Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

ANALISA SINTESA KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Dasar Profesi
Dosen pembimbing: Endrian MJW, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh :
Fany Haifa Latifah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2021
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
SUCTION

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :


Penghisapan lender (suction)
2. Diagnosa keperawatan :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhiubungan dengan produksi mucus
dalam jumlah berlebih
3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional
Prinsip-prinsip tindakan yang harus diperhatikan dalam melakukan suction
terbagi menjadi 3 (Yuliani 2018):
a. Asianotik Tindakan tidak menyebabkan sianotik.
- Tidak boleh dilakukan terlalu lama. Lama waktu penghisapan sekret
selama waktu diri sendiri masih kuat menahan nafas (diilustrasikan pada
diri sendiri)
- Berikan oksigen terlebih dulu
- Berikan O2 100% untuk support selama 2 menit
b. Atraumatik Tindakan tidak menyebabkan trauma.
- Jika klien menggunakan ventilator maka perhatikan tekanannya, untuk
menghindari O2 terhisap oleh suction dan mencegah terjadinya cedera di
area penghisapan
- Perhatikan ukuran cateter suction, maksimal ukurannya 1/3 lumen ET
- Hyperoxygenation
c. Aseptik Tindakan menggunakan prinsip steril.
- Gunakan close suction
- Handscone dan alat suction steril
- Minimal dilakukan oleh 2 perawat
No Prinsip-prinsip tindakan Rasional
1 Mencuci tangan Mencegah transmisi
mikroorganisme
2 Mengucapkan salam pada klien, Menerapkan etika
perkenalan diri, jelaskan keperaawatan dank lien
prosedur, tujuannya, memahami tujuan
persetujuan klien, kontrak waktu tindakan yang akan
dilakukan
3 Memulai tindakan dengan Menerapkan nilai Islami
bacaan basmallah
4 Gunakan sarung tangan dan kaji Tekhnik steril dan APD
pernafasan klien
5 Tentukan tekanan suction Mengatur tekanan yang
tepat untuk digunakan
pada klien
6 Tuangkan cairan NaCl o,9% Untuk membilas suction
dalam Waskom steril
7 Sambungkan alat penghisap ke Menghubungkan suction
alat suction dengan alat penghisap
8 Masukan kateter 10-15 cm Untuk mengangkat atau
sepanjang sisi mulut sampai ke menyedot secret yang
oropharings mengganggu jalan nafas
9 Berikan terapi oksigen hingga Agar diperoleh SpO2
100% yang stabil
10 Bersihkan suction dengan Menjaga kebersihan
menyedot cairan Nacl suction
11 Mengevaluasi tindakan Mengetahui yang
dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan
12 Mengucapkan salam saat Menerapkan nilai Islami
mengakhiri pertemuan dengan
klien
13 Cuci tangan Mencegah transmisi
mikroorganisme

4. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan


cara pencegahannya :
Terjadinya penurunan kadar oksigen hingga 5% dan apabila petugaas
kesehatan (perawat) tidak peka terhadap masalah yang muncul bisa
mengakibatkan pasien mengalami gagal nafas bahkan sampai kepada
kematian.
Selain itu menurut manggorie 2001 efek berbahaya dari suction yang bisa
saja terjadi adalah :
a. Cairan pendarahan ; terdapat darah dalam secret suction
b. Hipertensi ; peningkatan tekanan darah sistolik hingga 200 mmHg
c. Dapat terjadi hipotensi ; penurunan tekanan darah diastolic hingga 80
mmHg
d. Takikardi ; meningkatnya detak jantung hingga 150 x/menit
e. Bradikardi ; menurunnya dtak jantung hingga 50x/menit
f. Arrhythmia ; irama detak jantung tidak teratur
Dan menurut Kozie & Erb,2012 perawat juga harus memperhatikan
komplikasi yang mungkin timbul diantaranya
a. Hipoksemia
b. Trauma jalan nafas
c. Infeksi nosocomial
d. Respiratory arrest
e. Bronkospasme
f. Nyeri
g. Kecemasan
5. Tujuan tindakan tersebut dilakukan dan maknanya
Tujuan dilakukannya suction yaitu untuk menghilangkan secret yang
menyumbat jalan nafas, untuk mempertahankan patensi jalan nafas,
mengambil secret untuk pemeriksaaan laboratorium, untuk mencegah
infeksi akumulasi cairan secret (Kozier & Erb, 2012).
Tujuan lainnya adalah untuk membebaasaakan jalan napas, untuk
mengurangi retensi sputum yang mengganggu jalan napas dan mencegah
terjadinya infeksi paru pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
(Windiantika 2015).
6. Hasil yang didapatkan dan maknanya
Hasil yang didapat dan maknanya
- Sekret banyak yang keluar (terhisap)
- Bunyi nafas bersih
- Klien tampak rileks
- Kebutuhan oksigenasi terpenuhi
7. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah/diagnosa tersebut ( mandiri dan kolaborasi )
Tindakan lain yang dilakukan untuk mendukung dalam mengatasi masalah
keperawatan di atas adalah :
a. memposisikan klien fowler (45°-90°) untuk memaksimalkan ventilasi
b. auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
c. monitor status hemodinamik
d. monitor respirasi dan status O2
e. berikan bronkodilator : ventolin dan flixotide
f. berikan antibiotic : ceftriaxone
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
OKSIGENASI

