Dosen Pengampuh :
Ikhram Hardi S
1. Dilla Iskarman
2. Vahra Angriani 14120200118
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya, kami diberi kesehatan lahir batin sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Konsep Dasar Penyakit Akibat Kerja (PAK)” dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar membantu para
pembaca untuk menerima wawasan baru sehingga lebih memperluas
pengetahuannya terhadap dasar hukum, definisi, kriteria, klasifikasi, penyebab,
serta metode dan juga bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen saya pada
mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Ikhram Hardi S selaku
dosen pengampu mata kuliah kami karena dengan adanya tugas ini dapat
meningkatan pengetahuan kami secara lebih mendalam. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang ikut serta dalam
membantu penyusunan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini.Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat
bermanfaat untuk penulis agar kedepan nya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………………
B. TUJUAN PENULISAN...............................................................................
C. MANFAAT PENULISAN…………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………………………....
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya
perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat
kerja terhadap bahaya dari akibat kecelakaan kerja. Faktor keselamatan
kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan
dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya
fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja. Penyakit Akibat Kerja (PAK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik.
Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran
pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai.
Banyak pekerja yang meremehkan resiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.Setiap orang
membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang
sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami
sakit dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga, dan
lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir penyakit
akibat kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai
kemampuan untuk menangani korban yang terpapar penyakit akibat
kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk
menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
B. TUJUAN PENULISAN
1.Untuk mengetahui dasar hukum terkait PAK
2.Untuk memahami definisi dari PAK
3.Untuk mengetahui kriteria PAK
4.Untuk mengetahui klasifikasi dan kategori PAK
5.Untuk mengetahui penyebab PAK
6.Untuk mengetahui apa saja metode diagnosis dan identifikasi PAK
7.Utuk mengetahui metode cara pengendalian PAK
C. MANFAAT PENULISAN
Agar dapat memahami tentang penyakit akibat kerja ini serta
memperoleh informasi dan pengetahuan agar lebih mengerti tentang
penyakit akibat kerja dan dapat mengurangi korban yang terpapar
penyakit akibat kerja guna meningkatkan derajat kesehatan dan
produktif kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum Terkait Penyakit Akibat Kerja
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Penyakit
Akibat Kerja;
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Jaminan Kematian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik
Nomor 5714);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYAKIT AKIBAT
KERJA.
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan/atau lingkungan kerja.
2. Jaminan Kecelakaan Kerja, yang selanjutnya disingkat JKK adalah
manfaat berupa uang tunai dan/atau pelayanan kesehatan yang
diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau
penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Pasal 2
(1) Pekerja yang didiagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja
berdasarkan surat keterangan dokter berhak atas manfaat JKK
meskipun hubungan kerja telah berakhir.
(2) Hak atas manfaat JKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan apabila Penyakit Akibat Kerja timbul dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak hubungan kerja berakhir.
(3) Penyakit Akibat Kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi jenis penyakit:
a. yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari aktivitas
pekerjaan;
b. berdasarkan sistem target organ;
c. kanker akibat kerja; dan
d. spesifik lainnya.
(4) Jenis Penyakit Akibat Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Presiden ini.
Pasal 3
Diagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja berdasarkan surat
keterangan dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
merupakan diagnosis jenis Penyakit Akibat Kerja yang dilakukan oleh:
a. dokter; atau b. dokter spesialis,
b. yang berkompeten di bidang kesehatan kerja.
Pasal 4
(1) Dalam hal terdapat jenis Penyakit Akibat Kerja yang belum
tercantum dalam Lampiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (4), penyakit tersebut harus memiliki hubungan langsung dengan
pajanan yang dialami pekerja.
(2) Penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuktikan
secara ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat.
(3) Pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh
dokter atau dokter spesialis yang berkompeten di bidang kesehatan
kerja.
(4) Jenis Penyakit Akibat Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Pasal 5
(1) Penyakit yang telah didiagnosis sebagai Penyakit Akibat Kerja
dilakukan pencatatan dan pelaporan untuk kepentingan pendataan
secara nasional.
