Anda di halaman 1dari 8

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul...............

Dede Yusuf Kadasyah

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DALAM RANSUM


TERHADAP PERFORMA AYAM SENTUL

THE EFFECT OF TOFU WASTE MEAL IN RATIONS ON PERFORMANCES OF


SENTUL CHICKENS

Dede Yusuf Kadarsyah*, Wiwin Tanwiriah **, Indrawati Yudha Asmara **

* Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015


** Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
e-mail: dedeyusufkadarsyah@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung ampas tahu
dalam ransum terhadap performa Ayam Sentul telah dilaksanakan di Lingkungan Mekar Lapian
RT/RW 012/004, Desa Cicenang, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka dari tanggal
22 April 2015 – 10 Juni 2015. Penelitian menggunakan metode eksperiment dengan Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari ransum yang mengandung tepung ampas tahu 0%
(R0), 10% (R1), 20% (R2), 30% (R3), dan 40% (R4). Setiap perlakuan diulang empat kali dan
setiap ulangan terdiri dari dua ekor Ayam Sentul sehingga total ayam penelitian ada 40 ekor.
Peubah yang diukur meliputi konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi
ransum. Data dianalisis dengan Sidik ragam dan untuk mengetahui perbedaan perlakuan
dilakukan uji Polynomial Orthogonal. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan tepung
ampas tahu sampai dengan 40% dalam ransum memberikan perbedaan yang nyata pada
konsumsi ransum, tetapi memberikan pengaruh yang tidak nyata pada pertambahan bobot
badan dan konversi ransum. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung
ampas tahu sampai 40% dalam ransum masih menghasilkan performa Ayam Sentul yang baik.

Kata kunci: Performa, konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi


ransum, tepung ampas tahu, Ayam Sentul

ABSTRACT

The research to determine the effect of tofu waste meal in ration on performance of
Sentul Chickens has been conducted at Mekar Lapian Block RT/RW 012/004, Cicenang
Village, Cigasong Sub-District, Majalengka District from 22 April 2015 – 10 Juni 2015. This
research used experimental method with Completely Randomize Design (CRD). The treatments
were five rations containing tofu waste meal 0% (R0), 10% (R1), 20% (R3), 30% (R3), and
40% (R4). Each treatment was replicated four times and each replication consisted of two
Sentul Chickens. The variables were feed consumption, growth rate, and feed conversion. The
data was analyzed using variance analysis and polynomial orthogonal test was performed to
identify the differences among treatments. The result indicated that the utilization of tofu waste
in rations until 40% influence significantly to feed consumption but do not influence
significantly to growth rate and feed conversion.It can be concluded that the use of tofu waste
Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul............... Dede Yusuf Kadasyah

meal until 40% in rations still resulting in good performance of Sentul chickens. However, for
optimal results, it is suggested to use 10% of tofu waste meal in rations.

Keyword: Performance, feed comsumption, growth rate, feed convertion, tofu waste meal,
Sentul Chickens

PENDAHULUAN
Sektor peternakan merupakan sektor penting yang berfokus pada pemenuhan
kebutuhan protein asal hewan seperti daging. Daging ayam memberikan kontribusi yang
penting dalam pemenuhan protein hewani di Indonesia karena memiliki harga yang terjangkau
dibandingkan dengan daing sapi dan juga disukai sebagian besar masyarakat di Indonesia.
Ketersediaan daging ayam dapat dipenuhi oleh ayam broiler dan ayam lokal.
Ayam Sentul adalah ayam lokal yang berasal dari daerah Ciamis, Jawa Barat yang
saat ini dikembangkan sebagai ayam pedaging. Ayam Sentul memiliki pertumbuhan yang
relatif cepat dibanding dengan ayam lokal lain. Ransum adalah salah satu faktor penting dalam
pemeliharaan Ayam Sentul. Ransum yang baik akan menghasilkan performa yang baik yang
dapat diukur dari konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum. Ransum
yang baik biasanya tersusun dari bahan pakan dengan kandungan protein yang tinggi.
Tepung ampas tahu adalah salah satu hasil ikutan dari proses pembuatan tahu yang
dapat digunakan sebagai bahan pakan penyusun ransum yang murah dan tidak bersaing
dengan kebutuhan manusia. Dilihat dari kandungan proteinnya, ampas tahu dapat dijadikan
bahan pakan sumber protein nabati bagi ransum Ayam Sentul Namun demikian, tepung
ampas tahu mempunyai kandungan serat kasar yang tinggi, sehingga dalam ransum ayam
harus dibatasi pemakaiannya karena berhubungan dengan fisiologi ayam yang kurang dapat
mencerna serat kasar dan juga sifat keambaan bahan pakan yang berpengaruh terhadap
konsumsi ransum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung ampas tahu
dalam ransum terhadap performa Ayam Sentul dan juga untuk mendapatkan tingkat
pemberian tepung ampas tahu dalam ransum yang menghasilkan performa yang masih baik
pada Ayam Sentul.
Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul............... Dede Yusuf Kadasyah

