menjadi Kapolri. Isu Pengangkatan Kapolri Belum Selesai Publik dikejutkan dengan kasus
penangkapan Komisioner KPK oleh Bareskrim Polri pada 23 Januari 2015. Bambang didakwa
dengan L Pasal 242 jo pasal 55 KUHP tentang memerintahkan untuk membuat keterangan palsu
kepada saksi di depan sidang MK Mahkamah Konstitusi. Dalam kasus ini kasus sengketa pilkada
di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah tahun 2010. Bambang terancam hukuman pidana
kurang lebih 7 tahun penjara. Hal ini menyebabkan kekacauan antara dua lembaga, yaitu KPK
dan Polri. Ada 4.444 indikasi upaya pelemahan KPK dalam pemberantasan korupsi di Indonesia,
padahal Jokowi sudah berjanji 4.444 memperkuat KPK. Presiden Jokowi harus bertindak tegas
dalam hal ini karena jika berlarut-larut dalam masalah ini dapat menghambat reformasi hukum di
negara Indonesia dan menyebabkan ketidakstabilan internal di Indonesia. Namun pada dasarnya
di di lingkungan Polri tidak semua anggotanya jujur dan bersih, tapi juga KPK benar-benar
bersih dengan campur tangan kepentingan politik parpol, sehingga lagi-lagi kedua lembaga ini
harus "dibersihkan". Janji perampingan kabinet dan tidak ada penyelesaian politik dalam
pengangkatan menteri kabinet hanyalah omong kosong. Pada kenyataanya jumlah menteri dan
menteri korrdinator sama dengan masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY). Bagibagi kursi menteri dengan partai pengusung dan pendukung jelas terlihat dengan
komposisi menteri yang berimbang jumlah dari kalangan professional dengan titipan partai
politik. Hal ini menyebabkan presiden terkesan hanya memenuhi “balas budi” sehingga
kecakapan dan profesionalitas para Menteri tak terlalu menjadi prioritas. Akibatnya, dalam
seratus hari kepemimpinan Jokowi, kita tidak melihat kinerja kabinet kerja bentukan
pemerintahan JokowiJK ini bekerja dengan maksimal. Dari analisis yang disampaikan diatas
kami dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Wilayah Aceh (KAMMI) Wilayah Aceh
menuntut Presiden Jokowi untuk: 1. Turunkan harga komoditas 2. Batalkan kebijakan liberalisasi
harga BBM 3. Nasionalisasi aset penting nasional yang terkait dengan kesejahteraan dan
penghidupan rakyat Indonesia 4. Tegas dalam upaya reformasi hukum dan pemberantasan
korupsi, pembersihan lembaga penegak hukum yang ada (Kepolisian), Kejaksaan Agung, KPK,
dll) dari koruptor dan kepentingan partai politik 5. Memecat dan mengganti menteri yang tidak
kompeten di bidangnya atau yang tidak memberikan kontribusi dalam seratus pertama hari
administrasi Kabinet kerja. Dan yang paling hakiki dari semua ini adalah bagaimana kami
menginginkan presiden yang tegas, profesional, benarbenar pro rakyat dan tidak tunduk dari
intervensi manapun, baik dari dalam maupun luar negeri. Presiden yang berdiri diatas kaki
sendiri, penyambung lidah rakyat dan bukan petugas partai semata. Artikel diatas hanyalah satu
ulasan yang banyak di tulis dalam surat kabar online, ada banyak artikel serupa yang juga
dimuat. Berbeda dengan penulisan gaya artikel, yang murni dari hasil pemikiran seseorang,
kompas.com mencoba menampilkan tulisan berita, berasal dari penyataan seseorang tapi ditulis
dengan penjabaran gaya artikel. Tulisannya ini merupakan laporan pandangan mata dari diskusi
Menilai Persepsi Publik terhadap Pemerintahan JokowiJK melalui Indikator Media Sosial.
Berikut ini kutipan tulisannya: Peneliti lembaga monitoring data dan analisis media sosial
AirMob, Nurfahmi Budi Prasetyo, mengatakan, sebagian besar netizen di media sosial
mempertanyakan janji Presiden Joko Widodo untuk menjalankan pemerintahan sesuai agenda
Nawacita yang diusungnya saat kampanye. Menurut Fahmi, publik menilai Jokowi lebih
mementingkan halhal lain di luar substansi. "Jokowi sudah kehilangan fokus utamanya dalam
sebuah prioritas kerja yang termasuk dalam Nawacita, yaitu poros maritim dan revolusi mental.
Itu yang banyak dipertanyakan netizen dalam media sosial," ujar Fahmi dalam diskusi Menilai
Persepsi Publik terhadap Pemerintahan JokowiJK melalui Indikator Media Sosial, Jumat
(6/3/2015). Fahmi mengatakan, sikap publik tersebut semakin kuat ketika terjadi konflik di
antara institusi penegak hukum, yakni Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepolisian RI. Fahmi
mengatakan, publik sangat berharap Jokowi bisa menyelesaikan masalah ini dengan cepat.
Namun, dia menilai apa yang dialami Jokowi itu wajar karena masih dalam masa transisi
pemerintahan. Saat ini, kata dia, merupakan fase terberat bagi Jokowi karena publik
Sementara itu, 4.444 pengamat kebijakan publik Universitas Padjadjaran, Yogi Suprayogi,
mengatakan 4.444 pada awal pemerintahannya, kebijakan Jokowi di bidang pembangunan dinilai
4.444 masih disandera oleh anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), yang masih
menggunakan anggaran lama yang disiapkan oleh pemerintahan Presiden Susilo Bambang .
Yudhoyono. Selain itu, menurut Yogi, Jokowi secara politik tidak bebas membuat kebijakan
karena ada kebijakan yang difasilitasi oleh partai pendukung. Yogi mengatakan, Jokowi harus
mengevaluasi kebijakan dan kinerja pemerintahan -nya agar isu-isu positif terkait agenda dasar
pemerintah dapat berjalan sesuai rencana. Dalam diskusi tentang Kompas beberapa waktu lalu,
Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Andalas , Saldi Isra, mengaku menulis opini untuk
untuk mengumpulkan janji pemberantasan korupsi dari pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla,
saat pemerintahan berumur empat bulan. Sebelumnya, Saldi telah melakukan hal yang sama
kepada pemerintahan Megawati Soekarnoputri, sekitar dua bulan sebelum pemilihan umum pada
tahun 2004. Saldi menulis pendapat tentang hal yang sama untuk Presiden Susilo Bambang
Yudho yono sekitar 1,5 tahun sebelum Yudhoyono mengakhiri pemerintahannya . Pernyataan ini
disampaikan Saldi terkait keprihatinannya terhadap langkah yang diambil pemerintahan Jokowi-
Kalla dalam menyikapi dinamika belakangan ini antara KPK dan Polri . Setidaknya pelaksanaan
2 dari 9 program prioritas menjanjikan bahwa jika pasangan 4.444 Jokowi-Kalla naik ke tampuk
kekuasaan, yang dikenal dengan Nawacita, menjadi isu setelah melihat 4.444 langkah
pemerintah dalam mengatasi kisruh KPK-Polri. Nawacita yang dimaksud dalam adalah unsur ke-
2 dan ke-4. Nawacita kedua mengatakan: kami akan memastikan bahwa pemerintah tidak absen
dengan bangunan yang bersih, efektif, demokratis dan pemerintahan yang terpercaya. Sedangkan
isi Nawacita ke-4: Kami akan menolak negara lemah dengan melaksanakan reformasi sistem dan