5809 17810 1 SM
5809 17810 1 SM
Abstract: School is one of the educational institutions that serve as targets Behavior Clean and Healthy
Lifestyle ( PHBs ). This is because the amount of data a disease that occurs in school-age children (ages
6-10 ) such as intestinal worms ( 60–80 % ) , and dental caries ( 74 % ) . This study aimsto describe
of PHBS students at 42elementary school Korong Gadang Kuranji District of Padang in 2014. This
research is descriptive. Thepopulation was all students grades 4–6 elementary school who are 71
and all the population sampled. Univariatble descriptive analysis to describe the characteristics of
the respondent. The results showed that the knowledge was lowest for the use of sanitary latrines and
healthier, which amounted to 67.6 % , amounting to 56.3 % of students did not accept to be a healthy
snack in the cafeteria sekolahdan as much as 100 % of students do not carry healthy snacks in the school
cafeteria. This study suggests that schools can optimize the PHBs by activating the UKS program at
the school. This study suggests that schools can optimize the PHBs by activating the program of School
Health Unit
Abstrak: Sekolah adalah salah satu institusi pendidikan yang dijadikan sebagai sasaran PHBS.
Hal ini dikarenakan banyaknya data penyakit yang terjadi pada anak usia sekolah (usia 6–10)
seperti cacingan (60-80%), dan karies gigi (74%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran PHBS siswa di SDN 42 Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang tahun 2014.
Jenis penilitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas 4–6 SD
yang berjumlah 71 orang dan semua populasi dijadikan sampel. Analisis data menggunakan
deskriptif univariabel untuk mendeskripsikan karakteristik responden. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan terendah terdapat pada penggunaan jamban bersih dan sehat,
yaitu sebesar 67,6%, sebesar 56,3% siswa bersikap tidak menerima untuk jajan sehat di kantin
sekolahdan sebanyak 100% siswa tidak melaksanakan jajan sehat di kantin sekolah. Penelitian
ini menyarankan agar sekolah dapat mengoptimalkan PHBS dengan mengaktifkan program
UKS di sekolah.
Kata kunci: perilaku, siswa, SDN 42 Korong Gadang
92
Henico Putri Lina, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) … 93
mendasar bagi individu. Hak ini berlaku bagi dan kesehatan. Kesehatan adalah syarat
semua orang tanpa membedakan asal-usul, utama dalam memperoleh keberhasilan
agama, ras, politik dan tingkat ekonomi. upaya pendidikan, sedangkan pendidikan
Derajat kesehatan yang tinggi tersebut dapat merupakan salah satu faktor untuk
diperoleh apabila setiap orang memiliki tercapainya status kesehatan yang tinggi dari
perilaku yang memperhatikan kesehatan. setiap individu (Maryunani, dkk, 2012).
Konsep perilaku yang dikembangkan Untuk menciptakan SDM yang
Becker, merupakan konsep yang didasarkan berkualitas dan mampu bersaing, perlu
pada konsep perilaku sehat Bloom. adanya tindakan pengawasan terhadap
Becker menjabarkan bahwa perilaku sehat kesehatan. Pengawasan tersebut dapat
tersebut terbagi menjadi tiga domain, yaitu dimulai dari usia dini, yaitu usia anak
pengetahuan terhadap kesehatan (health sekolah. Mulai dari tingkat pra sekolah,
knowledge), sikap untuk merespon tindakan SD, SMP, dan SMA. Pada usia ini, anak
kesehatan (health attitude) dan praktik akan belajar langsung dari lingkungannya.
atau tindakan kesehatan (health practice). Lingkungan disini dapat diartikan sebagai
Domain ini bermanfaat untuk mengetahui orang tua, guru, dan teman sepermainan.
seberapa besar tingkat perilaku sehat setiap Mereka dapat mempelajari bagaimana harus
individu (Notoatmodjo, 2010). bertingkah laku yang sesuai dan tidak sesuai
Becker membagi perilaku sehat menjadi dengan aturan.
