TIM PENELITI:
Dra. IDA AYU ALIT WIDHIARTINI, M.Si., Apt
RINI NOVIYANI, S.Si., M.Si., Apt
i
HALAMAN PENGESAHAN
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Judul Penelitian : Irasionalitas Pada Peresepan Sediaan Obat Oral Oleh
Dokter Spesialis Telinga, Hidung dan Tenggorokan
(THT) di Apotek Kota Denpasar
2. Ketua Peneliti
a. Nama lengkap dengan
gelar : Dra.Ida Ayu Alit Widhiartini, M.Si.,Apt
b. Pangkat/Gol/NIP : III/ C/ 196810171994032001
c. Jabatan Fungsional/
Struktural : Lektor
d. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV)
e. Program Studi/Jurusan : Farmasi Kedokteran
f. Fakultas : Kedokteran
g. Alamat Rumah/HP : jl Badak Sari III no 17 Denpasar/0816572852
i. E-mail : dayu_widhia@yahoo.com
3. Jumlah Tim Peneliti : 2 (dua ) orang
4. Pembimbing
a. Nama lengkap dengan
gelar : Anak Agung Sawitri, M.D.,MPH
b. Pangkat/Gol/NIP : III/C/132233226
c. Jabatan Fungsional /
Struktural : Penata
d. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV)
e. Program Studi / Jurusan : Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu
Kedokteran Pencegahan
f. Fakultas : Kedokteran
5. Lokasi Penelitian : Denpasar
6. Kerjasama (kalau ada)
a. Nama Instansi : -
b. Alamat : -
7. Jangka waktu penelitian : 6 bulan
8. Biaya Penelitian : Rp 7.500.000 (tujuh juta lima ratus ribu
rupiah)
Prof.DR.dr.Ketut Suastika, Sp.PD, KEM Dra. Ida Ayu Alit Widhiartini, M.Si.Apt
NIP: 196507081992031004 NIP 196810171994032001
Mengetahui,
Kepala Lembaga Penelitian
Universitas Udayana
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida
Sang Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan berkat dan rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Irasionalitas
Pada Peresepan Sediaan Obat Oral Telinga Hidung Tenggorokan (THT) di 9
Apotek Kota Denpasar” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan penelitian ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan,
dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada :
1. Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) Indonesia yang telah
membantu dari sisi pendanaan.
2. Rektor Universitas Udayana.
3. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
4. Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana.
5. Seluruh dosen dan staf pegawai di Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Fakultas MIPA Universitas Udayana yang telah membantu penulis.
6. DJ, Arys, Yuning dan Sri Julianti mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas
MIPA Universitas Udayana, angkatan 2007 yang telah membantu,
mendukung penulis.
7. Pemilik Sarana Apotek beserta seluruh staff di Sembilan Apotek sebagai
tempat penelitian yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat
berjalan dengan lancar
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan penelitian ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnan, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata semoga
penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan.
Denpasar, 2012
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
ABSTRAK.......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
1.3.1. Tujuan Umum............................................................... 4
1.3.2. Tujuan Khusus .............................................................. 5
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
1.4.1. Bagi Penulis .................................................................. 5
1.4.2. Bagi Dokter dan Apoteker ............................................ 5
iv
2.3.1. Sediaan Lepas Lambat ................................................... 24
2.3.2. Sediaan Tablet Bersalut ................................................ 24
2.4. Pengobatan Rasional ................................................................ 25
v
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 91
5.1. Kesimpulan .............................................................................. 91
5.2. Saran ........................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 99
vi
DAFTAR ISTILAH
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Penilaian Polifarmasi .................................................................... 32
Tabel 3.2. Penilaian Interaksi Obat ................................................................ 33
Tabel 3.3. Penilaian Ketidaksesuaian Peracikan Sediaan Obat Oral ............... 34
Tabel 4.1. Jumlah Resep yang Dikaji di 9 Apotek di Kota Denpasar.............. 37
Tabel 4.2 Persentase Kejadian Polifarmasi Kategori Same-class, Multi-
class, dan Lain-lain pada Peresepan Sediaan Obat Oral THT di
Apotek “A” dan Apotek “B” Denpasar Selatan ............................. 41
Tabel 4.3 Persentase Kejadian Polifarmasi Kategori Same-class, Multi-
class, dan Lain-lain pada Peresepan Sediaan Obat Oral THT di
Apotek “C” dan Apotek “D” Denpasar Utara ................................ 42
Tabel 4.4 Persentase Kejadian Polifarmasi Kategori Same-class, Multi-
class, dan Lain-lain pada Peresepan Sediaan Obat Oral THT di
Apotek “E” dan Apotek “F” Denpasar Barat ................................. 42
Tabel 4.5 Persentase Kejadian Polifarmasi Kategori Same-class, Multi-
class, dan Lain-lain pada Peresepan Sediaan Obat Oral THT di
Apotek “G”, Apotek “H” dan Apotek “I” Denpasar Timur............ 43
Tabel 4.6. Kombinasi Obat-obatan pada Polifarmasi Kategori Same-class,
Multi-class, dan Lain-lain pada Peresepan Sediaan Obat Oral
THT di 9 Apotek Kota Denpasar................................................... 44
Tabel 4.7. Obat-obatan yang Berinteraksi pada Resep Polifarmasi Sediaan
Obat Oral THT di 9 Apotek Kota Denpasar ................................. 82
Tabel 4.8. Rekapitulasi Resep Polifarmasi dengan Kejadian Interaksi Obat
dan Ketidaksesuaian Peracikan di 9 Apotek Kota Denpasar .......... 93
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Alur Kerja Penelitian yang Dilakukan di Apotek “X” dan
Apotek “Y” yang Memiliki Praktek Dokter Spesialis THT di
Denpasar Utara ........................................................................ 31
Gambar 4.1. Gambaran Jumlah Pemberian Obat pada Peresepan Sediaan
Obat Oral THT di 9 Apotek di Kota Denpasar ......................... 38
Gambar 4.2 Gambaran Jumlah Pemberian Obat pada Peresepan Sediaan
Obat Oral THT di Apotek “A” dan Apotek “B” di Denpasar
Selatan ..................................................................................... 38
Gambar 4.3 Gambaran Jumlah Pemberian Obat pada Peresepan Sediaan
Obat Oral THT di Apotek “C” dan Apotek “D” di Denpasar
Utara ........................................................................................ 39
Gambar 4.4 Gambaran Jumlah Pemberian Obat pada Peresepan Sediaan
Obat Oral THT di Apotek “E” dan Apotek “F” di Denpasar
Barat ........................................................................................ 39
Gambar 4.5 Gambaran Jumlah Pemberian Obat pada Peresepan Sediaan
Obat Oral THT di Apotek “G”, Apotek “H” dan Apotek “I” di
Denpasar Timur ....................................................................... 40
Gambar 4.6 Gambaran Kategori Polifarmasi yang Terjadi pada Peresepan
Sediaan Obat Oral THT di 9 Apotek Kota Denpasar ................ 41
Gambar 4.7 Gambaran Interaksi Obat yang Terjadi pada Peresepan
Sediaan Obat Oral THT di 9 Apotek Kota Denpasar ................ 82
Gambar 4.8 Gambaran Ketidaksesuaian Peracikan yang Terjadi pada
Peresepan Sediaan Obat Oral THT di 9 Apotek Kota Denpasar 89
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rekapitulasi Kejadian Polifarmasi, Interaksi Obat, dan
Ketidaksesuaian Peracikan pada Peresepan Sediaan Obat Oral
THT di Apotek “A” dan “B” Denpasar Selatan ........................ 99
Lampiran 2. Rekapitulasi Kejadian Polifarmasi, Interaksi Obat, dan
Ketidaksesuaian Peracikan pada Peresepan Sediaan Obat Oral
THT di Apotek “C” dan “D” Denpasar Utara ........................... 100
Lampiran 3. Rekapitulasi Kejadian Polifarmasi, Interaksi Obat, dan
Ketidaksesuaian Peracikan pada Peresepan Sediaan Obat Oral
THT di Apotek “E” dan “F” Denpasar Barat ............................ 101
Lampiran 4. Rekapitulasi Kejadian Polifarmasi, Interaksi Obat, dan
Ketidaksesuaian Peracikan pada Peresepan Sediaan Obat Oral
THT di Apotek “G”, “H” dan “I” Denpasar Timur ................... 102
Lampiran 5. Interaksi Obat yang Terjadi pada Peresepan Sediaan Obat Oral
THT di Apotek “A” dan “B” Denpasar Selatan ........................ 103
Lampiran 6. Interaksi Obat yang Terjadi pada Peresepan Sediaan Obat Oral
THT di Apotek “C” dan “D” Denpasar Utara ........................... 105
Lampiran 7. Interaksi Obat yang Terjadi pada Peresepan Sediaan Obat Oral
THT di Apotek “E” dan “F” Denpasar Barat ............................ 106
Lampiran 8. Interaksi Obat yang Terjadi pada Peresepan Sediaan Obat Oral
THT di Apotek “G”,”H” dan “I” Denpasar Timur .................... 103
x
ABSTRAK
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
dalam dosis untuk periode waktu yang memadai, dan sesuai dengan kebutuhan
klinis pasien pada biaya terendah. Pada beberapa penelitian yang dilakukan di
negara berkembang tentang penggunaan obat yang aman dan efektif menunjukkan
bahwa pengobatan irasional telah menjadi fenomena global dan hanya sedikit
salah satunya adalah timbulnya efek samping karena terlalu banyak obat yang
diresepkan dan adanya interaksi antara 1 obat dengan obat lainnya (Chaudhury,
2004).
tenggorokan (THT) sebesar 38,6% (DepKes RI, 2004). Dilaporkan pula bahwa
Indonesia merupakan negara dengan prevalensi tinggi untuk kasus Otitis Media
kesatuan karena ketiganya saling berhubungan. Bila ada 1 bagian dari organ
tersebut terganggu, maka kedua organ lainnya akan terimbas (Prabowo dkk.,
2008). Hal inilah yang menyebabkan terapi penyakit THT biasanya menggunakan
1
2
didasarkan oleh adanya prinsip “a pill for an ill” yaitu 1 obat untuk 1 keluhan
Utara diperoleh bahwa rata-rata jumlah obat dalam 1 resep sebanyak 4 obat
obat menjadi pokok yang penting untuk selalu diperhatikan (Gorard, 2006).
Dalam praktek klinik sering dijumpai peristiwa interaksi obat di mana aksi dari
suatu obat berubah oleh karena pengaruh obat yang lain yang diberikan secara
tetapi jika kemungkinan terjadinya interaksi ini tidak diwaspadai pada waktu
memberikan obat pada pasien, maka terjadinya dampak negatif yang merugikan
akan lebih besar misalnya terjadi efek toksis atau menyebabkan kegagalan
tercapainya efek terapi (Aslam dkk., 2003). Dalam sebuah penelitian mengenai
10,14% jika ditinjau dari sudut interaksi obat (Harianto dkk., 2006).
sebab itu apoteker dalam menjalankan praktek harus sesuai standar untuk
kefarmasian di apotek adalah pelayanan resep yang meliputi skrining resep dan
selanjutnya yaitu penyiapan obat (DepKes RI, 2006). Pada sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Asni (2009) mengenai tinjauan aspek farmasetik pada resep
bentuk sediaan yang mengalami penggerusan meliputi tablet salut selaput yang
digerus 6,27%, tablet salut gula yang digerus 0,73%, dan tablet salut enterik yang
digerus 0,28%. Dilaporkan terdapat masalah yang timbul pada saat pembuatan
obat racikan dalam bentuk puyer, contohnya stabilitas obat tertentu dapat menurun
bila bentuk aslinya digerus misalnya pada bentuk sediaan tablet salut film dan
salut enterik. Selain itu toksisitas obat dapat meningkat, misalnya preparat lepas
lambat bila digerus akan kehilangan sifat lepas lambatnya. Hal ini merupakan
keefektifan obat yang diterima oleh pasien terjamin. Dalam hal ini seorang
memastikan apakah resep yang diberikan ke pasien telah sesuai dan layak untuk
diracik dalam rangka mencapai tujuan terapi yang diharapkan (DepKes RI, 2006).
4
peresepan sediaan obat oral THT di Denpasar maka penulis melakukan penelitian
yang berjudul “Kajian Irasionalitas pada Peresepan Sediaan Obat Oral Telinga
1.2.2. Bagaimanakah interaksi obat pada peresepan sediaan obat oral THT di 9
2. Untuk mengkaji interaksi obat yang terjadi pada peresepan sediaan obat
interaksi obat, dan ketidaksesuaian peracikan pada peresepan sediaan obat oral
khususnya resep sediaan obat oral THT dalam hal polifarmasi, interaksi obat, dan
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit THT terdiri dari 3 bagian besar yaitu otologi dan audiologi,
penatalaksanaanya.
A. Otitis Eksterna
Otitis eksterna adalah radang merata kulit liang telinga yang disebabkan
oleh kuman maupun jamur. Gejala klinisnya antara lain rasa tidak enak di liang
telinga, rasa gatal terutama oleh infeksi jamur, otalgisa, liang telinga menyempit,
hati.
6
7
Infeksi bermula dari folikel rambut di liang telinga yang disebabkan oleh
klinis meliputi rasa sakit (biasanya dari ringan sampai berat, dapat sangat
mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila mengunyah makanan), keluhan kurang
pendengaran bila furunkel menutup liang telinga, rasa sakit bila daun telinga
tertarik atau ditekan, dan terdapat tanda infiltrat atau abses pada luar liang telinga.
nanahnya.
3. Pemanasan.
Otitis media serosa adalah radang non bakterial mukosa kavum timpani
yang ditandai dengan terkumpulnya cairan yang tidak purulen (serous atau
mukoid). Gejalanya antara lain telinga terasa penuh, terasa ada cairan (grebeg-
menelan/menguap.
8
Tahap I:
1. Dekongestan: oral atau lokal (lihat terapi otitis media supuratif akut).
Tahap II:
Gejala klinis:
1. Antibiotika
Suspensi 2 x 1 cth.
menyebabkan kekambuhan.
2. Dekongestan: oral/topikal
Otitis media kronis terjadi karena adanya perforasi membran timpani dan
otore yang menetap dan berlangsung lama disertai kerusakan telinga tengah
2. Tipe maligna
dengan rekonstruksi)
2.1.2. Rhinologi
A. Rhinitis Akut
disebabkan oleh kuman atau virus yang berlangsung kurang dari 2 minggu.
Gejala klinis:
3. Stadium akut II: terjadi infeksi sekunder oleh kuman, sekret purulent,
3. Istirahat.
mukolitik.
tahun sekali).
