Anda di halaman 1dari 16

Tugas

Pembangunan Yang Wajib AMDAL

Oleh

Arlin Nusi
(431418065)

JURUSAN BIOLOGI
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
1. Pembangunan Wajib AMDAL
Pelingkupan adalah tahap paling awal dalam rangkaian proses AMDAL. Tahapan ini
sangat penting karena di tahap itulah dasar pemikiran dan lingkup kajian dampak lingkungan
(ANDAL) akan ditentukan. Kekeliruan dalam melingkup akan menyebabkan kajian ANDAL
menjadi tidak tajam, salah sasaran dan juga boros dana dan waktu. Prakiraan dan evaluasi
dampak yang dilakukannya menjadi kurang relevan dan kurang bermakna. Rencana pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup yang dihasilkan berikutnya juga menjadi tidak tepat. Pendek
kata, kesalahan dalam pelingkupan dapat membuat seluruh perkerjaan AMDAL menjadi sisa-sia.
Pelingkupan bertujuan untuk merancang kajian ANDAL agar menjadi kajian yang tepat
sasaran. Karena, sebagaimana kajian ilmiah lainnya, ANDAL harus mempunyai arah, fokus dan
lingkup yang tepat.
Pelingkupan menghasilkan sejumlah pernyataan sebagaimana diuraikan di bawah ini:
· Dampak yang akan dikaji dalam ANDAL atau dampak hipotetik. Dugaan (hipotesis)
awal menunjukkan bahwa dampak-dampak itu akan terjadi dan memerlukan kajian mendalam
untuk membuktikan dugaan tersebut.
· Lokasi dan waktu kajian ANDAL yang menggambarkan wilayah di mana kajian akan
dilakukan serta faktor waktu yang berkaitan dengan kajian.
Pernyataan dampak sebaiknya meliputi unsur-unsur informasi berikut ini:
· Komponen rencana kegiatan yang diperkirakan menjadi dampak.
· Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak.
· Parameter yang harus dikaji dalam ANDAL.
· Lokasi prakiraan awal sebaran dampak.
· Waktu di mana dampak diperkirakan terjadi.

Proses pelingkupan dibagi menjadi dua, yaitu 1) pelingkupan dampak penting dan 2)
pelingkupan wilayah studi dan batas waktu kajian. Setelah informasi mengenai rencana kegiatan
(sumber dampak) serta rona lingkungan hidup (penerima dampak) sudah terkumpul, Pelaksana
Kajian siap untuk beranjak ke inti proses pelingkupan, yaitu mengidentifikasi dampak yang
nantinya perlu dikaji dalam ANDAL.
Proses ini terdiri dari tiga langkah, yaitu:
1. Identifikasi Dampak Potensial. Esensinya adalah menduga semua dampak yang
berpotensi terjadi jika rencana kegiatan dilakukan pada lokasi tersebut. Langkah ini
menghasilkan daftar “dampak potensial”.
2. Evaluasi Dampak Potensial. Esensinya adalah memisahkan dampak-dampak yang
perlu kajian mendalam untuk membuktikan dugaan (hipotesa) dampak (dari dampak yang tidak
lagi perlu dikaji). Langkah ini menghasilkan daftar “dampak penting hipotetik”.
3. Klasifikasi dan Prioritas. Tujuannya adalah mengelompokkan dampak-dampak yang
akan dikaji agar mudah dipahami dan digunakan dalam menentukan strategi kajian. Langkah ini
menghasilkan kelompok-kelompok dampak dan urutan prioritas dampak.
