A. Hak Asasi Perempuan Dasar Peraturanya : Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. BAGIAN I Pasal 1 Untuk tujuan konvensi yang sekarang ini, istilah “diskriminasi terhadap perempuan” berarti setiap pembedaan, pengecualian, atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin. Pasal 2 Negara-negara peserta mengutuk diskriminasi terhadap perempuan dalam segala bentuknya dan bersepakat untuk menjalankan dengan segala cara yang tepat dan tanpa ditunda-tunda, kebijaksanaan menghapus diskriminasi terhadap perempuan, dan untuk tujuan ini berusaha: (a) Mencantumkan asas persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam Undang- Undang Dasar nasional mereka atau perundang-undangan yang tepat lainnya jika belum termasuk di dalamnya. (b) Membuat peraturan perundang-undangan yang tepat dan peraturan-peraturan lainnya termasuk sanksi-sanksinya di mana perlu, melarang semua diskriminasi terhadap perempuan; (c) Menegakkan perlindungan hukum terhadap hak perempuan atas dasar yang sama dengan kaum laki-laki dan untuk menjamin melalui pengadilan nasional yang kompeten dan badan- badan pemerintah lainnya. (d) Tidak melakukan suatu tindakan atau praktek diskriminasi terhadap perempuan (e) Membuat peraturan-peraturan yang tepat untuk menghapus perlakuan diskriminasi terhadap perempuan oleh tiap orang, organisasi atau perusahaan. (f) Membaut peraturan yang tepat. (g) Mecabut semua ketentuan pidana nasional yang diskriminatif terhadap perempuan. Pasal 3 Negara-negara peserta membuat peraturan-peraturan yang tepat, termasuk pembuatan undang- undang di semua bidang, khususnya di bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya, untuk menjamin perkembangan dan kemajuan perempuan sepenuhnya. Pasal 4 1. Pembuatan peraturan-peraturan khusus sementara oleh negara-negara peserta yang ditujukan untuk mempercepat persamaan ”de facto” antara laki-laki dan perempuan. 2. Pembuatan peraturan-peraturan khusus oleh negara-negara peserta, yang ditujukan untuk melindungi kehamilan, tidak dianggap diskriminasi. Pasal 5 Negara-negara peserta wajib membuat peraturan-peraturan yang tepat; (a) Untuk mengubah pola tingkah laku sosial dan budaya laki-laki dan perempuan dengan maksud untuk mencapal penghapusan prasangka-prasangka, kebiasaan-kebiasaan dan segala praktek lainnya yang berdasarkan atas inferioritas atau superioritas salah satu jenis kelamin atau berdasar peranan stereotip bagi laki-laki dan perempuan; (b) Untuk menjamin bahwa pendidikan keluarga melalui pengertian yang tepat mengenai kehamilan sebagai fungsi sosial dan pengakuan tanggung jawab bersama laki-laki dan perempuan dalam membesarkan anak-anak mereka
Pengertian lain dari kekerasan terhadap perempuan dari Kementrian Pemberdayaan
Perempuan yaitu: adalah tindakan yang melanggar, menghambat, meniadakan kenikmatan dan pengabaian hak asasi perempuan atas dasar gender.Tindakan tersebut mengakibatkan (dapat mengakibatkan) kerugian dan penderitaan terhadap perempuan dalam hidupnya, baik secara fisik, psikis maupun sexual. Disamping itu, Indonesia telah menandatangani Kesepakatan Global tentang Sustainable Development Goals (SDG). Tujuan SDG : Mengakhiri segala bentuk diskriminasi Menghapus segala bentuk kekerasan Menghapuskan semua praktek-praktek yang membahayakan Menyadari dan menghargai pelayanan dan pekerjaan Memastikan bahwa semua perempuan dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan berpolitik, sosial dan ekonomi. UU No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UUPKDRT) B. Hak Asasi Anak Hak Anak merupakan bagian integral dari Hak Asasi Manusia, Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak ( Convention on the Rights of Child ) dengan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990.
Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak (KHA):
• Non Diskriminasi • Yang terbaik bagi Anak • Kelangsungan hidup dan perkembangan Anak • Penghargaan terhadap pendapat Anak
Hak Anak meliputi :
• Hak Sipil dan Kebebasan (Setiap anak berhak mendapatkan Akte Kelahiran) • Hak Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif (Setiap anak berhak memperoleh bimbingan orang tua. Setiap anak berhak tumbuh kembang dalam lingkungan yang nyaman dan aman) • Hak Kesehatan dan Kesejahteraan Dasar (Setiap anak berhak atas pelayanan Kesehatan)
Hak Pendidikan, Pemanfaatan waktu Luang dan Kegiatan Budaya:
• Setiap Anak berhak memperoleh layanan Pendidikan • Setiap anak berhak memperoleh bimbingan dan pelatihan ketrampilan • Setiap Anak berhak memanfaatkan waktu luang, rekreasi dan kegiatan budaya
Hak Perlindungan Khusus Diberikan kepada :
• Anak dalam situasi Darurat (Anak pengungsian, Anak Korban Konflik Bersenjata, Anak Korban Bencana Alam) • Anak yang sedang berhadapan dengan Hukum • Anak korban Diskriminqsi • Anak dalam situasi Exlpoitasi (Exploitasi Seksual, Exploitasi Ekonomi –Pekerja Anak, Anak Jalanan, Pengemis Anak.) • Anak dan komunitas Adat Terpencil/minoritas • Anak Korban Kekerasan (kekerasan Psikis, Fisik, Seksual) • Anak Korban Diskriminasi • Anak Korban Penelantaran • Anak Korban Trafficking /Perdagangan ManusiaAnak Korban NAPZA • Anak dalam kondisi Kecacatan/ Disable • Anak Korban HIV/Aids
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 Tahun, termasuk juga anak yang masih dalam kandungan.
Permasalahan-permasalahan Anak saat ini :
• Belum semua anak bisa mengenyam Pendidikan • Rendahnya kualitas dan gizi anak • Rendahnya partisipasi anak dalam pembangunan • Terbatasnya lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak, dan lunturnya nilai-nilai moral Anak • Belum semua daerah Kabupaten/Kota di Indonesia layak bagi tumbuh kembang Anak • Pelecehan terhadap Anak, • Penganiayaan terhadap Anak, • Eksploitasi terhadap Anak UU No. 23 Tahun 2002 Juncto UU No. 35 Tahun 2014: adalah undang-undang tentang Perlindungan Anak
PERAN ILMU FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN MENURUT PANDANGAN PRAGMATIS, Vol 3 No 10 TH 2008, Jurnal Pamong Praja Memikirkan Dan Mencerahkan Pemerintahan, ISSN. 1829-8478