tiga bagian pertama, pengetahuan tentang Program PHBS dapat dikelompokkan
kesehatan, yaitu apa saja yang diketahui kedalam 5 tatanan lingkungan kehidupan,
oleh individu tentang cara meningkatkan yaitu PHBS di lingkungan sekolah, PHBS
dan memelihara kesehatan. Kedua, sikap di lingkungan rumah tangga, PHBS di
untuk merespon tindakan kesehatan, lingkungan institusi kesehatan, PHBS
yaitu penilaian individu atas hal-hal yang di lingkungan tempat umum, dan PHBS
berhubungan dengan cara memelihara di lingkungan tempat kerja (Maryunani,
kesehatan. Ketiga, praktik atau tindakan dkk, 2012). PHBS di lingkungan sekolah
kesehatan yang merupakan tindakan mempunyai delapan indikator, yaitu
langsung yang terdiri dari semua kegiatan mencuci tangan menggunakan air mengalir
untuk memperoleh kehidupan yang sehat. dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan
(Notoatmodjo, 2010). sehat di kantin sekolah, menggunakan
Berdasarkan visi Indonesia sehat 2010, fasilitas jamban bersih dan sehat,
terdapat paradiga sehat yang terdiri dari tiga melaksanakan olahraga secara teratur,
pilar, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat memberantas jentik nyamuk di sekolah,
dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil tidak merokok di lingkungan sekolah,
dan merata. Perilaku sehat ini merupakan mengkur berat badan dan tinggi badan, serta
perilaku yang digunakan untuk memelihara membuang sampah pada tempat yang telah
, meningkatkan kesehatan, menghindari atau disediakan. Kedelapan indikator ini harus
mencegah terjadinya penyakit, melindungi dilakukan dengan baik agar tercipta perilaku
diri dari berbagai macam penyakit, dan sehat di lingkungan sekolah.
keikutsertaan dalam meningkatkan kualitas Sekolah merupakan institusi pendidikan
kesehatan (Depkes RI, 2013). Program yang menjadi target PHBS, sehingga
perbaikan tidak hanya sebatas pada penerapan perilaku tersebut menjadi lebih
lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan, baik. Hal ini disebabkan karena terdapatnya
tetapi juga memperhatikan faktor perilaku, banyak data yang menampilkan bahwa
hal ini disebabkan faktor perilaku dapat sebagian besar penyakit yang sering diderita
menjadi faktor terjadinya berbagai penyakit, anak usia sekolah (usia 6–10) ternyata
baik penyakit menular maupun penyakit berkaitan dengan PHBS. Selain itu, masih
tidak menular (Marlina, 2011). kurangnya pelaksanaan PHBS di lingkungan
Kualitas dari setiap sumber daya sekolah dapat menyebabkan dampak lain,
manusia (SDM) ditentukan oleh dua faktor yaitu kurang nyamannya suasana belajar
yang saling berhubungan dan berkaitan. akibat lingkungan kelas yang kotor,
Faktor tersebut terdiri dari pendidikan menurunnya prestasi dan semangat belajar
94 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 92–103
siswa, serta dapat membuat citra sekolah tingginya agar menjadi SDM yang
menjadi buruk. Oleh sebab itu, sangat berkualitas.
perlu pemberian pemahaman tentang nilai- Menurut WHO, sebanyak 100.000 anak
nilai PHBS sejak dini di sekolah melalui Indonesia meninggal dunia karena penyakit
program Usaha Kesehatan sekolah (UKS) diare setiap tahunnya, sedangkan data
(Proverawati, dkk, 2012). Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa
UKS adalah bagian dari program dari 1.000 penduduk, terdapat sebanyak
kesehatan anak usia sekolah. Kegiatan ini 300 orang yang menderita penyakit diare
merupakan salah satu upaya terpadu antara sepanjang tahun (Profil Kesehatan Indonesia
lintas program dan lintas sektor. UKS dapat Tahun 2011). Selain itu juga masih terdapat
dijadikan sebagai tempat pelaksanaan sebanyak 40-60% anak usia sekolah yang
pendidikan dan kesehatan secara bersamaan, menderita penyakit cacingan (Lubis, 2013).