PROSES PELINGKUPAN
Proses pelingkupan merupakan proses awal untuk menentungan lingkup permasalahan
dan mengidentifikasi dampak besar dan penting potensial/hipotetik yang berkaitan dengan
pembangunan perkebunan dan Rencana Pabrik Kelapa Sawit PT. Inti Plasma. Pelingkupan
tersebut dilakukan melalui serangkaian proses berikut:
a. Mengidentifikasi dampak potensial melalui serangkaian dialog, konsultasi dan diskusi antar
anggota tim studi Konsultan Penyusun AMDAL, juga dengan para pakar, pemrakarsa, instansi
terkait dan masyarakat yang berkepentingan (termasuk masyarakat yang diduga terkena dampak)
serta dilengkapi dengan hasil pengamatan (observasi) lapangan wilayah studi yang diperkirakan
menjadi batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas administratif. Metode identifikasi
dampak yang digunakan dalam studi AMDAL ini adalah menggunakan langkah-langkah
sebagaimana petunjuk dalam identifikasi dampak potensial pada Panduan Penyusunan AMDAL
dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006. Hasil langkah-
langkah proses pelingkupan berupa matriks sederhana dan bagan alir yang digunakan untuk
menggambarkan interaksi antara penyebab dampak yaitu kegiatan Pembangunan Perkebunan
dan Rencana Pabrik Kelapa Sawit dan aspek lingkungan yang diperkirakan terkena dampak
penting sehingga akan mengalami perubahan mendasar. Keberadaan interaksi antara komponen
kegiatan dan komponen lingkungan ditandai dengan tanda (x) dalam sel matriks. Mengingat
dampak kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Rencana Pabrik Kelapa Sawit ini memiliki
rangkaian dampak lanjutan (dampak sekunder, dampak tersier dan seterusnya) untuk aspek
kegiatan tertentu, maka bagan alir digunakan untuk menganalisis dan mengetahui dampak
lanjutannya. Kedua metode identifikasi itu dipilih karena akan saling mengisi/melengkapi
sehingga identifikasi dampak dapat dilakukan secara optimal.
b. Evaluasi dampak potensial dilakukan dengan metode diskusi dan brainstorming dengan
mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan pakar, instansi yang bertanggung jawab
serta masyarakat yang berkepentingan. Pelingkupan pada tahap ini bertujuan
menghilangkan/meniadakan dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting,
sehingga diperoleh daftar dampak penting hipotetik yang dipandang perlu dan relevan.
c. Klasifikasi dan prioritas dampak penting dilakukan melalui dua tahapan yakni pertama
segenap dampak penting hipotetik dikelompokkan menurut keterkaitannya satu sama lain dan
kedua kelompok dampak penting hipotetik tersebut selanjutnya diurut berdasarkan
kepentingannya, baik dari aspek ekonomi, sosial maupun ekologis.
Dari lingkup telaah kaitan rencana kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Rencana
Pabrik Kelapa Sawit PT. Inti Plasma dengan dampaknya, maka lingkup rona lingkungan hidup
awal yang akan ditelaah dalam studi ini dapat diperincikan seperti pada uraian berikut ini.
Lingkup rona lingkungan hidup yang ditelaah tersebut disamping merupakan aspek atau
parameter kajian utama yang menjadi tolok ukur dampak juga ada yang merupakan parameter
pendukung kedalaman analisis dampak.
a. Komponen Lingkungan Fisika-Kimia
1) Iklim, dengan parameter yang ditelaah meliputi:
· Curah hujan dan hari hujan
· Tipe iklim
· Suhu udara
· Kelembaban
· Kecepatan dan arah angin
2) Kualitas Udara dan Kebisingan, dengan parameter yang ditelaah meliputi:
· Debu
· Kebisingan
· Gas CO, SO2 dan NO2
3) Fisiografi dan Geologi, dengan aspek yang ditelaah meliputi:
· Keadaan topografi dan morfologi
· Ketinggian tempat dpl
· Struktur geologi
4) Hidrologi, dengan parameter yang ditelaah meliputi:
· Karakteristik fisik sungai
· Debit air sungai
· Tingkat penyediaan dan penggunaan air
· Pola sedimentasi sungai
· Kondisi fisik daerah resapan
· Potensi air sungai
5) Kualitas Air, dengan parameter yang ditelaah terdiri dari:
· Sifat fisik dan kimia air sungai
· Sifat fisik dan kimia air sumur dangkal
6) Tata Ruang, Tata Guna Lahan dan Tanah, dengan aspek yang ditelaah terdiri dari:
· Tata guna lahan dan sumberdaya lainya
· Pemanfaatan ruang
· Rencana pengembangan wilayah
· Kegiatan lain di sektor proyek
· Rencana tata guna tanah
