Anda di halaman 1dari 5

Kasus 1

Seorang bayi laki-laki usia 21 bulan bersama ibunya datang ke puskesmas dengan
keluhan bb anaknya yang tidak naik selama 3 bulan berturut turut. Bila dilihat dari KMS nya
grafik bb anaknya berada dibawah garis merah. Berbagai upaya menurut ibunya sudah
dilakukan, namun menurutnya anaknya tidak suka susu, dan hanya mau makan mie instan.
Makan telor atau daging sangat jarang kalaupun mau hanya sedikit saja yang dimakan. Dokter
memberikan talalaksana berupa pemberian LNS (Lipid Nutrient Supplement), namun karena
tidak diberikan gratis, pasien merasa keberatan dan menanyakan pengganti dari suplemen
tersebut. Pilihan lain untuk penatalaksanaan ini adalah dengan memberikan micronutrient dan
juga perbaikan cara makan dan pola makan melalui konseling kepada ibunya. Ibu pasien
menanyakan manakah yang paling baik diberikan kepada anaknya antara LNS ataupun
micronutrient disamping juga konseling pola da cara makan terhadap penambahan berat badan
anaknya.

KASUS 2

Seorang perempuan usia 65 tahun datang ke puskesmas diantar oleh keluarganya dengan keluhan
mual, pusing dan lemas hingga tidak mampu berdiri. Pasien merupakan pasien diabetes dengan
riwayat kepatuhan pengobatan yang rendah dan jarang mengikuti kegiatan prolanis. Pasien
merupakan ibu rumah tangga dengan 2 anak yang kesehariannya berjualan sayur dipasar.
Kegiatan penyuluhan terkait diabetes mellitus, pemeriksaan kadar gula darah sewaktu sudah
rutin dilakukan namun kejadian gula darah tidak terkontrol di wilayah kerja x masih banyak
terjadi terutama pada lansia. Keluarga pasien meminta tim kesehatan puskesmas melakukan
kegiatan yang dapat membuat orang tuanya menjadi mau minum obat teratur dan kadar gulanya
menjadi terkontrol. Beberapa program intervensi untuk meningkatkan kepatuhan minum obat
pernah dilakukan ditempat lain diantarnya adalah telemonitoring dan pemeriksaan kadar gula
darah secara teratur, edukasi menajemen diri ataupun Interactive Voice Response (IVR) system.
Efektivitas terkait telemonitoring, pemeriksaan kadar gula darah secara teratur, edukasi
menajemen diri ataupun Interactive Voice Response (IVR) system terhadap terkontrolnya kadar
gula darah atau HbA1C pasien perlu diketahui terlebih dahulu sebelum dilakukan intervensi agar
tepat sesuai yang diharapkan.

KASUS 3

Seorang laki-laki datang ke puskesmas untuk mengambil obat setelah sebelumnya


berkontak erat dengan rekan kerjanya yang positif Covid-19. Pasien menjalani karantina selama
3 hari dan telah dilakukan swab PCR dan hasilnya dinyatakan positif. Pasien bergejala demam,
flu dan batuk. Pasien merasa bingung karena 1 minggu yang lalu pasien baru selesai menjalani
vaksinasi covid yang pertama namun malah bisa terinfeksi dan bergejala dan justru berbeda
dengan temannya yang justru lebih ringan gejalanya padahal tidak divaksin.

KASUS 4

Seorang laki-laki usia 40 tahun datang ke puskesmas datang ke puskesmas untuk


megkonsultasikan ayah dan ibunya yang terkonfirmasi positif C-19 dengan PCR. Ayahnya usia
67 tahun memiliki riwayat penyakit hipertensi sedangkan ibunya 63 tahun dengan riwayat
diabetes mellitus. Keluhan yang paling dirasakan saat ini adalah batuk berdahak hingga tampak
sesak dengan saturasi oksigen masih diatas 94 %. Dia memastikan apakah obat yang dikirim oleh
puskesmas sebelumnya sudah tepat, karena terdapat obat yang berbeda pada keduanya. Untuk
antivirusnya ayahnya mendapatkan favipiravir sedangkan ibunya mendapatkan oceltamivir.

mengurangi gejala berat

KASUS 5

Seorang ibu hamil usia 40 tahun P1G2A1 datang ke puskesmas untuk memeriksakan
kandungannya yang sudah masuk trimester 2. Pasien menanti kehamilannya sudah lama hingga
ia rutin datang ke puskesmas agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan seperti
sebelumnya. Pada pemeriksaan tanda vital kali ini didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg
sehingga dokter merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan laboratorium darah dan
memberikan profilaksis untuk mencegah terjadinya preeklampsia atau eklamsia. Dokter
memberikan tatalaksaksana diantaranya adalah aspirin sebagai profilaksis, namun dokter
menyampaikan masih ada kemungkinan akan digantikan dengan paravastatin. Dokter belum
dapat memastikan manakah profilaksis terbaik antara aspirin maupun paravastatin dalam
mencegah preeklamsia berat atau eklamsia pada ibu hamil berisiko.

KASUS 6

Seorang anak berusia 10 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan gatal-gatal pada kepala sejak
1 minggu yang lalu. Dokter mendiagnosis tinea kapitis. Dokter meresepkan obat terbinafine.
Pasien menyebutkan bahwa sebelumnya 2 hari yang lalu, pasien sudah minum griseofulvin
diberi oleh tetangganya. Pasien menanyakan ke Dokter, obat manakah yang lebih baik antara
terbinafine dan griseofulvin untuk kesembuhan sakitnya.

