Hari : Rabu
Tanggal : 22 September 2021
TINJAUAN PUSTAKA
Oleh :
Isfalia Muftiani
Pembimbing:
TINJAUAN PUSTAKA
Oleh:
Isfalia Muftiani
22 September 2021
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
A. Hemofilia A .........................................................................................2
1. Definisi ...........................................................................................2
2. Diagnosis........................................................................................3
3. Tatalaksana ....................................................................................4
B. Gen Faktor VIII....................................................................................4
C. Polimorfisme Faktor VIII ....................................................................7
D. Intron 22 Gen Faktor VIII ..................................................................10
BAB III RINGKASAN ........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR SINGKATAN
PT : Prothrombin Time
TE : Transposable Elements
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hemofilia A
1. Definisi
Hemofilia A adalah kelainan kongenital x-linked langka, dengan
angka kejadian 1 dari setiap 5.000 laki-laki. Hemofilia terjadi oleh karena
adanya defisiensi atau gangguan fungsi salah satu faktor pembekuan yaitu
faktor VIII (FVIII) pada hemofilia A1. Kurangnya atau berkurangnya
protein FVIII menyebabkan hilangnya hemostasis normal dan
bermanifestasi sebagai perdarahan spontan atau yang diinduksi, tergantung
pada tingkat keparahan penyakit. Pada aktivasi, melalui pembelahan domain
B, dengan adanya ion kalsium dan permukaan fosfolipid, FVIIIa dan FIXa
membentuk kompleks tenase, yang mengaktifkan FX dan pada akhirnya
mengarah pada pembentukan fibrin melalui aktivasi trombin.2
2
3
2. Diagnosis
Gejala klinis hemofilia biasanya mulai terlihat setelah anak - anak
tersebut mulai aktif. Hal ini akan meningkatkan kejadian perdarahan
muskuloskeletal. Perdarahan pada sendi merupakan salah satu komplikasi
yang menjadi masalah adalah terjadinya sindroma kompartemen. Hal
tersebut terjadi jika perdarahan terjadi pada daerah yang tertutup dan
berkapsul akibatnya akan terjadi iskemia, nekrosis, hingga neuropati
permanen. Selain itu dapat timbul pseudotumor yaitu suatu struktur kistik
yang dilingkupi oleh membran fibrosa.1
Diagnosis hemofilia ditegakkan berdasar keluhan perdarahan yang
khas, adanya riwayat keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
laboratorium yang menunjukkan Activated partial thromboplastin time
(APTT) yang memanjang dan adanya penurunan faktor VIII. Evaluasi
pasien dengan dugaan gangguan perdarahan meliputi: 4
a. Jumlah trombosit dan platelet function analysis (PFA closure times)
atau waktu perdarahan
b. APTT
c. Prothrombin time (PT)
d. Waktu trombin dan/atau konsentrasi plasma fibrinogen (berguna untuk
kelainan yang jarang terjadi)
Tes genetik molekuler dilakukan pada proband untuk mendeteksi
mutasi spesifik keluarga di FVIII agar mendapatkan informasi untuk
konseling genetik anggota keluarga yang berisiko. Diindikasikan sebagai
faktor prognostik pada individu yang mewakili kasus simpleks (yaitu,
yang merupakan satu-satunya anggota yang terkena dalam keluarga),
mengidentifikasi mutasi FVIII spesifik dapat membantu memprediksi
fenotipe klinis dan menilai risiko pengembangan inhibitor faktor VIII .
Pengujian carrier untuk kerabat yang berisiko memerlukan identifikasi
dari mutasi penyebab penyakit dalam keluarga sebelumnya. Diagnosis
prenatal dan diagnosis praimplantasi untuk kehamilan yang berisiko,
4
FVIII terdiri dari 2.332 asam amino yang terbagi menjadi rantai berat
(heavy chains) (A1-A2-B), rantai ringan (light chain) (A3-C1-C2) dan
memiliki beberapa haplotype natural (H1-6). Haplotype ini merupakan bentuk
dari polimorfisme nukleotida tunggal dari domain A2 (R484H), B (R776G dan
D1241E) dan C2 (M2238V).5
Untuk dapat menjadi kofaktor yang efektif untuk pembentukan FIXa
maka FVIII harus diaktivasi terlebih dahulu oleh trombin sehingga membentuk
heterotrimer yang terbentuk dari domain A1, A2 dan A3, -C1, -C2. Faktor
VIIIa dan FIXa yang menempel pada permukaan platelet akan teraktifasi untuk
membentuk komplek fungsional yang akan mengaktifkan faktor X. Dengan
adanya FVIII aktif maka kecepatan aktifasi dari FX oleh FIX aktif akan
meningkat secara cepat. Atas dasar itu kita dapat melihat gambaran klinis yang
hampir sama pada hemofili A dan B, dimana FVIII dan FIX sama-sama
dibutuhkan untuk membentuk Xase kompleks.6
Keterangan :
a. A: Gen F8 dipetakan ke ujung distal lengan panjang kromosom X di
lokus Xq28 (ditunjukkan oleh panah merah).
b. B: Lokus F8 terdiri dari gen FVIII dan sekuens homolog yang
diposisikan di intron 1 (int1h-1) dan intron 22 (int22h-1), bersama
dengan sekuens ekstragenik tambahan yang diposisikan pada 125kb
(int1h-2) dan 488 dan 566kb (int22h -2 atau 3) hulu F8 ekson 1.
c. C: Intron 22 besar berisi urutan 9.5kb, bernama int22h-1, disusun
oleh dua gen (FVIIIA), ekson pertama FVIIIB, dan promotor umum
mereka.
d. D dan E: 26 ekson gen F8 mengkode koagulasi protein Faktor VIII
dengan struktur domain A1-A2-B-A3-C1-C2.