· Sifat fisik dan kimia tanah
· Potensi konflik penggunaan tanah

b. Komponen Lingkungan Biologi


1) Biota Terrestrial (Darat), dengan aspek-aspek yang ditelaah meliputi:
· Jumlah dan komposisi jenis
· Flora dan ekosistem yang dilindungi Undang-Undang
· Jumlah jenis endemik yang dijumpai
· Kepadatan, keragaman, penyebaran, dan pola migrasi populasi satwa liar
· Keadaan habitat dan makanan satwa liar
2) Biota Air, dengan aspek-aspek yang ditelaah meliputi:
· Jumlah dan komposisi jenis
· Flora dan ekosistem yang dilindungi Undang-Undang
· Jumlah jenis endemik yang dijumpai
c. Komponen Lingkungan Sosial
1) Demografi, dengan aspek-aspek yang ditelaah adalah:
· Jumlah dan komposisi jenis
· Flora dan ekosistem yang dilindungi Undang-Undang
· Jumlah jenis endemik yang dijumpai
2) Ekonomi, dengan aspek-aspek yang ditelaah adalah:
· Jenis usaha
· Mata pencaharian dan pendapatan
· Pertumbuhan ekonomi lokal dan regional
· Kesempatan kerja dan berusaha
· Pusat pertumbuhan ekonomi
3) Budaya, dengan aspek-aspek yang ditelaah adalah:
· Orientasi nilai budaya dan adat istiadat
· Tatanan kelembagaan dalam masyarakat
· Agama dan kepercayaan
· Keamanan dan ketertiban
4) Persepsi Masyarakat, dengan aspek-aspek yang ditelaah meliputi:
· Persepsi masyarakat yang terkena dampak
· Persepsi masyarakat umum

d. Komponen Lingkungan Kesehatan Masyarakat, dengan aspek-aspek yang ditelaah meliputi:


· Pola penyakit
· Karakteristik epidemilogi penduduk
· Prevalensi penyakit
· Fasilitas kesehatan kondisi hygiene dan sanitasi lingkungan
· Status gizi masyarakat
DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN
Deskripsi Rencana Kegiatan merupakan salah satu input utama yang perlu disiapkan
sebelum proses pelingkupan dimulai. Pada dasarnya, rencana kegiatan adalah objek yang
diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Jenis atau skala
rencana kegiatan tersebut menyebabkan kegiatan itu masuk dalam daftar wajib AMDAL
sehingga harus dikaji dampaknya terhadap lingkungan.
Tujuan langkah ini adalah untuk mengidentifikasi komponen kegiatan yang mungkin
menjadi sumber dampak. Pada langkah ini pelaksana kajian harus dapat mengenal seluruh
komponen kegiatan dan mengidentifikasi setiap komponen atau aktivitas yang mungkin akan
menimbulkan buangan atau, karena keberadaannya, akan mengubah bentuk atau fungsi
lingkungan sekitar.
Komponen kegiatan yang mungkin menyebabkan dampak menjadi titik tolak proses
pelingkupan. Dengan mengetahui karakteristik sumber dampak, interaksinya dengan komponen
lingkungan sekitar dapat dikenali pula.
Identifikasi sumber dampak ini dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal berikut:
· Bentuk dan karakteristik komponen kegiatan tersebut (aktivitas, fasilitas atau sarana
tertentu).
· Tahap-tahap dimana kegiatan itu akan mengeluarkan buangan atau menimbulkan
perubahan dalam lingkungan. Lazimnya suatu rencana kegiatan yang terbagi menjadi tahap
prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca-operasi, masing-masing tahap mempunyai sumber-
sumber dampak yang perlu dicermati.
· Letak komponen kegiatan tersebut (di dalam tapak proyek).
Untuk dapat melakukan identifikasi sumber dampak, Pelaksana Kajian perlu
mendapatkan informasi sebagai berikut:
1. Deskripsi ringkas rencana kegiatan.
2. Rencana lokasi kegiatan, termasuk estimasi luas lahan yang dibutuhkan.
3. Deskripsi proses utama, termasuk perkiraan besarannya, kapasitas, input dan output.
4. Sumber daya yang digunakan (bahan, air, energi, dan lain-lain) dan perkiraan
besarnya.
5. Limbah yang akan dihasilkan, jenis, dan perkiraan besarnya.
6. Rencana mitigasi dampak yang sudah direncanakan dari awal (terintegrasi dalam
desain rencana kegiatan).
Sumber informasi utama tentang rencana kegiatan adalah dokumen-dokumen perencaaan
yang disusun dan dimiliki oleh Pemrakarsa tentang kegiatan yang sedang direncanakan.
Contohnya adalah studi kelayakan (feasibility study), rencana umum, atau rancang-bangun
(engineering design) – tergantung dokumen mana yang telah tersedia saat proses AMDAL
dimulai. Dokumen-dokumen ini memiliki data, diagram, peta, tabel, dan informasi lain yang
bermanfaat untuk mengenal komponen kegiatan yang mungkin menjadi sumber dampak.