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan


Pemasangan oksigen
2. Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional
No Prinsip – Prinsip Tindakan Rasional
1. Mencuci tangan Mencegah transmisi
mikroorganisme
2. Mengucapkan salam kepada pasien, Menerapkan etika
memperkenalkan diri, menjelaskan keperawatan dan
prosedur beserta tujuan, meminta pasien memahami
persetujuan pasien dan melakukan tujuan tindakan yang
kontrak waktu akan dilakukan
3. Memulai tindakan dengan ucapan Menerapkan nilai
basmallah islami
4. Atur posisi semi fowler Memposisikan pasien
senyaman mungkin
5. Hubungankan selang ke dalam tabung Menghubukan selang
oksigen dari tabung oksigen ke
pasien
6. Sebelum memasang selang pada hidung Menjaga kebersihan
pasien, selang dibersihkan dahulu dengan selang oksigen yang
menggunakan kapas alkohol akan di pasangkan
kepada pasien agar
tdak menyebarkan
penyakit lain
7. Flowmeter dibuka, dicoba pada punggung Memastikan bahwa
tangan lalu di tutup kembali udara sudah menggalir
melalui selang kanul
8. Memasang selang nasal kanul ke hidung, Pemberian fixasi pada
lakukan fixasi plester pemasangan kanul
bertujuan agar kanl
tidak mudah terlepas.
9. Membuka flowmeter kembali dengan Pemberian oksigen
ukuran sesuai advis dokter sesuai kebutuhan
pasien akan
memberikan efek yang
maksimal kepada
pasien
10. Mengevaluasi tindakan Mengetahui yang
dirasakan pasien
setelah dilakukan
tindakan
11. Mengucapkan salam saat mengakiri Menerapkan nilai
pertemuan dengan pasien Islami
12. Cuci tangan Mencegah transmisi
mikroorganisme

4. Bahaya-bahaya yang terjadi akibat tindakan tersebut dan cara


pencegahannya
Bahaya : Bahaya yang dapat terjadi untuk pemberian O2 yang
berlebihan adalah timbulnya kondisi Hiperpneu karena
konsentrasi O2 dalam darah yang terlalu tinggi (Muliasari
and Indrawati 2018).
Pencegahan : Pemberian jumlah oksigen/ liter harus sesuai dengan
perintah dokter (Sukadewanata and Suparmanto 2019).
5. Tujuan tindakan tersebut dilakukan
Terapi oksigen bertujuan untuk mempertahankan oksigenasi jaringan tetap
adekuat dan dapat menurunkan kerja miokard akibat kerusakan suplai
oksigen Tujuan tindakan tersebut bertujuan untuk :
a. Mempertahankan suplai oksigen pasien
b. Memenuhi kebutuhan oksigen pasien
6. Hasil yang didapat dan maknanya
Hasil : Pemberian oksigen sudah dilakukan
Makna : Kebutuhan oksigen pasien terpenuhi
7. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah diagnosa tersebut
Mandiri : Pantau TTV dan saturasi oksigen serta memberitahukan
kepada keluarga pasien untuk memberitahukan bila tabung
atau air steril sudah habis
Kolaborasi : Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA

Kozier & Erb. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC

Maggiore, S.M. et al,. 2013. Decreasing the Adverse Effects of Endotracheal


Suctioning During Mechanical Ventilation by Changing Practice. Continuing
Respiratory Care Education, Vol 58, 1588-1597.

Muliasari, Yunita, and Iin Indrawati. 2018. “Efektifitas Pemberian Terapi Pursed
Lips Breathing Terhadap Status Oksigenasi Anak Dengan Pneumonia.” 14(2).

Sukadewanata, Reyvaldy David, and Gatot Suparmanto. 2019. “Nursing Care On


Asthma Patient In Fulfillment Of Oxygenation Need.”

Windiantika. 2015. “Pemberian Penghisapan Lendir Endotrakeal Tube (Suction)


Terhadap Kadar Saturasi Oksigen Pasien Gagal Nafas Pada Asuhan
Keperawatan Ny. P Dengan Stroke Hemoragik Di Ruang ICU RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.” Pemberian Penghisapan Lendir Endotrakeal Tube
(Suction) Terhadap Kadar Saturasi Oksigen Pasien Gagal Nafas Pada
Asuhan Keperawatan Ny. P Dengan Stroke Hemoragik Di Ruang ICU RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.

