09/289111/TK/36005
1. Menemukan future failures pada suatu equipment sebelum terjadi breakdown (loss
function).
2. Outcome merupakan “pure information” tentang pengetahuan akan terjadinya breakdown
pada masa mendatang. Hal ini tidak mencegah terjadinya setiap kerusakan.
3. Menggali informasi tentang suatu equipment dan komponennya yang berhubungan
dengan future breakdown.
Satria Adi Nugroho
09/289111/TK/36005
A.VIBRATION ANALYSIS.
Mengukur vibrasi pada rotating equipment seperti bantalan, belt, rantai, roda gigi, poros
misalignment, out of balance condition. Perubahan getaran/vibrasi yang terjadi akan mempunyai
dampak langsung terhadap bantalan. Bantalan akan aus dan akhirnya akan rusak. Sebelum
bantalan mengalami kerusakan maka personil maintenance dapat mengganti bantalan tersebut
sehingga dampaknya minimal.Untuk mengecek bisa menggunakan ultrasonik untuk mengecek
noise.
1. Semua failure modes mempunyai frekuensi vibrasi tertentu yang dapat dilokalisir dan
diidentifikasi.
2. Amplitudo vibrasi tiap komponen adalah konstan bila tidak ada perubahan dalam
operating condition.
Identifikasi equipment yang akan dimonitor, frekuensi monitoring dan lokasi alat
monitor, alert normal dan batas vibrasi.
Program shutdown bila tingkat vibrasi batas dilewati.
Deskripsi tindakan perbaikan.
Trend vibration data.
Satria Adi Nugroho
09/289111/TK/36005
Contoh alat untuk analisa vibrasi adalah dengan menggunakan vibscanner yang ditempelkan
pada casing rotary part, sehingga diketahui spektrumnya.
Dengan melihat spektrum kecepatan getaran bisa dianalisa kemungkinan kerusakan yang
terjadi pada peralatan. Hal ini dapat dilihat dengan mengacu pada standar yang sudah ada.
Unbalance
Misalignment
Mechanical Looseness
Bearing
Motor Electrical
Gear
a. Unbalance
Unbalance (ketidakseimbangan) adalah kondisi dimana pusat masa tidak sesumbu dengan
sumbu rotasi. Hal ini disebabkan karena masa tidak tersebar merata di seluruh material.
Satria Adi Nugroho
09/289111/TK/36005
Karakteristik unbalance :
1. Analisis Spektrum
Amplitudo yang tinggi di 1xRPM
Rasio amplitudo antara pengukuran arah horisontal dan vertikal kecil (H/V < 3), kecuali
pada kasus struktur yang memiliki kekakuan yang tidak simetris.
Ampitudo yang rendah di 1xRPM pada arah aksial (kecuali untuk kasus mesin overhung)
2. Analisis Time Waveform
Sangat sinusoidal, bentuk waveform simetrik setiap satu kali putaran poros.
3. Analisis Data Fasa
Beda fasa antara pembacaan horisontal dan vertikal pada bearing yang sama adalah 90
derajat out of phase (±30°).
Fasa antara pembacaan horisontal (atau vertikal) pada kedua bearing adalah sefasa/in
phase (±30°).
Data fasa relatif stabil, perubahannya antara 15° - 20°.
Bentuk grafik waveform dan spectrum kecepatan untuk peralatan yang mengalami
unbalance dapat dilihat pada gambar berikut.
b. Misalignment
Misalignment terjadi apabila center line dari shafts terjadi offset atau membentuk sudut.
a) Angular misalignment
Untuk melihat apakah suatu eguipment mengalami Angular misalignment dapat dilihat dari
grafik spectrum yang mengambarkan Amplitudo tinggi di 1X rpm (arah aksial) dan beda
fasanya 180° (arah aksial).
b) Parallel misalignment
Untuk melihat apakah suatu eguipment mengalami parallel misalignment dapat dilihat
dari grafik spectrum yang mengambarkan Amplitudo tinggi di 2X rpm (arah radial) dan beda
fasanya 180° (arah radial).
c. Bent shaft
F3 F1
F2
Bent Shaft menyebabkan munculnya amplitude tinggi di 1xRPM pada arah aksial.
