Anda di halaman 1dari 13

CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958

E-ISSN 2540-8674

TRANSFORMASIONAL LEADERSHIF DAN SERVANT


LEADERSHIP: TANTANGAN KEPEMIMPINAN DALAM
MENGHADAPI ERA GLOBAL

Idi Jahidi
Program Studi Sekretari
Akademi Sekretari dan Manajemen Ariyanti Bandung

Moch. Hafid
Prodi Manajemen Administrasi
Akademi Sekretari dan Manajemen Ariyanti Bandung

email: idijahidi@yahoo.co.id

ABSTRAK
Era globalisasi dapat memungkinkan terjadinya perubahan besar dalam berbagai aspek
kehidupan manusia, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Demikian pula
perubahan pada lembaga-lembaga baik yang bergerak dalam bidang profit maupun
nonprofit. Kondisi ini menuntut para pemimpin memiliki perilaku kepemimpinan yang
adaptif dan dapat mengantisipasi berbagai perubahan tersebut. Kepemimpinan
transformasional dipandang mampu melakukan transforming of visionary dalam
menghadapi berbagai perubahan, sehingga organisasi dapat merealisasikan visi menjadi
kenyataan. Demikian pula dengan kepemimpinan pelayanan memiliki kredibilitas,
integritas, ketekunan, dan semangat berbasis pelayanan memberikan kontribusi katalis
perubahan dalam pencapaian visi organisasi.

Kata kunci: Kepemimpinan, Transformasional Leadership, Servant Leadership,


Globalisasi

ABSTRACT
The era of globalisation can allow for major changes in various aspects of human life,
good political, economic, social, culture and others. So also the changes on the good
institutions are engaged in the field of profit and on-profit organizations. This condition
requires the leaders have adaptive leadership behavior and can anticipate various changes.
Transformational leadership is seen as capable of transforming the visionary in the face of
many changes so that the organization can realize the vision to become a reality. So also
with the leadership of the ministry have credibility, integrity, patience, and spirit based on
the ministry to contribute a catalyst for change in the achievement of the vision of the
organization.

Keywords: Leadership; transformational leadership, servant leadership, globalization

PENDAHULUAN secara luas maupun sempit, baik dari


Globalisasi dapat dipahami sudut ekonomi, politik, sosial
dari berbagai sudut pandang, baik budaya, maupun pemerintahan. Dari

Vol.3 No.2 219


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

sudut ekonomi globalisasi sebagai dituntut dapat menggerakkan dan


era keterbukaan pasar (bisnis), para memengaruhi bawahan agar
pelaku pasar memiliki kesempatan memiliki kesiapan baik daya saing
dan peluang yang sama tidak maupun kompetensi kompetitif agar
terhalang oleh adanya batasan mampu menjadikan organisasinya
wilayah dan negara. Dari sudut menjadi pelaku atau subjek bukan
politik, globalisasi dipandang dengan menjadi objek pada era globalisasi.
bergesernya nilai-nilai kebangsaan Oleh karena itu, pemimpin memiliki
dan kenegaraan diganti oleh nilai- kemampuan dalam menerapkan
nilai pluralistik atau kemajemukan perilaku atau gaya kepemimpinan
nonkebangsaan dan kenegaraan. Dari yang sesuai dan dapat menjawab
sudut sosial budaya, globalisasi tantangan pada era globalisasi.
dipandang sebagai suatu proses Pemimpin dengan perilaku
manusia dan masyarakat dengan latar atau gaya kepemimpinan
belakang yang berbeda-beda transformasional (transformational
berinteraksi dalam berbagai bidang leadership) dan kepemimpinan
dalam lingkup global, sehingga mengabdi (servant leadership)
menumbuhkan peradaban baru atau dipandang mampu menjawab
budaya yang bersifat global. tantangan era globalisasi. Dengan
Globalisasi menuntut kepemimpinan transformasional,
perubahan-perubahan tatanan baik pemimpin dapat memengaruhi dan
pada organisasi profit maupun menggerakkan bawahan untuk
nonprofit untuk melakukan antisipasi mengubah lingkungan kerja,
atas dampak yang ditimbulkannya. memiliki semangat dan motivasi,
Organisasi dan seluruh fungsi-fungsi memiliki pola dan nilai-nilai kerja
di dalamnya harus memiliki daya dalam mencapai tujuan organisasi.
saing dan kompetensi kompetitif Demikian pula dengan
dalam menghadapi globalisasi. kepemimpinan mengabdi, pemimpin
Ketidaksiapan fungsi-fungsi mampu memengaruhi dan
organisasi akan menjadikan dirinya menggerakkan bawahan untuk
sebagai objek dari para pelaku atau senantiasa memiliki tanggung jawab
subjek pada era globalisasi. yang besar atas tugas dan tanggung
Penataan tatanan fungsi- jawab yang diberikan, memiliki
fungsi organisasi tersebut sangat dedikasi, loyalitas, dan integritas
bergantung kepada peranan dan yang baik dalam mencapai tujuan
perilaku pemimpin dalam organisasi. Organisasi mampu
mengarahkan dan menetapkan beradaptasi terhadap berbagai
kebijakan-kebijakan organisasi perubahan dan tantangan yang
dalam menghadapi dan dihadapi dengan penuh tanggung
mengantisipasi dampak dari jawab, termasuk tantangan sebagai
globalisasi. Pemimpin betul-betul dampak globalisasi.

Vol.3 No.2 220


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

kapitalis Barat, dengan kekayaan


KONSEP DAN PENGERTIAN (dan kekuasaan) informasi dan
GLOBALISASI propaganda yang disebarkan ke
Guna memahami era seluruh dunia melalui media, press,
globalisasi, berikut disampaikan internet, dan sistem komunikasi
pendapat menurut Farazmand (1999), satelit menanamkan citra sistem
globalisasi dapat dipandang dari politik yang ideal yang perlu ditiru
enam aspek, yaitu: 1. Globalization banyak negara; 5. Globalization as
as internationalization, dipandang phenomenon, yaitu globalisasi
sebagai gejala semakin sebagai fenomena, segala sesuatu
meningkatnya hubungan lintas batas yang bersifat luas, menyebar, dan di
antarnegara. Lebih lanjut Farazman luar jangkauan batas waktu dan
menjelaskan bahwa dalam ruang (spasial). Dalam globalisasi
administrasi negara hal ini bukan waktu, jarak dan batas-batas teritorial
fenomena baru, karena jalinan menjadi tidak penting atau bukan
hubungan kerjasama bidang lagi menjadi hambatan, dunia
ekonomi, politik, sosial budaya, dan menjadi satu laksana kampung
lain-lain antarnegara telah sejak lama global; dan 6. Globalization as both
menjadi kajian administrasi negara; transcending phenomenon and a
2. Globalization as border openness, process, yaitu globalisasi merupakan
bahwa dunia tanpa batas ditandai upaya akumulasi kapital yang
dengan adanya penghapusan atuaran dilakukan kapitalis dalam upaya
dan ikatan dua dan atau beberapa ekspansi usaha ke daerah-daerah
negara yang dapat menghambat baru dan mencari kesempatan atau
adanya transaksi finansial, dan sosial peluang usaha baru demi
budaya. Hubungan ekonomi, politik, meningkatkan akumulasi kapital
sosial budaya, dan pemerintahan skala atau level global.
secara global tersebut akan Pendapat lain tentang
menumbuhkan dan berdampak globalisasi sebagaimana
kepada sistem administrasi global. dikemukakan oleh Winarno, bahwa
Sehingga lahirlah konsep-konsep, globalisasi adalah dunia dan pasar-
seperti new word, global village, pasar yang terintegrasi dan
global management, dan lain-lain; 3. terkoneksi satu sama lain dalam
Globalization as process, yaitu lingkungan global yang tanpa batas.
merupakan bagian dari proses Lebih lanjut Winarno menjelaskan,
akumulasi kapital dalam kapitalisme globalisasi akan menjadi sebuah
modern. Dengan pesatnya peluang yang menjanjikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemakmuran, demokrasi, dan
teknologi mendorong terjadinya keadilan, jika dapat dikelola dengan
globaliasasi; 4. Globalization as baik. Kemudian Bittel (2010)
ideology, yaitu ideologi demokrasi mendefinisikan globalisasi: refers to

Vol.3 No.2 221


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

a world in which complex economic, tatanan dalam semua aspek


political, social and cultural kehidupan. Perubahan tersebut dapat
processes operate and interact berdampak positif atau negatif
without any influence of national bergantung kepada kesiapan setiap
boundaries and distance. Kemudian individu, organisasi, negara dalam
menurut Croucher (2004), menghadapinya. Menurut Farazmand
menjelaskan: (1999), bahwa globalisasi telah
Globalization is neither a menciptakan fondasi suatu peradaban
singular condition nor a baru yang bersifat paradoks. Lebih
linear process. Rather, it is lanjut Farazmand menjelaskan
best thought of as a beberapa dampak negatif dari
multidimensional globalisasi terhadap pemerintahan,
phenomenon involving ekonomi, politik, dan sosial budaya.
diverse domains of activity Dalam aspek pemerintahan
and interaction, including the dan politik, negara bergantung pada
economic, political, kesepakatan antarnegara dengan
technological, military, legal, adanya batas yang tegas dan
cultural and environmental. supremasi kekuasaan baik di darat,
laut, maupun udara. Dengan kata lain
Berdasarkan beberapa globalisasi akan berdampak pada
pendapat di atas dapat dikemukakan, kedaulatan negara atau demokrasi.
bahwa globalisasi adalah terjadinya Setiap pemerintahan atau negara
perubahan tatanan dalam berbagai tidak dapat menggunakan hak asasi
aspek kehidupan manusia, baik dan hak sipil dalam menentukan
ekonomi, politik dan pemerintahan, kebijakannya sendiri, semua sudah
sosial dan budaya, hukum, dan lain- diatur dalam tatanan globalisasi.
lain yang berdampak pada keadilan Sehingga negara-negara yang
dan kesejahteraan. Dengan demikian, memiliki kesiapan dalam
globalisasi merupakan tantangan menghadapi globalisasi yang lebih
bagi organisasi profit maupun dominan dalam menentukan arah dan
nonprofit dalam mencapai tujuan, kebijakannya. Negara-negara yang
sehingga organisasi harus memiliki tidak siap akan menjadi objek dan
kesiapan dan kemampuan dalam harus mengikuti kebijakan yang telah
menghadapinya. ditetapkan oleh negara-negara yang
dominan sebagai subjek. Globalisasi
DAMPAK GLOBALISASI akan menciptakan kondisi
DALAM BERBAGAI ASPEK ketergantungan negara-negara yang
KEHIDUPAN tidak siap kepada negara-negara yang
Sebagaimana telah lebih siap dalam menghadapinya.
dikemukakan di atas, globalisasi Dalam aspek ekonomi pun
mengakibatkan terjadinya perubahan demikian adanya batas dan wilayah

Vol.3 No.2 222


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

yang tegas. Negara-negara yang


secara ekonomi memiliki kekuatan KONSEP
dapat serta-merta dan leluasa untuk TRANSFORMATIONAL
melakukan ekpansi perdagangan LEADERSHIP DAN SERVANT
dalam berbagai produk dengan harga LEADERSHIP
dan kualitas yang kompetitif, Dalam tulisan ini
sehingga dapat menyaingi produk- kepemimpinan transformasional
produk dari negara-negara yang (transformational leadership) dan
kekuatan ekonominya lemah. kepemimpinan mengabdi (servant
Dominasi negara-negara yang lebih leadership) sebagai dasar/landasan
siap akan memenangka persaingan, teori yang digunakan.
dibandingkan dengan negara-negara Kepemimpinan transformasional
yang tidak siap dalam aspek ekonomi merupakan teori yang dihasilkan
pada era globalisasi. Bass (1981, 2006) yang dibangun
Aspek sosial dan budaya pada atas gagasan awal Burns (1978).
era globalisasi semakin terbuka Sedangkan servant leadership
karena didorong oleh perkembangan sebagai teori yang dikemukakan oleh
ilmu pengetahuan dan teknologi baik R.K. Greenleaf (1996).
informasi maupun komunikasi. Menurut Bass (2006), tingkat
Setiap warga negara dapat dengan transformasional seorang pemimpin
mudah mengakses berbagai diukur dari hubungan antara efek
pengetahuan dan gaya hidup yang pemimpin tersebut terhadap
secara cepat atau lambat akan bawahan. Efek pemimpin
mewarnai sikap dan gaya hidup transformasional yang dirasakan
masyarakatnya pada masing-masing mencakup kepercayaan, kekaguman,
negara. Negara-negara yang kesetiaan, dan rasa hormat bawahan
memiliki kesiapan dapat menangkal terhadap pemimpin tersebut.
arus perubahan besar dampak Bawahan juga termotivasi untuk
globalisasi pada aspek sosial dan melakukan lebih daripada yang
budaya, sehingga tetap memiliki jati awalnya mereka harapkan.
diri. Sedangkan pada negara-negara Kepemimpinan
yang tidak memiliki kesiapan dalam transformasional tidak hanya
menghadapi dampak globalisasi pada meningkatkan kinerja individu dan
aspek sosial dan budaya menjadi kelompok, juga dapat mengurangi
kehilangan jati diri. Negara-negara perilaku kerja kontraproduktif. Ini,
yang tidak siap cenderung akan dikarenakan pemimpin mampu
menjadi objek penyebaran budaya menciptakan bawahan yang
atau gaya hidup global (global berkomitmen untuk mencapai tujuan
culture), yaitu budaya hidup bersama. Menurut Bass (2006: 51-
konsumtif (food, fashion, 53) dan Hawkins (2011) komitmen
entertaintment, dan lain-lain). bawahan berwujud perilaku kerja,