Yuliani. 2018. “Skripsi Evaluasi Kompetensi Perawat Dalam Melakukan S.”


Universitas Hasanuddin.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
MENGHITUNG KEBUTUHAN KALORI CAIRAN INFUS

Kalori adalah istilah umum dari satuan energi sistem metrik. Tubuh kita
memerlukan kalori dari makanan yang kita makan sebagai sumber energi untuk
melakukan aktifitas sehari-hari. Tanpa kalori yang cukup, kita pasti merasa lemas
seperti mobil tanpa bensin. Kandungan kalori di dalam suatu makanan bergantung
pada kandungan karbohidrat, protein dan lemak pada makanan itu sendiri. Jumlah
kebutuhan kalori harian yang dibutuhkan seseorang disebut sebagai basal
metabolic rate (BMR).
Basal metabolic rate adalah kalori yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan
aktivitas dasar sehari-hari, termasuk memompa jantung, mencerna makanan,
bernapas, hingga aktivitas metabolisme. Berikut ini cara menghitung BMR
menggunakan rumus Harris-Benedict :
Untuk laki-laki
BMR = 66 + (13,7 x berat badan dalam kg) + (5 x tinggi badan dalam cm) - (6,8 x
usia)
Untuk Perempuan
BMR = 655 + (9,6 x berat badan dalam kg) + (1.8 x tinggi badan dalam cm) - (4.7
x usia)
Faktor lain yang akan berpengaruh, yaitu tingkat aktivitas. Setelah
menemukan BMR, langkah selanjutnya adalah menentukan tingkat aktivitas harian
dan mengalikannya dengan hasil BMR, seperti berikut ini :
1. Tidak aktif (tidak berolahraga sama sekali dalam seminggu) : BMR x 1,2
2. Aktifitas ringan (berolahraga ringan 1-3 hari seminggu) : BMR x 1,375
3. Aktifitas sedang (berolahraga intensitas sedang 3-5 hari seminggu) : BMR x 1,55
4. Aktifitas berat (berolahraga intensitas berat 6-7 hari seminggu) : BMR x 1,725
5. Aktifitas sangat berat (berolahraga intensitas sangat berat 6-7 hari seminggu atau
bekerja di bidang yang membutuhkan stamina dan fisik yang kuat) : BMR x 1,9
Contoh soal :
1. Diketahui : Ny.A usia 25 tahun memiliki berat badan 60 kg, tinggi badan 160
cm, aktivitas fisik sedikit aktif (1,375) maka kebutuhan kalorinya adalah ?
BMR = 655 + (9,6 x 60 kg) + (1,8 x 160 cm) – (4,7 x 25 tahun)
= 655 + 576 + 288 + 117,5 = 1.401,5
Kebutuhan kalori hariannya = 1.401,5 x 1,375 = 1.927,0625 kalori per hari.
2. Diketahui : Tn.A usia 40 tahun memiliki berat badan 53 kg, tinggi badan 155
cm, aktifitas fisik sangat aktif karena suka bekerja sebagai petani (1,9) maka
kebutuhan kalorinya adalah ?
BMR = 66 + (13,7 x 53 kg) + (5 x 155 cm) - (6,8 x 40 tahun)
= 66 + 726,1 + 775 – 272 = 1.295,1
Kebutuhan kalori hariannya = 1.295,1 x 1,9 = 2.460,69 kalori per hari.
DAFTAR PUSTAKA

Asih, L. D., & Widyastiti, M. (2016). Meminimumkan Jumlah Kalori di Dalam


Tubuh dengan Memperhitungkan Asupan Makanan dan Aktivitas
Menggunakan Linear Progamming. Ekologia, 16(1), 38–44.
Hermansyah, M., & Mas’ud, M. I. (2018). Penentuan Menu Makanan Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Kalori Buruh Pabrik Dengan Analisis Detak Jantung.
Jurnal Rekayasa Sistem Industri, 7(1), 11.
https://doi.org/10.26593/jrsi.v7i1.2371.11-20
P, R. B. A., & Woro, O. (2011). Sistem Informasi Perencanaan Pola Hidup Sehat
melalui Keseimbangan Aktivitas dan Asupan Makanan. Media Ilmu
Keolahragaan Indonesia, 1(2). https://doi.org/10.15294/miki.v1i2.2033
Qurniawati, N. (2018). Pemenuhan Kebutuhan Kalori Siswa Kelas V Sd N
Percobaan 3 Pakem, Kabupaten Sleman Tugas. Energies, 6(1), 1–8.
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://doi.
org/10.1016/j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.arth.2018.03.
044%0Ahttps://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S1063458420300078?token
=C039B8B13922A2079230DC9AF11A333E295FCD8
Rachmawati, Si., & Pravika, U. H. (2020). Analisis Pemenuhan Kebutuhan Kalori
Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pada Tenaga Kerja Di Area Tambang Bawah
Tanah Pt X Indonesia. Journal of Industrial Hygiene and Occupational
Health, 4(2). https://doi.org/10.21111/jihoh.v4i2.3830
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN NUTRISI

Cairan dan elektrolit merupakan komponen penting dari tubuh untuk menjamin
kehidupan normal dari semua proses yang berlangsung didalam tubuh (Elektrolit et
al., 2017). Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal
dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan
dan elektrolit di dalam tubuh sudah diatur sedemikian rupa agar keseimbangan
fungsi organ vital dapat dipertahankan.Untuk mempertahankan keseimbangannya,
diperlukan masukan, pendistribusian, dan keluaran yang memadai, yang diatur
melalui mekanisme tersendiri namun berkaitan satu sama lain (Suwarsa, 2018).