KASUS 7

Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke poliklinik dengan bercak kecoklatan pada wajah,
keluhan sudah sejak 3 tahun yang lalu semakin lama semakin meluas. Dokter mendiagnosis
melasma. Dokter meresepkan obat asam traneksamat untuk melasma. Pasien menanyakan ke
Dokter, apakah dengan penggunaan asam traneksamat dapat mengurangi keluhannya tersebut.

KASUS 8

Tes COVID-19 yang dilakukan secara masif dan massal masih menjadi salah satu solusi untuk
melacak dan memutus rantai penyebaran virus corona di Indonesia selama pandemi. Oleh karena
itu, dorongan untuk tes secara rutin terus disampaikan kepada masyarakat agar dapat beraktivitas
dan bermobilisasi dengan lebih aman. Sampai saat ini, telah tersedia pilihan tes COVID-19
dengan beragam metode yang dapat dilakukan, diantaranya dengan TCM (Tes Cepat Molekuler),
Swab-PCR, Tes antibodi, dan Tes Swab-Antigen, bahkan baru-baru ini para peneliti UGM
berhasil membuat alat GENOSE yang diklaim dapat mendeteksi virus secara akurat. Walaupun
memiliki manfaat yang sama untuk mendeteksi COVID-19, namun setiap tes tetap mempunyai
perbedaan terutama dalam hal target deteksinya serta sensitivitasnya.

KASUS 9

Tes DNA adalah prosedur yang digunakan untuk mengetahui informasi genetika seseorang.
Dengan tes DNA, seseorang bisa mengetahui garis keturunan dan juga risiko penyakit tertentu.
DNA adalah deoxyribonucleic acid atau asam deoksiribonukleat. DNA akan membentuk materi
genetika yang terdapat di dalam tubuh tiap orang yang diwarisi dari kedua orang tua. Anak yang
tertukar atau yang ingin memastikan orang tua kandungnya bisa menjalani Tes Paternity DNA.

KASUS 10

Seorang pria usia 45 tahun terkonfirmasi positif covid sejak 1 hari yang lalu. Keluhan yang
dialami pasien adalah demam, pegal pegal pada otot kaki dan tidak nafsu makan. Pasien
memiliki comorbid obesitas. Karena tingginya kasus Covid pada bulan juli ini menyebabkan
banyaknya obat yang sulit didapatkan. Dokter menyarankan agar keluarga pasien mengupayakan
pasien untuk konsumsi vitamin salah satunya adalah Vitamin D dengan dosis 5000iu, namun
keluarga pasien hanya mendapatkan vitamin D dengan dosis 500iu yang dikombinasikan dengan
vitamin lain. Dokter berharap dengan pemberian vitamin dengan dosis tinggi dapat mencegah
pasien dari gejala berat dan kematian.

KASUS 11

Seorang laki laki usia 57 tahun datang ke rumah sakit dengan sesak nafas. Pasien terkonfirmasi
COVID-19 sejak 7 hari yang lalu. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
160/100 mmHg, frekuensi nafas 35x/menit, suhu 38,7 C dan frekuensi nadi 100x/menit, saturasi
O2 87%. Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu dan tidak terkontrol.
Keterbatasan obat-obatan dan tenaga di Puskesmas menjadikan bantuan obat-obatan covid baru
ia dapatkan pada hari ke 5 setelah dinyatakan positif dan selebihnya pasien hanya mengandalkan
vitamin yang ia dapatkan dari apotek. Berdasarkan pengalaman dan cerita tetangganya, keluarga
pasien meminta kepada dokternya untuk bisa memberikan terapi plasma konvalesen, namun
dokternya belum menyarankan pemberian plasma melainkan lebih baik diberikan actemra.
Pasien meminta dokter menjelaskan manakah yang lebih baik diberikan pada orang tuanya antara
actemra (IL6 Inhibitor) dan plasma konvalescen untuk mencegah perburukan dan kematian

KASUS 12

Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia secara statistic sudah sama seperti kondisi yang terjadi di
India. Kematian karena kasus Covid-19 di Indonesia sejak pertengahan Juli tertinggi di dunia.
Hal ini dikarenakan ditemukannya varian delta di Indonesia yang diduga lebih mudah menular
dibandingkan varian sebelumnya. Sejak awal gelombang ke dua terjadi penambahan protokol
kesehatan Covid-19 dari 3 M menjadi 5 M dengan tambahan Menjauhi Kerumunan dan
Membatasi mobilitas. Tenaga kesehatan di puskesmas kewalahan mengedukasi masyarakat yang
masih merasa sehat dan tidak berisiko dengan beranggapan masih aman tanpa masker asalkan di
tempat terbuka dan menjaga jarak. Masyarakat mempertanyakan efektivitas 5 M dibandingkan
3M dalam mencegah tertularnya varian delta Covid-19.

KASUS 13

Berbagai upaya pencegahan kasus Covid 19 terus diupayakan. Seorang pekerja sebuah kantor
swasta datang ke dokter umum untuk berkonsultasi mengenai efektivitas penggunaan air purifier
sebagai penyaring udara terhadap jumlah virus Covid-19 yang bertahan diudara dalam mencegah
terjadinya cluster perkantoran. Dia mengkonsultasikan manakah yang lebih efektif penyaring air
purifier dengan hepafilter atau cukup dengan membuka jendela bila kapasitas orang di kantornya
cukup padat.

Anda mungkin juga menyukai