Anda di halaman 1dari 4

1.

Hukum agraria adalah salah satu hukum yang digunakan untuk mengatur penggunaan
dan pemanfaatan hasil dari alam. 1 Dalam Pasal 1 ayat 2 UUPA dijelaskan pengertian
agararia meliputi bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang tergantung di
dalamnya.
Hubungan hukum agraria dengan hukum administrasi menurut Prof. Subekti 2 adalah
hukum agraria merupakan keseluruhan dari ketentuan-ketentuan hukum yang
mengatur hubungan antara orang perseorangan dan badan hukum dengan bumi, air
dan ruang angkasa serta kekayaan alam di dalamnya, kemudian mengatur pula
wewenang-wewenang yang bersumber pada hubungan tersebut.
Hubungan agraria dengan hukum perdata terdapat dimana dalam hukum agraria juga
ikut andil dalam mengatur hubungan orang perseorangan maupun badan hukum. Orang
perseorangan dan badan hukum merupakan subyek hukum dari hukum perdata.
Hubungan hukum agraria dengan hukum adat tercermin dalam Pasal 5 UUPA yang
menyatakan hukum agraria yang berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa ialah hukum
adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara yang
berdasarkan atas persatuan bangsa dengan sosialisme Indonesia serta dengan
peraturan-peraturan yang tercantum dalam UU dan peraturan perundang-undangan
lainnya segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum
agraria.
2. Perbedaan politik hukum agraria antara pemerintah Hindia Belanda dan pemerintah
Indonesia setelah adanya UUPA meliputi :3

Pemerintah Hindia Belanda Pemerintah Indonesia

1
Siti Zumrokhtun & Darda Syahrizal, Undang-Undang Agraria & Aplikasinya, (Jakarta Timur : Dunia Cerdas, 2014)
hlm. 1.
2
Supriadi, Hukum Agraria, (Jakarta : SInar Grafika, 2007) hlm. 1
3
Mushafi, M. (2019). Problematika Dan Pembaharuan Hukum Agraria Nasional. KEADABAN, 1(1), 84-97.
Adanya kebijakan Landrent, yaitu kondisi dimana “Permati-surian” Program Landreform sebagai
kekuasaan tanah berpindah dari tanah milik raja instrumen pemerataan kepemilikan tanah.
kepada Pemerintah Hindia belanda, akibatnya Adanya kebijakan untuk tidak melaksanakan lagi
adalah hak pemilikan atas tanah tersebut beralih. program landreform meskipun peraturannya
masih ada.

Pelaksanaan Agrarische Wet dalam bentuk Adanya kebebasan dan persaingan bagi setiap
kebijakan Agrarische Besluit yaitu semua tanah orang dan badan hukum untuk menguasai dan
yang pihak lain tidak dapat membuktikan sebagai memiliki tanah serta menempatkan tanah
hak eigendomnya adalah milik negara. sebagai barang komoditas.
Untuk tanah yang tunduk pada hukum barat Terjadinya pergeseran dari politik pertanahan
dilakukan pendaftaran tanah dengan tujuan yang mendorong pemerataan pemilikan tanah
untuk memberikan kepastian hukum dan sebagai cara mewujudkan kemakmuran rakyat ke
menghaasilkan tanda bukti, yaitu sertifikat. arah politik pertanahan ke arah konsentrasi
Sedangkan tanah yang tunduk pada hukum adat penguasaan dan pemanfaatan tanah pada
tidak dilakukan pendaftaran dan tidak ada sekelompok kecil subyek terutama perusahaan
sertifikat. besar.
Tidak adanya kesatuan hukum atau terjadi Pengaturan mengenai Agraria diatur dalam
dualisme hukum, yaitu sistem hukum barat dan Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang
hukum adat secara bersama Pokok-Pokok Hukum Agraria yang merupakan
amanat dari Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945

3. A. Asas Domein : Asas domein adalah asas yang memandang semua tanah yang tidak
dibuktikan haknya oleh orang lain merupakan milik negara. 4
Fungsi asas domein : Sebagai landasan hukum bagi pemerintah yang mewakili Negara
sebagai pemilik tanah, untuk memberikan tanah dengan hak barat yg diatur
KUHPerdata, seperti hak erfpacht, hak opstal, dan lain-lain.

4
Zainuddin, Z., & Ulya, Z. (2018). Domein Verklaring Dalam Pendayagunaan Tanah Di Aceh. Jurnal Hukum Samudra
Keadilan, 13(1), 139-152.
B. Asas Menguasai Oleh Negara : Sebagaimana diatur dalam Ps.33 (3) UUD’45, bumi, air
dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya termasuk ruang angkasa dikuasai oleh
Negara. 5
Fungsi Asas Menguasai Oleh Negara : Memanfaatkan lahan tersebut guna mengatur dan
menentukan peruntukan serta hubungan-hubungan hukum antara orang/bangsa
dengan bumi, air, dan ruang angkasa.
Perbedaan :
- Asas Domein :
a. Azas domain merugikan rakyat karena azas domain merupakan salah satu
peraturan pelaksana dari agrarisch wet yang bertujuan untuk
mengembangkan modal swasta.
b. Setiap tanah yang tidak dapat dibuktikan oleh pemiliknya sebagai hak
eigendom maka tanah itu menjadi tanah Negara.
c. Negara sebagai pemilik (eigenaar) sehingga Negara bisa melakukan
perbuatan hukum terhadap tanah tersebut. Rakyat hanya sebagai bezitter.
- Asas Menguasai Oleh Negara :
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan tanah tersebut
b. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari)
bumi, air dan ruang angkasa itu
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang
angkasa
4. A. Larangan pengasingan tanah awalnya diregulasi dalam Stb. 1875-179 yang mengatur
mengenai Ordonantie Grond Vervreemdingsverbod (larangan pengasingan tanah).
Dalam larangan pengasingan tanah ini pihak golongan rakyat Indonesia (yang dikenal

5
Sembiring, J. (2016). Hak menguasai negara atas sumber daya agraria. BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan,
2(2), 119-132.
dengan Indonesia asli) dinyatakan tidak mungkin mengasingkan tanah miliknya (tanah
dengan hak-hak adat). 6
B. Mengacu kepada UU No.62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan, penduduk di
Indonesia hanya dibedakan antara WNI dan WNA, sehingga larangan pengasingan hak
atas tanah hanya ditujukan kepada WNA (Pasal 16 Jo Pasal 21 UUPA)
C. Hak milik merupakan induk dari hak guna bangunan maupun hak guna usaha. Dimana
hak milik tersebut hanya berlaku bagi warga Negara Indonesia (WNI) sedangkan orang
asing tidak diperbolehkan menguasai tanah sebagai hak milik sebagaimana dalam UUPA
Nomor 5 tahun 1960 pasal 26 ayat (2) dimana apabila orang asing mendapat hak milik
maka tanah tersebut dikuasai oleh Negara. Selain itu terdapat pembatasan pemilikan
hak atas tanah bagi warga Negara asing dan badan hukum asing menurut Hukum Tanah
Nasional dalam Undang- Undang Pokok Agraria pasal 21 ayat (3), pasal 26 ayat (2), pasal
30 ayat (2) , pasal 36 ayat (2) dan pasal 42 UUPA jo. Pasal 39 PP No. 40/1996. Hal ini
untuk mengurangi adanya hak kepemilikan atas tanah bagi orang asing. Karena selain
menjaga agar tanah WNI tidak dikuasai oleh WNA juga membantu WNI agar dapat
memanfaatkan tanah hak miliknya untuk menujang kehidupannya. Dengan hal ini, maka
untuk sebagian hak atas tanah diberlakukan larangan pengasingan tanah bagi WNA saja.

6
Suwitra, I. M. (2011). Larangan Pengasingan Tanah dalam Hukum Adat Perspektif Hukum Agraria Nasional. Jurnal
Yustika: Media Hukum dan Keadilan, 14(1), 39-51.

Anda mungkin juga menyukai