Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ACTIVITIES DAILY LIVING (ADL)

Disusun Guna untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik


Dosen Pembimbing : Agus Prasetyo, SKM., Mkes

DISUSUN OLEH :

Ardena Milkha Kirana


P1337420419073/36
Tingkat 3A

D III KEPERAWATAN BLORA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karuniaNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “Activities
Daily Living (ADL)” ini dapat terselesaikan meskipun memiliki banyak kekurangannya.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dan dukungan serta
saran- saran yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, Penelis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini, sehingga Peulis dapat memperbaiki Makalah “Activities Daily
Living (ADL)”.

Grobogan, 12 September 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meningkatnya usia harapan hidup penduduk dapat mengakibatkan peningkatan
jumlah lansia dari tahun ketahun. Peningkatan jumlah lansia ini dapat mengakibatkan
berbagai masalah kesehatan seperti penyakit degeneratif dan kanker yang menyebabkan
menurunnya produktifitas pada lansia karena menurunnya fungsi tubuh (Rohaedi, Putri,
& Karimah, 2016). Pada fase ini ciri usia lanjut biasanya merenungkan hakikat hidupnya
dengan lebih intensif serta mencoba mendekatkan dirinya pada Tuhan (Al Munawaroh,
Doriza, & Hamiyati, 2017). Kemandirian lansia meningkat sampai usia 40-50 tahun dan
mulai menurun setelah usia 50 tahun, penurunan secara tajam setelah menginjak usia 60
tahun (Asri, 2018). Lansia mengalami penuaan, proses penuaan tersebut cenderung akan
menurunkan derajat kemandirian pada lansia. Menurunnya fungsi tubuh juga dapat
mengakibatkan lansia mengalami penurunan kemandirian dalam melaksanakan ADL
(Activities Daily Living) sehari-hari (Maryam, 2008).
Proporsi penduduk lansia sebesar 11,7% dari total populasi di dunia, pada tahun
2013 sebesar 8,1% dari total populasi (WHO, 2015). Jumlah penduduk lansia yang
berada di Indonesia sebanyak 21,7 juta jiwa atau 8,5% dari total penduduk di Indonesia
(Badan Pusat Statistik, 2017). Di Jawa Timur jumlah lansia perempuan 2,49 juta jiwa
dengan presentasi lansia perempuan 12,66% dan lansia laki-laki 10,90%. Rasio
ketergantungan lansia terhadap penduduk usia produktif selama lima tahun terakhir
mengalami peningkatan dengan persentase 18,21% artinya setiap 100 penduduk usia
produktif menanggung sekitar 18 penduduk usia lansia (Bappeda, Provinsi Jawa Timur,
2018). Jumlah lansia di Kabupaten Jombang sebesar 150.389 jiwa dengan kualifikasi
69.174 jiwa berjenis kelamin laki-laki, dan 81.224 jiwa berjenis kelamin perempuan. Di
Jombang jumlah lansia dengan tingkat kemandirian kurang terbesar berada di Kecamatan
Peterongan. Jumlah tingkat ketergantungan ringan atau sedang sebesar 110 jiwa dengan
persentase 61,45%, dan ketergantungan berat atau total sebesar 58 jiwa dengan
persentase 13,30% (Dinkes Jombang, 2018).
Lansia mengalami proses penuaan sehingga dapat mengakibatkan penurunan
fungsi. Permasalahan kesehatan yang muncul sebagai akibat dari penurunan fungsi
meliputi gangguan pada pendengaran, gangguan pada penglihatan, gangguan pada
persendian dan tulang, gangguan pada defekasi, dan penurunan tingkat kemandirian.
Tingkat kemandirian pada lansia dapat di lihat dari kemampuan lansia dalam melakukan
aktifitas sehari – hari, seperti mandi, berpakaian rapi, pergi ke toilet, berpindah tempat,
dapat mengontrol BAK, atau BAB, serta dapat makan sendiri (Rohaedi et al., 2016).
Kemandirian lansia berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi yang
masih aktif (Maryam, 2008). Dukungan keluarga dalam memelihara dan memotivasi nilai
positif kehidupan serta meningkatkan perilaku kesehatan yang baik menjadi semakin
penting (Pratikwo, Pietojo, & Widjanarko, 2006). Dukungan keluarga yang optimal
mendorong kesehatan para lansia meningkat, selain itu kegiatan harian para lansia
menjadi teratur dan tidak berlebihan. Bagian dari dukungan sosial adalah cinta dan kasih
sayang yang harus dilihat secara terpisah sebagai bagian asuhan dan perhatian dalam
fungsi efektif keluarga (Sampelan & Kun, 2015).
Upaya yang telah di lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia,
pemerintah belum menemukan solusi untuk meningkatkan tingkat kemandirian pada
lansia sebagai dampak proses penuaan (Depkes RI, 2011). Beberapa cara penanganan
agar keluarga mampu mendukung kemandirian ADL pada lansia yaitu : bagi anggota
keluarga diharapkan dapat menciptakan suasana yang baru, anggota keluarga harus
memotivasi agar kemandirian lansia meningkat, sering memberikan latihan-latihan
aktivitas fisik (Karunia, 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Activities Daily Living (ADL)?
2. Apa saja macam-macam dari Activities Daily Living (ADL)?
3. Bagaimana cara pengukuran Activities Daily Living (ADL)?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Activities Daily Living (ADL)?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Activities Daily Living (ADL)
2. Mengetahui macam-macamdari Activities Daily Living (ADL)
3. Mengetahui cara pengukuran Activities Daily Living (ADL)
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Activities Daily Living (ADL)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Activities Daily Living (ADL)


