Anda di halaman 1dari 7

SOAL

1. PEMBUKTIAN

a. Apakah yang dimaksud dengan pembuktian


b. Terdapat beberapa sistem pembuktian yang telah dikenal dalam doktrin
hukum acara pidana, Sebut dan jelaskan Indonesia menggunakan sistem
pembuktian yang apa ?
c. Sebutkan alat bukti yang dimaksud dalam KUHAP
d. Bagaimana cara mendapatkan alat bukti Petunjuk

2. ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI


a. Apakah yang dimaksud dengan keterangan saksi ?
b. Apakah yang dimaksud dengan pengertian Testimonium de Auditu ?
c. Apakah yang dimaksud dengan saksi verbalisan dan saksi mahkota ?
d. Coba Jelaskan bagaimana tata cara melakukan pemeriksaan saksi
dipersidangan
3. Buatlah dalam bentuk tabel apakah perbedaan dari Surat Dakwaan dan Surat Tuntutan
4. Berkaitan dengan kewenangan mengadili, terdapat pengertian tentang Kompetensi
Absolut dan Kompetensi Relatif, jelaskan ?
5. Buatlah dalam bentuk tabel apakah perbedaan Dissenting Opinion dan Concurrin
Opinion
6. Buatlah dalam bentuk tabel apakah perbedaan Deponering dengan Penghentian
penuntutan
JAWABAN

1. PEMBUKTIAN
a. Apakah yang dimaksud dengan pembuktian

Pembuktian berasal dari kata kerja membuktikan, secara etimologi membuktikan


berasal dari kata dasar “bukti” yang berarti sesuatu yang menyatakan kebenaran
peristiwa. Secara umum pembuktian merupakan ketentuan yang berisi pedoman-
pedoman tentang cara yang dilakukan undang-undang untuk membuktikan suatu
kesalahan yang telah didakwakan terhadap terdakwa yang mana tujuan dari
adanya pembuktian ini yakni untuk menemukan kebenaran materiil dalam suatu
perkara yang sedang diperiksa. Van Hoeve dalam kamus Ichtiar Baru menjelaskan
definisi lain dari pembuktian, yakni pembuktian dianggap sebagai suatu penyajian
alat-alat bukti yang sah menurut hukum kepada hakim yang sedang memeriksa
suatu perkara guna memberikan kepastian tentang kebenaran peristiwa yang
dikemukakan

b. Terdapat beberapa sistem pembuktian yang telah dikenal dalam doktrin


hukum acara pidana, Sebut dan jelaskan Indonesia menggunakan sistem
pembuktian yang apa ?

Dalam doktrin hukum acara pidana dikenal 4 macam sistem pembuktian yaitu :

Sistem pembuktian keyakinan belaka ( Conviction In Time/ vrije


bewijsleer) : Sistem ini meyakini ajaran, bahwa bersalah atau tidaknya seorang
terdakwa atas suatu perkara yang didakwakan kepada nya semata-mata tergantung
pada penilaian “keyakinan hakim, keyakinan hakim dalam sistem ini tidak
didasarkan pada alat bukti yang ada sehingga terdapat kemungkinan meskipun
telah cukup alat bukti namun hakim tidak memiliki keyakinan atau tidak yakin
maka hakim boleh untuk tidak menjatuhkan pidana begitupun sebaliknya
meskipun alat bukti tidak cukup akan tetapi hakim yakin maka terdakwa dapat
dijatuhi pidana.

Sistem pembuktian dengan Alasan yang Rasional (Lacon Viction in


Raisonne), titik utama dari sistem pembuktian ini hampir sama dengan sistem
pembuktian keyakinan belaka yakni pada keyakinan hakim, akan tetapi keyakinan
hakim dalam sistem pembuktian ini harus disertai dengan pertimbangan hakim
yang rasional dan logis, yang dapat diterima oleh akal pikiran yang sehat.
Sehingga ketika hakim memutus suatu perkara berdasarkan keyakinan maka ia
tidak dapat memutus berdasar keyakinan yang tanpa batas melainkan harus ada
pertimbangan rasional di balik putusan tersebut.

