Anda di halaman 1dari 2

PROSES PENGUKURAN KAPLING/PERSIL

Secara umum Proses pekerjaan pengukuran kapling/persil tanah untuk suatu daerah pada
dasarnya dilakukan dengan cara:
1. Pengumpulan Informasi Bidang Tanah
Kegiatan pengumpulan informasi bidang tanah berlaku untuk bidang tanah yang sudah
terdaftar maupun bidang tanah yang belum terdaftar. Pengumpulan informasi
dilakukan sebagai kegiatan peningkatan kualitas data untuk menghimpun dan
menyediakan informasi yang lengkap guna mendukung pelaksanaan pengukuran
dan pemetaan bidang tanah sistematis lengkap. Kegiatan pengumpulan informasi
tersebut diantaranya meliputi :
a. Informasi toponimi (nama-nama obyek penting di lapangan seperti tempat
ibadah, perkantoran, sekolahan, pasar, obyek wisata dll)
b. Informasi nama jalan, RT/RW, sungai, saluran
c. Informasi penggunaan tanah dan/atau pemanfaatan tanah
d. Informasi NIB terhadap bidang tanah sertipikat yang belum mempunyai NIB
e. Informasi peta koordinat TM3terhadap bidang tanah sertipikat yang masih
berkoordinat lokal.
f. Informasi nama desa/kelurahan yang baru apabila ada pemekaran wilayah
desa/kelurahan lama
g. Informasi nilai tanah dan/atau informasi tambahan lain yang diperlukan.
2. Orientasi Lapangan (Persiapan Pengukuran di Lapangan)
Diantara pekerjaanya seperti:
penunjukan batas bidang tanah, penetapan batas bidang tanah, penempatan/pematokan
tanda batas,pemeriksaan titik ikat di lapangan, dan pengaturan alat ukur.
3. Pelaksanaan pengukuran
Pengukuran bidang tanah dilaksanakan untuk menentukan posisi/ letak geografis,
batas, luas, dan bentuk geometris bidang tanah. Pelaksanaan pengukuran bidang
tanah dan pengumpulan informasi bidang tanah dituangkan dalam Gambar Ukur (GU).
a. Penggunaan gambar ukur tidak terbatas pada satu bidang tanah saja, tetapi dapat
sekaligus beberapa bidang tanah dalam satu formulir gambar ukur. Catatan-
catatan pada gambar ukur harus dapat digunakan sebagai data rekonstruksi batas
bidang tanah.
b. Gambar Ukur dapat dibuat sesuai dengan format kertas standar A4, A3, A0 atau
dengan format lainnya yang dapat memuat beberapa bidang tanah.
c. Gambar Ukur yang dihasilkan dengan metode terestris harus mencantumkan angka
ukur panjang sisi, sudut, dan/atau koordinat bidang tanah hasil ukuran di lapangan.
d. Gambar Ukur yang dihasilkan dari metode fotogrametris dengan deliniasi harus
mencantumkan koordinat titik batasnya dan/atau ukuran panjangan sisi bidang tanah
hasil pengukuran di lapangan dan hasil deliniasi
Gambar ukur hasil pengukuran fotogrametris terdiri dari formulir gambar ukur
dan peta kerja hasil deliniasi yang telah ditandatangai oleh Petugas Ukur atau
oleh Surveyor Kadaster Berlisensi.
e. Gambar ukur yang dihasilkan dengan cara pengukuran teristris dan atau
pengamatan satelit yang data ukurannya dalam bentuk digital (GPS, dll ), terdiri
dari formulir gambar ukur dan print out hasil hitungan dan hasil plotting bidang
tanah.
f. Gambar Ukur hasil dari kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah
sistematis lengkap harus dilengkapi dengan tanda tangan dari pemilik/kuasa sebagai
penunjuk batas dan/atau diketahui oleh aparat Desa/Kelurahan untuk memenuhi azas
persetujuan batas sebelah menyebelah (Keagrariaan, 2016

Gambar Ukur

Anda mungkin juga menyukai