B. Rhinitis Vasomotor
Rhinitis vasomotor adalah sindrom dari hidung yang terdiri dari gejala-
gejala hidung tersumbat berulang disertai dengan ingus yang encer dan bersin-
pilek encer, serta biasanya kambuh waktu pagi (dingin) dan mendung
(kelembaban tinggi).
12
istirahat cukup.
atau pada malam saat serangan. Antihistamin: CTM (2-4 mg) pada saat
C. Rhinitis Alergi
Rhinitis alergi adalah suatu sindrom alergi hidung yang terdiri dari bersin-
bersin, hidung tersumbat, dan rhinore yang bersifat seros. Sindrom ini timbul
klinisnya adalah rasa gatal pada hidung, mata, dan palatum mole (kadang-
kadang), rhinore yang khas sangat encer, hidung tersumbat, bersin yang amat
mengganggu, dan mukosa hidung udematus, pucat, atau sedikit kebiruan. Rhintis
alergi intermitten adalah apabila serangan terjadi <4 hari seminggu atau < 4
minggu sedangkan rhinitis alergi persisten adalah apabila serangan > 4 hari dan
berlangsung > 4 minggu. Rhinitis alergi ringan gejalanya tidur normal, aktivitas
sehari-hari normal, saat olah raga dan santai normal, kegiatan bekerja dan sekolah
normal, dan tidak ada keluhan mengganggu sedangkan rhinitis alergi sedang-berat
dan adanya keluhan yang mengganggu saat sekolah dan kerja (Muda, 2008).
13
hindari stress.
3. Simtomatik:
(pseudoefedrin 2 x 30mg).
fleksonadine (2 x 60mg).
dari seminggu. Dipakai kalau sangat perlu agar tidak menjadi rhinitis
medikamentosa.
hidung.
14
D. Rhinitis Medikamentosa
Rhinitis medikamentosa merupakan kelainan hidung berupa gangguan
5mg/hari.
E. Polip Hidung
menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Polip hidung tumbuh dari udem mukosa
hidung akibat alergi atau sinusitis kronis yang semakin lama semakin membesar
klinsinya antara lain hidung tersumbat yang disertai tanda-tanda alergi hidung
(tidak selalu).
1. Untuk polip yang kecil (derajat 1 atau 2) dapat diobati secara konservatif
2. Untuk polip yang besar atau gagal dengan terapi konservatif, dapat
F. Sinusitis Akut
Sinusitis akut merupakan radang akut pada mukosa sinus yang pada
adalah adanya obstruksi sinus yang dapat disebabkan oleh rhinitis akut, faringitis
2.1.3. Faring-Laringologi
A. Faringitis Akut
Faringitis akut adalah radang akut yang mengenai mukosa faring dan
jaringan limfe dinding faring. Penyebab yang tersering adalah virus tetapi dapat
juga disebabkan oleh bakteri. Biasanya disertai infeksi hidung yang akut,
nasofaringitis, laringitis akut, dan bronkhitis akut. Gejala klinisnya antara lain
demam dan malaise, dysphagia, sakit kepala, mukosa faring hiperemi dan udem,
1. Istirahat.
Amoksisilin 3 x 500mg/hari.
B. Faringitis Kronis
Faringitis kronis adalah suatu bentuk penyakit kronis pada faring yang
sering dikibatkan oleh infeksi kronis pada gigi, sinusitis, alergi, rokok yang
berlebihan, dan polusi udara. Gejala klinisnya antara lain adanya rasa tidak enak
antiinflamasi.
C. Tonsilitis Akut
Tonsilitis akut merupakan radang akut pada tonsil sebagai suatu reaksi dari
infeksi kuman atau virus. Radang akut tonsil dapat menyerang semua umur tetapi
paling banyak terdapat pada umur 9 tahun ke bawah. Penularan melalui droplet.
Gejala klinis antara lain sakit menelan dan dysphagia, demam, malaise dan
2. Obat kumur.
5-10 hari.
2.2.1. Polifarmasi
mana resep yang baik mengandung campuran dari berbagai macam bahan obat
(Chong et al., 2006). Saat ini, pemberian polifarmasi pada pasien merupakan
masalah yang cukup serius dalam pelayanan kesehatan. Banyak obat yang tidak
ada hubungannya dengan penyakit pasien diberikan, yang tentu saja merupakan
penggunaan obat yang irasional. Namun beberapa penggunaan obat sekaligus juga
ada yang penting dan merupakan perawatan terbaik untuk pasien. Derajat resiko
dan keuntungan dari polifarmasi bervariasi tergantung dari obat yang digunakan
didefinisikan sebagai peresepan lebih dari 1 jenis obat pada sekali pemberian.
a. Same-Class Polypharmacy
b. Multi-Class Polypharmacy
Penggunaan lebih dari 1 obat dari kelas terapi yang berbeda dalam dosis
c. Adjunctive Polypharmacy
d. Augmentation
dengan dosis terapi dari kelas yang berbeda untuk mengobati 1 gejala.
e. Total Polypharmacy
Adalah jumlah total obat yang digunakan pasien. Untuk mengkaji adanya
total polypharmacy harus ada data mengenai obat yang diresepkan, obat
diderita.
macam obat.
e. Pemberian 2 obat yang sama dengan nama generik dan nama paten.
dikonsumsi.
dikonsumsi.
obat menjadi pokok yang penting untuk selalu diperhatikan (Gorard, 2006).
klinik manakala 2 obat atau lebih diberikan secara bersamaan atau hampir
efek suatu obat akibat obat lain yang diberikan pada awal atau diberikan
bersamaan sehingga keefektifan atau toksisitas 1 obat atau lebih berubah. Dalam
a. Interaksi farmakokinetik
dari obat-obat obyek sehingga mekanisme interaksi ini dapat dibedakan sesuai
b. Interaksi farmakodinamik
oleh obat lain pada tempat aksi. Hal ini dapat terjadi pada kompetisi reseptor yang
sama atau interaksi obat pada sistem fisiologi yang sama (Aslam dkk., 2003).
perubahan pada proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat. Pada
interaksi farmakodinamik tidak terjadi perubahan kadar obat obyek dalam darah
tetapi yang terjadi adalah perubahan efek obat obyek yang disebabkan oleh obat
a. Mayor
b. Moderat
pasien, perlu dilakukan terapi tambahan, masuk rumah sakit, atau perlu
rawat jalan.
c. Minor
Dikatakan minor bila efek yang ditimbulkan ringan, secara signifikan tidak
Keparahan potensial interaksi obat ini penting untuk mengetahui apakah obat-obat
pasien.
aman, praktis, dan ekonomis. Bentuk sediaan obat oral ada yang memiliki tujuan
khusus dalam formulasinya seperti bentuk sediaan lepas lambat dan tablet
bersalut. Bentuk sediaan obat oral seperti ini tidak boleh diracik dan harus ditelan
Sediaan lepas lambat dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan
tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Istilah efek-
menyatakan sediaan tersebut (Siregar, 2008). Sediaan ini harus ditelan utuh, tidak
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler yang kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan
(Ansel, 2008). Tablet ada yang diformulasi sedemikian rupa untuk tujuan tertentu
seperti tablet bersalut. Penyalutan sediaan tablet memiliki tujuan tertentu. Salah
satu akibat dari hancurnya lapisan penyalut suatu tablet akibat penggerusan
resiko efek yang merugikan (William and Wilkins, 2005). Berikut adalah jenis-
Tablet ini disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur di
obat seperti ini agar obat hancur di usus karena bahan obat dapat
mengiritasi atau rusak oleh asam lambung. Oleh sebab itu, obat ini jangan
partikel obat yang yang bereaksi dengan asam lambung akan semakin
banyak dan tentu saja akan mengurangi atau merusak efek obat (Murini,
2006).
Tablet kompresi ini cocok untuk obat yang rasanya pahit dan memiliki bau
berwarna dan mungkin juga tidak. Lapisan ini larut dalam air dan cepat
Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut
atau tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet.
sesuai dengan kebutuhan klinik pasien, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan
individu mereka sendiri, untuk periode waktu yang memadai, dan pada harga
manfaatnya tidak jelas. Hal ini akan menentukan evaluasi terhadap hasil
terapi.
pengobatan.
6. Pasien yang tepat, yaitu tidak ada kontraindikasi dan kemungkinan reaksi
7. Dispensing yang benar, termasuk peracikan dan informasi yang tepat bagi
METODE PENELITIAN
peresepan sediaan obat oral THT di 9 apotek Kota Denpasar. Pengumpulan data
yang ditulis oleh dokter spesialis THT yang praktek di 9 apotek Kota Denpasar.
A. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua resep sediaan obat oral THT yang
ditulis oleh dokter spesialis THT yang praktek di 9 apotek Kota Denpasar.
27
28
B. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu yang
dianggap dapat mewakili populasinya. Sampel dalam penelitian ini adalah resep
sediaan obat oral yang ditulis oleh dokter spesialis THT yang praktek di 9 apotek
Kota Denpasar yang terpilih sesuai dengan kriteria inklusi. Metode pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah consecutive sampling di mana setiap resep
C. Kriteria Inklusi
populasi target dan populasi terjangkau (Sastroasmoro dan Ismael, 2002). Kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah semua resep sediaan obat oral THT periode
Januari-Juni 2010 yang ditulis oleh dokter spesialis THT yang praktek di 9 apotek
Kota Denpasar.
D. Batasan Operasional
disusunlah batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Resep yang diteliti adalah resep obat oral THT periode Januari-Juni 2010
yang ditulis oleh dokter spesialis THT yang praktek di 9 apotek Kota
Denpasar.
29
2. Polifarmasi pada penelitian ini terbatas pada peresepan lebih dari 1 jenis
penggunaan lebih dari 1 obat dari kelas terapi yang sama dan multi-class
polypharmacy yaitu penggunaan lebih dari 1 obat dari kelas terapi yang
digolongkan menurut kelas terapi pada MIMS dan mekanisme kerja obat.
3. Interaksi obat adalah modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang
atau toksisitas satu obat atau lebih berubah. Mekanisme interaksi dibagi
tablet salut enterik, dan sediaan lepas lambat yang terdaftar pada MIMS
sebagai alat pengumpul data yang akan membantu proses pengolahan data.
30
THT yang ditulis oleh dokter spesialis THT yang praktek di 9 apotek Kota
data dengan metode deskriptif berdasarkan tabel pengolahan data (terlampir) yang
pada sediaan obat oral THT. Berikut adalah bagan alur kerja penelitian.
31
Tidak memenuhi
Inklusi Keluar
Kota Denpasar
1. Nama obat
2. Permintaan bentuk sediaan
Pengolahan Data
Gambar 3.1. Alur Kerja Penelitian yang Dilakukan di 9 Apotek yang Memiliki
Praktek Dokter Spesialis THT di Kota Denpasar
32
Polifarmasi (√/-)
Obat yang
No.
diresepkan Jumlah
pemberian obat Same-Class Multi-Class
Jumlah
Keterangan:
a. Peresepan lebih dari 1 jenis obat pada sekali pemberian (Laing, 2010).
Dari hasil pengolahan data di atas kemudian dikaji mengenai efek-efek yang
(WHO, 2010):
33
Pf
x100%
Ro .......................... (i)
Keterangan:
Pf : Polifarmasi
Data-data kualitatif yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan
Keterangan:
Dari resep polifarmasi dengan kriteria pemberian lebih dari 1 obat (2 obat, 3 obat,
dan seterusnya) dalam sekali peresepan kemudian dikaji kejadian interaksi obat
34
dalam tiap resep, selanjutnya dibahas mengenai mekanisme interaksi obat yang
interaksi obat dihitung sehingga nantinya akan diperoleh persentase dari masing-
Io
x100%
Ro .......................... (ii)
Keterangan:
Io : Interaksi Obat
Data-data kualitatif yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan
Keterangan:
√ = terjadi penggerusan
Dari resep polifarmasi dengan kriteria pemberian lebih dari 1 obat (2 obat, 3 obat,
resep kejadian ketidaksesuaian peracikan (peracikan tablet salut gula, tablet salut
selaput, tablet salut enterik, dan sediaan lepas lambat). Selanjutnya dihitung
2010):
Kp
x100 %
Rr .......................... (iii)
Keterangan:
Kp : Ketidaksesuaian peracikan
Rr : Resep racikan
kualitatif yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan data
dalam dosis untuk periode waktu yang memadai, dan sesuai dengan kebutuhan
klinis pasien pada biaya terendah (Shivhare et al., 2010). Pengobatan yang
mengandung prinsip “a pill for an ill” yaitu 1 obat untuk 1 keluhan (Masoodi,
penggunaan obat sekaligus juga ada yang penting dan merupakan perawatan
(Apotek “A” dan “B”), 2 apotek di Denpasar Utara (Apotek “C” dan “D”), 2
apotek di Denpasar Barat (Apotek “E” dan “F”), dan 3 apotek di Denpasar Timur
(Apotek “G”, “H”, dan “I”). Data diambil secara retrospektif untuk kemudian
36
37
interaksi obat, serta ketidaksesuaian peracikan pada penulisan resep obat oral THT
dari bulan Januari sampai Juni 2010 di 9 apotek Kota Denpasar. Jumlah resep
jenis obat dalam sekali pemberian. Hasil kajian polifarmasi yang terjadi di 9
18 16.91
16 14.77
P
13.76
e 14
r
12
s
10 9.46 9.25 9.06
e
n 7.64
8
t
6 5.38 5.69
a 4.47
s 4
2.38
e 2 0.8
0.19 0.09 0.17 0.19 0.07 0.07 0.05 0.02 0.02
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
o o o o o o o o o 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
b b b b b b b b b o o o o o o o o o o o o
a a a a a a a a a b b b b b b b b b b b b
t t t t t t t t t at at at at at at at at at at at at
Jumlah obat
Gambar 4.1. Gambaran Jumlah Pemberian Obat pada Peresepan Sediaan Obat
Oral THT di 9 Apotek Kota Denpasar
Dengan rincian kejadian polifarmasi pada tiap apotek seperti tertera pada gambar-
gambar berikut:
33,67
24,09
)
%
(
es
at 15,00
ne
sr 9,71
e 7,8
P
Jumlah obat
Gambar 4.2. Gambaran Jumlah Pemberian Obat pada Peresepan Sediaan Obat
Oral THT di Apotek “A” dan “B” Denpasar Selatan
39
Gambar 4.3. Gambaran Jumlah Pemberian Obat pada Peresepan Sediaan Obat
Oral THT di Apotek “C” dan “D” Denpasar Utara
Gambar 4.4. Gambaran Jumlah Pemberian Obat pada Peresepan Sediaan Obat
Oral THT di Apotek “E” dan “F” Denpasar Barat
40
Gambar 4.5. Gambaran Jumlah Pemberian Obat pada Peresepan Sediaan Obat
Oral THT di Apotek “G”, “H”, dan “I” Denpasar Timur
mengenai kategori polifarmasi hanya terbatas pada same dan multi-class karena
keterbatasan data penelitian yaitu tidak adanya diagnosa dan data demografi
polifarmasi yang paling banyak terjadi pada penelitian ini adalah multi-class
) 50 42.02
37.84
%
( 40
e
s 30
at 16.79
n 20
se
r 10 3.37
e
P 0
Same-class Multi-class Same+multi Lain-lain
class
Kelas Terapi
Gambar 4.6. Gambaran Kategori Polifarmasi yang Terjadi pada pada Peresepan
Sediaan Obat Oral THT di 9 Apotek Kota Denpasar
Polifarmasi
Jumlah Jumlah
Same + multi- Lain-lain
obat lembar Same-class Multi-class
class
tiap R/ R/
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
2 95 3 3,16 26 27,37 0 0 66 69,47
3 89 7 7,87 38 42,70 13 14,61 31 34,83
4 121 11 9,09 65 53,71 8 6,61 37 30,58
5 113 4 3,54 58 51,33 24 21,24 27 23,89
6 109 4 3,67 31 28,44 52 47,71 22 20,18
7 111 1 0,9 32 28,83 57 51,35 21 18,92
8 67 3 4,48 6 8,96 35 52,24 23 34,33
9 35 0 0 10 28,57 14 40 11 31,43
10 33 1 3,03 16 48,48 5 15,15 11 33,33
11 43 2 4,65 13 30,23 17 39,53 11 25,58
12 15 0 0 6 40 7 46,67 2 13,33
13 5 0 0 0 0 4 80 1 20
14 1 1 100 0 0 0 0 0 0
15 2 0 0 1 50 1 50 0 0
16 1 0 0 0 0 1 100 0 0
Total
Kategori Lembar
Kombinasi Obat Lembar
Polifarmasi Resep
Resep
Vitamin 55
Antitusif + vitamin 9
Antibiotik + antibiotic 48
Antibiotik+vitamin 24
Antibiotik+analgesik 161
NSAID + antihistamin 14
NSAID+vitamin 16
Antibiotik+mukolitik 27
Antibiotik+mukolitik+analgesic 4
Antibiotik+kortikosteroid 81
Antibiotik+NSAID 80
Antibiotik + NSAID + vitamin 15
Antibiotik+antihistamin 25
Antibiotik+dekongestan 24
Dekongestan+antihistamin 18
Kortikosteroid+vitamin 10
Antihistamin + vitamin 5
Antibiotik+kortikosteroid+vitamin 27
Antibiotik + kortikosteroid + mukolitik 12
Antibiotik + dekongestan mukolitik 127
Antibiotik+analgesik+vitamin 2
Antibiotik+analgesik+kortikosteroid 17
Ekspektoran+antihistamin+antasid 18
Antibiotik+ekspektoran+kortikosteroid 11
Antibiotik+antasid+NSAID 3
Antibiotik+NSAID+kortikosteroid 13
Antibiotik+kortikosteroid+dekongestan 3
Lain-lain 2072
Antihistamin+dekongestan+ekspektoran+vitamin 6
Antibiotik+dekongestan+mukolitik+kortikosteroid 32
Antibiotik+dekongestan+antihistamin+ekspektoran 14
Antibiotik + suplemen 4
Antihistamin + suplemen 11
Antibiotik + dekongestan + antihistamin + vitamin 25
NSAID + sedatifhipnotik 7
Ekspektoran + dekongestan + vitamin 18
Antibiotik + kortikosteroid + mukolitik + dekongestan + vitamin + antasida 12
Antibiotik+antihistamin+dekongestan 219
Antibiotik+antihistamin+mukolitik 14
Antibiotik+antihistamin+dekongestan+mukolitik 403
Dekongestan+antihistamin 34
Dekongestan+antihistamin+NSAID 11
Dekongestan+mukolitik+antihistamin 16
Antihistamin+dekongestan+suplemen 30
Antihistamin+dekongestan+mukolitik+analgesik 55
Antibiotik+analgesik+antitusif+dekongestan+antihistamin+antasid 4
Antibiotik+analgesik+dekongestan+antihistamin 30
Antibiotik+antitusif+dekongestan+antihistamin+analgesik 75
Antibiotik+dekongestan+antihistamin+mukolitik+NSAID 39
Antibiotik+antihistamin+dekongestan+antitusif+suplemen 1
Suplemen 2
Antibiotik+antasid+analgesic 14
Antibiotik+dekongestan+antihistamin+ekspektoran+antasid 8
Antibiotik+antitusif+dekongestan+analgesik 12
Antibiotik+dekongestan+antihistamin+analgesik+mukolitik+vitamin 27
Total: 5749
46
Dari tabel 4.6. dapat dilihat bahwa kriteria same-class polifarmasi yang
adalah intranasal kortikosteroid karena efek yang diberikan adalah efek lokal,
sehingga efek samping sistemik serius yang mungkin muncul dapat dihindari
Menurut Anonim (2008), pemberian 2 atau lebih antihistamin tidak terbukti lebih
Tidak ada manfaat yang diperoleh dari terapi kombinasi antihistamin dan
sedangkan antitusif bekerja dengan menekan rangsang batuk di pusat batuk dan
digunakan untuk batuk non produktif. Karena kombinasi ekspektoran dan antitusif
peresepannya.
diketahui.
resep polifarmasi dengan kategori same-class dapat dilihat pada resep di bawah
ini.
R/ Meloxicam 7,5 mg X
S 2.d.d.I
R/ Asam mefenamat X
S 3.d.d.I
turunan fenamat. Kedua obat ini memiliki efek analgesik, antipiretik, dan
pengurangan aktivitas dari enzim siklo-oksigenase (COX) (Lacy dkk., 2004). Efek
cerna, ulser, dan gangguan pada ginjal (McEvoy, 2008). Asam mefenamat juga
memiliki efek samping pada saluran cerna yaitu dispepsia dan gejala iritasi pada
kombinasi obat tersebut sebaiknya dihindari untuk mencegah efek samping pada
memiliki efek antiinflamasi dan analgesik. Mekanisme kerja dari asam mefenamat
dan ulser pada lambung (Anonim, 2007), oleh karena itu penggunaan bersamaan
sulfonamid dengan masa kerja sedang yang memiliki efek sebagai bakteriostatik.
yang lebih luas. Co-trimoksazol digunakan sebagai antibakteri pada otitis media
potensiasi yang bermakna secara klinik dan diakui oleh WHO (Aman, 2000)
R/ Levocetirizin diHCl X
S 1.d.d.I
R/ Triprolidin HCl, pseudoefedrin X
S 3.d.d.I
H1. Triprolidin HCl merupakan antihistamin generasi pertama yang memiliki efek
sedatif, hal ini karena triprolidin dapat menembus sawar darah otak dan dapat
51
kombinasi antihistamin lebih baik dihindari untuk mengurangi efek samping yaitu
nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi, atau
selain itu belum ada bukti yang menyatakan bahwa kombinasi dua jenis
satu jenis antihistamin (McEvoy, 2008; Sjamsudin dan Hedi, 2004). Dalam
karena efek sedatif yang dimilikinya. Untuk pasien yang mengalami gangguan
tidur sebaiknya menggunakan triprolidin HCl yang memiliki efek sedatif sehingga
(Sjamsudin dan Hedi, 2004). Dalam peresepan tersebut sebaiknya dipilih salah
R/Loratadin, pseudoefedrin
sulfat tab X
S 2 d.d.I
R/Dexametason 0,75 mg X
S 3.d.d.I
antialergi dengan mekanisme kerja yang berbeda yaitu dengan menekan respon
imun normal (Lacy dkk, 2004). Pada gejala alergi yang hanya berlangsung pada
obat utamanya. Sedangkan pada alergi yang tidak begitu berat loratadin masih
merupakan obat pilihan utama (Wilmana, 2004) sehingga pada peresepan diatas
R/ (Betametason, Desklorfeniramin
maleat) syr fl I
S 3dd cth ½
dan cetirizin HCl. Mekanisme kerja antihistamin ini dalam menghilangkan gejala-
gejala alergi yaitu melalui kompetisi dalam berikatan dengan reseptor H1 di organ
memiliki efek sedasi karena sifat lipofil yang dapat menembus sawar darah otak
antihistamin yang tidak mempunyai efek sedasi (Helmy dan Munasir, 2007).
Penggunaan dua kombinasi obat dengan kelas terapi yang sama sebaiknya
seperti mulu kering, retensi urin, mual muntah hingga keracunan akut.
peroral sering menimbulkan efek samping pada saluran cerna seperti gastritis,
penurunan daya tahan tubuh, osteoporosis, peningkatan kadar gula darah dan
cairan, obesitas dan yang paling ditakutkan adalah terjadinya supresi kelenjar
adrenal (Meiyanti dan Mulia, 2000), sedangkan efek samping antihistamin ialah
vertigo, tinitus, tremor, mulut kering hingga keracunan akut (Sjamsudin dan
dapat dilakukan bila manfaat yang diberikan jauh lebih besar dibandingkan
mengikat secara kuat ribosom subunit 50-S bakteri dan menghambat reaksi enzim
menghambat sintesis protein bakteri. Efek samping dari klindamisin yaitu diare,
nyeri abdominal, demam, tinja berlendir dan ada darah, mual, pusing, dan reaksi
dari efedrin yang digunakan sebagai dekongestan karena efek dari stimulasi alfa-
derivat dari piperidin yang tidak memiliki efek sedatif dan digunakan sebagai
R/ Sefadroksil 250 mg X
S 3 d.d.I
R/ Cetirizin diHCl tab V
S 1 d.d.1/2
R/ Terfenadin, pseudoefedrin tab X
S 3 d.d.1/2
sawar darah otak sehingga reseptor H1 sel otak tetap terisi histamin, hal ini
memiliki efek kardiotoksik seperti aritmia, Belum ada bukti yang menyatakan
digunakan cetirizin karena dari studi yang dilakukan, cetirizin tidak memiliki efek
sebanyak 241 resep. Contoh resep dengan kriteria polifarmasi multi-class sebagai
berikut.
deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang, selain itu juga
sebagai antialergi yaitu dengan menghambat kerja sistem imun (Tjay dan
kortikosteroid mengeluh nyeri pada lambung dan mual-mual pada awal terapi.
samping pada saluran cerna yaitu gangguan pada mukosa lambung (Lacy dkk,
2004). Cetirizin diHCl merupakan antihistamin H1 dengan efek sedatif rendah hal
ini karena cetirizin diHCl bekerja sebagai kompetititor dengan histamin dalam
berikut.
efek antialergi karena bekerja dengan menekan sistem imun normal. Dalam resep
kombinasi 2 jenis antihistamin walaupun dengan dosis dibawah dosis terapi untuk
mengobati alergi tidak lebih baik dengan penggunaan 1 jenis antihistamin dengan
keadaan pasien untuk menghindari efek samping yang lebih besar pada pasien.
sebaiknya diberikan cetirizin, ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
pertama derivat propilamin yang memiliki daya antihistamin yang kuat (Tjay dan
metabolit aktif dari bromheksin yang digunakan sebagai mukolitik (Tjay dan
sebagai analgesik untuk mengurangi rasa nyeri yang ringan dan moderat. Asam
mefenamat memiliki efek samping iritasi saluran cerna, mual, diare, nyeri
R/ Roksitromisin tab X
S 2 d.d.I
R/ Triprolidin HLC, pesudoefedrin HCL,
dekstrometorpan HBr syr f.l.I
S 3 d.d.C I
R/ Codein 20 mg X
S 3 d.d.I
pemberian kodein dan dekstrometorpan HBr, dimana kedua obat ini memiliki
pada medulla. Efek samping kodein yaitu mual, muntah, konstipasi, sedatif,
seperti biasa (Santoso dan Hedi, 2004). Pada resep tersebut sebaiknya dipilih
60
mengurangi risiko efek samping obat serta biaya pengobatan yang lebih besar.
R/ Sefiksim syr fl I
S 3 d.d.cth I
sebagai berikut.
61
R/ Sefadroksil 250 mg X
S 3 d.d.I
R/ Pseudoefedrin, terfenadin tab VI
S 3 d.d.1/2
R/ Oksomemazin dan gliseril
guaiakolat syr f.l.I 60 ml
S 3 d.d.cth I
reseptor histamin di sistem saraf pusat sehingga memiliki efek sedatif (Emmanuel
karena antihistamin dapat mengurangi sekresi dari bronkus, hal ini dapat
kekentalan dari dahak (Lacy dkk., 2004), sehingga dahak lebih mudah
untuk terapi batuk pada malam hari dengan jangka waktu yang pendek
terdapat dalam satu sediaan jadi sehingga dalam hal ini dokter diharapkan lebih
dengan asam klavulanat. Kombinasi kedua antibiotik ini digunakan untuk terapi
otitis media, sinusitis, dan infeksi oleh organisme yang peka pada saluran
pernapasan bagian bawah. Kombinasi ini memiliki efek sinergis dimana asam
dinding sel bakteri melalui ikatan dengan satu atau lebih penicilin binding protein
sel bakteri, sehingga menghambat sintesis dinding sel bakteri. Kombinasi ini
digunakan untuk pasien yang sudah resisten dengan penisilin dan tidak dapat
63
asam klavulanat merupakan kombinasi antibiotik yang rasional dan telah diakui
R/ Roksitromisin tab X
S 2 d.d.I
R/ Pseudoefedrin, terfenadin tab X
S 3 d.d.I
R/ Triprolidin,pseudoefedrin HCL,
Guaiakolat Syr f.l.I
S 3 d.d.C.I
dalam 2 sediaan yang berbeda dan pemberian 2 jenis antihistamin yaitu triprolidin
kali dalam sediaan obat yang berbeda hal ini dapat menyebabkan terjadinya
aritmia jantung, hipertensi dan agitasi (Lacy dkk, 2004). Dalam pemilihan sediaan
menghindari terjadinya kelebihan dosis akibat zat aktif yang sama dalam dua
sediaan.
obat, juga dapat meningkatkan biaya pengobatan bagi pasien sehingga sebaiknya
dipilih salah satu antihistamin tersebut sesuai dengan kondisi dan aktivitas dari
pasien.
dengan 6 obat yaitu sebanyak 479 resep. Contoh resep dengan polifarmasi multi-
R/ Amoxisilin terhidrat X
S 3 d.d.I
R/ Clorpheniramin maleat, fenilpropanolamin,
parasetamol dan guaefenesin X
S 3 d.d.I
R/ Ambroxol HCl syr
S 3 d.d.C.I
kekentalan dari dahak sehingga dahak lebih mudah dikeluarkan (Arif dan Udin,
rantai panjang dari mucopolysaccharida, sehingga dahak menjadi lebih encer dan
sebagai berikut.
R/ Prednisolon XVI
S 3 d.d.II
R/ Loratadin VI
S 1 d.d.I
menghambat fungsi dari makrofag dan antigen presenting sel lainnya sehingga
kemampuan sel ini untuk bereaksi terhadap antigen berkurang (Immanuel dkk,
(McEvoy, 2008). Dalam peresepan tersebut, terdapat 3 jenis obat yang memiliki
efek antialergi, dalam hal ini dapat meningkatkan efek samping pada pasien
sehingga sebaiknya digunakan salah satu antihistamin sebagai obat alergi yang
R/Ciprofloxacin VI
S. 2 dd I
R/Polimigel X
S. 3 dd I
selektif asam deoksiribose nukleat (AND) bakteri dengan memblok sub unit A
pengeluaran panas disertai dengan keringat (Tjay dan Rahardja, 2007). Polimigel
R/Azitromisin III
S 1 d.d.II hari I
S 1 d.d.I hari berikutnya
yaitu triprolidin HCl dan cetirizin diHCl. Kedua antihistamin tersebut digunakan
HCl merupakan antihistamin generasi pertama yang memiliki efek sedatif, hal ini
karena triprolidin dapat menembus sawar darah otak dan dapat berikatan dengan
generasi kedua yang tidak memiliki efek sedatif (Sjamsudin dan Hedi, 2004).
antialergi.
sebanyak 106 resep. Contoh resep dengan kriteria polifarmasi multi-class sebagai
berikut.
R/ Roksitromisin tab X
S 3 d.d.I
R/ Parasetamol,noskapin,guaefenesin,
penilpropanolamin, CTM tab XV
S 3 d.d.I
R/ Dexametason tab XV
S 3 d.d.I
opium yang tidak memiliki efek aditif dengan kerja sentral (Santoso dan Hedi,
volume cairan pernapasan dan mengurangi kekentalan dari dahak (Lacy dkk,
obstruksi saluran nafas (Rubin, 2007), sehingga kombinasi ini sebaiknya dihindari
dan pemilihan obat batuk disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Kategori multi-
69
class juga ditunjukkan dengan pemberian CTM dan dexametason, dimana kedua
obat ini dapat digunakan sebagai antialergi dengan mekanisme kerja yang
dexametason dapat menekan sistem imun normal (Tjay dan Rahardja, 2007).
polifarmasi sebanyak 184 resep. Contoh resep dengan kategori polifarmasi same-
R/ Sefadroksil 250 mg X
S 3 d.d.I
R/ Dekstrometorpan-HBr, penilpropanolamin
HCL, klorpeniramin maleat, parasetamol,
tab VI
S 3 d.d.1/2
R/ (Gliseril guaiakolat, Oksomemazin) syr f.l.I
S 3 d.d.cth I
neurotransmitter dari histamin di sistem saraf pusat sehingga memiliki efek sedatif
sesuai dengan kebutuhan dan keadaan pasien untuk menghindari efek samping
meningkatkan ambang respon batuk (Tjay dan Rahardja, 2007). Selain antitusif,
produktif (Mashford dkk, 2006). Kombinasi ini sebaiknya dihindari karena batuk
merupakan proses fisiologi untuk mengeluarkan dahak atau lendir yang mengental
pada bronkus untuk jenis batuk produktif, sehingga jika dikombinasi dengan
antitusif maka batuk akan terhenti dan dahak atau lendir yang kental tidak bisa
keluar dengan lancar. Antitusif hanya digunakan pada pasien yang mengalami
R Dexametason 1/2
( Vit B1, B2, B6, nikotinamid, na
pentationat) 1/2
mf.l.a.pulv.dtd.XII
S 3 d.d.Pulv I
menghambat sintesa dinding sel bakteri melalui ikatan dengan satu atau lebih
peptidoglikan pada dinding sel bakteri, sehingga menghambat sintesis dinding sel
efek mineralokortikoid yang kecil yang memiliki aktivitas sebagai antiradang dan
R/Roksitromisin X
S 2.d.d.I
R/ (Dekstrometorpan-HBr,
penilpropanolamin HCL klorpeniramin
maleat, parasetamol) X
S 3 d.d.I
R/ (Triprolidin HCl, pseudoefedrin HCL
dan dekstrometorpan HBr) syr fl I
S 3 d.d.C.I
dosis dekstrometorpan yang diberikan untuk pasien lebih besar sehingga dapat
menimbulkan depresi pernapasan (Santoso dan Hedi, 2004). Selain itu dalam
efedrin yang merupakan dekongestan hidung dan memiliki mekanisme kerja yang
toksisitas dari pseudoefedrin (Lacy dkk., 2004). Kejadian polifarmasi ini dapat
sehingga dokter diharapkan lebih cermat dalam meresepkan sediaan obat untuk
R/ Amoxisilin trihidrat
Dexametason ½ tab
(B1, B2, B6, nikotinamid, na
pentationat) ½ tab
m.f. pulv.dtd XII
S 3 d.d.I
R/ Ibuprofen syr f.l.I
S 3 d.d.cth I
penggunaan kombinasi kedua obat ini sebaiknya dihindari untuk mengurangi efek
sampingnya.
73
berikut.
R/ Roksitromisin tab X
S 2 d.d.I
R/ (Dekstrometorpan-HBr,
penilpropanolamin HCL, klorpeniramin
maleat, parasetamol) tab X
S 3 d.d.I
R/ (Triprolidin,pseudoefedrin HCL,
Guaiakolat) syr f.l.I
S 3 d.d.C I
Pada resep tersebut diberikan dekstrometorpan HBr sebagai antitusif yang bekerja
pernapasan dan memudahkan pengeluaran mukus dengan aksi dari cilia dan batuk
dikatakan tidak masuk akal, hal ini karena pengeluaran dahak memerlukan refleks
batuk jika refleks batuk ditekan cenderung menyebabkan terjadinya retensi sekret.
Retensi sekret pada saluran napas dapat menyebabkan obstruksi pada jalan napas
(Mashford dkk, 2006; Rubin, 2007). Dalam pemilihan obat batuk, sebaiknya
disesuaikan dengan jenis batuk yang diderita pasien untuk mencapai pengobatan
simpatomimetik turunan efedrin yang mempunyai khasiat alfa adrenergik dan beta
adrenergik dan dapat menstimulasi sistem saraf (Tjay dan Rahardja, 2007).
74
dkk, 2004; Fauci dkk, 2008). Dalam resep juga terdapat penggunaan 2 jenis
tersebut termasuk generasi pertama yang memiliki efek sedatif (Tjay dan
peningkatan kadar antihistamin dalam sistem saraf pusat sehingga menekan sistem
saraf pusat yang sering dihubungkan dengan kematian (Simons, 2004), sehingga
sebaiknya digunakan satu jenis antihistamin saja untuk mencegah terjadinya efek
banyak jenis obat, dalam hal ini perlu diperhatikan kandungan obat dalam sediaan
R/ Ciprofloxacin 250 mg X
S 3 d.d.I
R/ (Dekstrometorpan-HBr,
fenilpropanolamin HCl, CTM,
parasetamol) tab VI
S 3 d.d.1/2
R/ (echinacea, Zn pikolinat, black
elderberry) syr f.l.I
S 2 d.d.cth I
selektif asam deoksiribose nukleat (AND) bakteri dengan memblok sub unit A
pengeluaran panas disertai dengan keringat (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada
digunakan sebagai terapi suportif untuk stimulasi sistem imun pada infeksi saluran
setiap gejala penyakit sehingga obat yang diberikan sampai 8 jenis dengan
sebagai berikut.
Pada resep tersebut pasien diberikan suplemen berupa vitamin dan mineral.
Vitamin B1, B6, dan vitamin B12 pada resep diberikan dalam dua sediaan, yaitu
tubuh dan meningkatkan sistem imun tubuh. Namun pemberian vitamin secara
sistem saraf pusat pada dosis berlebih dan dalam jangka waktu lama (Tjay dan
yang memiliki efek sedating rendah. Pada resep tersebut juga diberikan
leukosit dan mengembalikan permeabilitas kapiler yang meningkat, selain itu juga
memiliki efek antialergi dengan mekanisme menekan respon sistem imun normal
sebagai berikut.
R/ Amoxicillin 250 mg X
S 3 d.d.I
R/ (Dekstrometorpan-HBr, fenilpropanolamin HCL,
klorpeniramin maleat,dan parasetamol) tab VI
S 3 d.d.1/2
R/ (Dipenhidramin hcl,fenilpropanolamin, gliseril
guaiakolat, na sitrat) syr f.l.I
S 3 d.d.cth I
guaiakolat dan natrium sitrat yang semuanya memiliki efek sebagai antibatuk
antitusif yang bekerja sentral dengan meningkatkan ambang refleks dari batuk,
digunakan untuk batuk yang disebabkan oleh alergi (Tjay dan Rahardja, 2007),
selain antitusif diberikan pula gliseril guiakolat dan natrium sitrat yang merupakan
dikatakan tidak masuk akal karena pengeluaran dahak memerlukan refleks batuk
terdapat dalam dua sediaan yang berbeda, dalam hal ini dokter diharapkan lebih
hati-hati dalam memilih sediaan jadi untuk pasien untuk menghindari terjadinya
sulfonamid dengan masa kerja sedang yang memiliki efek sebagai bakteriostatik.
amino) dan gugus lipofilik (dengan adanya sisa asam lemak). Dengan sifat
tersebut obat dapat berinteraksi kuat dengan fosfolipida, berpenetrasi dan merusak
struktur membran sel sehingga fungsi membran sebagai pembatas hilang. Kolistin
digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif
obat yang terjadi. Selain interaksi yang terjadi, dalam penelitian ini juga dilakukan
pengkajian mengenai keparahan dari interaksi obat dalam resep polifarmasi yang
80
meliputi keparahan mayor, moderat dan minor. Keparahan mayor terjadi bila efek
sehingga perlu dilakukan terapi tambahan, masuk rumah sakit, atau perlu rawat
jalan. Minor, bila efek yang ditimbulkan ringan, secara signifikan tidak
Gambar 4.7. Gambaran Interaksi Obat yang Terjadi pada Peresepan Sediaan
Obat Oral THT di 9 Apotek Kota Denpasar
mayor hanya ditemukan di apotek “E” dan “F”, interaksi dengan keparahan
moderat ditemukan paling banyak di Apotek “A” dan “B”, sedangkan interaksi
81
dengan keparahan minor paling banyak ditemukan di Apotek “G”, “H” dan “I”.
Kejadian interaksi obat dengan keparahan moderat dan minor juga ditemukan
sebesar 4,05% dengan keparahan interaksi obat mayor sebesar 0,14%, keparahan
interaksi obat moderat sebesar 0,8%, dan keparahan interaksi obat minor sebesar
2,77% selain itu ditemukan juga interaksi obat dengan keparahan moderat dan
minor dalam satu resep sebesar 0,34% dari keseluruhan resep polifarmasi.
Gambar 4.8. menunjukkan tingkat keparahan interaksi obat yang terjadi pada
penelitian ini.
3 2.77
2.5
)
%
( 2
e
sa
t 1.5
n
e
sr 0.8
e 1
P
0.5 0.34
0.14
0 0 0
0
Mayor Moderat Minor Mayor + Mayor + Moderat + Mayor +
Moderat Minor Minor Moderat +
Minor
Tingkat keparahan
Gambar 4.7. Tingkat Keparahan Interaksi Obat yang Terjadi pada Peresepan
Sediaan Obat Oral THT di 9 Apotek Kota Denpasar
82
Tabel 4.7. Obat-Obat yang Berinteraksi pada Resep Polifarmasi Sediaan Obat
Dari tabel 4.7. dapat dilihat bahwa interaksi obat dengan keparahan mayor terjadi
antara eritromisin dengan terfenadin. Contoh resep dengan interaksi obat mayor
R/ Eritromisin tab X
S 3 d.d.I
R/ (Pseudoefedrin,
terfenadin) tab X
S 3 d.d.I
R/ (Triprolidin,
pseudoefedrin HCL,
Guaiakolat) syr f.l.I
S 3 d.d.C I
Pada resep tersebut, interaksi obat dengan keparahan mayor terjadi antara
dalam darah akan meningkat (Tatro, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Honig
Risiko efek samping ini akan meningkat jika terjadi pengurangan eliminasi dari
(Simons, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Hajebi dan Seyed (2002)
ditemukan interaksi dengan keparahan mayor sebesar 7,8% dari 1257 interaksi
yang terjadi di bangsal penyakit infeksi di rumah sakit Bou-Ali iran. Untuk
nonsedatif lain seperti loratadin yang lebih aman untuk pasien yang menerima
R/ Siprofloksasin VI
S 2 d.d.I
R/ Paracetamol X
S 3 d.d.I
R/ AlOH3, Mg Karbonat, Ca Karbonat X
S 3 d.d.I
Pada resep tersebut terjadi interaksi antara siprofloksasin dengan AlOH3 melalui
okso) pada siprofloksasin yang membentuk kelat yang tidak larut dengan ion
sebesar 5,32% dari 413 kejadian interaksi obat (Nazari dan Moqhadam, 2006).
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Hajebi dan Seyed (2002) menemukan
interaksi dengan keparahan moderat sebesar 40,3% dari 1257 interaksi yang
terjadi di bangsal penyakit infeksi di rumah sakit Bou-Ali iran. Jika penggunaan
2001).