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel
seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial
dan cairan transeluler. Cairan intraveskuler (plasma) adalah cairan di dalam system
vaskuler. Cairan interstitial adalah cairan yang terletak di antara sel. Sedangkan
cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospial, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

Fungsi cairan :

➢ Sebagai pelumas / lubrikan


➢ Regulasi suhu tubuh,yaitu mengatur produksi keringat
➢ Sebagai medium untuk reaksi metabolisme dalam sel
➢ Transport nutrien, membersihkan produk metabolisme dan subtansi lain (Sari
& Nindya, 2018).

PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN


Mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh (intake) dan mengukur
jumlah cairan yang keluar dari tubuh (out put) (Kurianto & Arianti, 2018)
TUJUAN
1. Menentukan tingkat deshidrasi klien
2. Menentukan status keseimbangan cairan tubuh

HAL YANG BERKAITAN DENGAN PERHITUNGAN CAIRAN


1. Menentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien (intake)
Terdiri dari:
a. Air minum
b. Air dalam makanan (sayur berkuah, buah)
c. Air hasil oksidasi (metabolisme)
d. Cairan intravena (infuse, darah)
2. Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien (out put)
Terdiri dari:
a. Urine
b. Insensible Water Loss (IWL) : paru dan kulit
c. Keringat
d. Feces
e. Muntah (langsung, melalui NGT)
f. Perdarahan
g. Drain

PERHITUNGAN
1. Rata-rata intake cairan per hari:
Sesuai rumus Holliday dan Segard
a. Dewasa
10 KG Pertama = 1 Liter / 1000 ml Cairan
10 KG Kedua = 0,5 Liter / 500 ml Cairan
BB >> 10 Kg = 20 ml X Sisa BB
b. Anak- Anak
4 ml/KgBB/Jam : BB 10 Kg Pertama
2 ml/KgBB/Jam : BB 10 Kg Pertama
1 ml/KgBB/Jam : Sisa BB Selanjutnya
2. Rata-rata out put cairan per hari
a. Urine : 1400-1500 ml (0,5-1 cc/ kg BB/ jam)
b. IWL: Paru : 350-400 ml
c. Kulit : 350-400 ml
d. Keringat : 100 ml
e. Feces : 100-200 ml/ hari
3. Insesible Water Loss Normal

(Fauziah, 2016)
Contoh kasus:
Tn. R memiliki BB 55 Kg, maka IWL nya adalah?
Jawab:
IWL = 15 x 55 KgBB/24 jam
IWL = 825 cc/24 jam
Untuk mengetahui IWL perjam maka:
825 cc : 24 jam = 34,37 cc/jam
bisa dibulatkan menjadi 34 cc/jam
4. Insensible Water Loss dengan Kenaikan Suhu

Contoh kasus:
Tn. M usia 50 th, dengan BB 60 kg, dirawat dengan keluhan tidak sadarkan diri
setelah terjatuh di wc saat mandi.
Tekanan Darah = 180/110mmHg,
Nadi = 95x/menit,
Respirasi = 30x/menit, T 38,5 ̊c.
Terpasang ivfd Nacl 0,9% 1000cc/24 jam,
Makan dan minum = 700cc/24jam,
Obat-obatan = 300cc/24 jam.
Berapakah IWL normal pasien tersebut dalam 24 jam dan perjam?
Dan berapakah IWL kenaikan suhu Tn M?
Jawab:
IWL = 15cc x 60 kg BB/24jam = 900 cc/24 jam
IWL perjam = 900 cc/24 jam = 37 cc/jam
IWL Kenaikan Suhu
Hal yang perlu kita ingat adalah menghitung jumlah cairan masuk terlebih dahulu:
Terpasang ivfd Nacl 0,9% = 1000cc/24 jam,
Makan dan minum = 700cc/24jam,
Obat-obatan = 300cc/24 jam +
2000 cc/jam