Vol.3 No.2 223


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

berupaya: (1) konsep, dalam hal ini, komitmen. Semua itu jelas sangat
kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kinerja.
dapat memengaruhi bawahan untuk Kemudian Basuki (tt),
meningkatkan konsep diri dan menyebutkan bahwa kepemimpinan
kepercayaan diri guna mengatur dan transformasional pada hakikatnya
menjalankan tugas-tugas pekerjaan adalah proses membangun
demi pencapaian tujuan yang telah komitmen terhadap sasaran
ditetapkan. Bawahan baik secara organisasi dan memberi kepercayaan
individu maupun kelompok memiliki kepada para bawahan untuk
semangat tinggi dan optimisme untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut.
meraih keberhasilan dalam Beberapa teori kepemimpinan
pencapaian tujuan yang telah transformasional mempelajari juga
ditetapkan. Pada gilirannya bawahan bagaimana para pemimpin mengubah
mampu berinovasi lebih baik dalam budaya dan struktur organisasi agar
bekerja; (2) percaya pada pimpinan, lebih konsisten dengan strategi
dalam hal ini, keyakinan dan manajemen untuk mencapai sasaran
kepercayaan bawahan kepada organisasional. Kepemimpinan
pimpinan menjadi faktor penting transformasional merupakan proses
dalam menumbuhkan komitmen di mana para pemimpin dan bawahan
bawahan untuk mencapai tujuan. saling menaikkan diri ke tingkat
Kepemimpinan transformasional moralitas dan motivasi yang lebih
dapat menumbuhkan keyakinan dan tinggi, seperti kemerdekaan,
kepercayaan diri dikalangan keadilan, dan kemanusiaan, bukan
bawahan, memandirikan mereka, dan didasarkan atas emosi, seperti
menanamkan sikap kewirausahaan keserakahan, kecemburuan sosial,
(inovatif dan kreatif) dalam atau kebencian.
pencapaian tujuan; (3) terarah pada Menurut Robbins (2008),
tujuan dan nilai, disini, kepemimpinan transformasional
kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang mampu
mampu mendorong keyakinan menginspirasi para bawahannya
bawahan guna mencapai tujuan yang untuk mengesampingkan
lebih tinggi dalam pekerjaannya, kepentingan pribadi demi kebaikan
membangun komitmen, dan organisasi. Para pemimpin
meningkatkan kinerja. transformasional, tak pelaklagi,
Kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh yang luar biasa
berhubungan dengan bawahan dan pada diri bawahannya. Pemimpin
kepuasan kerja, sehingga pemimpin transformasional memberikan
dan bawahan menyadari tujuan perhatian terhadap kebutuhan
bersama dan nilai-nilai yang sangat pengembangan diri bawahannya,
penting dalam membangun mengubah kesadaran bawahan atas
isu-isu yang ada dengan cara