MATERI DAN METODE PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan ayam Sentul jantan berumur dua minggu sebanyak 40 ekor
dan dipelihara sampai umur 9 minggu. Tiap ayam diberi nomor dengan menggunakan wing
tag lalu ditimbang bobot badan awalnya. Koefisien variasi dari ayam yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 6,64%. Ayam dimasukkan kedalam 20 unit kandang secara acak yang tiap
unitnya terdiri dari 2 ekor ayam. Pengambilan data dilakukan sejak ayam berumur tiga minggu.
Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan rancangan percobaan yang
digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian menggunakan 5 macam
perlakuan penambahan tepung ampas tahu, setiap perlakuan diulang 4 kali sehingga diperoleh
20 unit percobaan dengan masing–masing unit percobaan terdiri dari 2 ekor ayam. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Polynomial Orthogonal (Gasperz,1995).
Peubah yang diamati meliputi konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi
ransum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 untuk konsumsi ransum, Tabel 2 untuk
pertambahan bobot badan, dan Tabel 3 untuk konversi ransum. Pengukuran konsumsi ransum,
dihitung dengan mengitung jumlah konsumsi perminggu dan dijumlahkan pada akhir
pemeliharaan. Berdasarkan Tabel 1, tampak bahwa konsumsi ransum yang paling tinggi
terdapat pada perlakuan R0 (0% tepung ampas tahu) yaitu 1364,40 gram dan yang paling rendah
adalah perlakuan R4 (40% tepung ampas tahu) yaitu 1196,30 gram.

Tabel 1. Konsumsi Ransum Ayam Sentul Setiap Ekor Selama Penelitian (7 Minggu)

Ulangan Perlakuan
R0 R1 R2 R3 R4
…………………………….(gram)………………………………
1 1352,50 1273,50 1276,00 1259,00 1281,50
2 1275,00 1144,50 1277,00 1196,00 1111,50
3 1483,50 1213,00 1124,50 1217,00 1222,50
4 1346,50 1212,50 1198,00 1205,50 1170,00
Total 5457,50 4807,50 4875,50 4877,50 4785,00
Rata-Rata 1364,40 1201,90 1218,90 1219,40 1196,30
Keterangan : R0: Ransum mengandung ampas tahu 0%
R1: Ransum mengandung ampas tahu 10%
R2: Ransum mengandung ampas tahu 20%
R3: Ransum mengandung ampas tahu 30%
R4: Ransum mengandung ampas tahu 40%
Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul............... Dede Yusuf Kadasyah

Hasil analisis polynomial orthogonal menunjukan bahwa konsumsi perlakuan R0 = 0%


(tanpa ampas tahu) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi untuk ransum pada
perlakuan R1 (10% tepung ampas tahu), R2 (20% tepung ampas tahu), R3 (30% tepung ampas
tahu), dan perlakuan R4 (40% tepung ampas tahu). Tetapi perlakuan R1, R2, R3, dan R4
menunjukan perbedaan yang tidak nyata.
Konsumsi ransum yang berbeda antara ransum tanpa tepung ampas tahu (R0) dengan
ransum mengandung tepung ampas tahu (R1, R2, R3, dan R4) diduga karena ransum yang
mengandung tepung ampas tahu memiliki serat kasar yang tinggi sehingga memiliki sifat yang
amba (bulky). Hal ini sejalan dengan Zuprizal (2005) yang menyatakan bahwa konsumsi
ransum akan menurun ketika ternak menjadi cepat kenyang yang disebabkan oleh ransum yang
bersifat bulky seperti serat kasar atau zat makanan yang kaya air. Hal ini didukung pendapat
Soeharsono (1976) yang menyatakan bahwa pada ayam, konsumsi dibatasi oleh daya tampung
tembolok, dan keambaan ransum akan menyebabkan daya tampung tembolok menjadi cepat
penuh
Hasil yang didapat dari uji polynomial orthogonal menunjukan bahwa pemberian
tepung ampas tahu dalam ransum terhadap konsumsi ransum mengikuti grafik regresi kuadratik
dengan persamaan y = 1341.4 - 10.68x + 0.1873x2. Persamaan tersebut digunakan untuk
menduga respon konsumsi ransum sebagai akibat pemberian tepung ampas tahu dalam ransum
yang diilustrasikan dalam grafik seperti Ilustrasi 1.