Lanjut menghitung IWL kenaikan suhu

= {(10% x 2000) x (3,85 – 3,75) +37}


24
= (200)(1) + 37
24
= 200 + 37
24
= 10 cc/jam
DAFTAR PUSTAKA

Elektrolit, K., Darah, D., Tenaga, P., Yang, K., & Panas, T. (2017). VOL . 15 No .
1 APRIL 2017 ISSN 1693-3761. 15(1), 1–5.
Fauziah, I. A. (2016). Upaya Mempertahankan Balance Cairan Dengan. Kesehatan,
7–8.
Kurianto, E., & Arianti, A. (2018). Status Cairan Pada Pasien Pasca Pembedahan
di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Indonesian Journal of Nursing
Practice, 2(2), 68–76. https://doi.org/10.18196/ijnp.2281
Sari, N. A., & Nindya, T. S. (2018). Hubungan Asupan Cairan, Status Gizi Dengan
Status Hidrasi Pada Pekerja Di Bengkel Divisi General Engineering Pt Pal
Indonesia. Media Gizi Indonesia, 12(1), 47–53.
https://doi.org/10.20473/mgi.v12i1.47-53
Suwarsa, O. (2018). Terapi Cairan dan Elektrolit pada Keadaan Gawat Darurat
Penyakit Kulit ( Fluids and Electrolyte Therapy in Emergency Skin Diseases
). Periodical of Dermatology and Venereology, 30(2), 162–170.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
RELAKSASI, DISTRAKSI, HYPNOTHERAPI DAN GUIDED IMAGERY

1. Tindakan Keperawatan yang dilakukan :


Relaksasi, Distraksi, Hypnotherapi dan guided imagery
a. Relaksasi adalah metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien
yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi
ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan, sehingga mencegah
menghebatnya stimulus nyeri. (Morita et al., 2020)
b. Distraksi merupakan suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga klien akan lupa terhadap
nyeri yang dialami. Distraksi adlah mengalihkan perhatian klien ke hal
yang lain sehingga dapat menurunkan kewaspadaan nyeri, bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. (Morita et al., 2020)
c. Guided imagery merupakan tekhnik yang menggunakan imajinasi
seseorang untuk mencapai efek positif tertentu. Tekhnik ini dimulai dengan
proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada klien untuk
perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien di
dorong untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran
dengan bayangan untuk membuat damai dan tenang. (Patasik et al., 2013)
Diagnosa Medis :
Sectio Caesarea
2. Diagnosa Keperawatan
- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :
a. Kondisi umum klien bersih, terdapat luka post operasi sectio caesarea
b. Persiapan perawat dan persiapan pasien
c. Tindakan sesuai prosedur
No Prinsip Rasional
1. Atur posisi pasien agar rileks Untuk memberikan
pengetahuan kepada pasien
tentang posisi yang nyaman
dan akan membantu
relaksasi
2. Ciptakan lingkungan yang tenang Untuk menjaga
kenyamanan pasien.
3. Intruksikan pasien untuk bernafas
dalam kemudian menghembuskan Untuk membuat pasien
secara perlahan lebih tenang dan rileks dan
untuk mengurangi nyeri.
4. Membawa alam pikiran klien menuju Memberikan pikiran
ke tempat yang menyenangkan menjadi jernih.

4. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan cara


pencegahannya :
a. Bahaya
- Saat melakukan tekhnik relaksasi dan distraksi kepada klien tidak hati-hati
dan perlahan-lahan akan membuat klien tidak nyaman dan akan
memperparah nyeri pada klien.
- Saat melakukan tekhnik relaksasi dan distraksi kepada klien di lingkungan
yag kurang nyaman akan menyebabkan klien tidak akan bisa
berkonsentrasi saat relaksasi dan distraksi
b. Pencegehan
- Saat melakukan tekhnik relaksasi dan distraksi lakukan dengan hati-hati
dan perlahan-lahan agar klien merasa nyaman dan nyeri berkurang.
- Saat melakukan relaksasi dan distraksi kepada klien berikanlah klien
lingkungan yang tenang dan nyaman dan agar klien bisa berkonsentrasi saat
relaksasi dan distraksi. (Ariana et al., 2020)
5. Tujuan tindakan tersebut dilakukan :
Relaksasi bertujuan untuk mengatasi atau menurunkan kecemasan,
menurunkan tegangan otot, serta mengurangi nyeri dan ketegangan otot yang
berhubungan dengan fisiologis tubuh. (Tri & Niken, 2019)
Distraksi adalah untuk pengalihan atau menjauhkan perhatian klien terhadap
sesuatu yang sedang dihadapi seperti rasa nyeri (Utami, 2016)
6. Hasil yang didapat dan maknanya :
S : pasien mengatakan nyeri pada daerah luka jaitan sudah berkurang
P : nyeri dikarenakan pembedahan
Q : nyeri seperti tersayat
R : nyeri pada daerah luka jaitan
S : 5 (0-10)
T : Nyeri perlahan-lahan
O : pasien tampak meringis, sedikit lebih tenang.
A : nyeri akut teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
7. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah/ diagnosa tersebut. (mandiri dan kolaborasi)
a. Monitor KU dan TTV
b. Kaji skala nyeri dan tingkat kecemasan
c. Catat intensitas nyeri
d. Kolaborasi pemberian analgetik
DAFTAR PUSTAKA