Jika sebagian informasi belum tersedia, informasi tersebut dapat diperoleh dari deskripsi
kegiatan sejenis (deskripsi tipikal), misalnya untuk nomor 3, 4, 5, dan 6 di atas. Deskripsi tipikal
adalah informasi umum tentang jenis kegiatan serupa yang dapat dikumpulkan dari 1) standar
industri yang telah berlaku secara nasional atau internasional, 2) pengalaman pemrakarsa dengan
kegiatan serupa sebelumnya, dan 3) bahan pustaka (literatur atau internet) tentang jenis kegiatan
tersebut. Sebagian besar jenis kegiatan yang dikaji dalam AMDAL sudah pernah dilakukan di
Indonesia sehingga banyak informasi tipikal yang dapat diakses.
Jika memang informasi tipikal yang digunakan dalam pelingkupan, pada tahap kajian
ANDAL nanti, informasi rencana kegiatan perlu diperbarui dengan deskripsi yang khusus
tentang rencana kegiatan yang diajukan. Hal ini perlu karena saat melakukan pendugaan dan
evaluasi dampak, informasi tentang rencana kegiatan harus akurat dan spesifik, sehingga
prakiraan dampaknya juga dapat dipertanggungjawabkan. Namun, jika informasi ini tidak
tersedia, hasil kajian ANDAL sebaiknya dipakai sebagai masukan untuk desain yang lebih rinci.
Pemrakarsa memegang peranan utama dalam menjelaskan rencana kegiatan kepada
Pelaksana Kajian. Jika informasi dari pemrakarsa dirasakan kurang memadai, Pelaksana Kajian
harus melibatkan seorang pakar yang ahli di bidang rencana kegiatan tersebut. Peran pakar
tersebut adalah membantu anggota tim Pelaksana Kajian untuk memahami komponen-komponen
rencana kegiatan tipikal agar dapat mengidentifikasi sumber dampak.
Saat mempelajari deskripsi kegiatan, Pelaksana Kegiatan juga perlu mengetahui beberapa
hal mendasar dari pemrakarsa, yaitu hal-hal berikut ini:
· Proses perencanaan atau kajian-kajian lain yang telah dan sedang dilakukan
pemrakarsa sehubungan dengan rencana kegiatan tersebut. Pada umumnya, pemrakarsa telah
mejalani sebagian dari proses perencanan konvensional. Walaupun untuk setiap sektor berbeda,
proses perencanaan biasanya terdiri dari sebuah kajian umum yang melandasi keputusan
pemrakarsa untuk maju dengan rencana kegiatan (seperti prefeasibility study atau feasibility
study), sebuah kajian yang membuat rancangan makro dari kegiatan tersebut (seperti masterplan,
di beberapa sektor), dan sebuah kajian yang membuat rancangan teknis yang rinci (seperti
detailed engineering design di beberapa sektor). Selain itu, terkadang pemrakarsa telah
melakukan kajian-kajian spesifik tentang lingkungan sekitar, seperti environmental baseline
study, environmental risk assessment, atau kajian lingkungan lembaga keuangan internasional,
dan sebagainya. Pelaksana Kajian perlu memahami hubungan dan keterkaitan antara kajian-
kajian diatas dengan AMDAL yang akan segera dimulai. Keterkaitan yang dimaksud adalah
adanya kemungkinan hubungan timbal balik antara informasi dalam kajian-kajian tersebut
dengan informasi yang dibutuhkan atau dihasilkan proses AMDAL. Hubungan timbal balik ini
perlu dipahami dan dibahas dengan pemrakarsa agar terjalin mekanisme yang efektif.
· Alasan pemrakarsa ingin mengembangkan rencana kegiatan dan tujuan yang ingin
dicapai. Misalnya, pembangunan fasilitas publik pasti didasari oleh kebutuhan masyarakat untuk
suatu layanan atau fasilitas tertentu. Pemrakarsa mempunyai alasan memilih rencana kegiatan
sebagai cara memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan untuk pembangunan pabrik atau fasilitas
lain untuk kepentingan komersial juga didasari oleh permintaan pasar yang dapat dipenuhi oleh
pemrakarsa. Pilihan pemrakarsa untuk mengembangkan rencana kegiatan juga mempunyai
alasan dan pertimbangan tertentu. Hal ini perlu dipahami untuk melandasi pemahaman tentang
alternatif yang dikaji dalam ANDAL (jika ada).
