Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH DAN

KEBUDAYAAN MINANGKABAU

“PRA-SEJARAH MINANGKABAU”

Dosen Pembimbing :
1. Drs. Etmi Hardi, M. Hum
2. Hendra Naldi, S.S, M. Hum
3. Uun Lionar, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
1. M Budiman (19046096)
2. Elsy Ramatika Ayu(19046165)
3. Rafie Kairul Anas Putra (18046171)
4. Raras Faiqa Diahatra(19046047)

Sesi Rabu(07.00 – 09.40)

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
tuntunannya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang“PRA-SEJARAH
MINANGKABAU” tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini di tulis bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah dan Kebudayaan
Minangkabau

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan, demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mohon
maaf apabila dalam makalah ini banyak kesalahan. Semoga bermanfaat bagi kami sendiri dan bagi
pembaca.

Padang , 17 Agustus 2021

Penulis Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Bukti-bukti sejarah pada masa prasejarah Minangkabau.................................................2

2.2 Peninggalan kebudayaan Minangkabau zaman prasejarah..............................................3

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................6

3.2 Saran.................................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prasejarah ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia serta peradabannya sejak zaman
permulaan adanya manusia sampai kepada zaman sejarah. Sejarah dimulai dengan adanyanya
keterangan-keterangan tertulis sampai sekarang peninggalan-peninggalan Prasejarah di minangkabau
sangat sedikit. Namun pada kesempatan kali ini kami akan mencona menjelaskan beberapa bukti-bukti
yang ada dalam sejarah minangkabau dan kebudayaan Minangkabau sejak zaman Prasejarah.

Pembawa kebudayaan neolitikum ke indonesia ialah bangsa-bangsa Austronesia atau melayu tua dan
rumpun bangsa austronesia atau melayu muda . Mereka datang juga dengan cara bergelombang dalam
jangka waktu yang lama, dengan membawa keluarga dan kebudayaan mereka. Pecampuran keduanya
menurunkan nenek moyang orang Minagkabau. Jadi peninggalan-peninggalan prasejarah di
minangkabau zaman perunggu baru didapat di daerah skitar danau kerinci dan bangkinang, namun tidak
sebatas ini saja tapi masih banyak lagi di daerah lainnya. Setelah itu peninggalan yang ada di
minangkabau pada masa mengalitikum di minangkabau berupa batu bergambar dan batu bersurat
terutama diidapati di daerah Batusangkar, seperi kubu Rajo, Limo Kaum, Suroaso dan
Kumani.dikarenakan daerah ini pernah menjadi pusat kerajaan Minangkabau

Peninggalan –peninggalan kebudayaan megalitikum selanjutnya ditemukan di Pariangan- Padang


Panjang, nagari kembar di Lereng gunung Merapi, di sekitar danau Singkarak dan di Muara Takus.

Kepercayaan orang minagkaabau bersumber pada pemujaan arwah nenek moyang yang bertempat
dikediaman ditempat-tempat dianggap keramat

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja bukti-bukti sejarah di Minagkabau zaman Prasejarah?

2. Bagaimanakah kebudayaan di Minangkabau pada masa Prasejarah?

1
3. Apa saja hasil kebudayaan di daerah minangkabau pada zaman Prasejarah?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa saja bukti-bukti sejarah di Minagkabau zaman Prasejarah?

2. Untuk memahami kebudayaan di Minangkabau pada masa Prasejarah?

3. Untuk menjelaskan apa saja hasil kebudayaan di daerah Minangkabau pada zaman
Prasejarah?

2
BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Bukti-bukti sejarah Pada masa Prasejarah di Minangkabau

zaman prasejarah di wilayah Minangkabau merupakan zaman yang juga seperti zaman
prasejarah di daerah lainnya di luar wilayah minagkabau, zaman ini terjadi cukup lama di
wilayah Minangkabau. Dimana asal usul orang Minangkabau atau nenek moyang oraqng
minagkabau sebagai manusia pendukung pada masa itu datang dari wilayah asia yang terjadi
dalam beberapa golonga atau gelombang. Gelombang pertama datang diperkirakan semenjak
5000-2000 tahun SM dan gelombang kedua datang juga diperkirakan 500 tahun sebelum
masehi, antara kedua gelombang ini terjadi pecampuran yang pada akhirnya menghasilkan
nenek moyang orang Minangkabau. Beberapa bukti peninggala prasejarah yang banyak
ditemukan di Minangkabau berupa benda-benda megalitik seperti menhir, lesung batu, batu
dokan, batu goresan, dan fragmen tembikar.

