Anda di halaman 1dari 3

Kisah 2 putri dan si Raja Ular

Nama: Alvin
Kelas:

Pengenalan tokoh : Sasandewini, Suntre, nenek


Sumber : dongeng kisah 2 putri dan si Raja Ular
Penulis : Dwi Pratiwi

Suatu sore menjelang malam, dua orang bersaudara yang tinggal bersama nenek mereka
sedang berada dirumah bersantai setelah mengerjakan pekerjaan rumah mereka.

Suntre :“Kenapa malam ini dingin sekali, kak?”


Sasandewini :“Benar, Suntre. Dinginnya seakan menusuk tulang,”
Suntre :”Bahkan ujung rambutku pun seakan-akan ikut merasakan dinginnya malam ini,”

Suntre menyelimuti tubyhnya dan kedua tangannya disembunyikan di bawah kepalanya.

Suntre :”Mengapa saat musim kemarau udara dingin sekali, kak?”


Sasandewini :”Ya, ingat kata ayah dulu, udara malam di musim kemarau selalu lebih dingin
dibandingkan dengan musim hujan,”
Suntre :”O, begitu. Ujung kakiku ini sangat dingin, Kak.”
Sasandewini :”Pakailah kain itu, Suntre!”
Suntre :”Sudah, ini kain selimutnya,”

Suntre menarik selimut untuk menutupi ujung kakinya. Kemudian kakaknya berusaha
mengalihkan pembicaraan

Sasandewini :”Suntre, besok pagi kita mencari pucuk pakis ke gunung, ya,”
Suntre :”Pucuk pakis?”
Sasandewini :”Ya, kita akan memetik daun pakis dan daun ganemo ke gunung di seberang sana,
Suntre.”
Suntre :”Ya, Kak,”

Suntre :”Kak, sebaiknya kita berangkat sebelum matahari terbit.”


Sasandewini :”Benar, Suntre. Segeralah tidur supaya besok kita bisa berangkat pagi-pagi.”

Suntre merebahkan tubuh mungilnya, menyelimuti badan, dan menyulam mimpi bersama
malam.

Saat Subtre sudah terlelap Sasandewini melihat pintu depan sekali lagi untuk meyakinkan
apakah pintu sudah benar-benar terkunci. Sambil memeriksa pintu dia menekan kuat kayu
penyangga pintu itu.

Sasandewini :”Aman”

Kemudian Sasandewini kembali ke kamar dan tidur disamping adeknya. Suntre sudah
tertidur pulas. Dalam tidurnya dia bermimpi berjumpa seorang kakek berjubah putih
disekitaran sungai dan kakek itu berbicara kepadanya

Kakek berjubah putih :”Mau ke mana, Gadis Kecil?”


Suntre :”Sa…sa…saya…mau ke sungai,”
Kakek berjubah putih :”Kenapa engkau lewat tempat ini?”
Suntre :”Saya tidak tahu harus lewat mana, kek,”
Kakek berjubah putih :”Sungai itu sangat berbahaya, cucuku. Ada seekor buaya putih penunggu
sungai itu.”
Suntre :”Buaya?”
Kakek berjubah putih :”Lebih baik urungkan saja niatmu itu,cucuku,”

Suntre belum menjawab, tiba-tiba kakek itu mengilang dari hadapan Suntre. Dalam
mimpinya Suntre kembali melanjutkan perjalanan menuju sungai. Langkahnya ia percepat.
Berhati-hati dia menuruni tebing. Suntre berusaha melupakan perkataan kakek itu. Tiba;tiba
seekor buaya putih meloncat tepat di depan Suntre.

Suntre berteriak.

Suntre :”Haaaah!!!!!,”

Suntre terbangun dan mencubiti tangan dan pipinya sendiri kemudian menyadari kalau dia
sudah jatuh dari tempat tidur.
Suntre :”Huuuh….untung hanya mimpi,”
Suntre menggerutu sambil mengusap-usap matanya. Dia melihat ke sekeliling mencari
kakaknya tapi dia tidak melihatnya

Suntre :”Kakaaak…,”
Sasandewini :”Ada apa, Suntre? Suntre bermimpi?”
Suntre :”Suntre takut, Kak.”
Sasandewini :”Jangan takut. Mimpi itu bunganya orang tidur.”

Anda mungkin juga menyukai