Proses perencanaan kegiatan biasanya merupakan proses bertahap di mana, pada setiap
tahap, pemrakarsa harus mengkaji sejumlah sejumlah alternatif konsep kegiatan. Pada tahap awal
perencanaan, alternatif yang dikaji sifatnya makro (berhubungan dengan desain dasar kegiatan)
dan di tahap perencanaan seterusnya, alternatif yang dipertimbangkan sifatnya lebih mikro atau
rinci.
Pada setiap tahap perencanaan pemrakarsa harus memilih alternatif yang terbaik, yaitu
alternatif yang menjanjikan keuntungan (finansial dan non-finansial) yang paling tinggi sekaligus
memastikan risiko yang paling rendah. Pemilihan alternatif dilakukan secara hati-hati karena
terkait dengan investasi, risiko-risiko teknis, dan ekonomis. Mengkaji alternatif dapat dilakukan
dengan berbagai perangkat (tools) dan merupakan proses yang kompleks karena
mempertimbangkan berbagai kriteria. Seringkali salah satu kriteria yang dipertimbangkan adalah
besar-kecilnya dampak terhadap lingkungan hidup.
AMDAL adalah salah satu perangkat yang dapat digunakan untuk pertimbangan
lingkungan. Jika AMDAL digunakan untuk mendukung proses pemilihan alternatif, proses
pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan juga akan mendapat manfaat. Hal ini
disebabkan karena saat ada kajian alternatif dalam AMDAL, pengambilan keputusan tentang
kelayakan lingkungan juga akan mendapat ruang untuk membandingkan dampak-dampak
lingkungan dari setiap alternatif dan mendapat kesempatan untuk turut memilih alternatif dengan
dampak yang paling kecil atau paling dapat diterima.
Jika hanya satu alternatif yang dikaji, pemrakarsa harus menanggung risiko bahwa usulan
kegiatannya dinyatakan “tidak layak lingkungan” dan tidak mendapat rekomendasi untuk
pengurusan izin. Situasi demikian telah sering terjadi dan merugikan pemrakarsa karena biaya
dan waktu pelaksanaan AMDAL yang terbuang sia-sia.
Peraturan menganjurkan agar proses pelingkupan menyertakan alternatif yang sedang
dipertimbangkan pemrakarsa. Alternatif rencana kegiatan yang dimaksud terdiri dari alternatif:
· Proses atau teknologi yang digunakan;
· Input atau bahan yang digunakan;
· Tata-letak bangunan atau sarana pendukung;
· Pendekatan pengendalian atau pengelolaan dampak; dan
· Penjadwalan atau pentahapan kegiatan.
Setiap alternatif memiliki komponen kegiatan yang berbeda sehingga dapat
mengakibatkan dampak yang berbeda terhadap lingkungan hidup. misalnya, PLTU yang
menggunakan bahan-bahan batubara akan menghasilkan limbah (dan dampak turunan) yang
berbeda dengan bahan-bakar gas alam. Oleh karena itu, setiap alternatif yang sedang
dipertimbangkan oleh pemrakarsa patut menjadi bagian dari kajian AMDAL.
Dalam melakukan pelingkupan, Pelaksana Kajian Harus dapat menangkap alternatif apa
saja yang masih menjadi bahan pertimbangan pemrakarsa lalu menyertakan alternatif-alternatif
tersebut dalam proses menentukan lingkup kajia ANDAL. Setiap alternatif yang dikaji akan
mempunyai konsekuensi pada pendugaan dampak, penentuan wilayah studi, penentuan waktu
kajian, dan pemilihan metode studi dan tenaga ahli yang dibutuhkan untuk kajian.
Kajian alternatif dalam pelingkupan harus meliputi:
Akibatnya akan ada lebih dari satu scenario dampak yang perlu dikaji dalam ANDAL
sesuai dengan jumlah alternatif yang dikaji dan kombinasinya. Begitu juga lingkup kajian
ANDAL akan menjadi lebih kompleks. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada anggaran dan
waktu pelaksanaan kajian ANDAL. Oleh karena itu, jumlah dan jenis alternatif yang akan dikaji
harus dipertimbangkan dengan matang.
Ada kalanya pada saat AMDAL dimulai, pemrakarsa tidak lagi mempertimbangkan
alternatif melainkan sudah menentukan pilihan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.