Vol.3 No.2 224


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

membantu mereka memandang berupaya memengaruhi bawahannya


masalah lama dengan cara yang baru, melalui komunikasi langsung dengan
serta mampu memberikan kepuasan menekankan pentingnya nilai-nilai,
kerja serta menginspirasi bawahan asumsi-asumsi, komitmen dan
untuk bekerja keras guna mencapai keyakinan, serta memiliki tekad
tujuan-tujuan bersama. untuk mencapai tujuan dengan
Bagi Yukl (2010) dan Morse senantiasa mempertimbangkan
dan Bass (2008), kepemimpinan akibat-akibat moral dan etik dari
transformasional adalah pemimpin setiap keputusan yang dibuat; 2)
yang mampu: 1) menyatakan visi motivasi inspirasional, pemimpin
yang jelas dan menarik; 2) transformasional berupaya
menjelaskan bagaimana visi tersebut memotivasi dan memberikan
dapat dicapai; 3) bertindak secara inspirasi kepada bawahan melalui
rahasia dan optimistis; 4) pemberian arti dan tantangan
memperlihatkan keyakinan pada terhadap tugas bawahan. Bawahan
pengikut; 5) menggunakan tindakan diberi kesempatan untuk
dramatis dan simbolis untuk berpartisipasi secara optimal dalam
menekankan nilai-nilai penting; 6) menghasilkan gagasan-gagasan,
memimpin dengan memberikan memberi visi mengenai keadaan
contoh; dan 7) memberi organisasi masa depan yang
kewenangan kepada orang-orang menjanjikan harapan yang jelas dan
untuk mencapai visi. transparan; 3) Stimulasi intelektual,
Berdasarkan beberapa pemimpin transformasional
definisi tadi, dapat disimpulkan mendorong bawahannya agar
bahwa di dalam kepemimpinan inovatif dan kreatif dalam
transformasional, baik pimpinan dan menghadapi masalah-masalah yang
bawahan memiliki kesamaan ada dengan cara memikirkan dan
persepsi dalam mengoptimalkan mencari cara-cara baru untuk
usaha mereka untuk mencapai menyelesaikannya; dan 4)
tujuan organisasi. Dengan cara ini, Konsiderasi individual, pemimpin
tumbuhlah kepercayaan, kebanggaan, transformasional memberikan
komitmen, rasa hormat, dan loyal perhatian khusus terhadap kebutuhan
kepada atasan sehingga usaha dan para bawahan dalam penyelesaian
kinerja dapat dioptimalkan. tugas-tugasnya. Pemimpin bertindak
Menurut Bass (2006) dalam sebagai pelatih atau mentor yang
mencapai tujuan dan hasil kerja yang mendampingi bawahan untuk
lebih baik, pemimpin mengembangkan potensi ke tingkat
transformasional menggunakan yang lebih tinggi secara terus
komponen-komponen kepemimpinan menerus. Pemimpin dapat menyadari
transformasional, yaitu: 1) pengaruh dan menerima keadaan dan
ideal; pemimpin transformasional perbedaan individu para bawahan,