a. Menhir( batu tegak )

Menhir atau batu tegak merupakan bagian dari produk tradisi megalitik, yang berfungsi
sebagai batu peringatn dalam hubungannya dengan pemujian arwah leluhur. Batu ini banyaj
ditemukan di jawa dan bebagai pulau di indonesia bagian timur. Menhir yang ditemukan di
Minangkabau pada umumnya bukan sebagai sarana pemujaan, melainkan sebagai batu nisan
pada sebuah kuburan.
Pesebaran menhir paling banyak ditemukan di kabupaten lima puluh kota, kemudian di
kabupaten Tanah Datar, dan kabupaten lainnya. Terdapat ragam bentuk dan ukuran dari menhir
di Minangkabau, diantaranya ada yang berbentuk tanduk, pedang, phalus, dan beberapa bentuk
kepala binatang. Jika menurut cerita dari para penduduk setempat arah menhir ini menghadap ke
tenggara yang berhadapan dengan gunung Sago, hal ini menunjukkan betapa beasarny a
pengaruh kepercayaan kepada arwah nenek moyang, karena diyakini arwah nenek moyang
hidup di tempat-tempat tinggi sesudah mati. Selain arah ke tenggara jug juga ditemukan menhir
yang menghadap keutara –selatan, orientasi ini menunjukkan menunjukkan pengaruh islam
berupa tanda kubur baginmasyarakat islam di Asia tenggara. Keberagamaan bentuk hias kubur
ditemukan pada menhir yang ada di minangkabau. Ragam hias yang muncul pada menhir
menunjukkna hubungan yang sangat erta dengan pola hias Minangkabau modern, terutama yang
dijumpai pada arsitektur rumah gandang ( Herwandi & Zabir, 2006)
Beberapa menhir ditemukan di kabupaten lima Puluh Kota Antaranya : Menhir Rohana I sampai
III , menhir Ilalang( bukit Domo I sampai III, menhir kayu kaciak, dan masih banyak menhir
yang terdapat di daerah lainnya

b. Lesung atau Lumpang Batu

Artefak ini sering dijumpai dalam konteksnya denga menhir dan batu dokan. Lumpang batu
merupakan suatu batu monolit, baik yang dibentuk maupun tidak. Sebuah lubang kecil berada di
tengah-tengah permukaan atas batu, dengan kedalaman lubang yang berbeda-beda. Artefak ini
banyak ditemukan di kabupaten Lima Puluh Kota, Solok, dan Tanah datar. Lesung Batu ini
memiliki manfaat ganda dalam kehidupan manusia , yaitu sebagai alat rumah tangga dan alat
upacara. Sebagai alat rumah tangga umumnya lesung batu berfungsi untuk menumbuk biji-bijia.
Sedangkan sebagai alat upacara difungsikan sebagai alat yang berkaitan dengan upacara
kesuburan pada masyarakat petani atau bercocok tanam. Benda ini banyak di temukan di
wilayah Lima Puluh Kota antara lain Lumpang Batu sungai takang, Lumpang Batu Belubus,
lumpang Batu Anding, Lumpang Batu Kubang Tinggi.

c. Gerabah atau tembikar

Temuan Gerarabah zaman Prasejarah di Minangkabau hanya berupa fragmen atau pecahan
dalam jumlah yang tidak banyak. Temuan tersebut antara lain pada megalitik di Belubus
Kecamatan Guguk, Lima Puluh Kota. Selain itu pecahan tembikar juga ditemukan di Ngalau
Durian dan Ngalau Bukit Karau Kabupaten Agam, dan gua Beringin di Kabupaten Solok.
Perempuan tersebut melalui pelatihan yang dilakukan oleh Bannet Bronson yang diperkirakan
bahwa keberadaan tembikar sejak tahun masehi(M. Rasjid manggis, 1987)

d. Batu Dakon( Batu Congkak)