Mungkin pertimbangan lingkungan telah dilakukan dalam proses pemilihan alternatif tersebut,
namun tidak menggunakan perangkat AMDAL. Pada situasi seperti ini, proses pelingkupan perlu
me-review dan merangkum semua pertimbangan lingkungan dan pemilihan alternatif yang telah
dilakukan pemrakarsa pada tahap pra-AMDAL. Dalam proses pengenalan rencana kegiatan,
Pelaksana Kajian harus dapat memberi penjelasan tentang:
· Komponen-komponen rencana kegiatan yang memiliki lebih dari satu alternatif pada
tahap perencanaan awal serta menguraikan setiap alternatif yang dipertimbangkan;
· Pertimbangan lingkungan yang dilakukan pada tahap perencanaan, berikut kriteria
yang dipakai untuk mengkaji alternatif dari segi lingkungan; dan
· Proses pemilihan alternatif, sehingga diputuskan pilihan komponen rencana kegiatan
yang akan dipakai dalam AMDAL.
Dalam dokumen KA-ANDAL, proses pemilihan serta pertimbangannya harus dituliskan
dengan jelas.
RONA LINGKUNGAN HIDUP
Rona Lingkungan Hidup merupakan input lain yang perlu disajikan sebelum proses
pelingkupan dimulai. Pada dasarnya, rona lingkungan hidup adalah objek yang diperkirakan
akan mengalami perubahan lingkungan akibat rencana kegiatan.
Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen lingkungan hidup yang berpotensi
terkena dampak akibat rencana kegiatan. Pada tahap ini, Pelaksana Kajian harus dapat mengenal,
secara garis besar, karakteristik lingkungan hidup yang ada di dan sekitar lokasi dapat dipilih
untuk rencana kegiatan. Setiap lokasi mempunyai karakteristik yang unik. Oleh karena itu,
sangat penting untuk memahami bagaimana komponen lingkungan di lokasi kegiatan akan
berinteraksi dengan kegiatan akan berinteraksi dengan kegiatan yang akan dibangun atau
dilakukan.
Komponen lingkungan hidup yang berpotensi menjadi penerima dampak terdiri dari:
· Komponen geofisik-kimia, yang meliputi air permukaan dan air bawah-permukaan,
udara, lahan, dan sebagainya;
· Komponen biologis, yang meliputi flora dan fauna;
· Komponen sosial ekonomi dan sosial budaya, yang meliputi ketenagakerjaan,
perekonomian lokal, demografi, hubungan sosial, pola hidup, dan sebagainya; dan
· Komponen kesehatan masyarakat, yang meliputi prevalensi masyarakat, perubahan
tingkat kesehatan masyarakat, dan sebagainya.
Pada tahap Pelingkupan, informasi yang diperlukan tentang komponen lingkungan sekitar
harus dapat menggambarkan kondisi lingkungan secara umum. Pada tahap ini, data primer
sifatnya masih terbatas dan tidak mendalam (rinci). Sumber-sumber informasi yang digunakan
untuk mengenal lokasi adalah sebagai berikut:
· Informasi sekunder, termasuk dari laporan, peta, data Pemerintah Daerah, informasi
tentang peruntukan lahan (RTRW daerah), makalah, kliping koran atau majalah, dan sebagainya.
· Tinjauan lapangan singkat yang dilakukan oleh tim Pelaksana Kajian untuk sekilas
mengenal wilayah yang akan menjadi lokasi kegiatan.
· Hasil konsultasi masyarakat yang dilakukan untuk memperoleh masukan dan
informasi dari masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak atau peduli terhadap kondisi
lingkungan.
IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL
Dampak potensial adalah dampak yang berpotensi terjadi akibat adanya rencana kegiatan
di lokasi yang diusulkan. Inti dari langkah ini adalah mengidentifikasi interaksi antara komponen
rencana kegiatan dengan komponen lingkungan di lokasinya. Langkah ini dilakukan oleh tim
Pelaksana Kajian dengan membayangkan suatu situasi di mana semua dampak mungkin saja
terjadi atau situasi terburuk (worst-case scenario). Dengan demikian, segala macam dampak
yang terpikir akan dicatat.
Hasil dari tahap ini adalah sebuah “daftar panjang semua dampak yang mungkin terjadi”,
berikut sebuah daftar berikut sebuah peta kasar yang yang menunjukkan letak komponen
lingkungan yang mungkin terkena dampak tersebut. Dampak-dampak yang masuk daftar panjang
ini masih beragam sifatnya, bisa dampak besar atau kecil, dampak positif atau negatif, dan
dampak penting atau tidak. Pada tahap ini, semua dampak dituliskan sedangkan evaluasi atau
pemilahan dampak berdasarkan sifat dilakukan pada langkah selanjutnya.