Sistem pembuktian Berdasarkan Undang-Undang Positif (Wettelijks theore)¸


berbeda dengan sistem-sistem sebelumnya yang menitik beratkan pada keyakinan
hakim, sistem pembuktian ini menyatakan salah atau tidaknya terdakwa semata-
mata harus didasarkan pada ada atau tidaknya alat bukti sah yang diatur dalam
undang-undang, sistem ini cenderung mengabaikan keyakinan hakim sehingga
meskipun hakim yakin terdakwa melakukan kesalahan namun ternyata tidak
didukung oleh alat bukti yang sah menurut undang-undang maka terdakwa harus
dibebaskan begitupun sebaliknya. Sistem pembuktian ini sangat bersifat objektif
sebab nurani/keyakinan hakim tidak mempengaruhi putusan hakim, kebenaran
yang dicari dalam sistem pembuktian ini adalah kebenaran format

Sistem Pembuktian Berdasarkan Undang-Undang Secara Negatif, dalam


sistem pembuktian ini hakim hanya boleh menjatuhkan pidana apabila sedikitnya
telah ada alat bukti yang sah diatur dalam undang-undang disertai dengan adanya
keyakinan hakim yang timbul dari alat-alat bukti tersebut

Di Indonesia sendiri, sistem pembuktian yang digunakan adalah sistem


Pembuktian Berdasarkan Undang-Undang Secara Negatif, sehingga dalam
praktik beracara upaya pembuktian yang dilakukan yakni dengan menghadirkan
bukti- bukti dari masing-masing pihak beserta keyakinan hakim terhadap suatu
perkara berdasarkan bukti-bukti yang dihadirkan, dan dalam memutuskan suatu
perkara hakim tidak boleh hanya mendasarkan pada alat bukti belaka tetapi juga
harus memperoleh keyakinan tentang kesalahan terdakwa. Hal ini diperkuat dalam
Pasal 183 KUHAP yang berbunyi “Hakim Tidak boleh menjatuhkan pidana
kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah ia memperoleh keyakinanbahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”

c. Sebutkan alat bukti yang dimaksud dalam KUHAP


Pasal 184 KUHAP merumuskan alat bukti yang sah yakni :

1) Keterangan saksi
2) Keterangan Ahli
3) Surat
4) Petunjuk dan
5) Keterangan terdakwa

d. Bagaimana cara mendapatkan alat bukti Petunjuk


Alat bukti petunjuk diperoleh/bersumber dari keterangan saksi, surat dan/atau
keterangan terdakwa (Pasal 188 ayat 2) ketiga sumber tersebut akan diperiksa dan
dinilai dalam tahapan pemeriksaan di ruang sidang oleh hakim secara cermat, arif,
dan seksama yang kemudian ditarik suatu kesimpulan yang dinamakan dengan
petunjuk (pasal 188 ayat 3 KUHAP)

2. ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI


a. Apakah yang dimaksud dengan keterangan saksi ?
Keterangan saksi merupakan informasi atau keterangan yang diperoleh dari satu
orang atau lebih yang dapat memberikan keterangan tentang suatu peristiwa
pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan
menyebut alasan dari pengetahuannya itu. (Pasal 1 butir 27 KUHAP)

b. Apakah yang dimaksud dengan pengertian Testimonium de Auditu ?


Testimoni de auditu merupakan kesaksian yang didapatkan bukan dari apa yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Munir fuady menjelaskan
bahwa testimoni de auditu merupakan suatu kesaksian seseorang di muka
pengadilan untuk membuktikan kebenaran terhadap suatu fakta, tetapi saksi
tersebut tidak mengalami/melihat/mendengar sendiri fakta tersebut, ia hanya
mendengarnya dari perkataan orang lain yang mendengar, melihat dan mengetahui
fakta tersebut. Keterangan dari saksi yang demikian ini sulit diterima sebagai nilai
bukti yang sempurna

c. Apakah yang dimaksud dengan saksi verbalisan dan saksi mahkota ?


Saksi verbalisan disebut juga dengan saksi penyidik. Yakni saksi yang sekaligus
merupakan penyidik dan kemudian menjadi saksi atas suatu perkara pidana karena
terdakwa menyatakan bahwa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) telah dibuat
berdasarkan tekanan dan paksaan dari penyidik. Latar belakang munculnya saksi
verbalisan ini adalah ketentuan Pasal 163 KUHAP yang menyatakan “Jika
keterangan saksi di sidang berbeda dengan keterangannya yang terdapat dalam
berita acara, hakim ketua sidang mengingatkan saksi tentan ghal itu serta minta
keterangan mengenai perbedaan yang ada dan dicatat dalam berita acara
pemeriksaan sidang.