terencana dan bertanggung jawab dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun
menciptakan, mengembangkan serta 2009 menyajikan data bahwa, terdapat
melaksanakan kegiatan hidup bersih dan sebanyak 64,41% sarana yang telah
sehat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh dibina lingkungannya untuk menerapkan
siswa, guru, dan masyarakat lingkungan kehidupan bersih dan sehat. Sarana tersebut
sekolah (Depkes RI, 2010). terdiri dari institusi pendidikan sebanyak
Pembinaan PHBS di sekolah dapat 67,52%, tempat kerja sebanyak 59,15%,
diberikan pada tiga kelompok sasaran dan lingkungan lainnya sebanyak 62,26%
PHBS, sasaran primer, sasaran sekunder, (Depker RI, 2010). Kehidupan bersih dan
dan sasaran tersier. Sasaran primer pada sehat di tatanan pendidikan, lingkungan
pembinaan PHBS di sekolah adalah siswa tempat kerja, dan lingkungan fasilitas
SD, dimana mereka diharapkan dapat untuk kesehatan belum berjalan sesuai dengan
mengetahui dan melaksanakan PHBS. yang diinginkan, oleh sebab itu diperlukan
Sasarn sekunder adalah orang-orang pendekatan yang peripurna (komprehensif),
yang mempunyai pengaruh pada sasaran lintas program dan lintas sektor, serta
primer dalam mengambil keputusan untuk mobilisasi sumber daya yang luar biasa
melaksanakan PHBS. Pada PHBS di sekolah di semua tingkat administrasi pemerintah
yang menjadi sasaran sekunder adalah guru, (Syukriyah, 2011).
dimana seorang guru adalah panutan dari Laporan Riset Kesehatan Dasar
para siswa. Sasaran tersier adalah orang (Riskesdas) Nasional tahun 2013
yang berfungsi untuk mengambil keputusan menyatakan bahwa, kesehatan dipengaruhi
formal, seperti komite sekolah, kepala desa, oleh perilaku yang mejunjung tinggi
lurah, camat, dinas pendidikan, puskesmas keadaan kebersihan. Akibat kurangnya
dan sebagainya. Mereka dapat memberikan perhatian terhadap kebersihan ini, maka
dukungan dalam menentukan kebijakan, masih banyak penyakit yang timbul seperti
pendanaan dalam proses Pembinaan PHBS diare, kecacingan, filariasis, demam berdarah
yang akan diberikan kepada siswa sekolah dan muntaber. Masalah kebersihan yang
(Pedoman Pembinaan PHBS Kemenkes RI, masih banyak dialami oleh siswa SD yaitu,
2011). masalah pada gigi sebanyak 86%, tidak
Undang-Undang RI No.36 tahun bisa potong kuku sebanyak 53%, tidak bisa
2009 bab VI pasal 79 Ayat, tentang Upaya menggosok gigi sebanyak 42% dan tidak
Kesehatan menjelaskan bahwa upaya mencuci tangan sebelum makan sebanyak
pembinaan kesehatan di lingkungan 8%. Sedangkan penyakit yang banyak
sekolah diselenggarakan dengan tujuan diderita oleh siswa SD yaitu penyakit
untuk meningkatkan dan mengembangkan cacingan sebesar 60-80%, dan caries gigi
kemampuan hidup yang lebih sehat sebanyak 74,4%. Oleh sebab itu, untuk
oleh siswa. Kemampuan tersebut harus mengatasi masalah tersebut perlu adanya
diterapkan dalam lingkungan kehidupan upaya secara komprehensif dari berbagai
yang sehat, sehingga anak usia sekolah sektor (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
dapat belajar, tumbuh, berkembang dan Penelitian Diva (2013), tentang
memperoleh derajat kesehatan setinggi- gambaran perilaku hidup bersih dan sehat
Henico Putri Lina, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) … 95
di SDN 29 Ulak Karang Padang didapatkan, siswa tentang PHBS di SDN 42 Korong
bahwa pengetahuan siswa tentang PHBS Gadang Kecamatan Kuranji Padang.
masih rendah yaitu 53,35%, sikap siswa
yang negatif terhadap PHBS sebesar 40%
METODE
dan 46,7% siswa belum mampu bertindak
sesuai indikator PHBS dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitian
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Padang deskriptif yang digunakan untuk
tahun 2012, wilayah kerja Puskesmas yang mendeskripsikan mengenai perilaku siswa
memiliki presentase rumah tangga ber- tentang PHBS. Penelitian ini dilakukan di
PHBS tinggi adalah Puskesmas Ambacang SDN 42 Korong Gadang Kecamatan Kuranji
sebesar 73,3%, sedangkan wilayah kerja Padang tanggal 22 Maret 2014. Populasi
Puskesmas yang memiliki presentase rumah dalam penelitian ini adalah siswa kelas
tangga ber-PHBS rendah adalah Puskesmas 4, 5 dan 6 SDN 42 Korong Gadang yang
Kuranji dengan presentase sebesar 7,1% berjumlah 71 orang (kelas 4 sebanyak 22
(DKK Padang, 2012). Kurangnya PHBS orang, kelas 5 sebanyak 31 orang dan kelas
pada tatanan rumah tangga di wilayah 6 sebanyak 18 orang). Jumlah sampel pada
kuranji dapat mempengaruhi PHBS anak- penelitian ini menggunakan total populasi,
anak yang ada dalam lingkungan keluarga, sehinga jumlah sampel adalah 71 orang.