Ilustrasi 1. Grafik Konsumsi Ransum Pada Tiap Perlakuan Ransum


1400.00
Konsumsi Ransum

1350.00
1300.00
1250.00 y = 1341.4 - 10.68x + 0.1873x2
1200.00
1150.00
0 10 20 30 40 50
Perlakuan (%)

Pada Ilustrasi 1 dapat dilihat bahwa grafik akan menurun pada penggunaan tepung
ampas tahu 10% hingga 30%, akan tetapi pada saat penggunaan tepung ampas tahu 40%
Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul............... Dede Yusuf Kadasyah

konsumsi diramalkan kembali naik. Hal ini disebabkan ayam yang diberi tepung akan
beradaptasi seiring dengan waktu yang berjalan tetapi tetap dibatasi oleh kandungan serat kasar.
Serat kasar ini akan mengakibatkan penyerapan energi dari ransum terhambat walaupun energi
yang terkandung di dalam ransum tinggi, sehingga pada saat kandungan ampas tahu meningkat,
serat kasar akan meningkat, lalu akan mengakibatkan penyerapan energi dari ransum akan
berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan energinya maka ayam akan menambah intensitas
konsumsinya sehingga jumlah konsumsi R4 akan sedikit meningkat, hal ini sejalan dengan
Rasyaf (2003) yang menyatakan bahwa ayam akan berhenti makan bila energinya terpenuhi.
Namun, meskipun ada sedikit peningkatan konsumsi pada R4 secara statistik tidak ada
peningkatan yang nyata.
Hasil pengukuran pertambahan bobot badan dari masing-masing perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 2. Pengukuran pertambahan bobot badan selama penelitian adalah dengan cara
mengurangi bobot badan ayam pada akhir penelitian dengan bobot badan pada saat awal
penelitian.

Tabel 2. Pertambahan Bobot Badan Ayam Sentul Setiap Ekor Selama


Penelitian (7 Minggu)
Perlakuan
Ulangan
R0 R1 R2 R3 R4
……………………………….g…………………..…….…
1 503,50 421,00 572,00 489,50 485,50
2 482,50 512,00 429,00 347,00 316,50
3 441,50 369,50 348,00 395,50 422,50
4 489,50 505,50 394,00 422,50 415,50
Total 1917,00 1808,00 1743,00 1654,50 1640,00
Rata-Rata 479,25 452,00 435,75 413,63 410,00
Keterangan : R0: Ransum mengandung ampas tahu 0%
R1: Ransum mengandung ampas tahu 10%
R2: Ransum mengandung ampas tahu 20%
R3: Ransum mengandung ampas tahu 30%
R4: Ransum mengandung ampas tahu 40%

Tabel 2 memperlihatkan rata-rata pertambahan bobot badan yang bervariasi, namun


semakin tinggi kandungan ampas tahu, maka pertambahan bobot badan semakin menurun.
Rata-rata bobot badan paling tinggi dihasilkan oleh perlakuan R0 (0% tepung ampas tahu)
Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul............... Dede Yusuf Kadasyah

sedangkan rata-rata bobot badan paling rendah yaitu perlakuan R4 (40% tepung ampas tahu)
yaitu 410,00 gram.
Hasil analisis polynomial orthogonal memberikan hasil bahwa pemberian tepung ampas
tahu dalam ransum memberikan pengaruh tidak nyata (p > 0,05) terhadap pertambahan bobot
badan Ayam Sentul. Hal ini membuktikan bahwa ampas tahu yang diberikan kepada Ayam
Sentul masih bisa ditolerir hingga tingkat penggunaan tepung ampas tahu hingga 40%
Pertambahan bobot badan seekor ternak berbanding lurus dengan jumlah ransum yang
dikonsumsi. Pada saat pertumbuhan berjalan dengan cepat, ternak sangat sensitif terhadap
tingkat gizi pada ransum (Wahju, 2004) dan apabila lebih banyak ransum yang dikonsumsi oleh
seekor ternak, maka lebih tinggi pula pertambahan bobot badan ternak tersebut (Schaible,
1979). Tabel 1 menujukkan bahwa semakin besar kandungan ampas tahu dalam ransum akan
semakin menurunkan konsumsi ransum. Walaupun tepung ampas tahu memiliki kandungan
serat kasar yang tinggi, namun tepung ampas tahu juga memiliki energi dan protein yang tinggi
yang dapat menggantikan bahan pakan konvensional seperti jagung dan bungkil kedelai,
sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan ayam masih tercukupi sampai level 40%. Hal
ini terbukti dengan bobot badan yang tidak berbeda nyata pada masing - masing perlakuan.