Interaksi minor merupakan interaksi obat yang paling banyak terjadi pada
penelitian ini. Salah 1 interaksi dengan keparahan minor adalah interaksi antara
R/ Roksitromisin tab X
S 2 d.d.I
R/ Asam mefenamat tab X
S 3 d.d.I
R/ (AlOH3, Mg Karbonat,
Ca Karbonat) tab X
S 3 d.d.I
Pada resep tersebut interaksi obat dengan tingkat keparahan minor terjadi antara
asam mefenamat oleh Mg karbonat belum diketahui secara pasti sehingga tidak
ada perlakuan khusus pada penerimaan kedua obat ini (Tatro, 2001), namun
interaksi ini perlu diperhatikan untuk pasien dengan kondisi tertentu yang dapat
86
dilakukan dengan pengurangan dosis dari asam mefenamat. Dalam penelitian ini
karena tidak diketahui keadaan umum pasien. Penelitian serupa yang dilakukan
oleh Hajebi dan Seyed (2002) menemukan interaksi dengan keparahan minor
sebesar 51,9% dari 1257 interaksi yang terjadi di bangsal penyakit infeksi di
Pada resep berikut terjadi 2 interaksi sekaligus dalam selembar resep yaitu
Dalam resep di atas selain terjadi interaksi minor antara efedrin dan deksametason
efek yang signifikan pada outcome terapi. Sebaiknya dilakukan monitoring pasien
apabila digunakan kombinasi obat ini, dan jika terjadinya penurunan efek
pasien maka perlu dilakukan peningkatan dosis dari deksametason sehingga dapat
deksametason dalam tubuh akan sangat berkurang akibat keberadaan luminal dan
juga efedrin. Hal tersebut dapat ditanggulangi dengan ditingkatkannya dosis dari
oleh Martinbiancho dkk. (2007) yaitu sebuah studi di rumah sakit Brazilia dari
terapi pengobatan.
oleh interaksi obat selain faktor kombinasi obat-obat itu sendiri. Faktor fisiologis
dari pasien seperti riwayat penyakit dan umur sangat mempengaruhi interaksi obat
yang terjadi. Pasien lanjut usia mempunyai risiko yang lebih tinggi hal ini dapat
disebabkan sebagian besar pasien lanjut usia biasanya telah memperoleh terapi
88
berbagai macam obat dan mereka sering kali memiliki gangguan pada fungsi
ginjal dan hati serta pemahaman terhadap pengobatan yang buruk, mengakibatkan
banyak masalah, termasuk kepatuhan dalam pengobatan. Begitu pula pada pasien
di bawah umur dimana sistem organ tubuh masih belum sempurna (Aslam dkk.,
dengan data-data pasien tersebut agar dapat menghasilkan kajian interaksi obat
oleh praktisi kesehatan adalah menghindari kombinasi obat dengan memilih obat
tersebut tidak bermakna secara klinis (Aslam dkk., 2003). Melalui pelayanan
dampak negatif interaksi obat yang tidak hanya mempengaruhi kemanfaatan dan
kemanjuran obat namun lebih jauh dapat mempengaruhi rasa aman serta
Pada penelitian ini terdapat resep racikan sebanyak 2376 lembar resep
tablet salut selaput sebanyak 551 lembar resep. Berikut adalah gambaran kejadian
Denpasar
resep. Contoh resep dengan ketidaksesuaian peracikan tablet salut selaput adalah
sebagai berikut:
Dari contoh resep di atas, sefadroksil monohidrat terdapat dalam sediaan jadi yang
terhidrolisis sehingga sediaan ini dibuat salut selaput untuk menjaga kelembaban
90
perlindungan dari selaputnya, selain itu sediaan racikan biasanya digunakan untuk
waktu yang cukup lama sehingga berpotensi terjadinya hidrolisis yang dapat
menurunkan stabilitas obat. Selain itu tujuan penyalutan adalah untuk estetika
serta mengurangi bau dan rasa yang tidak enak dari obat, penggerusan sediaan ini
anak, hal ini karena obat yang tersedia dipasaran tidak memiliki dosis yang sesuai
untuk anak. Diperkirakan lebih dari 40% dosis yang diberikan di rumah sakit anak
yang bisa digerus dan yang tidak bisa agar mendapatkan efek yang diinginkan.
Sediaan lepas lambat dibuat dengan tujuan mengurangi kecepatan absorpsi bahan
obat dalam tubuh dengan memperkecil kecepatan pelepasan bahan obat dari
91
bentuk sediaannya sehingga meningkatkan lama kerja terapeutik bahan obat yang
berfungsi sebagai obat rhinitis alergi (Muda, 2008). Sediaan ini diformulasi dalam
bentuk lepas lambat agar zat aktif tersedia selama jangka waktu tertentu setelah
samping. Apabila sediaan ini digerus dan dibuat dalam bentuk pulveres maka
kejang, mual, muntah, kardiak aritmia, hipertensi, dan agitasi sehingga adanya
berbahaya bagi pasien dan harus mendapat perhatian khusus dari dokter maupun
apoteker. Dalam penelitian ini, sediaan lepas lambat lainnya yang juga mengalami
tinjauan aspek farmasetik pada resep racikan di 3 apotek Kota Surakarta diperoleh
penggerusan meliputi tablet salut selaput yang digerus 6,27%, tablet salut gula
yang digerus 0,73%, dan tablet salut enterik yang digerus 0,28%. Pada penelitian
92
ini juga diperoleh hasil bahwa masih terdapat ketidaksesuaian peracikan tablet
salut selaput sebesar 3,06% dan sediaan lepas lambat sebesar 21,93%.
Ketidaksesuaian peracikan tablet salut selaput dan sediaan lepas lambat yang
sediaan obat yang sudah diformulasi secara khusus dan tidak boleh mengalami
peracikan (Harianto dkk., 2006). Sediaan yang sudah diformulasi khusus ini
seharusnya diberikan dalam bentuk tunggal, bukan racikan. Peran apoteker dalam
meminimalisir kejadian ini adalah dengan mengawasi setiap resep yang masuk
interaksi obat dan ketidaksesuaian peracikan. Dari resep polifarmasi yang dikaji
adalah tabel rekapitulasi resep polifarmasi dengan kejadian interaksi obat dan
Tabel 4.8. Rekapitulasi Resep Polifarmasi dengan Kejadian Interaksi Obat dan
Ketidaksesuaian Peracikan di 9 Apotek Kota Denpasar
Jumlah Kriteria polifarmasi Interakasi obat Ketidaksesuaian
obat peracikan
tiap R/ Same Multi Sameclass, Lain- Mayor Moderat Minor Moderat Tablet Sediaan
class class Multiclass lain + minor Salut lepas
selaput lambat
Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml
2 9 51 0 484 0 5 0 0 1 0
3 31 301 13 499 0 5 0 0 2 3
4 27 241 59 625 4 4 0 0 19 13
5 40 229 68 197 0 5 19 1 51 44
6 48 479 122 71 3 5 45 5 100 10
7 9 106 184 34 1 9 41 3 88 23
8 16 11 251 49 0 1 28 1 46 24
9 0 30 126 25 0 2 7 0 16 8
10 1 366 39 33 0 5 1 3 33 3
11 2 467 31 21 0 1 6 1 46 1
12 0 19 18 9 0 1 0 4 4 0
13 0 2 6 3 0 1 2 0 3 0
14 1 0 0 3 0 0 0 0 1 0
15 0 2 3 5 0 0 1 0 3 0
16 0 0 1 10 0 0 0 0 0 0
17 0 1 0 3 0 0 0 0 0 0
18 0 1 0 3 0 0 0 0 2 0
19 0 0 1 2 0 0 0 0 1 0
20 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
21 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
jml 185 2306 922 2079 8 44 152 18 422 129
Dari data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa peresepan polifarmasi dengan
Kejadian interaksi obat pada peresepan polifarmasi tersebut tidak begitu banyak,
namun dalam interaksi tersebut terdapat interaksi dengan keparahan mayor dan
Ketidaksesuaian peracikan tablet salut selaput dan sediaan lepas lambat terjadi
pada resep dengan jumlah obat 3 sampai 11 jenis obat, hal ini karena jumlah resep
cenderung tidak tepat karena terjadi interaksi obat dan penggerusan sediaan salut
dan lepas lambat yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan atau dapat
dalam penelitian ini tidak dapat dibahas lebih lanjut mengenai irasionalitas
pasien dalam rekam medis pasien yang bisa dilakukan dengan metode prospektif.
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
adverse drug reaction (ADR) pada pasien, selain itu 7 studi menunjukkan terjadi
pengurangan jumlah obat yang diberikan untuk pasien setelah adanya intervensi
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Kejadian polifarmasi pada peresepan sediaan obat oral THT di 9 apotek Kota
Denpasar adalah sebesar 95,53% (5492 lembar resep) dengan rincian jumlah
obat dalam 1 lembar resep: 2 obat (9,46%), 3 obat (14,77%), 4 obat (16,86%),
5 obat (9,25%), 6 obat (13,76%), 7 obat (5,38%), 8 obat (5,69%), dan lebih
same dan multi-class 16,19%, dan 37,84% tidak termasuk kategori same atau
2. Interaksi obat yang terjadi pada peresepan sediaan obat oral THT di 9 apotek
Kota Denpasar sebesar 4,05% dari total resep polifarmasi dengan rincian
interaksi obat mayor sebesar 0,14%, interaksi moderat sebesar 0,8%, interaksi
obat minor sebesar 2,77% dan interaksi obat moderat+minor sebesar 0,34 %.
3. Ketidaksesuaian peracikan yang terjadi pada resep racikan sediaan obat oral
THT di 9 apotek Kota Denpasar terjadi pada pengubahan bentuk tablet salut
selaput menjadi pulveres sebesar 33,09% (422 lembar resep) dan sediaan lepas
91
92
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aboet, A. 2007. Radang Telinga Tengah Menahun, hal. 2, (cited 2010 Nov, 14).
Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/727/1/08E00128.pdf
Arif, A. dan U. Sjamsudin. 2004. Obat Lokal, dalam Farmakologi dan Terapi
Edisi Keempat, editor: Sulistina G. Ganiswara. Jakarta: Universitas
Indonesia
Aslam, M., C. K. Tan, dan A. Prayitno. 2003. Farmasi Klinis, hal. 120. Jakarta:
Gramedia.
94
Asni, N. 2009. Tinjauan Aspek Farmasetik pada Resep Racikan di Tiga Apotek
Kota Surakarta Periode Januari-Juni 2008, hal. 2, (cited 2010 Jun, 17).
Available from: http://www.etd.eprints.ums.ac.id/5153/1/K100050249.pdf
Charles, J. P. S. dan K. Endang. 2006. Farmasi Klinik. Teori dan Terapan, hal.
167-168. Jakarta: EGC.
Dahlan, M. S. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel, hal. 126.
Jakarta: Salemba Medika.
DepKes RI. 2006. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, hal. 7, (cited 2010
Nov, 14).
Available from: http://tunggulpharmacist.files.com/2010/03/pedoman-
standar-pelayanan-farmasi-di-apotek.pdf
Emmanuel dkk. 2006. Basic and Clinical Farmacology 10th Edition. San
Francisco: Mc Graw Hill
Gray, A. 2008. Review of Essential Medicine Priorities in Ear, Nose, and Throat
Conditions in Children, (cited 2011 Mar, 3). Available from:
http://www.who.int/selection_medicines/committees/subcommittee/2/2nd_
NewSection_ENT.pdf
Laing, R. 2010. Problems of Irrational Drug Use, hal. 6, (cited 2010 Dec, 5).
Available from: http://www.bu.edu/problems_of_irrational_drug_use
McEvoy G.K. 2008. AHFS Drug Information. USA: American Society of Health-
System Pharmacists, Inc
Meiyanti dan J.I Mulia. 2000. Perkembangan Patogenesis dan Pengobatan Asma
Bronkial, (cited 2011 Mar, 16). Available from: http://www.univmed.org/
wp-content/ uploads/2011/02/Vol.19_no.3_5.pdf
Muda, D. 2008. Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, hal. 1-52.
Bangka Belitung: Penerbit Buku Kedokteran AFJ.
Murini, T. 2006. Bentuk Sediaan Obat, hal. 1, (cited 2010 Oct, 5). Available from:
http://www.rickyeka.com
WHO. 1985. The Rational Use of Drugs, Report of the Conference of Experts,
Geneva, (cited 2010 Nov, 3). Available from: http://www.apps.who.int/pdf
WHO. 2010. How to Investigate Drug Use in Health Facilities, hal. 10, (cited
2010 Des, 22). Available from: archives.who.int/pdf
William, L. and Wilkins. 2005. Spring Nurse's Drug Guide, hal. 3 (cited 2010
Okt, 19).
Available from: http://www.nwrcwa.orgdocs...Dont_Crush_These_ Drugs.
Pdf
Wilson, K. 2009. Polypharmacy: Making it All Work, hal. 1, (cited 2010 Nov, 3).
Available from: http://www.10thConfPolyPharmacy.pdf
99
CURRICULUM VITAE
A. Kepala Proyek
A.2. Pendidikan
A.3. Publikasi
No. Judul Publikasi Peran Sumber dana/
Publikasi
1 Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Anggota peneliti
Piduh terhadap mencit yang diinfeksi
Salmonella thypi ditinjau dari TNF
alfa
2 Dosis dan Keamanan Ekstrak Etanol Anggota peneliti
Daun Kumis Kcing Korea sebagai
peluruh batu ginjal dalam rangka
100
Denpasar, 2012
Ketua Peneliti
CURRICULUM VITAE
A. Anggota Peneliti
A.1 Nama lengkap dan gelar : Rini Noviyani, S.Si., M.Si., Apt
Tempat/Tanggal Lahir : Semarang / 4 November 1977
NIP : 197711042008122001
Jabatan / : Asisten Ahli/Penata Muda Tk. I / IIIb
Pangkat/Golongan : Jurusan Farmasi, F. MIPA UNUD
Institusi : Farmasi Klinik
Bidang Keahlian
A.2. Pendidikan
A.3. Publikasi
1 Pola Persepan Peneliti Utama
Antibiotika Diare di
Apotek Kabupaten
Blora
CURRICULUM VITAE
PEMBIMBING
2. ADDRESS
HOME:
Jalan Ganetri No.24 A, Denpasar, Bali, Indonesia
Telephone: 62-361-243743, mobile: 62-817-340145
e-mail address: sawitri56@hotmail.com
OFFICE:
Community and Preventive Division, School of Medicine
Udayana University
Jalan P.B.Sudirman Denpasar, Bali.
Telephone: 62-361-224704
Fax: 62-361-246656
Dean: Prof. I Ketut Suastika, M.D.
CORRESPONDENCE:
Jalan Ganetri No.24 A, Denpasar, Bali, Indonesia
Telephone: 62-361-243743, mobile: 62-817-340145
e-mail address: sawitri56@hotmail.com
5. EDUCATION
6. EMPLOYMENT HISTORY
6.1 Public services at the Krejengan Community Health Centre, Probolinggo,
East Java, Indonesia, 1994-1997.
6.2 Teaching staff at the Community and Preventive Division, School of Medicine,
Udayana University (since 1999 – present).