Vol.3 No.2 225


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

sehingga mampu memberi humanity, relational power,


bimbingan dan arahan lebih kepada autonomy, moral development of
bawahan yang kapasitas followers, dan emulation of leader’s
intelektualnya kurang, dan cenderung service orientation. Kemudian,
memberikan otonomi yang lebih dan Spears (2002) memperjelas pendapat
kemandirian kepada bawahan yang tentang servant leadership Greenleaf
memiliki keunggulan kapasitas dengan beberapa karakteristik
intelektual. Pemimpin memandang lainnya, yaitu: listening, empathy,
dan memperlakukan bawahan healing, awareness, persuasion,
sebagai manusia seutuhnya. conceptualization, foresight,
Greenleaf (1995) dipandang stewardship, commitment to the
sebagai pelopor yang menghasilkan growth of people, dan community
pemikiran tentang tentang building. Lebih lanjut Barbuto dan
kepemimpinan, yang dikenal dengan Wheeler (2006) melengkapi perilaku
teori servant leadership. Menurut kepemimpinan servant leadership
Spears (1994) bahwa pemikiran berdasarkan kedua pendapat di atas,
Greenleaf tentang servant leadership yaitu karakteristik calling.
tersebut disebabkan banyak orang di Berdasarkan beberapa
perusahaan, lembaga-lembaga, dan pendapat diatas, prinsip
organisasi nonprofit atau nirlaba kepemimpinan servant leadership
mencari cara baru yang lebih baik yang dikemukakan Greenleaf, bahwa
untuk mengintegrasikan kerja dengan servant leadership mendasarkan
pertumbuhan pribadi dan perilaku pemimpin dalam
spiritualnya. Greenleaf memengaruhi dan menggerakkan
mengkombinasikan unsur-unsur bawahan dalam mencapai tujuan
kepemimpinan terbaik berdasarkan organisasi berdasarkan pada
pelayanan yang diberikan pemimpin tanggung jawab dengan memberikan
kepada orang lain dalam mencapai pelayanan kepada bawahan dan
tujuan organisasi. meletakkan kepentingan bawahan di
Greenleaf (1995) atas kepentingan pemimpin. Hal ini
menggambarkan filosofi sebagaimana dikemukakan oleh
kepemimpinan baru yang disebut Nixon (2005) dan Spears (2002),
servant leadership. Greenleaf keduanya menjelaskan bahwa
melihat servant leadership servant leadership lebih
merupakan perilaku atau gaya mengutamakan pelayanan dan
kepemimpinan karismatik yang r mendorong hubungan yang baik
dipengaruhi oleh moral. dengan mengembangkan atmosfer
Kepemimpinan dengan servant dignity dan respect, membangun
leadership memiliki karakteristik komunitas dan kerja tim, dan
memengaruhi bawahan dalam mendengarkan rekan dan karyawan.
mencapai tujuan organisasi, berupa:

Vol.3 No.2 226


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

KEPEMIMPINAN DALAM membangun kesadaran bawahan


MENGHADAPI TANTANGAN tentang nilai kerja, perluasan dan
GLOBAL peningkatan kebutuhan yang
Globalisasi dapat melampaui minat pribadi serta
memberikan dampak positif dan mendorong perubahan tersebut ke
negatif terhadap organisasi baik yang arah kepentingan bersama termasuk
bergerak dibidang profit maupun kepentingan organisasi. Dengan
nonprofit. Dengan globalisasi kepemimpinan transformasional,
mengakibatkan terjadinya perubahan pemimpin dan bawahan secara
tatanan pada setiap aspek kehidupan bersama-sama siap menghadapi
baik ekonomi, politik, sosial dan berbagai perubahan yang dihadapi
budaya, dan lain-lain. Oleh karena organisasi, termasuk perubahan
itu, pemimpin dituntut dapat sebagai dampak globalisasi.
menjalan peran dan fungsinya Sedangkan kepemimpinan servant
dengan perilaku kepemimpinannya leadership di sisi lain menumbuhkan
yang mampu memengaruhi dan sikap bawahan agar memiliki
menggerakkan bawahan dalam komitmen atau tanggung jawab
mengantisipasi dan menghadapi dengan karakteristik pemimpin
tantangan globalisasi. Dengan sebagai pelayan atau mengabdi,
perilaku dan gaya kepemimpinan seperti: humanity, relational power,
yang tepat dapat menjawab tantangan autonomy, moral development of
globalisasi, sehingga tujuan followers, emulation of leader’s
organisasi dapat dicapai. service orientatio, listening,
Perilaku kepemimpinan dan empathy, healing, awareness,
gaya kepemimpinan transformational persuasion, conceptualization,
leadership dan kepemimpinan foresight, stewardship, commitment
servant leadership yang dipandang to the growth of people, community
sesuai dan mampu menjawab building, dan calling.
tantangan globalisasi. Karena Melalui pengaruh ideal,
kepemimpinan transformasional pemimpin menggerakkan dan
sebagaimana dijelaskan oleh Burn mengarahkan bawahan dengan cara
(1978), dan Bass dan Riggio (2006), memberikan contoh atau teladan
memiliki kemampuan memimpin yang baik. Pemimpin memiliki
dalam mengubah lingkungan, kapasitas dan kapabilitas,
motivasi, pola, dan nilai-nilai kerja kompetensi, konsisten dengan nilai-
bawahan dan bawahan lebih mampu nilai, memiliki ketekunan, dan berani
mengoptimalkan kinerja untuk mengambil risiko menjadi contoh
mencapai tujuan organisasi. Dengan yang baik dan akan diteladani oleh
kepemimpinan transformasional bawahan, sehingga menumbuhkan
terjadi proses transformasi hubungan kepercayaan kepada pemimpin.
kepemimpinan manakala pemimpin Tidak hanya sebatas menanamkan