Brunner & Suddarth (2002) mengemukakan ADL atau Activity Daily Living
adalah aktivitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari.
ADL adalah aktivitas yang biasanya dilakukan dalam sepanjang hari normal;
aktivitas tersebut mencakup, ambulasi, makan, berpakaian, mandi, menyikat gigi dan
berhias dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi
dalam keluarga dan masyarakat. Kondisi yang mengakibatkan kebutuhan untuk bantuan
dalam ADL dapat bersifat akut, kronis, temporer, permanen atau rehabilitative (Potter
dan Perry, 2005).

B. Macam-Macam Activities Daily Living (ADL)


Sugiarto 2005 mengemukakan ada beberapa macam ADL, yaitu :
1. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan minum, toileting,
mandi, berhias dan mobilitas. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air
besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini.
2. ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau
benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan,
menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas.
3. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan
sekolah.
4. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi
waktu luang.

C. Cara Pengukuran Activities Daily Living (ADL)


ADL digunakan untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya bantuan yang
diperlukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Perangkat pengukuran tingkat ADL
biasa digunakan sebagai evaluasi fungsi pada berbagai macam penyakit yang
berhubungan dengan disabilitas Rovenský, 2009.
1. Indeks Barthel
Indeks Barthel adalah indeks yang menggunakan skala ordinal 0 total dependen
hingga 100 total independen, yang terdiri dari 10 poin makan, mandi, berhias,
berpakaian, kontrol kandung kencing, kontrol anus, toileting, transfer kursi
ataupun tempat tidur, mobilitas, dan naik tangga. Indeks ini dinyatakan cukup
handal, efektif, dan sensitif dalam mengukur kemandirian ADL. Waktu
pelaksanaan dari Indeks Barthel ini kurang dari 10 menit, sangat sesuai untuk
skrining, penilain formal, pemantuan, dan pemeliharaan terapi. Indeks Barthel
adalah skala ADL yang sudah diterima secara luas, kehandalan, dan kesahihan
yang sangat baik.
2. Indeks Katz
Indeks Katz adalah indeks penilaian dikotomi dengan urutan dependensi yang
hierakis: mandi, berpakaian, toileting, transfer, kontinensi, dan makan. Penilaian
dari A mandiri dari keenam item sampai dengan G dependent pada keenam item.
Indeks Katz ini memiliki cukup kehandalan dan kesahihan, tetapi dengan kisaran
ADL yang sangat terbatas yaitu enam item saja. Indeks Katz memiliki waktu
pelaksanaan kurang dari 10 menit. Waktu yang singkat ini baik untuk skrining,
penilaian formal, pemantauan, dan pemiliharaan terapi. Skala ADL ini sudah
diterima secara luas, memiliki cukup kehandalan dan kesahihan, dan mampu
menilai ketrampilan dasar. Pemeriksaan ini memiliki kekurangan tidak menilai
kemampuan berjalan dan menaiki tangga.
3. FIM (Functional Independence Measure)
FIM adalah indeks skala ordinal dengan 18 item, 7 level dengan skor berkisar
antara 18-126: area yang di evaluasi adalah: perawatan diri, kontrol stingfer,
transfer, lokomosi, komunikasi, dan kognitif sosial. Kehandalan dan kesahihan
pada FIM baik, sensitif, dan dapat mendeteksi peruahan kecil dengan 7 tingkatan.
Waktu pelaksanaan 20 menit, sesuai untuk skrining, penilaian formal,
pemantauan, dan pemeliharaan terapi. FIM juga sudah diterima secara luas, hanya
saja pelatihan pada petugas pengisi lebih lama karena item yang disediakan lebih
banyak. Berdasarkan perbandingan ketiga indeks ADL yang sudah dipaparkan
diatas, maka dikatakan bahwa Indeks Barthel memiliki kelebihan yang lebih baik
dibandingkan dengan Indeks lainnya Indeks Katz dan FIM. Keunggulan dari
Indeks Barthel, adalah: cukup handal, sahih, dan sensitif, pelaksanaan mudah dan
cepat, dan lingkupnya cukup mewakili ADL dasar dan mobilitas ADL.