6.3 Kerti Praja Foundation staff (since 1999 – present)
Denpasar, 2012
Pembimbing
Dr A A Sawitri, MPH
NIP 132233226
99
Lampiran 1. Rekapitulasi Kejadian Polifarmasi, Interaksi Obat, dan Ketidaksesuaian Peracikan pada Peresepan Sediaan
Obat Oral THT di Apotek “A” dan “B” Denpasar Selatan
Polifarmasi Interaksi Obat Ketidaksesuaian Peracikan
Same+Multi
Jumlah Same-class Multi-class Lain-Lain Mayor Moderat Minor Tidak Berinteraksi R/ Tidak sesuai
Class
Obat Racik
Lembar Lembar Lembar Lembar Lembar Lembar Lembar Lembar Lembar
% % % % % % % % an %
Resep Resep Resep Resep Resep Resep Resep Resep Resep
2 obat 2 1,68 1 0,84 0 0 116 97,48 0 0 4 4,20 0 0 115 96,64 0 0 0
3 obat 3 1.57 2 1.05 0 0 186 97,38 0 0 4 2,09 0 0 187 97,00 12 0 0
4 obat 2 0,75 4 1,50 0 0 261 97,75 0 0 2 0,75 0 0 265 99,25 87 0 0
5 obat 4 6,45 4 6,45 2 3,22 52 83,87 0 0 1 1,61 0 0 61 98,39 28 0 0
6 obat 0 0 1 20 0 0 4 80 0 0 0 0 0 0 5 100 0 0 0
7 obat 0 0 1 25 0 0 6 75 0 0 0 0 0 0 8 100 0 0 0
8 obat 0 0 0 0 0 0 9 100 0 0 0 0 0 0 9 100 0 0 0
9 obat 0 0 2 16,67 0 0 10 83,33 0 0 0 0 0 0 12 100 0 0 0
10 obat 0 0 0 0 0 0 13 100 0 0 0 0 0 0 13 100 0 0 0
11 obat 0 0 2 25 0 0 6 75 0 0 0 0 0 0 8 100 0 0 0
12 obat 0 0 0 0 0 0 7 100 0 0 0 0 0 0 7 100 0 0 0
13 obat 0 0 1 33,33 0 0 2 66,67 0 0 0 0 0 0 3 100 1 1 100
14 obat 0 0 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 0 0 3 100 0 0 0
15 obat 0 0 1 50 0 0 1 100 0 0 0 0 0 0 2 100 2 2 100
16 obat 0 0 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 0 0 3 100 0 0 0
17 obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 obat 0 0 0 0 0 0 2 100 0 0 0 0 0 0 2 100 2 2 100
19 obat 0 0 1 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100 1 1 100
20 obat 0 0 0 0 0 0 1 100 0 0 0 0 0 0 1 100 1 1 100
Total 11 1,54 20 2,79 2 0,28 683 95,39 0 0 11 1,54 0 0 705 98,46 137 7 5,11
100
Lampiran 2. Rekapitulasi Kejadian Polifarmasi, Interaksi Obat, dan Ketidaksesuaian Peracikan pada Peresepan Sediaan
Obat Oral THT di Apotek “C” dan “D” Denpasar Utara
Lampiran 3. Rekapitulasi Kejadian Polifarmasi, Interaksi Obat, dan Ketidaksesuaian Peracikan pada Peresepan Sediaan
Obat Oral THT di Apotek “E” dan “F” Denpasar Barat
Lampiran 4. Rekapitulasi Kejadian Polifarmasi, Interaksi Obat, dan Ketidaksesuaian Peracikan pada Peresepan Sediaan
Obat Oral THT di Apotek “G”, “H” dan “I” Denpasar Timur
Ketidaksesuaian
Jmlh Polifarmasi Interaksi obat
Jmlh peracikan
obat
lembar Same + Tablet
tiap Same- Multi- Moderat +
R/ % % multi- % Lain-lain % Moderat % Minor % % Salut %
R/ class class minor
class Selaput
2 95 3 3,16 26 27,37 0 0 66 69,47 1 1,05 0 0 0 0 0 0
3 89 7 7,87 38 42,70 13 14,61 31 34,83 0 0 0 0 0 0 2 40
4 121 11 9,09 65 53,71 8 6,61 37 30,58 1 0,83 0 0 0 0 13 50
5 113 4 3,54 58 51,33 24 21,24 27 23,89 0 0 14 12,39 1 0,88 35 71,43
6 109 4 3,67 31 28,44 52 47,71 22 20,18 4 3,67 31 28,44 5 4,59 62 63,27
7 111 1 0,9 32 28,83 57 51,35 21 18,92 2 1,80 41 36,94 3 2,70 75 75,76
8 67 3 4,48 6 8,96 35 52,24 23 34,33 1 1,49 28 41,79 1 1,49 40 80
9 35 0 0 10 28,57 14 40 11 31,43 1 2,86 7 20 0 0 12 48
10 33 1 3,03 16 48,48 5 15,15 11 33,33 0 0 1 3,03 3 9.09 3 11,11
11 43 2 4,65 13 30,23 17 39,53 11 25,58 1 2,22 6 13,95 1 2,33 6 18,18
12 15 0 0 6 40 7 46,67 2 13,33 1 6,67 0 0 4 26,67 1 7,143
13 5 0 0 0 0 4 80 1 20 0 0 2 40 0 0 2 40
14 1 1 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100
15 2 0 0 1 50 1 50 0 0 0 0 1 50 0 0 1 50
16 1 0 0 0 0 1 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
103
Lampiran 5. Interaksi Obat yang Terjadi pada Peresepan Sediaan Obat Oral THT di Apotek “A” dan “B” Denpasar Selatan
reseptornya
R/ Mefenamic acid 500 mg X
*
R/ Ciprofloxacin 500 mg VII * Berkompetisi dalam
593 31 Mei v pengikatan GABA pada
R/ Mefenamic acid 500 mg X * reseptornya
R/ Ciprofloxacin 500 mg VII * Berkompetisi dalam
659 1 juni v pengikatan GABA pada
R/ Mefenamic acid 5 mg X * reseptornya
R/ Ciprofloxacin 50 mg VIII * Berkompetisi dalam
670 3 juni v pengikatan GABA pada
R/ Mefenamic acid 50 mg XII * reseptornya
R/ Ciprofloxacin 5 mg no VII * Berkompetisi dalam
v pengikatan GABA pada
787 29 juni R/ Mefenamic acid 5 mg * reseptornya
R/ Fexofenadine tab no VII
105
Lampiran 6. Interaksi Obat yang Terjadi pada Peresepan Sediaan Obat Oral THT di Apotek “C” dan “D” Denpasar Utara
No. Obat R/ Permintaan Bentuk Obat yang Mekanisme Interaksi Obat yang Terjadi
Efek
Sediaan Berinteraksi Farmakokinetik Farmakodinamik Mayor Moderat Minor
1. Cefadroxil 500 mg VIII √ Ranitidine HCl √
Paracetamol 500 mg XII Cefadroxil- menurunkan
Ranitidine HCl 150 mg X Ranitidine HCl bioavailabilitas
Prednisone tab X cefadroxil
Lampiran 7. Interaksi Obat yang Terjadi pada Peresepan Sediaan Obat Oral THT di Apotek “E” dan “F” Denpasar Barat
no Resep Obat yang berinteraksi Keparahan Interaksi Obat Mekanisme Interaksi Efek yang
Mayor Moderat Minor Farmakokinetik Farmakodinamik Ditimbulkan
1 Ciprofloxacin VI Ciprofloxacin dengan antasida − √ − √ − Berkurangnya absorbsi dari
Parasetamol X Ciprofloxacin
(AlOH3, Mg Carbonat, Ca
Carbonat) X
3 Vit B1,B6,B12 5000 No I Antasida dengan besi II fumarat − − √ √ − Berkurangnya absorbsi dari
Coenzim B12 1000 tab X besi fumarat
(AlOH3, Mg Carbonat, Ca
Carbonat) tab X
(Vit A palmitat,Vit B1,B2,B6, Ca-
pantotenat,nikotinamida,Vit
B12,Asam folat,Vit C,Besi II
Fumarat, Ca-laktat, tembaga,
iodium, fluorida) tab X
no Resep Obat yang berinteraksi Keparahan Interaksi Obat Mekanisme Interaksi Efek yang
Mayor Moderat Minor Farmakokinetik Farmakodinamik Ditimbulkan
27 (Metampiron, diazepam) tab XII Diazepam dengan antasida − − √ − √ Pengurangan atau penundaan
Betahistin mesilat tab XII efek penenang dari diazepam
(AlOH3, Mg Carbonat, Ca
Carbonat) tab XII
28 Betahistin mesilat tab X Klordiazepoksida sengan antasida − − √ − √ Pengurangan atau penundaan efek
(AlOH3, Mg Carbonat, Ca penenang dari klordiazepoksida
Carbonat) tab X
Klordiazepoksida, Klidinium Br ab
X
111
(Difenhidramin HCl,
Dekstrometorphan HBr,
Fenilpropanolamin HCl, Amonium
klorida, gliseril guaiakolat, Na
sitrat, mentol) syr fl I
Lampiran 8. Interaksi Obat yang Terjadi pada Peresepan Sediaan Obat Oral THT di Apotek “G”, “H” dan “I” Denpasar
Timur
Keparahan Interaksi
Mekanisme
No. Obat Obat yang berinteraksi Efek Moderat +
Mayor Moderat Minor
Farmakokinetik Farmakodinamik minor
326 Al-hidroksida, Mg karbonat, Antasida x diazepam Perubahan tingkat - Penurunan atau penundaan efek - - √ -
dimetilpolisiloksan, disiklomin tab x absorpsi dari sedatif dari diazepam akibat antasid
Metampiron, diazepam tab x diazepam, namun
tidak bermakna klinis
455 Erytromisin 500 mg No. X Eritromsin x Meningkatkan - Peningkatan efek farmakologi dan - √ - -
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 metilprednisolon konsentrasi plasma toksikologi dari metilprednisolon
6 alfa metilprednisolon 1/2 dari metilprednisolon
Cetrizine HCl ½
Codein ½
m.f pulv da cap XII
Gliseril guiacolat, salbutamol sulfat
expect syr Fl I
As. Mefenamat 500 mg X
464 Amoksisilin, asam klavulanat 500 mg Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
xv level NSAID yang diubah
Diklofenak-k tab x tidak signifikan
466 Diklofenak-k tab x Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
level NSAID yang diubah
Metilprednisolon 4 mg tidak signifikan
Tripolidin, pseudoefedrin 2/3 tb
Ranitidin 2/3 tab
Mf pulv dtd no xii
Da in cap
553 Cefadroksil monohidrat Syr Forte fl I Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Ambroksol HCl 1/3 tab meningkatkan farmakologi deksametason
Efedrin 1/3 tab eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab deksametason dari
Deksametason 0,5 mg tubuh
Sirplus rasa jeruk q.s
m.f pulv dtd No. XV
555 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
mg XV meningkatkan farmakologi deksametason
Dekstrometorfan HBr, prometazin, eliminasi
bromheksin, ammon Cl, Na citratSyr deksametason dari
Fl I tubuh
Ambroksol HCl 2/3 tab
Efedrin 2/3 tab
Deksametason 0,5 mg
Ranitidin 2/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da Cap
559 Deksametason 2/3 tab Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - - √
efedrin 1/5 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Luminal 5 mg eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab deksametason dari
Ambroksol HCl 1/3 tab tubuh
Vit. C 1/3 tab Menurunkan efek farmakologi
S.L q.s Luminal x deksametason meningkatkan kortikosteroid
mf pulv dtd no XV eliminasi
Cefadroksil monohidrat Syr Forte Fl I kortikosteroid dari
tubuh
560 Cefadroksil monohidrat Syr Forte Fl I Luminal x Meningkatkan - Menurunkan efek farmakologi - - -
Ibuprofen Syr Fl I metilprednisolon eliminasi kortikosteroid √
efedrin 1/5 tab kortikosteroid dari
Luminal 5 mg tubuh
Triamsinolon acetonid 2/3 tab
Ambroksol HCl 1/5 tab
Vit Vit B1, B2, B6, nikotinamid, Ca-
pantotenat 1/3 tab
S.L q.s
mf pulv dtd no XV
561 Ciprofloksasin tab 500 mg X Luminal x Meningkatkan - Penurunan efek farmakologi dari - √ - -
Efedrin 1/3 tab metilprednisolon eliminasi kortikosteroid
Ambroksol HCl 2/3 tab kortikosteroid dari
Luminal 10 mg tubuh.
Metilprednisolon 4 mg
105
566 efedrin 1/10 tab Luminal x Meningkatkan - Penurunan efek farmakologi dari - √ - -
Luminal 5 mg metilprednisolon eliminasi kortikosteroid
Triamsinolon acetonid 1/2 tab kortikosteroid dari
Ambroksol HCl 1/5 tab tubuh
S.L q.s
mf pulv dtd no XV
106
568 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
mg xv meningkatkan farmakologi deksametason .
Ambroksol HCl 2/3 tab eliminasi
Efedrin 1/3 tab deksametason dari
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab tubuh
Deksametason 2/3 tab
Ranitidin 1/3 tab
Mf dtd no xv
Da in cap
581 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Diklofenac x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
mg xv level NSAID yang diubah
Diklofenak-k tab x tidak signifikan
603 Amoksisilin, asam klavulanat Syr Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - - √
Forte Fl I meningkatkan farmakologi deksametason .
Luminal 5 mg eliminasi
Deksametason 2/3 tab deksametason dari
efedrin 1/5 tab tubuh
Ambroksol HCl 1/5 tab
Vit Vit B1, B2, B6, nikotinamid, Ca- Luminal x deksametason Meningkatkan Menurunkan efek farmakologi
pantotenat 1/3 tab eliminasi kortikosteroid
m.f pulv dtd No. XV kortikosteroid dari
Ibuprofen Syr Forte Fl I tubuh
604 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
mg XV meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/3 tab eliminasi
Diazepam 2 mg deksametason dari
Deksametason 2/3 tab tubuh
mf pulv dtd no XV cap
605 Ambroksol HCl Syr Fl I Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
efedrin 1/5 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Deksametason 2/3 tab eliminasi
Ranitidin 1/3 tab deksametason dari
Vit. Vit B1, B2, B6, nikotinamid, Ca- tubuh
pantotenat 1/3 tab
Sir plus rasa jeruk q.s
m.f pulv dtd No. XV
Amoksisilin, asam klavulanat Syr
forte Fl I
Diklofenak-Na CR cap No. X Diklofenac-Na x Perubahan serum - Berubahnya efek terapetik NSAID - - √ -
608 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 gastridin level NSAID yang
mg XV tidak signifikan
Tripolidin, pseudoefedrin 1/2 tab
Ranitidin 1/2 tab
Metilprednisolon 4 mg
m.f pulv dtd No. XVI da cap
611 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Diklofenac x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
mg XV level NSAID yang diubah
Diklofenak-k tab X tidak signifikan
Deksametason 2/3 tab
Griseofulvin 1/3 tab
Ranitidin 2/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da cap
110
613 Amoksisilin, asam klavulanat syr Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
forte Fl I meningkatkan farmakologi deksametason .