Ariana, P. A., Putra, G. N. W., & Wiliantari, N. K. (2020). Relaksasi Otot Progresif
Meningkatkan Kualitas Tidur pada Lansia Wanita. Jurnal Keperawatan
Silampari, 3(2), 416–425. https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1051
Morita, K. M., Amelia, R., & Putri, D. (2020). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson
Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Jurnal Riset Hesti Medan Akper
Kesdam I/BB Medan, 5(2), 106. https://doi.org/10.34008/jurhesti.v5i2.197
Patasik, C. K., Tangka, J., & Rottie, J. (2013). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Dan Guided Imagery Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post. 1.
Tri, A. M., & Niken, S. (2019). Teknik Relaksasi Nafas Dalam Untuk Menurunkan
Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea. Jurnal Manajemen
Asuhan Keperawatan, 3(2), 19–25. https://doi.org/10.33655/mak.v3i2.70
Utami, S. (2016). Efektifitas Relaksasi Napas Dalam Dan Distraksi Dengan Latihan
5 Jari Terhadap Nyeri Post Laparatomi. Universitas Riau, 4(1), 64–67.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
KESEHATAN REPRODUKSI (SEKSUAL REPRODUKSI)

1. Tindakan keperawatan yang di lakukan :


Perawatan vulva hygine
2. Diagnosa Keperawatan :
Resiko Infeksi
3. Prinsip – Prinsip Tindakan dan Rasional :
No Tindakan Rasional
1. Tahap Pra-interaksi
a. Melakukan perivikasi program a. Memastiakn pasien dan
pengobatan klien tindakan yang akan di lakukan
b. Mencuci tangan sudah benar
c. Menyiapkan alat b. Mencegah teransmisi mikro
organisme
c. Menyiapkan peralatan lebih
dulu agar siap di gunakan saat di
lakukan tindakan
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam kepada pasen a. Menerapkan etika keperawatan
dan sapa nama pasien. dan hubungan saling percaya.
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur b. Agar pasien mengetahui dan
tindakan pada pasen atau mengerti perosedur tindakan
keluarga. yang di lakukan
c. Menanyakan persetujuan dan c. Menerapkan etika keperawatan.
kesiapan pasien sebelum kegiatan
di lakukan.
3. Tahap kerja
a. Memasang sampiran atau a. Menerapkan etika keperawatan
menjaga privasi. dan menjaga kenyamanan
b. Memasang selimut mandi. pasien.
c. Mengatur posisi pasien dorsal b. Sebagai penutup yang diletakan
recumbent. diantara kaki pasien.
d. Memasang alas dan perlak. c. Agar memudahkan perawat
e. Melepaskan celana pasien dan melakukan tindakan.
memasang pispot jika pasien d. Menjaga kebersihan tempat
ingin BAK atau BAB. tidur pasien.
f. Perawat memakai sarung tangan. e. Pispot berguna untuk wadah jika
g. Mengguyur vulva dengan air pasien BAK atau BAB.
hangat. f. Mencegah transmisi
h. Dekatkan bengkok kedekat mikroorganisme.
pasien. g. Membersihkan kotoran –
i. Memakai sarung tangan kanan, kotoran pada vulva pasien.
kemudian mengambil kapas h. Memudahkan perawat saat
basah. Membuka vulva dengan melakukan tindakan.
ibu jari dan jari telunjuk kiri. i. Membuka vulva dengan ibu
j. Membersihkan vulva mulai dari jari dan jari telunjuk kiri
labia mayora kiri,labia mayora memudahkan perawat
kanan,labia minora kiri dan labia membersihkan area dalam saat
minora membersihkan vulva pasien.
kanan,vestibulum,perinium. j. Melakukan tindakan sesuai
Arah dari atas kebawah dengan instruksi. Pemakaian satu kali
kapas basah (satu kapas, satu kali pakai berguna untuk
usap) menhindari transmisi bakteri
k. Mengeringkan vulva dengan k. Agar vulva pasien tidak
menggunakan kasa kering. lembab.
l. Memasang celana dalam pasien. l. Agar pasien merasa nyaman
m. Mengambil alas, perlak dan dan menerapkan etika
bengkok. keperawatan.
n. Merapikan pasien, mengambil m. Membersihkan peralatan
selimut mandi dan memakaikan tindakan.
selimut pasien. n. Agar pasien merasa nyaman.
4. Tahap terminasi
a. Mengevaluasi hasil tindakan a. Mengecek apakah tindakan
yang baru dilakukan. yang dilakukan sudah benar
b. Berpamitan dengan pasien. atau belum.
c. Membersihkan dan b. Menerapkan etika
mengembalikan alat ketempat keperawatan.
semula. c. Menjaga kebersihan tempat
d. Mencuci tangan. kerja.
e. Mencatan kegiatan dalam lembar d. Mencegah terjadinya transmisi
catatan keperawatan. organisme.
e. Dokumentasi keperawatan

Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan


organ kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk mempertahankan
kesehatan dan mencegah infeksi. Perilaku individu terhadap kebersihan organ
reproduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kebiasaan, budaya, sosial
norma keluarga, pendidikan dan status ekonomi. Adanya masalah kebersihan
diri akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan karena kebersihan
merupakan faktor penting dalam mempertahankan derajat kesehatan.
Kebersihan organ reproduksi pada wanita adalah dengan vulva hygiene yang
merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan organ
reproduksi untuk kesejahteraan secara fisik dan psikis (Sekar, Machmudah, &
Sayono, 2016).
Vulva hygiene terdiri dari dua kata, yaitu vulva dan hygiene. Vulva yang
artinya lipatan kelamin bagian luar pada wanita (Perwakilan BKKBN Provinsi
Jawa Tengah, 2018) dan hygiene adalah kebersihan. Jadi, vulva hygiene adalah
menjaga atau merawat kebersihan organ kelamin bagian luar. Kesehatan
reproduksi dapat dilakukan dengan cara menjaga dan memelihara kesehatan
vagina (vulva). Menjaga kebersihan organ kewanitaan dilakukan agar terhindar
dari keputihan dan infeksi alat reproduksi (Arifianti & Samaria, 2021).
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada
pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Vulva
hygiene juga bertujuan untuk mencegah infeksi, untuk penyembuhan luka
jahitan perineum dan untuk kebersihan perineum (Sriani, Riana, & yolanda
bataha, 2015).
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada
pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien
yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian
infus, section caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah
perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah selesai
membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih muda dan
sehat, daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian serta perawatan
protektif (Indrasari1 & Purwati, 2017).
Manfaat vulva hygiene untuk menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap
bersih dan nyaman, mencegah munculnya keputihan, bau tak sedap dan gatal –
gatal serta menjaga pH vagina tetap normal. Munculnya infeksi perineum dapat
merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir, infeksi tidak
hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan
kerusakan sel, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri baik
panjang maupun kedalaman dari luka (Sriani et al., 2015).
Menurut (Istiana, Mulyanti, & Janah, 2021) Vulva hygiene merupakan
perawatan diri pada organ genetalia bagian luar yang terdiri dari :
1. mons veneris yang terletak di depan simpisis pubis.
2. labia mayora
3. labia minora
4. klitoris
5. vestibulum
4. Bahaya – bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan cara
pencegahanya :
a. Bahaya
Penggunaan peralatan yang tidak bersih mengakibatkan mudahnya
penyebaran kuman dan penyakit.
b. Pencegahan
Selalu gunakan peralatan bersih, 1 kali pakai langsung buang.
5. Tujuan tindakan tersebut dilakukan :
a. Untuk kebersihan perinium dan vulva
b. Memberikan rasa nyaman pada pasien.
Indikasi vulva hygine
1. Pasien post partum.
2. Pasien post partum dengan epidiotomy.
3. Dilakukan prosedur tersebut sehari minimal 2 kali.
6. Hasil yang didapat dan maknanya :
a. Hasil
Daerah genetalia menjadi bersih.
b. Makna
Daerah genetalia terhindar dari infeksi
7. Identifikasi tindakan keperawatan lainya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah / diagnosa tersebut ( mandiri dan kolaborasi) :
a. Membersihkan area genital.
b. Perawatan selang kateter.
c. Kolaborasi pemberian obat antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA

Arifianti, I. R. D., & Samaria, D. (2021). Gambaran Pegetahuan , Sikap , Dan


Motivasi Terkait Vulva Hygiene Irfani Rizqi Dwi Arifianti , Dora Samaria.
Gambaran Pegetahuan, Sikap, Dan Motivasi Terkait Vulva Hygiene Pada
Remaja Wanita Di Rw 02 Bojong Menteng, Bekasi Irfani, 5(1).

Indrasari1, N., & Purwati. (2017). Pengaruh Teknik Vulva Hygiene Terhadap
Jumlah Kuman Vulva Pada Ibu Nifas Di Bpm Kota Bandar Lampung.
Pengaruh Teknik Vulva Hygiene Terhadap Jumlah Kuman Vulva Pada Ibu
Nifas Di Bpm Kota Bandar Lampung, Viii, 465–470.

Istiana, S., Mulyanti, L., & Janah, A. (2021). 1 , 2 , 3 123. Pendidikan Kesehatan
Tentang Vulva Hygiene Pada Wanita Usia Subur Di Dusun Teseh Kelurahan
Meteseh Kecamatan Tembalang Kota Semarang, 3(2), 39–44.