Vol.3 No.2 227


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

dan menumbuhkan keyakinan dan melakukan pembinaan dan


kepercayaan kepada pemimpin, pengembangan kapasitas bawahan,
pengaruh ideal akan mampu memberikan pelatihan,
menanamkan benih-benih komitmen pendampingan, dan dukungan.
atau tanggung jawab bawahan, Selanjutnya upaya pemimpin
sehingga bawahan tergerak untuk dalam menjalankan kepemimpinan
melakukan seperti yang transformasionalnya dengan
diperintahkan pemimpin. memengaruhi dan menggerakkan
Kepemimpinan bawahan melalui konsiderasi
transformasional selanjutnya melalui individual. Upaya ini berfungsi
komponen stimulasi intelektual yang meningkatkan komitmen individu
berfungsi untuk melibatkan bawahan pada semua level. Bawahan merasa
untuk ikut berkomitmen terhadap diperhatikan kebutuhan dan
visi, misi, dan tujuan organisasi keinginannya dalam
melebihi dari apa yang diharapkan. mengembangkan karier, perbedaan
Oleh karena itu, pemimpin melalui kebutuhan dan keinginan secara
kategori stimulasi intelektual ini individual benar-benar diperhatikan
memengaruhi dan menggerakkan dan diberi kesempatan untuk
bawahan dengan cara memberikan berkembang dengan diciptakannya
inspirasi agar bawahan tertantang iklim yang mendukung. Pemimpin
dapat memecahkan permasalahan- melaksanakan manajemen secara
permasalahan dengan lebih kreatif, menyeluruh, berkomunikasi dua arah
mampu mengembangkan kapasitas dengan bawahan, mendengarkan
melalui pendidikan dan pelatihan, bawahan dengan efektif, dan
dan mampu berpikir inovatif. mendelegasikan tugas dengan
Pemimpin memberikan bimbingan dan arahan sebagai sarana
inspirasi sebagai tantangan terhadap untuk mengembangkan bawahan.
bawahan agar dapat melakukan Kepemimpinan
perubahan-perubahan yang bersifat transformasional melalui konsiderasi
kreatif dan inovatif. Bawahan harus individual menyebabkan bawahan
berani keluar dari kotak yang merasa diperhatikan secara penuh,
membelenggu cara dan kebiasaan dilatih dan dikembangkan secara
mereka bekerja selama ini. Bawahan karier, sehingga menunjang dan
harus mampu mencari dan mampu menjaga komitmen yang
menemukan cara-cara baru dalam sudah terbangun, motivasi yang
melaksanakan dan menjalankan stabil dan cenderung meningkat, dan
program-program yang lebih kreatif memiliki kapasitas yang memadai
dan inovatif. Kendala-kendala yang untuk melakukan perubahan-
mungkin dihadapi dan menghambat perubahan yang kreatif dan inovatif.
kreativitas dan inovasi bawahan, Pencapaian tujuan organisasi
pemimpin mengantisipasinya dengan dengan perilaku kepemimpinan

