Anda di halaman 1dari 29

MODUL 4

IBADAH

Pendahuluan

M
odul empat ini, menyajikan tentang konsep ibadah yang
membaginya dalam tiga kegiatan yaitu Thaharah, shalat dan
tata cara mengurus jenazah. pada kegiatan 1 penulis akan
memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pengertian dan
pembagian, jenis dan macam-macamnya, rukun dan syaratnya, tatacara
yang baik dan benar serta manfaat, hikmah, keungulan. Setiap
mahasiswa diharakan harus memahami esensi konsep-konsep tersebut
dan bagaimana implikasinya terhadap kehidupan. Salah satu tugas dan
tanggung jawab manusia adalah mengenal lebih dulu esesnsi konsep
thaharah, shalat dan tata cara mengurus jenazah. Setelah mencermati
konsep ibadah anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Dapat mengetahui dan memahami pengertian dan pembagian
ibadah Thaharah, shalat dan pengurusan jenazah
2) Dapat dapat mengetahui dan memahami jenis dan maca-macam
ibadah
3) Dapat mengetahui dan meamahami apa yang menjadi rukun dan
syaratnya
4) Dapat mengimplementasikannya tata cara yang baik dan benar
5) mengetahui dan memahami manfaat dan hikmah, keunggulan
serta kedudukan

Kemampuan tersebut sangat penting bagi Anda, dengan


memiliki kemampuan di atas berarti Anda memiliki sebagian kemampuan
yang diperlukan di dalam mengetahui, memahami dan
mengimplementasa.ikannya. Oleh karena itu, untuk membantu Anda

1
memperoleh kemampuan-kemampuan di atas, pada modul Empat
kegiatan belajar satu, ua dan tiga ini akan kita diskusikan mengenai:
1) Pengertian dan pembagian
2) jenis dan macam-macam jenisnya
3) Rukun dan syarat
4) Tata cara ibadah yang baik dan benar
5) Manfaat, hikmah dan keunggulannya.

Di dalam mempelajari modul dua ini, perhatikanlah atau ikuti petunjuk


di bawah ini:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul satu ini
sampai Anda memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana
mempelajari modul ini.
2. Bacalah uraian dan contoh-contoh di dalam modul ini dengan
seksama dan tangkaplah ide-ide pokok dari uraian tersebut.
3. Pahamilah ide-ide pokok itu dengan cara menghubungkannya
dengan pengalaman Anda yang berkaitan dengan ide-ide pokok
tersebut dan boleh pula Anda berdiskusi dengan teman lainnya.
4. Kerjakan tugas-tugas yang tercantum di dalam modul ini, supaya
Anda lebih memahami ide-ide pokok tadi. Di dalam mengerjakan
tugas-tugas tersebut Anda boleh melakukan diskusi pula
bersama teman lainnya.
5. Mantapkan pemahaman Anda pada saat tutorial.
6. Jangan lupa sebelum memulai berdoalah terlebih dahulu,
semoga Anda mendapat petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Amin.

2
Kegiatan Belajar 1

Ibadah (Thaharah)

URAIAN MATERI
A. Pengertian dan pembagian

Thaharah artinya bersuci. Thaharah menurut syara' ialah suci dari hadats
dan najis. Suci dari Hadats ialah dengan mengerjakan wudhu, mandi dan
ta'yammum. Suci dari najis yang ada di badan, tempat dan Pakaian. Sebelum kita
shalat, diwajibkan atas kita untuk bersuci (Thaharah)
Kita bisa membagi thaharah secara umum menjadi dua macam pembagian
yang besar.
1. Thaharah Hakiki
Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan
kebersihan badan, pakain dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa
thaharah secara hakiki adalah terbebasnya seseorang dari najis. Seorang yang
shalat dengan memakai pakaian yang ada noda darah atau air kencing, tidak sah
shalatnya. Karena dia tidak terbebas dari ketidaksucian secara hakiki.
Thaharah secara hakiki bisa didapat dengan menghilangkan najis yang
menempel, baik pada badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibadah ritual.
Caranya bermacam-macam tergantung level kenajisannya. Bila najis itu ringan,
cukup dengan memercikkan air saja, maka najis itu dianggap telah lenyap. Bila
najis itu berat, harus dicuci dengan air 7 kali dan salah satunya dengan tanah. Bila
najis itu pertengahan, disucikan dengan cara mencucinya dengan air biasa, hingga
hilang warna najisnya. Dan juga hilang bau najisnya. Dan juga hilang rasa
najisnya.
2. Thaharah Hukmi