sehingga akan dapat mempengaruhi perilaku Kriteria menjadi sampel adalah bersedia
anak-anak disekolah. menjadi responden, serta merupakan murid
Berdasarkan data yang diperoleh dari kelas 4, 5 dan 6 SDN 42 Korong Gadang
Puskesmas Kuranji, Puskesmas ini membina Kecamatan Kuranji dan berada ditempat
program UKS di semua SDN yang termasuk atau hadir waktu diadakan penelitian. Pada
ke dalam wilayah kerja. Salah satu SD yang penelitian ini penulis mengambil sampel
dibiana yaitu SDN 42 Korong Gadang. kelas 4, 5 dan 6, tidak pada kelas 1, 2 dan 3,
Studi awal dilakukan melalui observasi karena kelas 1, 2 dan 3 kemungkinan belum
dan wawancara. Dari informasi yang di memenuhi kriteria mampu membaca dan
didapatkan dari kepala sekolah SDN 42 menulis serta kemungkinan belum paham
Korong Gadang pada tanggal 22 Januari dan mengerti terhadap pertanyaan yang
2014, SDN tersebut tidak mempunyai disampaikan.
kantin sekolah sehingga semua siswa jajan Variabel dalam penelitian ini adalah
di luar sekolah. Untuk tempat mencuci perilaku yang terdiri dari pengetahuan
tangan, siswa hanya mencuci tangan di tentang PHBS , sikap terhadap PHBS, dan
kamar mandi, hal ini disebabkan karena tindakan PHBS siswa di sekolah. Instrumen
belum adanya fasilitas untuk mencuci yang digunakan untuk pengumpulan data
tangan. Untuk kegiatan olahraga, sekolah masing-masing variabel adalah kuisioner.
memiliki jadwal pelajaran penjaskes sekali Kuesioner tersebut telah diuji reabilitas dan
seminggu dan senam pagi 3 kali seminggu validitasnya.
yang dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu Kuisioner terdiri dari 55 pertanyaan
dan Kamis. Kegiatan gotong-royong dan dalam bentuk pilihan ganda dan check
memberantas jentik jamuk, sekolah tidak list. Untuk variabel pengetahuan berupa
mempunyai jadwal yang khusus. Dari 10 pilihan ganda (multiple choise), sedangkan
siswa yang diwawancarai, terdapat 5 siswa untuk pertanyaan sikap menggunakan scale
yang menyatakan tidak mencuci tangan ritchket dan untuk tindakan menggunakan
sebelum makan dan jajanan di sekolah. check list.
Selain itu terdapat 4 orang siswa yang tidak Scoring dalam penelitian ini dilakukan
menyiram toilet setelah BAB/BAK. Untuk dengan memberikan kode untuk masing-
kebiasaan membuang sampah, masih terlihat masing variable. Pada variabel pengetahuan
siswa yang membuang sampah tidak pada , apabila jawaban benar diberi nilai 1, jika
tempat yang telah disediakan oleh pihak
sekolah. Berdasarkan data tersebut, perlu
dilakukannya upaya untuk untuk mengetahui
tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan
96 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 92–103
dasar, sangat penting untuk memperoleh tetap bersih, sehat, dan tidak mencemari
pengawasan dari orang yang lebih tua sumber air yang ada di sekitarnya. Selain
darinya, termasuk dalam hal pengawasan itu juga dapat menghindari datangnya
kesehatan. Hal ini disebabkan karena pada organisme yang dapat menjadi penyebab
sekolah dasar anak-anak berada pada tahap penularan penyakit. Pengetahuan
prose tumbuh kembang yang sangat pesat. mengukur BB dan TB secara teratur juga
Saat usia ini, anak akan sering mengalami harus diberikan kepada siswa, sehingga
dan menghadapi berbagai macam kondisi mereka tahu bahwa mengukur berat badan
yang ada di lingkungannya yang dapat dan tinggi badan dilakukan setiap bulan.
