Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PPOK + CA PARU


DI RUANG PARU RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
TAHUN 2020

A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit
tidak menular. World Health Organization (WHO) dalam Global Initiative for
Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun 2015 mendefinisikan bahwa
PPOK adalah penyakit paru yang ditandai oleh hambatan aliran udara yang
bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang beracun atau berbahaya (WHO, 2017).
Menurut World Health Organizatiton (WHO) memperkirakan pada tahun
2020 yang akan datang angka kejadian PPOK akan mengalami peningkatan dan
menduduki dari peringkat 6 menjadi peringkat ke-3 penyebab kematian tersering
(Ikawati, 2011). Laporan data PPOK berdasarkan World Health Organization
(WHO) terdapat 600 juta orang menderita PPOK di dunia dengan 65 juta orang
menderita PPOK derajat sedang hingga berat. Lebih dari 3 juta orang meninggal
karena PPOK yang setara dengan 5% dari semua kematian secara global (WHO,
2015 dalam Kemenkes RI, 2012). Hasil laporan data Penyakit Tidak Menular oleh
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2011, menunjukkan PPOK termasuk
dalam 10 besar penyebab kematian PTM rawat inap di rumah sakit Indonesia
sebesar 6,74 %(Kemenkes RI, 2012 dalam Riskesdas 2013).
Penyakit pernapasan (termasuk PPOK) merupakan penyebab kematian
kedua di Indonesia (Ikawati, 2014) dan prevalensi PPOK di Indonesia adalah
3,7% (Depkes RI, 2013). Hal ini berkaitan erat dengan perilaku merokok
penduduk berumur 15 tahun keatas yang cenderung meningkat dari tahun 2007
sampai 2013 yaitu 34,2% menjadi 36,3% (Depkes RI, 2013). PPOK dianggap
sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan lingkungan.
Adapun faktor penyebabnya adalah: merokok, polusi udara, dan pemajanan di
tempat kerja (terhadap batu bara, kapas, padi-padian. PPOK juga dapat
disebabkan karena polusi udara yang berupa asap kendaraan, asap pabrik dan juga
sebelumnya sudah pernah menderita penyakit paru misalnya bronkhitis (Ikawati,
2011). merupakan faktor-faktor resiko penting yang menunjang pada terjadinya
penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih dari 20-30 tahun.
Penyakit ini juga mengancam jiwa seseorang jika tidak segera ditangani (Smeltzer
dan Bare, 2013).
Di Indonesia sendiri ppok merupakan penyebab kematian terbanyak di
dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia,
kematian akibat kanker paru sendiri menempati urutan ke-7 setelah penyakit
jantung iskemik, stroke, infeksi saluran pernapasan bawah, penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), diare dan human immunodeficiency virus/acquired
immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS). Kanker paru, bersama penyakit kanker
trakea danbronkus tercatat menyebabkan 7,6 juta kematian atau sekitar 13%
kematian di seluruh dunia pada tahun 2008 (WHO, 2012).
Gejala yang muncul pada pasien PPOK antara lain sesak nafas, produksi
sputum meningkat dan keterbatasan aktivitas (Khotimah, 2013). Keterbatasan
aktivitas merupakan keluhan yang dapat menurunkan kualitas hidup penderita
termasuk di usia <40 tahun akibat disfungsi otot rangka (Oemiati, 2013).
Sedangkan akibat produksi sputum berlebih menyebabkan proses pembersihan
silia tidak berjalan lancar sehingga sputum tertimbun dan menyebabkan bersihan
jalan nafas tidak efektif, dan sputum dapat dikeluarkan dengan tekanan
intrathorakal dan intra abdomen yang tinggi (Nugroho, 2011). Pengeluaran dahak
dapat dilakukan dengan cara membatukkan atau postural drainasedengan bantuan
penguapan, namun jika batuk yang dilakukan tidak baik maka penderita akan
mengalami kesulitan bernafas dan mengakibatkan munculnya sianosis (pucat),
kelelahan dan merasa lemah. Jika hal tersebut tidak segera diatasi maka pada
tahap selanjutnya akan mengalami perlengketan jalan nafas dan menyebabkan
obstruksi (sumbatan) jalan nafas (Nugroho, 2011).
Sistem pencatatan angka kejadian penyakit ini sangat minim, data terakhir
merujuk pada rentang tahun 1993-2007, tercatat bahwa pada laki-laki, kanker
trakea, bronkus dan paru-paru ada di urutan pertama untuk kasus baru kanker
yang terdiagnosis dengan angka 18,4% dan pada wanita di urutan keempat setelah
kanker payudara, serviks, dan ovarium di angka 7,68%. Angka kematiannya
sendiri pada laki-laki adalah 18,48% dan pada wanita adalah 5,52% (RS Dharmais
Jakarta, 2007).