Saksi mahkota merupakan saksi yang berasal atau diambil dari salah seorang
tersangka atau terdakwa lainnya yang secara bersama-sama melakukan perbuatan
pidana yang mana nantinya saksi mahkota/ terdakwa tersebut akan memberikan
keterangan sebagai saksi dalam berkas terpisah di persidangan terdakwa lainnya
Mahkota yang diberikan kepada saksi yang berstatus terdakwa tersebut adalah
dalam bentuk ditiadakan penuntutan terhadap perkaranya atau diberikannya suatu
tuntutan yang sangat ringan apabila perkaranya dilimpahkan ke pengadilan atau
dimaafkan atas kesalahan yang pernah dilakukan.

d. Coba Jelaskan bagaimana tata cara melakukan pemeriksaan saksi


dipersidangan
a. Pertama Majelis hakim akan memeriksa apakah seluruh saksi telah hadir atau
belum, dan memberikan perintah agar saksi untuk diam dan tidak
berhubungan dengan saksi lainnya sebelum memberikan keterangan di
persidangan,

b. Kedua majelis hakim akan menanyakan apakah penuntut umum telah siap
dengan pembuktian, jika penuntut umum telah siap dengan saksi dan alat
bukti lainnya, maka penuntut umum akan dipersilahkan memanggil saksi
pertama untuk masuk ke ruang sidang.
c. Setelah saksi masuk dan duduk di kursi pemeriksaan Hakim akan menanyakan
beberapa pertanyaan seperti apakah saksi bisa berbahasa indonesia yang baik
dan benar, mengenal terdakwa, memiliki hubungan darah, keluarga atau
semenda ketiga dengan terdakwa. Setelah itu saksi diminta untuk
menyerahkan kartu identitas kepada majelis hakim dan majelis hakim akan
menanyakan identitas saksi,
d. Setelah pemeriksaan identitas, maka sebelum memberikan keterangan saksi
wajib disumpah sesuai dengan agama nya masing-masing, setelah disumpah
hakim akan menanyakan apakah sebelumnya saksi diperiksa, dan hakim akan
meminta saksi untuk mengecek kebenaran namanya dan juga tanda tangan di
BAP,
e. Setelah itu majelis hakim akan menanyakan apakah saksi mengerti mengapa
saksi dihadirkan dalam persidangan ini. Memasuki pemeriksaan saksi oleh
hakim, kemudian dilanjutkan jaksa penuntut umum dan penasihat hukum,
setelah keterangan yang diberikan saksi telah cukup, maka saksi akan
dipersilahkan untuk meninggalkan ruang sidang jika berhalangan mengikuti
proses persidangan selanjutnya dengan alasan yang jelas/ duduk di kursi saksi.
f. Setelah jaksa penuntut umum selesai dengan pembuktiannya, maka
dilanjutkan dengan pembuktian dari pihak penasihat hukum dengan proses
pemeriksaan yang sama seperti sebelumnya ,
3. Buatlah dalam bentuk tabel apakah perbedaan dari Surat Dakwaan dan Surat
Tuntutan