Ambroksol HCl 1/5 tab eliminasi
Efedrin 1/5 tab deksametason dari
Tripolidin, pseudoefedrin 1/5 tab tubuh
Deksametason 2/3 tab
Ranitidin 1/3 tab
Sir plus rasa jeruk q.s
m.f pulv dtd No. XV
614 Ciprofloksasin tab 500 mg X Diklofenac x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
Metilprednisolon 4 mg level NSAID yang diubah
Ranitidin 2/3 tab tidak signifikan
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab
m.f pulv dtd No. XII da cap
Diklofenak-k tab X
616 Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Ciprofloksasin HCl tab 500 mg X meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/3 tab eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 2/3 tab deksametason dari
Deksametason 2/3 tab tubuh
Ranitidin 1/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da cap
619 Azitromisin tab 500 mg V Diklofenac x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
Ranitidin 2/3 tab level NSAID yang diubah
Metilprednisolon 4 mg tidak signifikan
Tripolidin, pseudoefedrin 2/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da cap
Diklofenak-k tab X
621 Griseofulvin 1/2 tab Diklofenac x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
Metilprednisolon 6 mg level NSAID yang diubah
Ranitidin 1/2 tab tidak signifikan
m.f pulv dtd No. XII da cap
Diklofenak-k tab X
Ciprofloksasin tab 500 mg X
622 Klindamisin tab 300 mg X Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Efedrin 1/2 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Deksametason 2/3 tab eliminasi
Ranitidin 1/2 tab deksametason dari
m.f pulv dtd No. X da cap tubuh
Ambroksol HCl tab X
111
623 Ciprofloksasin tab 500 mg X Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Efedrin 1/3 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Tripolidin, pseudoefedrin 2/3 tab eliminasi
Deksametason 0,5 mg deksametason dari
Ranitidin 2/3 tab tubuh
m.f pulv dtd No. XV da cap
627 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Diklofenac x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
mg XV level NSAID yang diubah
Vit C 2/3 tab tidak signifikan
Tripolidin, pseudoefedrin 1/2 tab
Ranitidin 1/2 tab
Metilprednisolon 4 mg
m.f pulv dtd No. XVI da cap
Diklofenak-k tab X
633 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Diklofenac x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
mg XV level NSAID yang diubah
Deksametason 0,5 mg tidak signifikan
Ranitidin 2/3 tab
Ambroksol HCl 1/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da cap
Diklofenak-k tab X
634 Cefaclor tab 500 mg X Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Efedrin 2/3 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab eliminasi
Deksametason 0,5 mg deksametason dari
Ranitidin 2/3 tab tubuh
Vit C 2/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da cap
637 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Diklofenac x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
mg XV level NSAID yang diubah
Metilprednisolon 4 mg tidak signifikan
Ranitidin 1/2 tab
Ambroksol HCl 1/2 tab
Efedrin 1/2 tab
Tripolidin, pseudoefedrin 1/2 tab
m.f pulv dtd No. XV da cap
Diklofenak-k tab X
112
638 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
mg XV meningkatkan farmakologi deksametason .
Tripolidin, pseudoefedrin 2/3 tab eliminasi
Efedrin 1/3 tab deksametason dari
Deksametason 0,5 mg tubuh
Ranitidin 2/3 tab
m.f pulv dtd No. XII da cap
639 Amoksisilin, asam klavulanat syr Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
forte Fl I meningkatkan farmakologi deksametason .
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab eliminasi
Efedrin 1/3 tab deksametason dari
Deksametason 0,5 mg tubuh
Griseofulvin 1/3 tab
Sir plus rasa jeruk q.s
m.f pulv dtd No. XV
Ibuprofen syr forte Fl I
641 Amoksisilin, asam klavulanat syr Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
forte Fl I meningkatkan farmakologi deksametason .
Deksametason tab XV eliminasi
Ambroksol HCl 1/3 tab deksametason dari
Efedrin 1/3 tab tubuh
Metilprednisolon 1/2 tab
S.L q.s
m.f pulv dtd No. XV da cap
642 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
mg XV meningkatkan farmakologi deksametason .
Metilprednisolon 8 mg eliminasi
Deksametason 2/3 tab deksametason dari
Efedrin 1/3 tab tubuh
Vit C 1/3 tab
Ranitidin 2/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da cap
644 Amoksisilin, asam klavulanat syr Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
forte Fl I meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/5 tab eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab deksametason dari
Deksametason 2/3 tab tubuh
Ambroksol HCl 1/3 tab
Ranitidin 1/3 tab
m.f pulv dtd No. XV
Sir plus rasa jeruk q.s
113
646 Diklofenak-k tab X Diklofenac x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 level NSAID yang diubah
mg XV tidak signifikan
Efedrin 1/2 tab
Metilprednisolon 4 mg
Ranitidin 1/2 tab
Ambroksol HCl 2/3 tab
m.f pulv dtd No. XV
648 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Diklofenac x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
mg XV level NSAID yang diubah
Diklofenak-k tab X tidak signifikan
Ranitidin 1/3 tab
Efedrin 1/3 tab
Tripolidin, pseudoefedrin 2/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da cap
Metilprednisolon 4 mg
649 Cefiksim syr fl I Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/5 tab eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab deksametason dari
Deksametason 2/3 tab tubuh
Mf pulv dtd no xv
650 Cefadroksil monohidrat syr forte fl I Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/5 tab eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 1/5 tab deksametason dari
Deksametason 2/3 tab tubuh
Ambroksol HCl 1/5 tab
Paracetamol 1/3 tab
Sl qs
Mf pulv dtd no xv
651 Cefadroksil monohidrat syr forte fl I Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/5 tab eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab deksametason dari
Deksametason 2/3 tab tubuh
Ambroksol HCl 1/3 tab
Paracetamol 1/3 tab
Sl qs
Mf pulv dtd no xv
114
658 Ciprofloksasin tab 500 mg x Diklofenac x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
Diklofenak-k tab x level NSAID yang diubah
tidak signifikan
Tripolidin, pseudoefedrin ½ tab
Metilprednisolon 4 mg
Ranitidin 2/3 tab
Mf pulv dtd no xv
Da in cap
660 Ciprofloksasin tab 500 x Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
meningkatkan farmakologi deksametason .
Deksametason 0,5 mg eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 2/3 tab deksametason dari
Efedrin 1/3 tab tubuh
Vit c 2/3 tab
Ranitidin 2/3 tab
Mf pulv dtd no xv
Da in cap
661 Efedrin 2/3 tab Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Deksametason 0,5 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Ranitidin 2/3 tab eliminasi
Vit Vit B1, B2, B6, nikotinamid, Ca- deksametason dari
pantotenat 2/3 tab tubuh
Mf pulv dtd no xv
Ciprofloksasin tab no x
663 Ciprofloksasin tab 500 mg x Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
meningkatkan farmakologi deksametason .
Ambroksol HCl ½ tab eliminasi
Efedrin ½ tab deksametason dari
Tripolidin, pseudoefedrin ½ tab tubuh
Deksametason 0,5 tab
Ranitidin ½ tab
Mf pulv dtd no xv
Da in cap
672 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Diklofenac x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
mg xv level NSAID yang diubah
tidak signifikan
Efedrin ½ tab
Tripolidin, pseudoefedrin ½ tab
Metilprednisolon 4 mg
Ranitidin ½ tab
115
Diklofenak-k x
674 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Diklofenac x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
mg xv level NSAID yang diubah
Diklofenak-k tab x tidak signifikan
Efedrin ½ tab
Tripolidin, pseudoefedrin ½ tab
Metilprednisolon ½ tab
Ranitidin ½ tab
Mf dtd no xv
Da in cap
679 Amoksisilin, asam klavulanat syr Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
forte fl I meningkatkan farmakologi deksametason .
eliminasi
Efedrin 1/5 tab deksametason dari
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab tubuh
Deksametason 2/3 tab
Ambroksol HCl 1/3 tab
Vit c ½ tab
Sirplus rasa jeruk
Mf dtd no xv
681 Ciprofloksasin tab 500 mg x Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
level NSAID yang diubah
Griseofulvin ½ tab tidak signifikan
Deksametason 0,5 mg
Ranitidin ½ tab
Mf pulv dtd no x
Diklofenak-k tab x
685 Efedrin 1/5 tab Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Tripolidin, pseudoefedrin 1/5 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Deksametason 2/3 tab eliminasi
Ambroksol HCl 1/3 tab deksametason dari
Paracetamol 1/3 tab tubuh
Mf pulv dtd no xv
686 Ciprofloksasin HCl tab 500 mg x Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
level NSAID yang diubah
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab tidak signifikan
Efedrin 1/3 tab
Metilprednisolon 4 mg
Vit c 2/3 tab
Ranitidin 2/3 tab
Mf dtd no xv
Diklofenak-k tab x
689 Cefadroksil monohidrat yr forte fl I Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/5 tab eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 1/5 tab deksametason dari
Deksametason 2/3 tab tubuh
Paracetamol 1/3 tab
Vit Vit B1, B2, B6, nikotinamid, Ca-
pantotenat ex 1/3 tab
Sl qs
Mf pulv dtd no xv
690 Spiramisin syr 100 ml fl I Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/5 tab eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab deksametason dari
Deksametason 2/3 tab tubuh
Paracetamol ½ tab
Mf pulv dtd no xv
692 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Ketokonazol x ranitidin menurunkan - Efek ketokonazol melemah - √ - -
mg xv bioavailabilitas dari
Ketokonazol tab x ketokonazol
Metilprednisolon 4 mg
Tripolidin, pseudoefedrin 2/3 tab
Ranitidin 2/3 tab
Mf dtd no xv
Da in cap
698 Efedrin ½ tab Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
Tripolidin, pseudoefedrin ½ tab level NSAID yang diubah
Metilprednisolon tidak signifikan
Ranitidin ½ tab
117
Mf dtd no xv
Da in cap
Diklofenak-k tab x
709 Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
Ciprofloksasin HCl tab 500 mg x level NSAID yang diubah
tidak signifikan
Efedrin 1/3 tab
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab
Metilprednisolon 2/3 tab
Ranitidin 2/3 tab
Mf pulv dtd no xv
Diklofenak-k tab x
711 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
mg xv meningkatkan farmakologi deksametason .
eliminasi
Efedrin ½ tab deksametason dari
Deksametason 0,5 mg tubuh
Ranitidin ½ tab
Mf pulv dtd no xv
Da in cap
714 Ciprofloksasin tab 500 mg xv Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
level NSAID yang diubah
Efedrin ½ tab tidak signifikan
Ranitidin 2/3 tab
Metilprednisolon 8 mg
Codein anhidrat, feniltoloksamin ½
tab
Mf pulv dtd no xv
Da in cap
Diklofenak-k tab x
718 Ciprofloksasin tab 500 mg x Diazepam x ranitidin Tidak diketahui. - Efek dari benzodiazepine tertentu - - √ -
Bioavaibilitas dari mungkin dilemahkan atau dikuatkan.
Metampiron, diazepam tab x benzodiazepine Derajat pergantian level
tertentu dapat diubah benzodiazepine akan menjadi efek
Ranitidin ½ tab klinis yang penting
Metilprednisolon 4 mg
Efedrin 1/3 tab
Ambroksol HCl ½ tab
118
720 Spiramisin syr oral fl I Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - - √
meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/5 tab eliminasi
Luminal 5 mg deksametason dari
Deksametason 2/3 tab tubuh
Ambroksol HCl 1/3 tab
Vit C 1/3 tab Luminal x deksametason Meningkatkan Menurunkan efek farmakologi
Ranitidin 1/3 tab eliminasi kortikosteroid
Sl qs kortikosteroid dari
Mf pulv dtd xv tubuh.
728 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
mg XV level NSAID yang diubah.
Diklofenak-k tab X tidak signifikan
Metilprednisolon 4 mg
Ranitidin 2/3 tab
Ambroksol HCl 1/3 tab
Vit. C 1/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da Cap
735 Ciprofloksasin tab 500 mg X Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
Diklofenak-k tab X level NSAID yang diubah.
Efedrin 1/3 tab tidak signifikan
Tripolidin, pseudoefedrin 2/3 tab
Metilprednisolon 4 mg
Ranitidin 2/3 tab
Ambroksol HCl 1/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da Cap
739 Ciprofloksasin HCl tab 500 mg X Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Efedrin 1/3 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Tripolidin, pseudoefedrin 2/3 tab eliminasi
Deksametason 2/3 tab deksametason dari
Ranitidin 2/3 tab tubuh
m.f pulv dtd No. XV da cap
743 Spiramisin syr 100 ml Fl I Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Efedrin 1/5 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Deksametason 2/3 tab eliminasi
Ambroksol HCl 1/5 tab deksametason dari
Vit Vit B1, B2, B6, nikotinamid, Ca- tubuh
pantotenat 1/3 tab
Paracetamol 1/3 tab
m.f pulv dtd No. XV
Sir plus rasa jeruk q.s
745 Efedrin 1/3 tab Ibuprofen x ranitidin Perubahan serum - Berubahnya efek terapetik NSAID - - √ -
Ambroksol 1/3 tab level NSAID yang
Metilprednisolon 4 mg tidak signifikan
Ranitidin 1/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da cap
Ibuprofen syr forte Fl I
Cefadroksil monohidrat syr forte Fl I
746 Efedrin 1/3 tab Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab level NSAID yang diubah.
Metilprednisolon 4 mg tidak signifikan
Ranitidin 1/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da cap
Amoksisilin, asam klavulanat tab 500
mg XV
Diklofenak-k tab X
120
748 Ciprofloksasin HCl tab 500 mg X Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Ranitidin 2/3 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Deksametason 0,5 mg eliminasi
Ambroksol HCl 1/3 tab deksametason dari
Tripolidin, pseudoefedrin 1/2 tab tubuh
Efedrin 1/5 tab
m.f pulv dtd No. XV da cap
750 Ciprofloksasin tab 500 mg X Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Ambroksol HCl 1/3 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/2 tab eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 1/2 tab deksametason dari
Deksametason 0,5 mg tubuh
Ranitidin 2/3 tab
m.f pulv dtd No. XII da cap
758 Ciprofloksasin HCl tab 500 mg X Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
Diklofenak-k X level NSAID yang diubah.
Ambroksol HCl 2/3 tab tidak signifikan
Metilprednisolon 2/3 tab
Ranitidin 2/3 tab
759 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
mg XV level NSAID yang diubah.
Diklofenak-k tab X tidak signifikan
Efedrin 1/3 tab
Metilprednisolon 4 mg
Ranitidin 2/3 tab
Vit C 2/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da cap
764 Amoksisilin, asam klavulanat 500 mg Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
xv meningkatkan farmakologi deksametason .
eliminasi
Deksametason 0,5 mg deksametason dari
Tripolidin, pseudoefedrin 2/3 tab tubuh
Efedrin 1/3 tab
Ranitidin 2/3 tab
Mf dtd no xv
Da in cap
Mf dtd no xv
781 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ --
mg meningkatkan farmakologi deksametason .
eliminasi
Ambroksol HCl 2/3 tab deksametason dari
Efedrin ½ tab tubuh
Deksametason 0,5 mg
Ranitidin 2/3 tab
Mf dtd no xv
Da in cap
782 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
mg meningkatkan farmakologi deksametason .
eliminasi
Deksametason 2/3 tab deksametason dari
Ambroksol HCl 2/3 tab tubuh
efedrin 1/3 tab
Ranitidin 1/3 tab
Da in cap
783 Ciprofloksasin HCl tab 500 mg x Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/3 tab eliminasi
Ranitidin 2/3 tab deksametason dari
Deksametason 0,5 mg tubuh
Mf dtd xv
Da in cap
Parasetamol tab 500 mg xv
123
785 Amoksisilin, asam klavulanat syr Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
forte fl I meningkatkan farmakologi deksametason .