3
Thaharah secara hukmi maksudnya adalah sucinya kita dari hadats, baik
hadats kecil maupun hadats besar (kondisi janabah). Thaharah secara hukmi tidak
terlihat kotornya secara pisik. Bahkan boleh jadi secara pisik tidak ada kotoran
pada diri kita. Namun tidak adanya kotoran yang menempel pada diri kita, belum
tentu dipandang bersih secara hukum. Bersih secara hukum adalah kesucian
secara ritual. Seorang yang tertidur batal wudhu’-nya, boleh jadi secara pisik tidak
ada kotoran yang menimpanya. Namun dia wajib berthaharah ulang dengan cara
berwudhu’ bila ingin melakukan ibadah ritual tertentu seperti shalat, thawaf dan
lainnya.
Demikian pula dengan orang yang keluar mani. Meski dia telah mencuci
maninya dengan bersih, lalu mengganti bajunya dengan yang baru, dia tetap
belum dikatakan suci dari hadats besar hingga selesai dari mandi janabah. Jadi
secara thaharah secara hukmi adalah kesucian secara ritual, dimana secara pisik
memang tidak ada kotoran yang menempel, namun seolah-olah dirinya tidak suci
untuk melakukan ritual ibadah. Thaharah secara hukmi dilakukan dengan
berwudhu’ atau mandi janabah.
B. Jenis media Thaharah

Alat-alat untuk Bercuci:

1. Air

Ditinjau dari hukumnya air dibagi menjadi empat :

a. Air mutlak yaitu air suci yang dapat dipakai mensucikan. Sebab
belum berubah sifat, bau, rasa, dan warnanya.
b. Air musyammas yaitu air suci yang dapat dipakai untuk
mensucikan, namun makruh digunakan. Mislanya, air bertempat
dilogam yang bukan emas, dan terkana panas matahari.
c. Air musta’mal yaitu air suci tetapi tidak dapat dipakai untuk
mensucikan karena sudah dipakai untuk bersuci, meskipun air itu
tidak berubah warna, rasa, dan baunya.

4
d. Air mutanajis yaitu air yang terkena najis, dan jumlahnya kurang
dari dua kullah. Karenanya air tersebut tidak suci dan tidak dapat
dipakai mensucikan.

2. Tanah
Tanah dapat mensucikan telapak kaki dan sandal yang dipergunakan
berjalan diatas tanah, atau dapat dipergunkan untuk menggosok
sesuatu yang melekat diatas sandal, dengan syarat bahan najis itu
dapat hilang, menurut imamiyah dan hanafi.
1. Batu
Batu juga dapat dijadikan alat untuk berthaharah pada waktu
membersihkan qubul dan dubur. tata caranya dengan mengosok-
gosokannya sampai bersih.
2. Tisu/daun
Tisu atau daunpun bisa dipake sebagai salah satu alat untu bersuci,
caranya dengan mengelapkannya pada bagian yang berhadast.

C. Macam-macam Thaharah, Rukun dan Syaratnya


1. Mandi
Salah satu syarat sahnya shalat adalah suci dari hadats (baik besar
atau kecil). Cara menghilangkan hadats besar adalah dengan mandi
wajib, yaitu dengan membasuh seluruh tubuh dari puncak kepala hingga
ujung kaki.
Sebab-sebab yang mewajibkan mandi:

a. Bertemunya dua khitan (bersetubuh)


b. Keluar mani disebabkan bersetubuh atau dengan lain-lain sebab
(No.1 dan 2 dinamakan Janabat / Junub)
c. Mati, dan matinya bukan mati syahid
d. Selesai nifas (bersalin; setelah selesai berhentinya keluar darah
sesudah melahirkan)

5
e. Wiladah (selesai melahirkan)
f. Selesai haid

Fardhu mandi

1. Niat (dalam hati) Lafazh niat: "NAWAITUL-GHUSLA LIRAF'IL-


HADATSIL-AKBARI FARDHAN LILLAAHI TA'AALAA" artinya: Aku
niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar fardhu karena
Allah
2. Membasuh seluruh badan dengan air, yakni meratakan air ke
semua rambut dan kulit
3. Menghilangkan najis

Sunat Mandi

Sunat mandi antara lain:

 Mendahulukan membasuh segala kotoran dan najis dari seluruh


badan
 Menghadap kiblat sewaktu mandi dan mendahulukan anggota
tubuh bagian kanan
 Membasuh badan 3 kali
 Selesai mandi, membaca doa sebagaimana doa sesudah wudlu.

"ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKA


LAH, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN 'ABDUHU WA RASUULUH.
ALLAHUMMAJ'ALNI MINATTAWAABIIN, WAJ'ALNII MINAL-
MUTATHAHHIRIIN, WAJ'ALNII MIN' IBAADIKASH-SHAALIHIIN"

Artinya:
"Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah Yang Tunggal, tiada sekutu bagi-
Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan

6
utusan-Nya. Ya Allah jadikanlah aku orang yang bertaubat, dan
jadikanlah aku orang yang suci dan jadikanlah aku dari golongan hamba-
hamba-Mu yang shaleh"