menjadi sumber munculnya berbagai macam Mereka harus diberikan pemahaman,
penyakit (Zaviera, 2008). bahwa kegiatan ini bertujuan untuk
Menurut teori Erikson, anak yang mengetahui tumbuh kembang dan deteksi
berada pada usia pra-sekolah merupakan dini terhadap kekurangan atau kelebihan
anak yang berada pada fase inisiatif dan gizi. Pengetahuan merokok sangat penting
rasa bersalah. Pada tahap ini, rasa ingin tahu diberikan kepada siswa, hal ini disebabkan
dan daya imaginasi anak berkembang, oleh karena rokok mengandung zat-zat kimia
sebab itu anak akan banyak mempunyai yang dapat membahayakan kesehatan.
pertanyaan tentang berbagai hal di Seluruh masyarakat yang ada di lingkungan
lingkungannya yang tidak dia ketahui. Pada sekolah tidak diperbolehkan untuk merokok.
usia ini anak juga akan mencoba untuk Keinginan merokok ini timbul karena
meniru tingkah laku atau perilaku orang siswa mencontoh perilaku yang ada di
dewasa yang ada disekitarnya (Nursalam, lingkungannya dan mereka beranggapan
2008). bahwa merokok sebagai lambing
Berdasarkan tabel 2, didapatkan hasil kedewasaan. (Pusat Promkes Depkes RI).
penelitian, dimana terdapat sebanyak 42 Pengetahuan merupakan hasil tahu
orang (59,2%) responden berjenis kelamin setiap individu terhadap objek yang
laki-laki, sedangkan siswa berjenis kelamin didapatkannya melalui alat indra yang
perempuan sebanyak 29 orang (40,8%). dimilki. Dari hasil indra tersebut, individu
Siswa laki-laki maupun siswa perempuan dapat menghasilkan pengetahuan yang
mempunyai hak yang sama untuk melakukan dipengaruhi oleh seberapa sering individu
perilaku sehat, hal ini dikarenakan PHBS tersebut memperhatikan suatu objek
tersebut berlaku bagi semua orang untuk (Notoatmodjo, 2010).
meningkatkan kesehatannya. Hal ini sesuai Pengetahuan yang cukup dalam kognitif
dengan penelitian yang dilakukan oleh mempunyai 6 tingkat, yaitu tahu (Know),
Utami (2009) di SDN 013 Sunter Agung memahami (Comprehension), aplikasi
Jakarta Utara, yang menyatakan bahwa tidak (Aplication), analisis (Analysis), sintesis
ada hubungan antara jenis kelamin dengan (Synthesis), dan evaluasi (Evaluation)
penerapan PHBS. (Notoatmodjo, 2013). Tahu merupakan
daya ingat terhadap sesuatu yang telah
Pengetahuan dipelajari atau mengingat kembali (recall).
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa Tahu merupakan bagian dari pengetahuan
masih terdapat responden yang masih yang paling rendah. Memahami merupakan
berpengetahuan rendah tentang PHBS di kemampuan untuk menjelaskan kembali
sekolah. Pengetahuan terendah terdapat tentang apa yang telah diketahui dan dapat
pada penggunaan jamban bersih dan sehat, diinterpretasikan. Aplikasi merupakan
pengukuran BB dan TB secara teratur, dan bagaimana seseorang menerapkan sesuatu
tidak merokok di sekolah. Pengetahuan yang telah diketahui dan dipahaminya dalam
tertinggi terdapat pada indikator mencuci kehidupan sehari-hari.
tangan menggunakan air mengalir dan Analisis merupakan kemampuan
memakai sabun. seseorang dalam menjabarkan suatu
Pengetahuan penggunaan jamban bersih hal kemudian mencari hubungan antara
dan sehat harus diberikan kepada siswa, hal suatu hal yang telah diketahui, sehingga
ini bertujuan agar lingkungan di sekolah ia dapat membedakan, mengelompokkan
Henico Putri Lina, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) … 99
dilaksanakan dalam bentuk tindakan. jadwal yang teratur dari pihak sekolah untuk
Ti n d a k a n y a n g d i l a k u k a n a d a l a h mengadakan dan melaksankan kegiatan
mengembangkan kebijakan kesehatan tersebut.
sebagai upaya untuk menetapkan kebijakan Tindakan merupakan hasil penilaian
yang dapat memperhatikan dampaknya terhadap rangsangan yang telah diketahui.
terhadap kesehatan masyarakat. Selanjutnya Penilaian tersebut selanjutnya dapat di
adalah menciptakan lingkungan yang laksanakan dan di praktekkan dalam suatu
mendukung, sehingga semua sector dapat bentuk tindakan. Faktor yang mendukung
melaksanakan kegiatan untuk menciptakan atau kondisi yang memungkinkan untuk
lingkungan yang sehat baik fisik maupun terwujudnya suatu tindakan antara lain
non fisik. Mengembangkan kemampuan adalah karena adanya fasilitas. Tersedianya
individu dilakukan untuk mengupayakan fasilitas yang mereka miliki akan
agar individu tahu, mau dan mampu untuk berpengaruh terhadap tindakan para siswa
memelihara dan mewujudkan kesehatannya untuk melaksanakan tindakan yang baik
melalui pendidikan dan pelatiah (Pedoman atau positif. Tindakan terdiri dari beberapa
Pembinaan PHBS Kemenkes RI, 2011). tingkat, yaitu presepsi, respon terpimpin,
Perlunya memberikan pemahaman mekanisme dan adopsi (Notoatmodjo,
akan pentingnya berperilaku hidup bersih 2010).
dan sehat diharapkan dapat merubah sikap Desak (2009), menyatakan bahwa,
negatif siswa. Hal ini diharapkan agar faktor perilaku memiliki pengaruh sebesar
siswa mau menerima perilaku tersebut dan 30-35% terhadap kualitas kesehatan. Oleh
mau melaksanakannya dalam kehidupan karena itu diperlukan berbagai macam
sehari-hari. Untuk itu diperlukan peran guru, upaya untuk mengubah perilaku yang
masyarakat sekolah lainnya, dan petugas tidak sehat menjadi perilaku yang sehat,
kesehatan sebagai pendidik (educator). sehingga kehidupan sehat dan sejahtera
Petugas kesehatan diharapkan mampu dapat terlaksana dengan baik. Memberikan
bekerja sama dengan pihak sekolah, orang berbagai macam informasi tentang PHBS,
tua, dan masyarakat dalam mengadakan serta memberikan contoh langsung dalam
kegiatan yang dapat meningkatkan kemauan bentuk tindakan nyata, diharapkan para
siswa untuk menerima dan mempraktekkan siswa dapat memperaktekkannya secara
PHBS, salah satunya dengan mengaktifkan terus-menerus. Selain itu untuk mendukung
kegiatan UKS di sekolah. Dengan adanya proses tersebut diperlukan sarana dan
UKS, diharapkan kegiatan promosi prasarana yang memadai, sehingga perilaku
kesehatan di sekolah semakin efektif hidup sehat (healthy life style) dapat
untuk membudayakan berperilaku hidup dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari
bersih dan sehat sehingga siswa dapat dan (Notoatmodjo, 2003).
mampu menciptakan pertumbuhan dan Penelitian yang dilakukan oleh Febryna
perkembangan yang optimal (Pusat Promkes Diva (2013) di SDN 29 Ulak karang,
Kemenkes RI, 2011). diperoleh hasil bahwa sebanyak 46,7%
siswa masih bertindak kurang baik terhadap
Tindakan PHBS. Siswa yang masih tidak mau
Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa melakukan perilaku sehat ini dikarenakan
terdapat responden yang masih belum mau tidak lengkapnya sarana yang disediakan
melakukan PHBS di sekolah. Indikator oleh sekolah. Selain itu informasi yang
yang paling banyak tidak dilakukan adalah diberikan tentang PHBS juga masih belum
jajan sehat di kantin sekolah. Semua siswa efektif, sehingga mereka belum memahami
tidak jajan di kantin sekolah disebabkan dengan baik manfaat melaksakan perilaku
karena tidak adanya fasilitas kantin di sehat.
sekolah ini. Selain itu perilaku yang masih Sekolah harus menyediakan fasilitas
kurang dilakukan adalah pengukuran berat yang lengkap dan memenuhi syarat untuk
badan dan tinggi badan secara teratur, dan mendukung terlaksananya kegiatan PHBS.
memberantas jentik nyamuk di sekolah. Apabila fasilitas ini tersedia, maka siswa
Hal ini disebabkan karena belum adanya akan terdorong untuk melaksankan PHBS.
102 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 92–103
Jika fasilitas sekolah tidak lengkap, maka budaya hidup bersih dan sehat akan terbawa
akan mempengaruhi penerapan dan sampai besar dan pada saat dewasa budaya
pelaksanaan Perilaku sehat oleh siswa. tersebut tidak akan berubah lagi (Maryunani,
Siswa merasa malas melaksankan indikator 2013).
