Anda di halaman 1dari 3

Dalam museum yang selama ini dikenal sebagai Museum Darma Bhakti Kostrad, ada patung Pak

Harto, Sarwo Edhi (yang dulu memimpin pasukan Parako yang kini bernama Kopassus) dan
Jenderal AH Nasution saat menjabat sebagai Panglima TNI AD. Namun, saat ini, patung ketiga
sosok itu tidak ada lagi di dalam museum Kostrad. Hanya ada kursi-kursi kosong tanpa patung.

Hal ini menyebabkan berbagai isu muncul salah satunya isu bahwa TNI sedang disusupi PKI,
namun hal ini dibantah oleh Kostrad sendiri dengan adanya klarifikasi yang isinya :

1. Bahwa tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak
Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum
Dharma Bhakti di Markas Kostrad.
2. Pada Hari Senin, tanggal 30 Agustus 2021, Panglima Kostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI
(Purn.) Azmyn Yusri Nasution didampingi Kaskostrad dan Irkostrad bersilaturahmi
kepada Pangkostrad yang bertujuan meminta untuk pembongkaran patung-patung
tersebut.
3. Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut atas keinginan dan ide Letnan Jenderal
TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution, karena pada saat menjabat Pangkostrad periode (9
Agustus 2011 s/d 13 Maret 2012) beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-
patung tersebut.
4. Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution meminta untuk patung-patung yang
telah dibuatnya untuk di bongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak
Kostrad mempersilakan.
5. Bahwa tidak benar Kostrad menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI).
Pembongkaran patung-patung murni keinginan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn
Yusri Nasution sebagai pembuat ide.

Oleh karena itu, patung-patung tersebut bukan hilang, namun dimusnahkan oleh Kosprad atas
permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution demi ketenangan lahir dan batin,
sehingga pihak Kostrad mempersilakan.

Ide perencanaan pengadaan patung-patung diatas diajukan/diusulkan oleh Letnan Jenderal TNI
(Purn.) Azmyn Yusri Nasution pada saat beliau menjabat sebagai Pangkostrad (9 Agustus 2011 –
13 Maret 2012).
Pada artikel kompasiana, penetapan status penggunaan BMN tidak jelas, apakah patung tersebut
adalah BMN atau bukan, berasal dari dana APBN atau bukan. Namun hal ini saya asumsikan
bahwa patung diatas merupakan BMN karena patung tersebut berada di Museum Kostrad dan
digunakan atau dimanfaatkan untuk penyelenggaraan pemerintah, makan patung tersebut
diasumsikan merupakan BMN.

Karena patung-patung diatas merupakan BMN, maka wajib dilaksanakan pengamanan dan
pemeliharaan BMN. Pengamanan fisik yang harus dilakukan adalah memasang pembatas/kaca
pembatas agar patung tidak digores atau semacamnya oleh pengunjung museum, pengamanan
administrasi yang dilakukan adalah menghimpun, mencatat, menyimpan, dan menatausahakan
dokumen aset seperti faktur pembelian/BAST agar tidak ada pihak lain yang dapat mengklaim
aset tersebut, kemudian pada pengamanan hukum, aset tersebut harus dilakukan pengusulan
dokumen kepemilikan atau pengusulan penetapan status penggunaan BMN. BMN juga harus
dilakukan pemeliharaan BMN meliputi pemeliharaan ringan, sedang, maupun berat.

Dari hal ini kita menyadari bahwa BMN berupa patung telah dimusnahkan dengan cara yang
tidak wajar. Menurut KMK 334, pemusnahan BMN dilakukan dalam hal BMN tidak dapat
digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan/atau tidak dapat dipindahtangankan.

Patung-patung tersebut masih bisa digunakan maupun dimanfaatkan dalam penyelenggaraan


pemerintah yaitu digunakan di Museum Kostrad untuk dijadikan edukasi sejarah bagi
pengunjung museum. Dengan ini, BMN masih bisa digunakan, masih bisa dimanfaatkan, serta
tidak bisa dipindahtangankan dikarenakan syarat pemindahtanganan BMN adalah BMN yang
sudah tidak diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan negara. Oleh karena itu, patung
tersebut harus tetap dilakukan pengamanan dan pemeliharaa BMN sesuai peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.

Dengan adanya pemusnahan BMN ini berarti Kostrad telah menyalahi peraturan BMN sendiri,
tidak seharusnya BMN dilakukan pemusnahan hanya karena permintaan seseorang walaupun
beliau adalah pencetus idenya.

Kelemahan siklus pengelolaan yang perlu dibenahi pada kasus ini adalah siklus pengunaan
barang, pengamanan BMN, serta pemusnahan BMN. Karena ketidakjelasan penetapan status
penggunaan BMN tersebut sehingga menyebabkan dasar pemusnahan BMN yang keliru.
Agar hal ini tidak terjadi lagi, harus dilakukan penegakan hukum terhadap aparat yang telah
melanggar peraturan serta penegasan hukum agar hukum itu dipatuhi dan tidak ada pelanggaran
lagi. Padahal hukum sudah dibuat secara jelas dan rinci, namun masih ada subjek BMN yang
masih belum patuh.

https://kumparan.com/kumparannews/yang-perlu-diketahui-soal-raibnya-patung-soeharto-ah-
nasution-di-museum-kostrad-1wbysnQM5KU/2

KMK 334 2021 tentang Pengelolaan BMN di Lingkungan Kemenkeu

Anda mungkin juga menyukai