(2) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh pemberi kerja, fasilitas pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan Penyakit Akibat Kerja, instansi
pusat dan instansi daerah yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan, dan instansi pusat dan
instansi daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
(3) Pencatatan dan pelaporan oleh fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, Keputusan Presiden
Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 7
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
C. Kriteria PAK
Penyakit akibat kerja sering kali diakibatkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses, maupun lingkungan kerja. Dengan demikian,
PAK disebut sebagai penyakit artifisial karena timbulnya diakibatkan
oleh adanya pekerjaan atau penyakit buatan manusia (man made
disease).
E. Penyebab PAK
Tedapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja,
berikut beberapa jenis yang digolongkan berdasarkan penyebab dari
penyakit yang ada di tempat kerja.
a. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi,
penerangan
Efek pencahayaan pada mata, kekuatan pencahayaan beraneka
ragam, yaitu berkisar 2.000-100.000 lux di tempat terbuka sepanjang
hari dan pada malam hari dengan pencahayaan buatan 50-500 lux.
Kelelahan pada mata ditandai oleh :
Iritasi pada mata / conjunctiva
Penglihatan ganda
Sakit kepala
Daya akomodasi dan konvergensi turun
Ketajaman penglihatan
Upaya perbaikan penggunaan pencahayaan di tempat kerja.
Grandjean (1980) menyarankan sistem desain pencahayaan di
tempat kerja sebagai berikut:
Hindari sumber pencahayaan lokal langsung dalam
penglihatan pekerja
Hindari penggunaan cat mengkilap terhadap mesin-mesin,
meja, kursi, dan tempat kerja
Hindari pemasangan lampu FL yang tegak lurus dalam garis
penglihatan
b. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap,
gas, larutan, kabut.
c. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dll.
d. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja.
e. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan
pekerjan.
F. Metode Diagnosis dan Identifikasi PAK
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu
dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan
tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan
sebagai pedoman:
a. Menentukan diagnosis klinis
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti
umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah
diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah
penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.
b. Menentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga
kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit
dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai
riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:
1) Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh
penderita secara kronologis
2) Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
3) Bahan yang diproduksi
4) Materi (bahan baku) yang digunakan
5) Jumlah pajanannya
6) Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
7) Pola waktu terjadinya gejala
8) Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami
gejala serupa)
9) Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan
(MSDS, label, dan sebagainya)
c. Menentukan apakah pajanan memang dapat menyebabkan
penyakit tersebut.
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang
mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan
penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan
adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka
tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam
kepustakaan ada yang mendukung,
d. Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar
untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan
pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja
menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya
denga kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis
penyakit akibat kerja.
e. Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat
mempengaruhi
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat
pekerjaan yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya
penggunaan APD? Riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya
sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat
kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih
rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.
f. Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan
penyebab penyakit
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit?
Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat
merupakan penyebab penyakit? Meskipun demikian, adanya
penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan
penyebab di tempat kerja.
g. Membuat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh
pekerjaannya
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu
keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki
dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu
pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-
kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada
sebelumnya. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab
suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa
adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit
tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan
memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada pada waktu
yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi
pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya
penyakit. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk
menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan
yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapat baik dari
pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan ditempat kerja
(bila memungkinkan), dan data epidemiologis.
PENUTUP
A.KESIMPULAN
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://staffnew.uny.ac.id/upload/131572389/pe
ndidikan/materi-ajar-k3-ft-uny-20152-kecelakaan-akibat-kerja-dan-penyakit-
akibat-kerjabadraningsih-
l.pdf&ved=2ahUKEwjs2YnHiK3zAhVIAXIKHZZSBFwQFnoECDQQAQ&usg=AOvVa
w2-RJRRIiaCsjqPtptcsiH_
https://www.safetysign.co.id/news/417/5-Hal-Penting-Tentang-Penyakit-
Akibat-Kerja-yang-Wajib-Pekerja-Ketahui
https://trainingk3.biz/beberapa-faktor-penyebab-penyakit-akibat-kerja-pak/
https://www.safetysign.co.id/news/392/5-Hal-Penting-Tentang-Penyakit-
Akibat-Kerja-yang-Wajib-Pekerja-Ketahui