Tim Pelaksana Kegiatan menggunakan semua informasi yang telah terkumpul serta
mendayagunakan pengalaman dan keahliannya di bidang masing-masing. Seringkali tim
Pelaksana Kajian akan melakukan diskusi bersama untuk urun-rembug (brainstorming) tentang
dampak potensial. Biasanya ini dilakukan setelah masing-masing anggota tim melakukan kajian
pustaka dan mempelajari data terkumpul dengan seksama.
Beberapa alat bantu yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi dampak
potensial di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Daftar Uji atau checklist;
2. Matriks;
3. Bagan alir.
Alat bantu yang paling mudah dan sering digunakan adalah kombinasi matriks dengan
bagan alir. Matriks digunakan untuk menunjukkan interaksi antara konponen kegiatan dengan
komponen lingkungan hidup di lokasi kegiatan. Identifikasi interaksi tersebut diikuti dengan
penyusunan bagan alir yang menunjukkan urut-urutan (sequence) kejadian dampak. Dengan
bagan alir ini diperoleh gambaran tentang dampak mana yang terlebih dahulu (primer) serta
dampak-dampak turunannya (sekunder, tersier dan sebagainya). Urutan ini akan menjadi
bermanfaat pada saat mengidentifikasi dampak yang akan dikelola dan pendekatan
pengelolaannya.
Matrik dapat dikembangkan dari informasi yang diperoleh dari tahap Mengenal Rona
Lingkungan Hidup dan Mengenal Deskripsi Rencana Kegiatan. Matriks disusun dengan
menempatkan komponen kegiatan (sumber dampak) dan komponen lingkungan (penerima
dampak), masing-masing, pada satu axis (sisi) pada matriks. Untuk mengisi ruang (sel) dalam
matriks, isi masing-masing baris disandingkan dengan isi masing-masing kolom. Jika
diperkirakan terjadi antara interaksi antara komponen kegiatan dengan komponen lingkungan,
sel diisi dengan suatu tanda. Jika tidak ada interaksi, sel dibiarkan kosong. Jika ragu-ragu atau
kurang informasi untuk menilai apakah aka nada interaksi, sel diisi seakan-akan ada interaksi.
Sel yang diberi tanda berarti ada potensi terjadinya dampak terhadap komponen lingkungan
tersebut akibat kegiatan yang bersangkutan. Inilah yang disebut sebagai “dampak potensial”.
Dalam mengisi matriks, para anggota tim Pelaksana Kajian dapat mengadakan diskusi.
Dengan kehadiran anggota tim dari berbagai latar belakang ilmu dan pengalaman, pengisian
setiap sel dalam matriks sudah mempertimbangkan masukan dari seluruh anggota tim.
Langkah berikutnya adalah mengambil sel-sel dari matriks yang telah diberi tanda lalu
merancang sebuah bagan alir. Bagian paling atas bagan alir adalah komponen kegiatan yang
menjadi sumber dampak. Setiap dampak yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber dampak
digambarkan sebagai suati kotak, begitu pula dampak turunannya.
Bagan alir pada dasarnya memperlihatkan semua hubungan sebab-akibat dampak
potensial pada tingkatan ganda (multiple levels) yang terdiri dari dampak-dampak berikut:
Setelah pembuatan matriks dan/atau bagan alir, dampak potensial yang telah
diidentifikasi ditampilkan dalam bentuk daftar atau table minimal dengan informasi tentang
sumber dampak, penerima dampak, sera deskripsi dampak itu sendiri. Informasi pelengkap yang
dapat ditambahkan pada daftar (table) dampak potensial adalah: waktu terjadinya dampak
(tahapan kegiatan), urutan terjadinya dampak (primer/sekunder/tersier), besaran komponen
sumber dampak (yang dapat memberi indikasi skala dampak).
EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
Setelah mengidentifikasi semua dampak yang berpotensi terjadi maka langkah berikutnya
adalah melakukan seleksi untuk membedakan mana yang perlu dikaji dalam ANDAL dan mana
yang tidak − inilah esensi dari langkah yang disebut sebagai “evaluasi dampak potensial”. Perlu
diingat bahwa dalam ANDAL, dugaan dampak akan dikaji secara mendalam dengan cara
mengumpulkan dan menganalisis data primer serta melakukan evaluasi terhadap dampak yang
terjadi. Dengan demikian, hipotesa yang terbentuk pada tahap pelingkupan akan terbukti benar
atau salah.