D. Faktor Mempengaruhi Activities Daily Living (ADL)


Faktor–faktor yang Mempengaruhi kemampuan melakukan Activity of Daily Living
(ADL) Menurut Hardywinoto (2007), yaitu:
1. Umur dan status perkembangan
Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda kemauan dan
kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap ketidakmampuan
melaksanakan activity of daily living. Saat perkembangan dari bayi sampai
dewasa, seseorang secara perlahan–lahan berubah dari tergantung menjadi
mandiri dalam melakukan activity of daily living.
2. Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi
dalam activity of daily living, contoh sistem nervous mengumpulkan,
menghantarkan dan mengolah informasi dari lingkungan. Sistem muskuloskeletal
mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga dapat merespon sensori yang
masuk dengan cara melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya
karena penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan activity of
daily living secara mandiri (Hardywinoto, 2007).
3. Fungsi Kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan
activity of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan proses menerima,
mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus untuk berpikir dan
menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada fungsi
kognitif dapat mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat kemandirian
dalam melaksanakan activity of daily living (Hardywinoto, 2007).
4. Fungsi Psikososial
Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu
hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik. Proses
ini meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku intrapersonal dan
interpersonal. Gangguan pada intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep
diri atau ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab
keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah komunikasi,
gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam penampilan peran juga dapat
mempengaruhi dalam pemenuhan activity of daily living (Hardywinoto, 2007).
5. Tingkat stress
Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam kebutuhan.
Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor), dapat timbul dari tubuh atau
lingkungan atau dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat
berupa fisiologis seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan.
6. Ritme biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur lingkungan fisik
disekitarnya dan membantu homeostasis internal (keseimbangan dalam tubuh dan
lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus
24 jam. Perbedaaan irama sirkardian membantu pengaturan aktivitas meliputi
tidur, temperatur tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada
irama sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap,
seperti cuaca yang mempengaruhi activity of daily living.
7. Status mental
Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status mental
akan memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu. Seperti yang
diungkapkan oleh Cahya yang dikutip dari Baltes, salah satu yang dapat
mempengaruhi ketidakmandirian individu dalam memenuhi kebutuhannya adalah
keterbatasan status mental. Seperti halnya lansia yang memorinya mulai menurun
atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami apraksia tentunya akan
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan–kebutuhan dasarnya
(Hardywinoto, 2007).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Brunner & Suddarth (2002) mengemukakan ADL atau Activity Daily Living
adalah aktivitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari.

B. Saran
Diharapkan lansia dapat lebih terbuka dengan anggota keluarga tentang
permasalahan yang dialami agar mendapatkan solusi dari anggota keluarga. Selain itu
lansia harus lebih mandiri perihal Activities Daily Living (ADL) membersihkan diri
seperti mencuci rambut dan menggosok gigi.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2442/f.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
https://text-id.123dok.com/document/nzw03ol7y-pengertian-adl-macam-macam-adl.html
https://text-id.123dok.com/document/lq51ooe3y-definisi-adl-macam-macam-adl-faktor-faktor-
yang-mempengaruhi-adl-cara-pengukuran.html

Anda mungkin juga menyukai