Sekar, P., Machmudah, & Sayono. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Tentang Vulva Hygiene Al-Izzah Demak. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Tentang Vulva Hygiene Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Praktik Remaja
Putri Yang Mengalami Keputihan Di Pondok Pesantren Al-Izzah Demak.

Sriani, T., Riana, K., & Yolanda Bataha. (2015). E-Journal Keperawatan (E-Kp)
Volume 3 Nomor 2 Oktober 2015 Hubungan Vulva. Hubungan Vulva Hygiene
Dengan Pencegahan Infeksi Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Di Rumah
Sakit Pancaran Kasih Gmim Manado, 3, 2–6.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWTAN
TERMOREGULASI

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan


Termoregulasi
2. Diagnose keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus. (Mahmud, 2020)
b. Hidrasi berhubungan dengan cairan yang hilang akibat penguapan yang
berlebihan. (Mahmud, 2020)
3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional
Menurut Widodo (2009) dalam jurnal (Zurimi, 2019) Typhoid adalah
penyakit yang menyerang usus halus penyebabnya adalah bakteri
salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B,
salmonella paratyphi C. Typhoid mempunyai tanda-tanda khas berupa
gejala demam, nyeri perut dan erupsi kulit, perjalanan yang cepat
berlangsung kurang lebih 3 minggu.
Menurut Pujiarto (2018) dalam jurnal (Wulandari & Agustin, 2020)
tindakan pemberian kompres hangat pada daerah aksila akan merangsang
sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika
hipotalamaus di rangsang dan peka terhadap panas, maka sistem efektor
akan memberi tanda melalui keluarnya keringat atau vasodilatasi perifer.
Keluarnya keringat ini menyebabkan pembuangan panas melalui kulit dan
di harapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh.
Demam tifoid pada anak lebih efektif di turunkan dengan pemberian
kompres hangat pada daerah aksila karena pembuluh darah besar dan
kelenjar keringat apokrin sebagian besar berada pada daerah aksila sehingga
akan mengalami vasodilatasi untuk mempercepat perpindahan panas dari
dalam tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.(Wulandari &
Agustin, 2020)
Observasi suhu tubuh setiap 4 jam sekali untuk memonitor peningkatan
suhu tubuh secara tiba-tiba. Pemenuhan kebutuhan cairan sangat penting
untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat hipertermia. Tindakan
pemenuhan kebutuhan cairan rasionalnya untuk mencukupi kebutuhan
cairan yang hilang akibat penguapan yang berlebihan. Sehingga pasien tidak
mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. (Mahmud, 2020)
4. Bahaya-bahaya yang terjadi akibat tindakan tersebut dan cara
pencgahannya
Bahaya yang terjadi yaitu jika air yang di kompreskan terlalu panas akan
mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Maka dari itu, suhu yang
digunakan untuk mengompres harus diperhatikann agar tidak terlalu panas.
Di anjurkan suhu untuk ompres hangat adalah sekitar 40-50 derajat celcius
dan biasakan untuk tidak megompres lebih dari 20 menit.(Husain, 2019)
5. Tujuan tindakan tersebut dilakukan
Kompres hangat bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa
sakit, dan memberi rasa hangat nyaman dan tenang pada klien. (Husain,
2019)
Tindakan pemenuhan kebutuhan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan
cairan yang hilang akibat penguapan yang berlebihan.(Mahmud, 2020)
6. Hasil yang didapat dan maknanya
a. Pasien melakukan kompres hangat
b. Pasien kooperatif dalam proses tindakan keperawatan
c. Suhu pasien kembali normal
d. Tidak terdapat tanda-tanda kekurangan cairan
7. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah diagnose tersebut
a. Mempertahankan daya tahan tubuh.
b. Mencegah komplikasi.
c. Menemukan perubahan sistem.
d. Memantapkan hubungan klien dengan lingkungan.
e. Implementasi pesan dokter. Implementasi. (Fadhil, 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Fadhil, R. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Typhoid Dengan


Ketidakefektifan Termoregulasi Di Ruang Dahlia II Rsud Ciamis.
Husain, R. D. P. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Demam Thypoid Dengan
Masalah Peningkatan Termoregulasi Di Rsud Dr. Slamet Garut.
Mahmud, R. (2020). Penerapan Asuhan Keperawatan Demam Berdarah Dengue
dalam Pemenuhan Kebutuhan Termoregulasi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 12(2), 1023–1028. https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.460
Wulandari, S., & Agustin, W. . (2020). Asuhan Keperawatan Pasien Demam Tifoid
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Termoregulasi. Tjyybjb.Ac.Cn, 3(2252), 58–66.
Zurimi, S. (2019). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Dalam Pemenuhan
Ketidakefektifan Termoregulasi Pada Pasien Demam Typoid Di Rsud Dr. P.P.
Magretti Saumlaki Suardi. Jurnal Keperawatan Indonesia, 4(3), 131–136.

Anda mungkin juga menyukai