dengan Tumbuh Kembang Anak.Yokyakarta:
Metode Ceramah Dan Diskusi Terhadap KATAHATI
Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap
Anak Tentang PHBS Di Sekolah Dasar
Negeri 065014 Kelurahan Namogajah

Anda mungkin juga menyukai