Gen yang bertanggung jawab terhadap pembentukan faktor VIII
terletak pada gen 28q, terletak pada lengan distal kromosom X, dengan panjang
sekitar 186 kilobase dan menyusun 0,1% Deoxyribonucleic acid (DNA) pada
kromosom X, dengan 26 exon dan 25 intron. Ditranskripsi menjadi mRNA
9029bp, dengan urutan pengkodean 7053 nukleotida, mengkode protein
matang dari 2332 residu asam amino yang diatur dalam enam domain, diatur
sebagai berikut: A1-a1-A2-a2 -B-a3-A3-C1-C2. 4
Defek gen factor VIII yang berhubungan dengan hemofilia A dibagi
dalam beberapa kategori yaitu gross gene rearrangements, insersi atau delesi
rangkaian genetik, substisusi DNA tunggal berupa missense, nonsense, stop
mutation, dan defek mRNA splicing.7 Defek gen yang penting untuk klinis
adalah gene rearangements berupa inversi yang melibatkan F8 intron 22 yang
terjadi pada 50 % kasus hemofilia A berat. Pada hemofilia A intron yang
mernisahkan exon 22 dan 23 mengandung 2 translcips tambahan yang dinamai
FVIIIA dan FVIIIB. FVIIIB adalah translaips 2,5 kb yang ditranskripsi pada
arah yang sama dengan gen VIII.7
Terjadinya beberapa tipe mutasi yang berbeda pada faktor VIII
mempengaruhi berat ringannya manifestasi perdarahan yang timbul. Pada
mutasi titik bisa terjadi perdarahan ringan hingga berat, tergantung pada efek
7
mutasi yang timbul terhadap fungsi gen. Namun pada mutasi dengan delesi gen
hampir selalu terjadi perdarahan yang berat.7
FVIII intron 1 3% 0%
gene inversion
Metode yang tersedia saat ini untuk menganalisis molekuler gen FVIII
telah menggunakan alat yang efisien dalam mengidentifikasi defek gen yang
mendasarinya. Mengidentifikasi mutasi penyebab pada hemofilia A sangat penting
untuk memberikan informasi terbaik untuk mendiagnosis pembawa (carrier)
maupun prenatal. Saat ini, genotipe terhadap bayi baru lahir dengan hemofilia telah
menjadi standar di banyak negara. Beberapa teknologi terbaru juga lebih
meningkatkan analisis genetik terhadap Hemofilia A.
Kemajuan pesat dalam teknologi diagnosis genetik hemofilia dalam
beberapa dekade terakhir memberikan pasien dan dokter pilihan yang lebih baik
untuk mengantisipasi keparahan penyakit dan kemungkinan komplikasinya.
Kemajuan ini juga menawarkan pilihan yang lebih baik untuk konseling genetik,
pencegahan penyakit, perencanaan terapi pasien, serta tingkat deteksi yang lebih
baik dan perawatan bagi carrier maupun keturunannya.
Mutasi paling berulang yang terkait dengan hemofilia A berat adalah
inversi intron 1 dan 22 pada gen FVIII (ARRUDA, 2018). Mutasi spesifik genetik
FVIII pasien adalah faktor risiko paling signifikan untuk pembentukan inhibitor.
Sementara insiden keseluruhan pembentukan inhibitor pada pasien dengan
hemofilia A berat adalah sekitar 30%, proporsi ini bervariasi secara signifikan di
antara jenis mutasi faktor VIII.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
17
17. Gouw SC, Van Den Berg HM, Oldenburg J, Astermark J, De Groot PG,
Margaglione M, et al. F8 gene mutation type and inhibitor development in
patients with severe hemophilia A: Systematic review and meta-analysis. Blood.
2012;119(12):2922–34.
18. Kumar P, Husain N, Soni P, Faridi NJ, Goel SK. New protocol for detection of
intron 22 inversion mutation from cases with hemophilia a. Clin Appl
Thromb.2015;21(3):255–9.
19. Cormier M, Batty P, Tarrant J, Lillicrap D. Advances in knowledge of inhibitor
formation in severe haemophilia A. Br J Haematol.2020;189(1):39–53.
20. Girelli F, Biasoli C, Bassi B, Bagioni F, Bondi G, Camporesi C, et al. Efficacy
of Corticosteroids Alone in the Eradication of Factor VIII Inhibitor in an Old
Female with Idiopathic Acquired Haemophilia A: Description of a Case. Case
Rep Rheumatol.2012:1–3.