Ibuprofen syr forte I eliminasi
deksametason dari
Efedrin 1/5 tab tubuh
Tripolidin, pseudoefedrin 1/5 tab
Deksametason 2/3 tab
Ambroksol HCl 1/3 tab
Sl qs
Mf dtd no xi
788 Efedrin 1/3 tab Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Deksametason 2/3 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Tripolidin, pseudoefedrin 2/3 tab eliminasi
Ranitidin 2/3 tab deksametason dari
Mf dtd no xv tubuh
Da in cap
Ciprofloksasin HCl tab 500 mg x
790 Efedrin 1/3 tab Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Tripolidin, pseudoefedrin 1/5 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Deksametason 2/3 tab eliminasi
Ambroksol HCl 1/2 tab deksametason dari
S.L q.s tubuh
m.f pulv dtd No. XII
791 Amoksisilin, asam klavulanat syr Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
forte Fl I meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/5 tab eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 1/5 tab deksametason dari
Deksametason 1/2 tab tubuh
Ranitidin 1/3 tab
S.L q.s
m.f pulv dtd No. XV
796 Ciprofloksasin HCl tab 500 mg X Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Tripolidin, pseudoefedrin 1/2 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/2 tab eliminasi
Deksametason 0,5 mg deksametason dari
Ranitidin 1/2 tab tubuh
m.f Pulv dtd No .XII da Cap
124
797 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
mg V meningkatkan farmakologi deksametason .
Deksametason 0,5 mg eliminasi
Ranitidin 2/3 tab deksametason dari
Ambroksol HCl tab 2/3 tab tubuh
Efedrin 1/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da Cap
802 Spiramisin 5 gram 100 ml Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Ambroksol HCl tab 1/3 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/3 tab eliminasi
Deksametason 2/3 tab deksametason dari
Parasetamol 1/3 tab tubuh
S.L q.s
m.f pulv dtd no. XV da cap
804 Ketokonazol tab X Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - - √
Ciprofloksasin HCl tab 500 mg X meningkatkan farmakologi deksametason .
Deksametason 0,5 mg eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 1/2 tab deksametason dari
Efedrin 1/3 tab tubuh
Ranitidin 2/3 tab
m.f pulv dtd no. XII da cap Ketokonazol x ranitidin Menurunkan Efek ketokonazol melemah
bioavailabilitas
ketokonazol.
805 Amoksisilin, asam klavulanat Syr Ibuprofen x ranitidin Perubahan serum - Berubahnya efek terapetik NSAID - - √ -
Forte Fl I level NSAID yang
Deksametason 2/3 tab tidak signifikan
Ambroksol HCl 2/3 tab
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab
Ranitidin 1/3 tab
m.f pulv dtd No. XV
Ibuprofen Syr Forte Fl I
125
806 Cefiksim tab 100 mg X Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Efedrin 1/2 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Deksametason 2/3 tab eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab deksametason dari
Ambroksol HCl 1/2 tab tubuh
S.L q.s
m.f pulv dtd No. XII
807 Efedrin 1/5 tab Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Deksametason 2/3 tab eliminasi
Paracetamol 1/3 tab deksametason dari
S.L q.s tubuh
m.f pulv dtd No. XV
Tiamfenikol Syr Forte Fl I
809 Ciprofloksasin HCl tab 500 mg X Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Deksametason 0,5 mg meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/2 tab eliminasi
Ranitidin 2/3 tab deksametason dari
Ambroksol HCl 2/3 tab tubuh
m.f pulv dtd no.XV da Cap
813 Amoksisilin, asam klavulanat Syr Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - - √
Forte Fl I meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/5 tab eliminasi
Luminal 5 mg deksametason dari
Deksametason 2/3 tab tubuh
Ambroksol HCl 1/5 tab
Sir plus rasa jeruk q.s Luminal x deksametason Meningkatkan Menurunkan efek farmakologi
m.f pulv dtd No. XV eliminasi kortikosteroid
kortikosteroid dari
tubuh.
814 Captopril tab 25 mg X Diazepam x ranitidin Tidak diketahui. - Efek dari benzodiazepine tertentu - - √ -
Ciprofloksasin HCl tab 500 mg X Bioavaibilitas dari mungkin dilemahkan atau dikuatkan.
Ambroksol HCl 1/3 tab benzodiazepine Derajat pergantian level
Ranitidin 1/3 tab tertentu dapat diubah benzodiazepine akan menjadi efek
Metilprednisolon 2/3 tab klinis yang penting
Diazepam 2 mg
m.f pulv dtd No. X da Cap
815 Amoksisilin, asam klavulanat Syr Fl Luminal x paracetamol Barbiturate dapat - Potensial hepatotoksisitas dari - √ - -
I menginduksi enzyme acetaminophen mungkin
Ambroksol HCl 1/5 tab microsomal hepatic ditingkatkan saat dosis barbiturate
efedrin 1/5 tab dengan mempercepat dalam jumlah besar di kombinasikan.
parasetamol 100 mg metabolism Efek terapi dari acetaminophen dapat
Luminal 5 mg acetaminophen yang diturunkan dengan terapi barbiturate
Sir plus rasa jeruk q.s dapat menyebabkan
m.f pulv dtd No. XV level tinggi
hepatotoksin
816 efedrin 1/5 tab Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - - √
Luminal 5 mg meningkatkan farmakologi deksametason .
Deksametason 2/3 tab eliminasi
Ranitidin 1/3 tab deksametason dari
Vit. Vit B1, B2, B6, nikotinamid, Ca- tubuh
pantotenat 1/3 tab
Ambroksol HCl 1/5 tab Luminal x deksametason Meningkatkan Menurunkan efek farmakologi
Sir plus rasa jeruk q.s eliminasi kortikosteroid
Amoksisilin, asam klavulanat Syr kortikosteroid dari
forte Fl I tubuh.
m.f pulv dtd No. XV
817 Cefadroksil monohidrat Syr Forte Fl I Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - - √
Ambroksol HCl 1/5 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/5 tab eliminasi
Deksametason 1/2 tab deksametason dari
127
Luminal 5 mg tubuh
Vit. Vit B1, B2, B6, nikotinamid, Ca-
pantotenat 1/3 tab Luminal x deksametason Meningkatkan Menurunkan efek farmakologi
S.L q.s eliminasi kortikosteroid
m.f pulv dtd No. XV kortikosteroid dari
tubuh.
818 Efedrin 2/3 tab Diazepam x ranitidin Tidak diketahui. - Efek dari benzodiazepine tertentu - - √ -
Ambroksol HCl 1/3 tab Bioavaibilitas dari mungkin dilemahkan atau dikuatkan.
Metilprednisolon 4 mg benzodiazepine Derajat pergantian level
Ranitidin 2/3 tab tertentu dapat diubah benzodiazepine akan menjadi efek
Vit C 2/3 tab klinis yang penting
m.f pulv dtd No. XV da Cap
Metampiron, diazepam tab XV
819 Metampiron, diazepam tab X Diazepam x ranitidin Tidak diketahui. - Efek dari benzodiazepine tertentu - - √ -
Deksametason 0,7 mg Bioavaibilitas dari mungkin dilemahkan atau dikuatkan.
Ranitidin 2/3 tab benzodiazepine Derajat pergantian level
Efedrin 1/3 tab tertentu dapat diubah benzodiazepine akan menjadi efek
m.f pulv dtd No. XV da Cap klinis yang penting
820 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Diazepam x ranitidin Tidak diketahui. - Efek dari benzodiazepine tertentu - - √ -
mg XV Bioavaibilitas dari mungkin dilemahkan atau dikuatkan.
Parasetamol tab 500 mg XV benzodiazepine Derajat pergantian level
Efedrin 1/3 tab tertentu dapat diubah benzodiazepine akan menjadi efek
Ambroksol HCl 2/3 tab klinis yang penting
Metilprednisolon 4 mg
Ranitidin 2/3 tab
Diazepam 2 mg
m.f pulv dtd No. XV da Cap
822 Ciprofloksasin HCl tab 500 mg x Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
level NSAID yang diubah.
Metilprednisolon 6 mg tidak signifikan
Ranitidin 2/3 tab
Efedrin 2/3 tab
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab
Mf pulv dtd no xv
Diklofenak-k tab x
830 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
mg xv meningkatkan farmakologi deksametason .
eliminasi
Ambroksol HCl 1/10 tab deksametason dari
128
849 Ciprofloksasin tab 500 mg x Diazepam x ranitidin Tidak diketahui. - Efek dari benzodiazepine tertentu - - √ -
Bioavaibilitas dari mungkin dilemahkan atau dikuatkan.
Ambroksol HCl 2/3 tab benzodiazepine Derajat pergantian level
Metilprednisolon 4 mg tertentu dapat diubah benzodiazepine akan menjadi efek
Ranitidin 2/3 tab klinis yang penting
Diazepam 2/3 tab
Mf dtd no xv
850 Cefadroksil monohidrat syr forte fl I Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - - √
meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/3 tab eliminasi
Luminal 5 mg deksametason dari
Deksametason 2/3 tab tubuh
Parasetamol ½ tab
Ambroksol HCl 1/3 tab Luminal x deksametason Meningkatkan Menurunkan efek farmakologi
Sl qs eliminasi kortikosteroid
Mf dtd no xv kortikosteroid dari
tubuh.
851 Amoksisilin, asam klavulanat syr Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - - √
forte fl I meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/5 tab eliminasi
Deksametason 2/3 tab deksametason dari
Vit Vit B1, B2, B6, nikotinamid, Ca- tubuh
pantotenat ex 1/3 tab
Luminal 5 mg Luminal x deksametason Meningkatkan Menurunkan efek farmakologi
Sl qs eliminasi kortikosteroid
Mf dtd no xv kortikosteroid dari
tubuh.
852 Metilprednisolon 4 mg Diazepam x ranitidin Tidak diketahui. - Efek dari benzodiazepine tertentu - - √ -
Ranitidin 2/3 tab Bioavaibilitas dari mungkin dilemahkan atau dikuatkan.
Efedrin 1/3 tab benzodiazepine Derajat pergantian level
Diazepam 2 mg tertentu dapat diubah benzodiazepine akan menjadi efek
Ambroksol HCl 2/3 tab klinis yang penting
Mf dtd no xii
Da in cap
Metampiron, diazepam no x
856 Tiamfenikol syr forte fl I Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - - √
meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/5 tab eliminasi
Luminal 5 mg deksametason dari
Deksametason 1/3 tab tubuh
Ambroksol HCl 1/10 tab
Sl qs Luminal x deksametason Meningkatkan Menurunkan efek farmakologi
Mf pulv dtd no xv eliminasi kortikosteroid
kortikosteroid dari
tubuh.
858 Ciprofloksasin tab 500 mg X Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/3 tab eliminasi
Deksametason 2/3 tab deksametason dari
Griseofulvin 1/3 tab tubuh
mf pulv dtd no XII da cap
861 Amoksisilin, asam klavulanat syr Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
forte Fl I meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/3 tab eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 1/5 tab deksametason dari
Deksametason 2/3 tab tubuh
Paracetamol 1/2 tab
S.L q.s
mf pulv dtd No. XV
131
862 Cefadroksil monohidrat tab 500 mg Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Ksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
XV level NSAID yang diubah
Diklofenak-k tab XV tidak signifikan
Efedrin 2/3 tab
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab
Metilprednisolon 4 ml
Ranitidin 2/3 tab
m.f pulv dtd No. XIII da cap
867 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Ksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
mg XV level NSAID yang diubah
Metilprednisolon 4 ml tidak signifikan
Ranitidin 2/3 tab
Tripolidin, pseudoefedrin 1/2 tab
m.f pulv dtd No. XV da cap
Diklofenak-k tab X
868 Amoksisilin, asam klavulanat syr Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
forte Fl I meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/3 tab eliminasi
Deksametason 0,5 mg deksametason dari
Ranitidin 1/3 tab tubuh
Paracetamol 1/3 tab
Ambroksol HCl 1/3 tab
S.L q.s
m.f pulv dtd No. XV
873 Amoksisilin, asam klavulanat syr Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
forte Fl I meningkatkan farmakologi deksametason .
Black eldeberry, echinaceae eliminasi
purpurea, phyliantus niruri syr Fl I deksametason dari
Efedrin 1/3 tab tubuh
Ambroksol HCl 1/3 tab
Deksametason 1/2 tab
Tripolidin, pseudoefedrin 1/5 tab
Vit B1, B2, B6, nikotinamid, Ca-
pantotenat 1/3 tab
S.L q.s
m.f pulv dtd No. XV
877 Cefaclor syr forte Fl I Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Efedrin 1/5 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Tripolidin, pseudoefedrin 1/3 tab eliminasi
Deksametason 2/3 tab deksametason dari
Ranitidin 1/3 tab tubuh
132
S.L q.s
Black eldeberry, echinaceae
purpurea, phyliantus niruri syr Fl I
m.f pulv dtd No. XV da cap
878 Amoksisilin, asam klavulanat tab 500 Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Ksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
mg XV level NSAID yang diubah
Metilprednisolon 2/3 tab tidak signifikan
Ranitidin 2/3 tab
Tripolidin, pseudoefedrin 2/3 tab
Efedrin 1/3 tab
Diklofenak-k tab X
m.f pulv dtd No. XV da cap
881 Amoksisilin, asam klavulanat syr Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
forte Fl I meningkatkan farmakologi deksametason .
Efedrin 1/5 tab eliminasi
Tripolidin, pseudoefedrin 1/5 tab deksametason dari
Deksametason 2/3 tab tubuh
Paracetamol 1/5 tab
S.L q.s
m.f pulv dtd No. XV
dibasic ca fosfat, ca laktat, vit C, vit
D syr Fl I
887 Efedrin 1/5 tab Efedrin x deksametason Efedrin - Terjadinya penurunan efek - - √ -
Deksametason 2/3 tab meningkatkan farmakologi deksametason .
Ambroksol HCl 1/3 tab eliminasi
Ranitidin 1/3 tab deksametason dari
Vit B1, B2, B6, nikotinamid, Ca- tubuh
pantotenat 1/3 tab
CTM 1/5 tab
S.L q.s
mf pulv dtd no XV
Tiamfenikol syr forte Fl I
888 Metilprednisolon 4 mg Diklofenak x ranitidin Perubahan serum - Aksi terapi dari diklofenak dapat - - √ -
Ranitidin 2/3 tab level NSAID yang diubah
Tripolidin, pseudoefedrin 2/3 tab tidak signifikan
Ambroksol HCl 1/3 tab
m.f pulv dtd No. XV da cap
Ciprofloksasin tab 500 mg X
Diklofenak-k tab X