PHBS karena kurangnya fasilitas yang Masa anak-anak ini sangat tepat
disediakan oleh sekolah, contohnya tidak untuk menanamkan nilai-nilai positif dan
jajan di kantin sekolah (Pedoman Pembinaan kesehatan, sehingga dapat terbiasa dan
PHBS Kemenkes RI, 2011). terbawa sampai usia dewasa nantinya.
Pembinaan PHBS disekolah pada Anak belajar langsung dari lingkungannya
dasarnya terdiri dari 3 proses, yaitu mengenai bagaimana ia harus bertingkah
pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi. laku untuk meningkatkan kualitas hidupnya
Pemberdayaan dapat dilaksanakan dalam dan mampu memperoleh derajat kesehatan
berbagai cara, seperti pemberian proses yang setinggi-tinnginya.
belajar dan mengajar, dalam kegiatan diluar Diawali dengan memberikan pengertian
proses belajar dan mengajar, dan juga tentang PHBS dan dilanjutkan dengan hal-
dapat dilakukan melalui penyelenggaraan hal mengenai kesehatan lainnya, maka
klinik konsultasi kesehatan yang dikelola diharapkan akan tumbuh minat dan kemauan
oleh sekolah dan bekerjasama dengan dari siswa untuk ikut dan aktif dalam
petugas kesehatan. Bina suasana dapat menerapkan program PHBS di sekolahnya
dilakukan oleh semua masyarakat sekolah maupun di tempat tinggalnya. Apabila hal
seperti pemuka masyarakat, pengurus ini terlaksana, maka tujuan yang diharapkan
organisasi anak didik, pengurus pramuka, akan tercapai dan pengetahuan siswa tentang
dan sebaginya, sehingga mereka dapat PHBS akan lebih meningkat.
menjadi panutan dalam pelaksanaan PHBS
di lingkungan sekolah. Bina suasana ini juga
SIMPULAN
dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan
media yang ada, seperti pembuatan Berdasarkan hasil penelitian terhadap
majalah dinding (madding), poster, serta pengetahuan siswa tentang PHBS di SDN
penyelenggaraan seminar mengenai 42 Korong Gadang, maka dapat ditarik
kesehatan dan perilaku sehat. Sedangkan kesimpulan, bahwa masih terdapat siswa
advokasi dilakukan oleh fasilitator yang yang berpengetahuan rendah tentang
berasal dari kabupaten, kota, atau provinsi indikator PHBS di sekolah, terutama pada
terhadap pihak sekolah, sehingga pihak penggunaan jamban bersih dan sehat.
sekolah berperan aktif dalam menunjang Penelitian ini juga menjelaskan bahwa
kegiaatan pembinaan PHBS di sekolah siswa masih ada yang belum mau bersikap
(Pedoman Pembinaan PHBS Kemenkes RI, menerima dan tidak melaksanakan jajan
2011). sehat di kantin sekolah. Hal ini disebabkan
Anak usia sekolah sangat peka terhadap karena tidak adanya fasilitas kantin di
stimulus yang diberikan. Oleh sebab itu anak sekolah ini.
usia ini mudah untuk dibimbing, diarahkan,
dan ditanamkan kebiasaan untuk berperilaku
SARAN
hidup bersih dan sehat. Untuk itu sangat
diperlukan peran serta dari berbagai pihak Bagi pihak sekolah diharapkan agar
baik itu orang tua, guru, tenaga kesehatan, para guru lebih meningkatkan peran aktifnya
komite sekolah dan masyarakat. untuk menjelaskan penerapan perilaku sehat
Siswa sekolah pada hakekatnya pada siswanya dan mengaktifkan program
merupakan kelompok usia yang paling UKS sehingga siswa dapat meningkatkan
mudah dan cepat untuk menerima perubahan dan mempraktekkan perilaku hidup bersih
yang diberikan. Diharapkan dengan dan sehat secara optimal. Selain itu, sekolah
pemberian pemahaman tentang hidup juga harus melengkapi fasilitas untuk
bersih dan sehat pada anak sekolah ini dapat mendukung terlaksananya PHBS dengan
menimbulkan kebiasaan yang positif untuk baik dalam kehidupan sehari-sehari.
memelihara dan meningkatkan kesehatan,
Henico Putri Lina, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) … 103