Dampak yang dikaji dalam ANDAL sebaiknya adalah dampak-dampak yang memang
perlu dikaji secara mendalam. Dengan berjalannya waktu dan pembangunan di Indonesia,
seharusnya pengalaman dan pengetahuan tentang kegiatan-kegiatan, dampak lingkungan serta
efektivitas upaya pengelolaannya sudah cukup berkembang. Dengan demikian, seharusnya
jumlah dampak yang dikaji secara mendalam dalam ANDAL tidak terlalu banyak lagi.
Pemilahan dampak yang perlu dikaji perlu dilakukan secara tajam agar tidak membuang
sumberdaya kajian yang sering terbatas.
Ada dua jenis dampak hipotetik yang harus dibuktikan dengan kajian yang mendalam
(ANDAL), yaitu dampak penting dan dampak yang kurang dipahami.
· Dampak penting (significant impact) – untuk dipastikan bahwa dampak yang akan
timbul tersebut memang betul “dampak penting”, yaitu dengan mempelajari besaran, sebaran dan
sifat dampak.
· Kurang dipahami (unknown) – untuk mendapatkan informasi lebih rinci tentang
jenis, besaran dan sebaran dampak, serta komponen lingkungan terkena dampak. Dengan
informasi rinci tersebut dapat ditentukan apakah suatu dampak termasuk dampak penting atau
tidak.
Dampak yang tidak lagi perlu dikaji dalam ANDAL adalah dampak yang sudah diketahui
tidak penting (insignificant impact) dan dampak yang sudah diketahui dari awal dan rancangan
kegiatan sudah mencakup pengendalian dampak tersebut (ini dikenal sebagai mitigated impact).
Rencana kegiatan yang sudah mengantisipasi perlunya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
untuk mengendalikan dampak terhadap kualitas air sungai tidak lagi perlu mangkaji dampak
limbah cair dalam ANDAL. Demikian juga jika pemrakarsa sudah merencanakan pengendalian
debu yang ditimbulkan alat-alat berat di tahap konstruksi maka ANDAL tidak perlu lagi
mengkaji dampak peningkatan debu ini secara mendalam. Namun, ada kalanya dampak yang
sudah dikendalikan (mitigated impact) masih perlu dikaji. Kondisi ini terjadi jika diperkirakan
baku mutu ambien akan terlampaui walaupun mitigasi dampak dapat menekan limbah agar
memenuhi baku mutu limbah atau emisi. Kajian dalam ANDAL diperlukan untuk mengarahkan
upaya pengendalian dampak agar baku mutu ambien terlampaui, yaitu dengan menentukan
sasaran konsentrasi atau beban/emisi yang dapat dikeluarkan oleh rencana kegiatan.
Proses evaluasi dampak potensial ini merupakan proses memilah-milah dugaan dampak
yang sudah masuk dalam daftar dampak potensial. Cara melakukan pemilahan ini banyak
ragamnya. Menentukan cara (atau metode) pemilahan sangat tergantung dari para Pelaksana
Kajian. Banyak ahli AMDAL yang berpengalaman melakukan proses ini dengan mengandalkan
professional judgement yang terbentuk setelah bertahun-tahun melakukan analisis serupa.
Apapun metode yang dipakai untuk menentukan dampak yang dikaji dalam ANDAL,
yang paling penting adalah bahwa, dalam dokumen KA-ANDAL, dicantumkan penjelasan
tentang kriteria yang dipakai untuk memilih serta alasan suatu dampak dianggap penting atau
tidak. Dengan demikian proses evaluasi dampak potensial dapat dipertahankan secara ilmiah.
Penjelasan ini nantinya juga akan bermanfaat bagai pihak penilai dokumen KA-ANDAL serta
untuk tim pelaksana kajian ANDAL yang harus memahami betul hipotesa yang dipakai untuk
merancang kajian ANDAL.
Pada tahap pelingkupan, informasi yang dimiliki mungkin masih terbatas sehingga sulit
untuk menggunakan 6 (enam) kriteria dampak penting yang ditentukan dalam peraturan
pemerintah. Untuk memilih dampak yang perlu dikaji, kriteria yang lebih sederhana dapat
digunakan menggunakan 6 kriteria dampak penting tersebut sebagai pedoman umum. Yang
penting diupayakan adalah kriteria evaluasi dapat dipakai meskipun informasi yang dimiliki
masih terbatas, seperti hasil kunjungan lapangan, konsultasi masyarakat, analisis data sekunder,
dan kajian peraturan terkait.

Anda mungkin juga menyukai