Frekuensi dominan umumnya ada di 1xRPM (jika posisi bengkoknya dekat dengan posisi tengah
poros), tetapi akan dominan di 2xRPM (jika posisi bengkoknya dekat dengan kopling).
d. Mechanical Looseness
Satria Adi Nugroho
09/289111/TK/36005
Base mount
Split casings
Bearing caps
Bearings supports
2. Rotating Looseness
Terjadi pada:
Impellers
Fans
Bearings
Karakteristik Looseness:
Contoh-contoh looseness:
Satria Adi Nugroho
09/289111/TK/36005
Structural looseness dari tumpuan mesin, pondasi, baut yang kendor, deteriorated
grouting, frame distortion
Looseness yang ditimbulkan karena kelonggaran pada pillowblock bolts, dan retak pada
frame struktur atau landasan bearing.
e. Bearing
Frekuensi Fundamental Cage defect biasanya terjadi antara 0,35 – 0,48 x Rpm (Sub-
Synchronous), dan selalu dipengaruhi oleh defect komponen lainnya seperti ball/roller yang
ditunjukan oleh sideband frekuensi.
Satria Adi Nugroho
09/289111/TK/36005
BSF akan muncul ketika terjadi kerusakan pada permukaan rolling /ball element bearing
dengan type non synchronus frequency, yang selanjutnya akan mucul pada 2xBSF dan
harmonicnya, akan semakin parah apabila diiringin dengan sidebandsnya.
BPFO akan muncul ketika terjadi kerusakan pada permukaan race outer bearing dengan type
non synchronus frequency, yang selanjutnya akan mucul pada 2xBPFO dan harmonicnya,
akan semakin parah apabila diiringin dengan sidebandsnya.
Satria Adi Nugroho
09/289111/TK/36005
BPFI akan muncul ketika terjadi kerusakan pada permukaan race inner bearing dengan type
non synchronus frequency, yang selanjutnya akan mucul pada 2xBPFI dan harmonicnya, akan
semakin parah apabila diiringin dengan sidebandsnya.
Tahap 1 : Indikasi awal bearing problem hanya dapat dilihat oleh ultrasonic frekuensi 250.000
– 350.000 Hz dengan peralatan khusus seperti HFD (High Frekuensi Detection), Spike Energi
dan Shock Pulse.
Tahap 2 : Cacat bearing akan mengektasi frekuensi natural sehingga akan muncul resonance
serta akan muncul sidebands
Tahap 3 : Akan muncul Frequency deffect Bearing dan harmonicnya. Ketika cacat meluas
akan muncul sidebands pada setiap komponen element bearing serta muncul frekuensi natural
(tidak terpengaruh oleh nilai amplitudo)
Tahap 4 : Akhirnya, amplitudo pada setiap RPM muncul. Frekuensi natural akan mengangkat
dasar frekuensi yg disebabkan noise secara random.
B. THERMOGRAPHY
Berfungsi mengukur suhu suatu komponen. Dua buah komponen yang saling bergesekan akan
menimbulkan panas yang dapat menaikkan suhu bila terjadi keausan pada komponen yang
bergesekan. Thermographic equipment yang digunakan dapat berupa alat ukur suhu sederhana
sampai alat ukur yang menggunakan sistem infrared. Kemampuan dan tingkat akurasi alat
menentukan harga alat ukur ini.
Satria Adi Nugroho
09/289111/TK/36005
Infrared Thermography
C. OIL ANALYSIS
Oil analysis tool dapat digunakan untuk menganalisis dua hal yaitu kualitas minyak pelumas dan
partikel-partikel yang terdapat dalam minyak pelumas itu sendiri. Kualitas minyak pelumas dapat
diketahui : apakah minyak pelumas ini sudah terkontaminasi atau tidak, dan hal ini dapat
diketahui dari corrosion resistance, wear resistance, load rating, atau minyak lumas rusak akibat
panas berlebihan (overheating). Adanya partikel dalam minyak pelumas menunjukkan maka
bagian yang mengalami keausan tersebut diteliti lebih mendalam dan dicari penyebabnya dan
selanjutnya dilakukan perbaikan.
Viscosity tests : mengetahui apakah pelumas masih memiliki viskositas sesuai yang disyaratkan.
Contamination tests : mengecek apakah bahan pelumas terkontaminasi oleh uap air/air atau zat
lainnya.