Tabel 3. Konversi Ransum Ayam Sentul Setiap Ekor Selama Penelitian


Perlakuan
Ulangan
R0 R1 R2 R3 R4
……………………………….g…………………..…….…
1 2,69 2,94 2,23 2,57 2,64
2 2,64 2,24 2,98 3,45 3,51
3 3,36 3,28 3,23 3,08 2,89
4 2,75 2,40 3,04 2,85 2,82
Rata-Rata 2,86 2,71 2,87 2,99 2,96
Keterangan : R0: Ransum mengandung ampas tahu 0%
R1: Ransum mengandung ampas tahu 10%
R2: Ransum mengandung ampas tahu 20%
R3: Ransum mengandung ampas tahu 30%
R4: Ransum mengandung ampas tahu 40%

Hasil yang terdapat pada Tabel 3 menunjukkan bahwa konversi yang paling rendah atau
paling baik dihasilkan oleh ayam yang mendapat perlakuan R1 (10% tepung ampas tahu) yaitu
2,71, lalu konversi tertinggi didapatkan pada perlakuan R3 (30% tepung ampas tahu) yaitu 2,99,
sedangkan untuk konversi rata-rata ransum tanpa perlakuan (R0) adalah 2,86. Konversi ransum
Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul............... Dede Yusuf Kadasyah

dihitung dengan cara membagi konsumsi ransum masing-masing perlakuan dengan


pertambahan bobot badan ayam pada masing-masing perlakuan.
Hasil analisis polynomial orthogonal memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh tidak
nyata (p > 0,05) pemberian tepung ampas tahu dalam ransum terhadap konversi ransum. Hasil
ini menunjukkan bahwa seluruh ransum perlakuan memiliki tingkat efisiensi yang hampir
sama. Pada perlakuan R0 dapat dilihat bahwa pertambahan bobot badan yang tinggi (Tabel 2)
disebabkan oleh konsumsi ransum yang juga tinggi (Tabel 1). Demikian juga untuk ransum
yang diberi ampas tahu, pertambahan bobot badan yang menurun disebabkan oleh konsumsi
ransum yang menurun. Hal ini lah yang menyebabkan tidak adanya perbedaan konversi ransum
yang nyata antara perlakuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeharsono (1976) menyatakan
bahwa konversi ransum merupakan refleksi antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan
pertambahan bobot badan seekor ternak.
Menurut Rasyaf (2003), harapan yang dikehendaki dalam pemeliharaan ternak adalah
pertumbuhan yang relatif cepat dengan tingkat konsumsi yang relatif rendah dan ini
mencerminkan efisiensi ransum. Semakin rendah konversi ransum, maka pemeliharaan ternak
menjadi lebih efisien. Dalam penelitian ini, meskipun nilai konversi sedikit berbeda angkanya,
tetapi perbedaannya tidak nyata, sehingga dapat dikatakan penggunaan ampas tahu dalam
ransum ayam Sentul hingga 40% masih efisien.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan tepung ampas
tahu hingga 40% dalam ransum berpengaruh terhadap konsumsi ransum, namun tidak
berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan dan konversi ransum Ayam Sentul.
Penggunaan tepung ampas tahu hingga 40% dalam ransum Ayam Sentul masih memberikan
pengaruh yang baik terhadap performa Ayam Sentul, namun penggunaan tepung ampas tahu
10% dalam ransum (R1) menghasilkan performa terbaik.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bahwa tepung ampas tahu digunakan untuk
campuran ransum Ayam Sentul pada tingkat 10% untuk mendapatkan performa terbaik.
Penelitian lebih lanjut sebaiknya dilakukan dengan menggunakan tepung ampas tahu pada
Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul............... Dede Yusuf Kadasyah

kisaran yang lebih sempit agar dapat diketahui tingkat penggunaan ampas tahu yang
menghasilkan performa Ayam Sentul yang lebih optimal.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen Fakultas Peternakan terutama
kepada Dr. Ir. Wiwin Tanwiriah, M.P dan Indrawati Yudha Asmara S.Pt, M.Si, Ph.D Sebagai
dosen pembimbing atas ilmu, kesabaran dan keteladanan yang telah diberikan selama ini.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, dan kepada sahabat yang
telah membantu dan mendoakan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga Allah merahmati
langkah yang kita ayunkan dalam jalan kebaikan dan kebenaran.

DAFTAR PUSTAKA
Gaspersz, V. 1995. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung hal 107-
123

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A. D. Tilman. 1993. Tabel Komposisi Pakan Untuk
Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Laboratorium Kesehatan Gizi dan Pangan. 1999. Hasil Analisa Kimia Tepung Ampas Tahu.
Laboratorium Kesehatan Gizi dan Pangan. Bandung

Laboratorium Nutrisi Ternak dan Kimia Makanan Ternak. 2006. Hasil Analisis Kandungan
Ampas Tahu Kering. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Sumedang

NRC. 1994. Nutrient Requirements Of Chicken. Nutrient Requirements of Poultry 19ed.


National Academy Press. Washington D.C

Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta

Schaible, P.J. 1979. Poultry Feed and Nurtrition. Second Edition. The AVI Pulishing
Company, Inc. Westport, Connecticit

Soeharsono. 1976. Respon Broiler Terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan. Desertasi.


Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.

Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Keempat. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai