Saat ini terdapat 29 (dua puluh sembilan) unit usaha perkebunan kelapa sawit milik
PTPN IV sebagai perpanjangan tangan negara untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu juga terdapat 1 (satu) unit usaha perkebunan teh, 1 (satu) unit
usaha plasma kelapa sawit, dan 1 (satu) unit usaha bengkel. [CITATION PTP19 \l 1033 ]
Pada tahun 2019, Indonesia tercatat sebagai penghasil minyak sawit terbesar di dunia,
yaitu 43 juta ton/tahun [ CITATION Shi21 \l 1033 ]. Selama ini Pemerintah memang
menempatkan kelapa sawit kedalam komoditi penting sebagai sumber penerimaan
devisa negara.
Permintaan dunia terhadap produk minyak kelapa sawit terus meningkat akibat
bergesernya orientasi konsumsi minyak nabati dunia dari kedelei hasil produksi negara
maju (Eropa) menjadi konsumsi minyak sawit yang diproduksi negara berkembang
seperti Indonesia [ CITATION Abd18 \l 1033 ]. Pergeseran ini memotivasi pemerintah
untuk terus mengeluarkan kebijakan yang mendukung perluasan area perkebunan
kelapa sawit nasional, dan pada sisi lain mendorong tumbuhnya perkebunan sawit
rakyat.
Fakta temuan di lapangan modus kejahatan perkebunan sangat masif dan terorganisir. Berkenaan dengan pencurian kelapa sawit,
banyak orang percaya bahwa hal itu sering dilakukan oleh ninja kelapa sawit (kejahatan sederhana), tetapi pada kenyataannya
pencurian oleh "ninja kelapa sawit" hanya sekitar 10% sd 15% saja. Kenyataannya, ada mafia kelapa sawit yang beroperasi di
perkebunan PTPN IV yang menguasai 85% dari pencuri minyak tersebut. 90% (kejahatan terorganisir/serius).
DAFTAR PUSTAKA
Abdina, Fadhly, Sarim Sembiring dan Harso Kardinata (2018), Analisis Dampak
Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Asahan,
Makalah Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi
Persaingan Global, Universitas Medan Area, 04-05 April 2018
Hanum, Siti Syrifah dan Bayu Krisna Murthi (2018), Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Alih Fungsi Lahan Kakao Menjadi Kelapa Sawit di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara,
Artikel, tidak dipublikasikan, Bogor:IPB
Junaedi (2020), Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance) di Bidang Pengamanan Aset Untuk Meminimalisir Pencurian Tandan
Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di PT.Perkebunan Nusantara IV, Tesis Prodi Magister
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2020.
Panjaitan, Ismanto (2020), Perkebunan Swasta Kelapa Sawit di Asahan Kelola Lahan
tanpa HGU, Selasa 23 Juni 2020, diakses 04/04/2021, Pukul 17.07 WIB.
Prasetyo, Eko (2020), Semangat Baru Legalitas Lahan Sawit, Kolom portal
DetikDotCom, 22 Juli 2020, diakses 04/04/2021 Pukul 10.14. WIB
Stoler, Ann (2005), Kapitalisme dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatra 1870-
1979, Yogyakarta: KARSA
Supriyono, Joko (2019), Sejarah Kelapa Sawit Indonesia, diakses 04/04/2021, Pukul
01/38
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Sawit dan Ketergantungan
Sosial, Berkaca dari Asahan", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/bmasthuri/606d5a608ede48599415b0c2/sawit-dan-
ketergantungan-sosial-berkaca-dari-asahan?page=all#section2
Fakta temuan di lapangan modus kejahatan perkebunan sangat masif dan terorganisir.
Berkenaan dengan pencurian kelapa sawit, banyak orang percaya bahwa hal itu sering
dilakukan oleh ninja kelapa sawit (kejahatan sederhana), tetapi pada kenyataannya
pencurian oleh "ninja kelapa sawit" hanya sekitar 10% sd 15% saja. Kenyataannya, ada
mafia kelapa sawit yang beroperasi di perkebunan PTPN IV yang menguasai 85% dari
pencuri minyak tersebut. 90% (kejahatan terorganisir/serius). Mafia sawit terdiri dari:
pengepul, Organisasi Pemuda (OKP), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM);
LERENG; PKS tanpa taman; aktor intelektual; Pengelola Keuangan; pengedar narkoba;
karyawan nakal; dan dukungan. Lemahnya sistem keamanan dan penegakan hukum
serta kurangnya koordinasi dengan Aparat Penegak Hukum menjadi penyebab
pencurian dan penggelapan TBS tersebut. Hal ini dapat ditelusuri ke Laporan No. TBL/
937/XII/2017 Bareskrim, tanggal 8 Desember 2017, tentang Pelaporan Dugaan Tindak
Pidana Pemanenan atau Pemungutan Hasil Perkebunan Secara Ilegal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 107 Undang- Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Jo
Perkebunan. Pasal 55 KUHP.
Tindak pidana pencurian dan penggelapan TBS kelapa sawit di areal PTPN IV sangat
masif dan dapat dikategorikan sangat kritis (keadaan darurat sipil). Pencurian dan
penggelapan TBS kelapa sawit dapat diibaratkan sebagai kanker stadium IV yang telah
menyebar ke setiap organ penting. Estimasi nilai kerugian yang dialami PTPN IV adalah
+ Rp. 500 Milyar/tahun, padahal perusahaan sudah mengeluarkan security fee + Rp.
130 miliar / tahun dengan total tenaga kerja keamanan + 2.200 personel (perkiraan
jumlah kerugian PTPN IV terhadap pencurian TBS Kelapa Sawit). Selain itu, lemahnya
penegakan hukum mengakibatkan minimnya efek jera bagi pelaku tindak pidana karena
penerapan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang
Perkebunan masih minim.