Peningkatan angka kematian akibat kanker paru dalam sepuluh tahun
terakhir menunjukkan adanya kaitan erat antara berbagai faktor risiko untuk
terjadinya kanker paru dengan kasus yang terjadi, di antaranya merokok (perokok
aktif dan pasif), polusi udara, industri alhazard,paparan zat karsinogen, diet,
genetik, dan penyakit paru lain. Faktor risiko terbesar saat ini yaitu merokok,
diperkirakan akan meningkatkan angka kematian akibat kanker paru akibat
kebiasaan merokok masyarakat yang makin mengkhawatirkan dewasa ini (WHO,
2012).
Kanker paru memiliki prognosis yang buruk (overall 5 years survival rate
14%) (National Cancer Institute, 2008). Hal ini disebabkan oleh lambatnya
diagnosis yang pada umumnya baru ditemukan pada stadium lanjut. Oleh karena
itu, kewaspadaan dini terhadap penyakit ini menjadi penting (Winston, 2011).
Berdasarkan data dari RSUD Raden Mattaher Jambi diruang paru,
penderita PPOK dan ca paru tahun 2019 menunjukkan bahwa jumlah pasien
PPOK berjumlah 153 orang dan jumlah pasien ca paru berjumlah 15 orang.
Peran perawat dalam mengatasi penyakit yaitu perawat dapat melakukan
asuhan keperawatan komprehensif meliputi pengkajian, melakukan analisa data
dan menetapkan diagnosa keperawatan, menyusun rencana tindakan keperawatan,
melakukan implementasi keperawatan berdasarkan rencana yang telah di buat
selanjutnya melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan. Selain itu
dilakukan nya dokumentasi selama 24 jam bermanfaat dalam memantau kondisi
pasien seutuhnya (Kusnanto, 2009).
Selain itu peran perawat dalam mengatasi penyakit ppok dan Ca paru
adalah dapat mengajarkan kepada klien tentang teknik nafas dalam dan batuk
efektif, mengajarkan kepada klien tantang pencegahan penularan penyakit ppok
kepada keluarga dan membantu keluarga memodifikasi lingkungan yang sesuai
untuk penderita ppok seperti tersedianya tempat khusus untuk membuang dahak
dan lain sebagainya. Selain itu perawat juga dapat menunjuk pengawas untuk
minum obat yang tepat dalam keluarga. Untuk pencegahan kanker melakukan
implementasi pencegahan dengan hal seperti strategi evidence-based, deteksi dini
kanker, penanganan pasien kanker yang lebih baik dan yang paling mudah bisa
dimulai dengan sistem pencatatan angka kejadian penyakit yang terorganisir
dengan lebih baik. (Perry, A dan Potter, P, 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas kelompok tertarik untuk mengangkat
kasus tersebut sebagai judul dalam memenuhi kopetensi praktik profesi
keperawatan medikal bedah II , yaitu: “Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan
PPOK + Ca Paru di Ruang Paru Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Tahun
2019’’.?

B. Tujuan
1. TujuanUmum
Mahasiswa mampu memahami Asuhan keperawatan pada Tn. M dengan
PPOK + Ca Paru di RSUD Raden Mattaher Jambi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian Pada Tn.M dengan PPOK +
Ca Paru di RSUD Raden Mattaher Jambi.
b. Mahasiswa mampu mengelompokkan data sesuai dengan tanda dan
gejala pada Tn. M dengan PPOK + Ca Paru di RSUD Raden Mattaher
Jambi.
c. Mahasiswa mampu merumuskan Diagnosa keperawatan Pada Tn. M
dengan PPOK + Ca Paru di RSUD Raden Mattaher Jambi.
d. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada Tn. M
dengan PPOK + Ca Paru di RSUD Raden mattaher Jambi.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi Pada Tn. M dengan
PPOK + Ca Paru di RSUD Raden Mattaher Jambi
f. Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi pada Tn. M dengan PPOK +
Ca Paru di RSUD Raden Mattaher Jambi.
C. PelaksanaanKegiatan
1. Topik/Judul Kegiatan
Seminar akhir kelompok tentang asuhan keperawatan Tn. M dengan PPOK
+ Ca Paru di ruang Paru RSUD Raden Mattaher Jambi.
2. Target
8 orang dari CI ruangan dan kepala ruangan Paru, pembimbing akademik, 5
orang perawat ruang Paru, 2 orang perwakilan Irin serta 3 orang perwakilan
bidang keperawatan RSUD Raden Mattaher Jambi.