Batu Dakon di Minangkabau Antara lain ditemukan di situ mengalitik Mahat, Kecamatan
Suliki: di Gua bukit Gadang, Gua bukit Panjang, dan Gua di dea Taram, ketiganya di kecamatan
Harau, kabupaten Limapuluh Kota. Batu dakon pada umumnya adalah batu momolit yang diberi
lunbang di permukaan atasnya yang relatif datar. Lubang dakon dipahat secara berjajar
berpasangan dan pada bagian tengah kedua ujungnya masing-masing terdapat satu buah lubang.
Batu dakon memiliki fungsi sebagai peralaan serimonial dan sarana permainan. Dalam
serimonial Batu dakon digunakan untuk memebentuk hari baik pada saat akan dilakukan
aktivitas bercocok tanam, baik untuk mulai masa tanam maupun masa panen. Sementara sebagai
alat bermain batu ini disebut sebagai permainan dakon, yang menggunakan biji dakon biji-bijian
atau kwrikil.

e. Betu Gores

Batu Gores ditemukan di Bukik Gadang Parasi yang keduanya dalam Kabupaten Limapuluh
Kota. Batu Gores di Bukik Gadang digoreskan pada batu lantai pada sebuah mulut gua paying
yang berasosiasi dengan lunag lumpang dan Lubang Dokan. Lubang goresan tersebut secara
berjajar menirip, namun hingga saat ini belum ditemukan makna dari batu goresan tersebut.

f. Kursi Batu( Medan nan Bapaneh)

Di minangkabau kursi batu dikenal dengan istilah Medan nan bapaneh, benda ini banyak
ditemukan di kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Limapuluh Kota, dan kabupaten Pesisir
Selatan. Bentuk kursi batu adalah sebidang tanah datar dengan luasan yang disepanjang tepinya
terdapat alas tempat dudk dengan sandarannya yang semuanya dari batu tanpa mengalami
pengerjaan. Diketahui fungsi batu tersebut adalah sebagai tempat persidangan para kepala suku
untuk memutuskan hal penting dalam kehidupan bersama dan kegiatan adat lainnya.
3.2 Kebudayaan Prasejarah di Minangkabau

Pembawa kebudayaan neolitikum ke indonesia ialah bangsa-bangsa Austronesia atau melayu tua dan
rumpun bangsa austronesia atau melayu muda . Mereka datang juga dengan cara bergelombang dalam
jangka waktu yang lama, dengan membawa keluarga dan kebudayaan mereka. Pecampuran keduanya
menurunkan nenek moyang orang Minagkabau. Jadi peninggalan-peninggalan prasejarah di
minangkabau zaman perunggu baru didapat di daerah skitar danau kerinci dan bangkinang, namun tidak
sebatas ini saja tapi masih banyak lagi di daerah lainnya. Setelah itu peninggalan yang ada di
minangkabau pada masa mengalitikum di minangkabau berupa batu bergambar dan batu bersurat
terutama diidapati di daerah Batusangkar, seperi kubu Rajo, Limo Kaum, Suroaso dan
Kumani.dikarenakan daerah ini pernah menjadi pusat kerajaan Minangkabau

Peninggalan –peninggalan kebudayaan megalitikum selanjutnya ditemukan di Pariangan- Padang


Panjang, nagari kembar di Lereng gunung Merapi, di sekitar danau Singkarak dan di Muara Takus.

