Nama: Alvin
Kelas:
Suatu sore menjelang malam, dua orang bersaudara yang tinggal bersama nenek mereka
sedang berada dirumah bersantai setelah mengerjakan pekerjaan rumah mereka.
Suntre menarik selimut untuk menutupi ujung kakinya. Kemudian kakaknya berusaha
mengalihkan pembicaraan
Sasandewini :”Suntre, besok pagi kita mencari pucuk pakis ke gunung, ya,”
Suntre :”Pucuk pakis?”
Sasandewini :”Ya, kita akan memetik daun pakis dan daun ganemo ke gunung di seberang sana,
Suntre.”
Suntre :”Ya, Kak,”
Suntre merebahkan tubuh mungilnya, menyelimuti badan, dan menyulam mimpi bersama
malam.
Saat Subtre sudah terlelap Sasandewini melihat pintu depan sekali lagi untuk meyakinkan
apakah pintu sudah benar-benar terkunci. Sambil memeriksa pintu dia menekan kuat kayu
penyangga pintu itu.
Sasandewini :”Aman”
Kemudian Sasandewini kembali ke kamar dan tidur disamping adeknya. Suntre sudah
tertidur pulas. Dalam tidurnya dia bermimpi berjumpa seorang kakek berjubah putih
disekitaran sungai dan kakek itu berbicara kepadanya
Suntre belum menjawab, tiba-tiba kakek itu mengilang dari hadapan Suntre. Dalam
mimpinya Suntre kembali melanjutkan perjalanan menuju sungai. Langkahnya ia percepat.
Berhati-hati dia menuruni tebing. Suntre berusaha melupakan perkataan kakek itu. Tiba;tiba
seekor buaya putih meloncat tepat di depan Suntre.
Suntre berteriak.
Suntre :”Haaaah!!!!!,”
Suntre terbangun dan mencubiti tangan dan pipinya sendiri kemudian menyadari kalau dia
sudah jatuh dari tempat tidur.
Suntre :”Huuuh….untung hanya mimpi,”
Suntre menggerutu sambil mengusap-usap matanya. Dia melihat ke sekeliling mencari
kakaknya tapi dia tidak melihatnya
Suntre :”Kakaaak…,”
Sasandewini :”Ada apa, Suntre? Suntre bermimpi?”
Suntre :”Suntre takut, Kak.”
Sasandewini :”Jangan takut. Mimpi itu bunganya orang tidur.”