3. Metoda
Ceramah dan diskusi.
4. Media dan alat
1. Proyektor
2. Laptop
5. Waktu dan tempat
a) Hari / tanggal : Senin, 27 Januari 2020
b) Waktu pelaksanaan : 40 Menit
c) Jam : 09.00 WIB
d) Kegiatan : Seminar akhir KMB II Kelompok Ellis
e) Tempat : Ruang Paru di RSUD Raden Mattaher
Jambi
6. Pengorganisasian
Setting tempat
♠♣ ◙ ◙ ◙ ◙
☻☺☺☺
œ☺☺☺ œ
Keterangan :
♣ : Presenter
♠ : Moderator
☺: CI ruangan / Ka. Ruangan
œ : Observer
◙ : anggota
☻: Pembimbing
7. Kegiatan Seminar
Media &
No Acara Waktu Kegiatan Seminar Kegiatan
Alat
1. Pembukaan 3 menit Moderator
a. Mengucap salam a. Menjawab salam Multimedia
b. Mendengarkan
b. Memperkenalkan dengan seksama
diri dan anggota c. Mendengarkan
c. menjelaskan dengan seksama
topik tujuan
kegiatan d. Menyepakati
d. Kontrak kegiatan kegiatan
2. Pelaksanaan 32 menit Presenter
a. Menyampaikan a. Melihat dan Mutimedia,
materi seminar mendengar dengan
tentang asuhan seksama
keperawatan Tn.
M dengan PPOK
+ Ca Paru di
RSUD Raden
Mattaher Jambi
b. Sesi tanya jawab b. Memberikan
pertanyaan
c. Mengevaluasi c. Memperlihatkan
kembali dan memberi
tanggapan/jawaban
3. Penutup 5 menit a. Menyimpulkan a. Bersama-sama Multimedia
a. Kesimpulan hasil seminar dengan anggota,
b. Penutup akhir moderator dan
presenter
b. Mengucapkan menyampaikan
terima kasih atas point penting
perhatian dan tentang asuhan
mengucapkan keperawatan pada
salam klien dengan Skin
avulsi
b. Menjawab salam
D. Uraian Tugas
1. Penanggung Jawab : Ririn Ilma, S.Kep
2. Moderator : Sri Purwasih, S.Kep
a. Membuka dan menutup acara
b. Menjelaskan kontrak waktu dan tujuan diskusi
c. Mengarahkan jalannya diskusi
d. Menyimpulkan hasil dari seminar Skin avulsi
3. Presenter : Erly Namora, S.Kep
4. Observer : Sri Inten Andriani, S.Kep dan Satria Akbar Wibowo,
S.Kep
Fungsi:
a. Mengamati proses pelaksanaan dari awal
sampai akhir
b. Membuat laporan hasil kegiatan penyuluhan
yang telah dilaksanakan
5. Anggota
a. Debby Chintya asty, S.Kep
b. Rahmadaniati, S.Kep
c. Lusia Lovelinda, S.Kep
d. Nyimas Tini Mustika Sari, S.Kep
e. Patmah Hermawan, S.Kep
f. Masronih, S.Kep
6. Dokumentasi : Valentino Febliandika, S.Kep
Fungsi: Mendokumentasikan semua kegiatan yang berlangsung
7. Konsumsi : Tri astuti, S.Kep dan Sri Wahyuni, S.Kep
8. Perlengkapan : Rico Ardiansyah, S.Kep dan Muhamad Dicky Darmawan,
S.kep
E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan untuk acara atau kegiatan yang akan dilaksanakan berjalan
dengan lancar minimal 80%.
b. Semua anggota mengetahui Satuan Acara Seminar
c. Panitia terbentuk dan masing-masing seksi menjalankan tugas minimal
80 % sesuai dengan tanggung jawab dan perannya.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan acara sesuai dengan alokasi waktu.
b. Minimal 60 % peserta hadir dalam kegiatan Seminar PPOK + Ca Paru.
c. Penyaji dapat menyampaikan materi serta dapat menciptakan
lingkungan yang menyenangkan sehingga dapat mengikuti Seminar
dengan baik.
3. Evaluasi Hasil
a. 70% peserta menghadiri acara seminar akhir kasus PPOK + Ca Paru
sampai selesai, perawat Paru, THT, Bedah, Hemodialisa serta
pembimbing akademik di ruang Paru RSUD Raden Mattaher Jambi.
b. 70% Peserta aktif dalam mengikuti diskusi sampai selesai.

Anda mungkin juga menyukai