Vol.3 No.2 228


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

transformasional menjadi lengkap perubahan tatanan berbagai


dalam mengahadapi perubahan- aspek kehidupan manusia, baik
perubahan dan tantangan ke depan, ekonomi, politik, sosial dan
termasuk perubahan dan tantangan budaya, dan lain-lain.
sebagai dampak globalisasi, jika 2. Pemimpin dituntut memiliki
pemimpin memiliki karakteristik, perilaku atau gaya
sikap, perilaku, dan jiwa mengabdi kepemimpinan yang tepat yang
dan melayani. Di sinilah pentingnya mampu menghadapi perubahan-
kepemimpinan dengan servant perubahan dan menjawab
leadership dalam mengahadapi tantangan sebagai dampak dari
perubahan dan tantangan sebagai globalisasi. Kepemimpinan
dampak globalisasi. transformational leadership
Kepemimpinan servant dipandang mampu
leadership, pemimpin memengaruhi mengantisipasi dan menghadapi
dan menggerakkan bawahan agar perubahan-perubahan dengan
memiliki tanggung jawab atau perilaku kepemimpinan, seperti:
komitmen, menjalin dan menjaga pengaruh ideal (idealized
hubungan baik dengan menjunjung influence), motivasi
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, inspirasional (inspirational
memiliki jiwa melayani, mau motivation), stimulasi intelektual
mendengarkan kritik dan saran orang (intellectual stimulation), dan
lain, bersikap empati, membangun konsiderasi individual
moral bawahan dalam mencapai (individualized consideration)
tujuan organisasi. dalam mencapai tujuan
Dengan demikian, organisasi. Kemudian
kepemimpinan transformational kepemimpinan servant
leadership dan servant leadership leadership di sisi lain
mampu membangun pemimpin dan menumbuhkan sikap bawahan
bawahan, sehingga organisasi agar memiliki komitmen atau
memiliki kesiapan dalam tanggung jawab dengan
menghadapi perubahan-perubahan karakteristik pemimpin sebagai
dan berbagai tantangan, termasuk pelayan atau mengabdi, seperti:
perubahan dan tantangan yang humanity, relational power,
ditimbulkan pada era globalisasi. autonomy, moral development of
followers, emulation of leader’s
PENUTUP service orientatio, listening,
Sebagai penutup, berdasarkan empathy, healing, awareness,
uraian tersebut di atas, penulis dapat persuasion, conceptualization,
menyimpulkan sebagai berikut: foresight, stewardship,
1. Globalisasi memberikan dampak commitment to the growth of
yang cukup luas terhadap

Vol.3 No.2 229


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

people, community building, dan Rowman and Littlefield


calling. Publishers, Inc.
Farazmand, Ali. 1999. Globalization
DAFTAR PUSTAKA and Public Administration.
Bass, B.M. 1981. Stogdil’s Public Administration
Handbook of Leadership, A Review, Vol.59 No.6 (Nov-
Survey of Theory and Dec 1999) pp 509-522
Research. Revised and Greenleaf, R.K. (1996). On
Expanded. New York: Free becoming a servant-leader.
Press San Francisco: Josey-Bass
_____________. 2008. The Bass Publishers.
Handbook of Leadership Hawkins, Peter. 2011. Leadership
(Theory, Research, and Team Coaching: Developing
Managerial Applications). Collective Transformational
Fourth Edition. New York: Leadership. United States:
Free Press A Division of Kogan Page Limited.
Simon & Schuster, Inc. Nixon, M.M. (2005). The servant
Bass, B.M. and Riggio Ronald E. leadership: Followership
2006. Transformational continuum from a social
Leadership. Second Edition. psychology cognitive
New Jersey: Lawrence perspective. Diunduh 25
Erlbaum Associates, Inc. Maret 2008 dari
Basuki, Johanes. tt. Tantangan Ilmu http://www.regent.edu/acad/g
Administrasi Publik: lobal/publications/sl_proceedi
Paradigma Baru ngs/
Kepemimpinan Aparatur 2005/nixon_the_servant.pdf.
Negara. Jakarta: STIA LAN. Perry, James L. Perry. 2010. The
Bittel, Viktoria. 2010. A Critical Jossey-Bass Reader on
Analysis of The Following Nonprofit and Public
Statement “Globalisation is Leadership. San Francisco:
not Important as in Reality Jossey-Bass AWiley Imprint.
most International Firms Robbins, Stephen P. 2001.
Operate on Regional or Local Organizational Behavior. 9th
Basis”. Germany: Grin edition. Prentice Hall
Verlag. International.
Burns, J.M. 1978. Leadership. New ______________. 2008. Perilaku
York: Harper and Row. Organisasi (Buku 2).
Croucher, Sheila L.. 2004. (Terjemahan). Edisi 12.
Globalization and Belonging: Jakarta: Salemba Empat.
The Politics of Identity in a Spears, L.C. (2005). The
Changing World. New York: understanding and practice of

Vol.3 No.2 230


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

servant leadership. spears_practice.pdf. 24 Maret


http://www.regent.edu/acad/g 2008
lobal/publications/sl_proceedi Yukl, Gary. 2010. Leadership in
ngs/2005/ Organization (Terjemahan).
Jakarta: PT. Indeks.

Vol.3 No.2 231

Anda mungkin juga menyukai