PERBEDAAN
Surat Dakwaan Surat Tuntutan
Surat akta yang memuat perumusan Surat yang diajukan oleh penuntut
maupun simpulan dari hasil umum dan memuat ketentuan pidana
pemeriksaan penyidik yang kemudian yang didakwakan terhadap terdakwa
dihubungkan dengan pasal tindak yang telah terbukti disertai dengan
pidana yang dilanggar dan penguraian unsur pasal dan fakta
didakwakan kepada terdakwa. hukum
Diajukan saat permulaan sidang Diajukan saat setelah proses
pemeriksaan di persidangan selesai
Berisi pasal-pasal yang didakwakan Berisi tuntutan hukum
Surat dakwaan memuat : Surat Tuntutan memuat :
Syarat formiil Pendahuluan
- Identitas terdakwa - Prakata,
- Diberi tanggal dan - Uraian latar belakang jenis
ditandatangani oleh Jaksa tindak pidana yang terjadi
Penuntut Umum secara umum,
Syarat Materiil - Identitas Terdakwa, Status
- Uraian cermat jelas dan Tahanan,
lengkap Tindak Pidana yang - Surat dakwaan
didakwakan - Uraian Pelimpahan perkara
- Menyebutkan waktu dan Fakta Sidang
tempat tindak pidana - Keterangan saksi
dilakukan
- Keterangan Ahli
- Bukti Surat
- Keterangan Terdakwa
- Barang Bukti
Analisis Fakta
- Keterangan Saksi
- Keterangan Ahli
- Keterangan Terdakwa
- Bukti Surat
- Barang bukti
- Petunjuk
Analisis Yuridis
- Menguraikan antara unsur
pasal yang dibuktikan dengan
fakta hukum
Faktor Memperberat
Faktor Memperingan
Tuntutan
Hari dan tanggal Surat Tuntutan
dibacakan
Nama dan Tanda Tangan Penuntut
umum

4. Berkaitan dengan kewenangan mengadili, terdapat pengertian tentang


Kompetensi Absolut dan Kompetensi Relatif, jelaskan ?

Kompetensi Absolut : kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara


menurut obyek, materi atau pokok sengketa. Pertanyaan yang timbul adalah
Pengadilan apa yang berwenang mengadili suatu perkara ini?

Kompetensi relatif : kewenangan pengadilan untuk menangani/mengadili suatu


perkara didasarkan pada tempat/lokasi/domisili para pihak yang bersengketa atau
didasarkan pada tempat dimana Tindak pidana terjadi, tempat kediaman terdakwa dan
tempat kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil (Pengadilan mana yang
berwenang mengadili perkara ini ?)

Dissenting Opinion Concuring Opinion


Disenting opinion merupakan Concuring opinion merupakan
pendapat/putusan yang ditulis oleh 1 pendapat/putusan yang ditulis oleh
hakim atau lebih yang tidak setuju seorang hakim atau lebih yang setuju
dengan pendapat mayoritas majelis dengan pendapat mayoritas majelis
hakim yang mengadili satu perkara hakim yang suatu perkara mulai dari
yang sama mulai dari fakta hukum, fakta hukumnya sama,
pertimbangan hukum, sampai amar pertimbangannya sama, tetapi amarnya
putusan berbeda berbeda
7. Buatlah dalam bentuk tabel apakah perbedaan Dissenting Opinion dan
Concurrin Opinion
Deponering Penghentian Penuntutan
Pengesampingan suatu perkara yang Penghentian penuntutan adalah suatu
sebenarnya cukup bukti dan alasan untuk kondisi dimana perkara telah dilimpahkan
diajukan di muka sidang pengadilan, ke pengadilan negeri, kemudian perkara
serta dari fakta dan bukti yang ada tersebut dihentikan prosesnya dan
kemungkinan besar terdakwa dapat kemudian dicabut dengan alasan: - tidak
dijatuuhi hukuman, akan tetapi sengaja terdapat cukup bukti; - peristiwa tersebut
dikesampingkan dan tak dilimpahkan ke ternyata bukan merupakan tindak pidana
pengadilan dengan alasan “demi
kepentingan umum”
Penyampingan perkara terjadi karena : Penghentian penuntutan tidak termasuk
- Demi kepentingan umum penyampingan perkara untuk kepentingan
umum, tetapi karena :
- Perkara tidak punya pembuktian
yang cukup sehingga jika diajukan
- Perkara yang dituduhkan bukan
tindak pidana / pelanggaran
- Ditutup demi hukum
( terdakwanya telah dibebaskan
dari tuntutan/ dakwaan oleh
hukum itu sendiri, misal terdakwa
meninggal dunia, ne bis in idem,
kadaluarsa)
-
Dilakukan oleh Jaksa Agung Dilakukan oleh Jaksa di lingkup
Kejaksaan RI
Ketika dilakukan deponering maka tidak Jika ditemukan alasan baru, maka dapat
lagi ada alasan untuk mengajukan diajukan kembali penuntutannya
perkara yang sama di pengadilan

Anda mungkin juga menyukai