Kepercayaan orang minagkaabau bersumber pada pemujaan arwah nenek moyang yang bertempat
dikediaman ditempat-tempat dianggap keramat diantaranya:

a. Gunung-gunung

Tambo menyebutkan bahwa nenek myang orang Minangkabau berasal dari gunung Merapi . di kaki
gunung merapi sebelah selatan terdapat nagari Kembar Pariagan-Padang Panjang. Daerah asal nenek
moyang orang minagkabau menurut tambo lama , Gunung Merapi sebagai daerah asal orang
Minangkabau yang menjadi tempat keramat

b. Makam-makam

Peninggalan kebudayaan Megalitikum yang berhubungan erat dengan pemujuan roh nenek Moyang,
tempat nenek moyang dikebumikan dan diziarahi pada waktu-waktu tertentu oleh anak cucu dan
kaum kerabat. Dengan masuk dan berkembang pengaruh kebudayaan dari india, ziarah kemakam
semakin ramai dilakukan, sesudah meluas ajaran islam di Minangkaba masih lazim dilakukan
walupun dilarang agama

Kerbau di Minangkabau adalah binatang terhormat dan dijadikan lamban Minangkabau. Kerbau telah
dijinakkan sejak zaman neolitikum dan berhubungan erat dengan kebudayaan Praejarah. Upacar adat
menegakkan penghuku disertai menyemblih kerbau. Kerbau memounyai fungsi sosial untuk
mengerjakan sawah dan fungsi religius, hewan yang disembelih pada upacara-upacara tertentu. Tanduk
kerbau mempunyai unsur-unsur magis dan hampir ditiap-tiap rumah Minangkabau ditemui tanduk
kerbau sebagai hiasan dan lambang di kebudayaan Minangkabau
pengaruh yang besar tersebutlah yang membuat perempuan Minang disimbolkan sebagai Limpapeh
Rumah Nan Gadang (pilar utama rumah). Selain Matrilineal, budaya lain yang menjadi identitas
masyarakat Minang adalah Kesenian tari pasambahan, tari piring, silek (silat Minangkabau),
Rumah Gadang, dan makanan khasnya yang paling terkenal yaitu rendang dan masakan Padang.
Hingga saat ini, makanan khas Minangkabau diyakini masih mendominasi kuliner Nusantara.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Minangkabau telah didami oleh manusia pada zaman neolitikum kira-kira 2000 tahun sebelum masehi
yang serumpun dengan bangsa Ausronesia( melayu tua) dan menganut paham adat matrilineal. Pada
zaman perunggu 300 SM datang bangsa baru ke Minangkabau, yang serumpun dengan bangsa
austronesia ( melayu muda), dan pecampuran-pecampuran bangsa melayu tua dan melayu muda
menurunkan nenk moyang orang minangkabau, pendukung kebudayaan perunggu dan mengalitikum.
Kebudayaan megalitikum meninggalkan bekas-bekas di minangkabau yang hingga saat ini masih bisa
kita lihat dari kepercayaan rakyat kepada barang-barang pusaka seperti batu-batu besar dan orang-orang
besar atau keramat.
.

3.2 Saran

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini pasti jauh dari kata sempurna, untuk itu Apabila
ada kalimat yang tidak berkenan pada tempatnya. penulis berharap kritik dan saran dari Bapak/Ibu
pembimbing dan rekan mahasiswa/i sekalian yang bersifat membangun agar kami bisa membuat
makalah yang lebih baik pada waktu yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Iskandar Zulkarnain Dalam Tambo. "Minangkabau." MENYISIR BEBERAPA CATATAN:


46.

Graves, E. E. (2007). Asal-usul elite Minangkabau modern: Respons terhadap kolonial Belanda abad
XIX/XX. Yayasan Obor Indonesia.

Djamaris, Edwar, 1991, Tambo Minangkabau, Suntingan teks disertai Analaisis Struktur, Balai
Pustaka, Jakarta.

Madjoindo, A.B.Dt., 1999, Kato Pusako: Papatah, Patitih, Mamang, Pantun, Ajaran, dan Filsafat
Minangkabau, PT Rora Karya, Jakarta.

Navis, A.A., 1986, Alam Terkembang Jadi Guru; Adat dan Kabudayaan Minangkabau, Grafiti Pers,
Jakarta.

Zed, Mestika. "Hubungan Minangkabau dengan Negeri Sembilan." (2010).

Anda mungkin juga menyukai