Yang mewajibkan mandi besar adalah:


a. Junub.
Bagi mereka yang sedang junub, yakni mereka yang masih
berhadats besar, tidak boleh melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Shalat
2) Thawaf di Baitullah
3) Memegang kitan suci Al-Qur'an
4) Membawa / mengangkat kitab suci Al-Qur'an
5) Membaca kitab suci Al-Qur'an
6) Berdiam diri di masjid
b. Haidh.
Mereka yang sedang haidh dilarang melakukan hal-hal yang
tersebut diatas, ditambah dengan:
1) Bersenang-senang dengan apa yang terletak antara pusat
dan lutut
2) Berpuasa baik sunat maupun fardhu
3) Dijatuhi talaq (cerai)

2. Ber-wudlu / wudhu
Wudlu menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedang menurut
syara' artinya membersihkan anggota tubuh untuk menghilangkan hadats
kecil. Orang hendak melaksanakan shalat, wajib lebih dahulu berwudlu,
karena wudlu adalah menjadi syarat sahnya shalat.
Fardhu (wajib) Wudlu.
Fardhu wudlu ada enam perkara:

7
a. Niat: ketika membasuh muka lafazh niat (dalam hati) wudlu adalah:
”NAWAITUL WUDLUU 'A LIRAF'IL-HADATSIL-ASGHGARI
FARDHAN LILLAAHI TA'AALAA”
a. artinya : Aku niat berwudlu untuk menghilangkan hadats
kecil, wajib/fardhu karena Allah.
b. Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala
hingga bawah dagu, dan dari telinga kanan hingga ke telinga kiri)
c. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
d. Mengusap sebagian rambut kepala
e. Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki
f. Tertib (berturut-turut), artinya mendahulukan mana yang harus
dahulu, dan mengakhirkan mana yang harus diakhirkan.

Syarat - syarat wudlu.


Syarat-syarat wudlu ialah:
a. Islam
b. Tamyiz, yakni dapat membedakan baik buruknya suatu pekerjaan
c. Tidak berhadats besar
d. Dengan air suci lagi mensucikan
e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi air, sampai keanggota wudlu,
misalnya getah, cat dan sebagainya
f. Mengetahui mana yang wajib (fardu) mana yang sunat.

Sunat - sunat wudlu


a. Membaca basmallah (Bismillahir-rahmaanir-rahiim) pada
permulaan berwudlu
b. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
c. Berkumur
d. Membasuh lubang hidung
e. Menyapu  seluruh kepala dengan air
f. Mendahulukan anggota badan bagian kanan
g. Menyapu kedua telinga luar dan dalam

8
h. Menigakalikan (tiga kali) membasuh
i. Menyapu sela-sela jari-jari tangan dan kaki
j. Membaca doa sesudah wudlu

Yang membatalkan wudlu


a. Keluar sesuatu dari kubul dan dubur, misalnya buang air kecil
maupun besar, keluar angina dan sebagainya
b. Hilang akal sebab gila, pingsan, mabuk dan tidur nyenyak
c. Tersentuh kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim-
nya (keluarga yang tidak boleh dinikahi) dengan tidak memakai
tutup.Ada juga pendapat yang mengatakan bila tidak sengaja dan
tidak diikuti oleh syahwat maka tidak membatalkan wudlu.
d. Tersentuh kemaluan (qubul atau dubur) dengan tapak tangan atau
jari-jarinya yang tidak memakai tutup (walaupun kemaluannya
sendiri)

Cara ber-wudlu.
Orang yang hendak mengerjakan shalat wajib dahulu berwudlu,
karena wudlu adalah syarat sahnya shalat. Sebelum berwudlu kita harus
membersihkan dahulu najis-najis yang ada pada badan, kalau memang
ada najis.
Cara mengerjakan wudlu adalah:
a. Membaca "Bismillaahir-rahmaanir-rahiim", sambil mencuci kedua
belah tangan sampai pergelangan tangan dengan bersih.
b. Berkumur tiga kali
c. Mencuci lubang hidung tiga kali
d. Membasuh tiga kali seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut
kepala hingga bawah dagu, dan dari telinga kanan hingga ke
telinga kiri), sambil berniat (dalam hati) wudlu:

9
“NAWAITUL WUDLUU 'A LIRAF'IL-HADATSIL-ASGHGARI
FARDHAN LILLAAHI TA'AALAA”.
artinya : Aku niat berwudlu untuk menghilangkan hadats kecil,
wajib/fardhu karena Allah.
e. Mencuci kedua belah tangan hingga siku tiga kali
f. Menyapu sebagian rambut kepala tiga kali
g. Menyapu kedua belah telinga tiga kali
h. Mencuci kedua belah kaki sampai mata kaki tiga kali
Dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut diatas, wajib
dikerjakan dengan tertib (berturut-turut), artinya mendahulukan mana yang
harus dahulu, dan mengakhirkan mana yang harus diakhirkan.
Doa sesudah Berwudlu.
Selesai berwudlu disunatkan membaca doa sambil menghadap
kiblat, dan mengangkat kedua belah tangannya. Lafazh doa sesudah
berwudlu adalah:
"ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKA
LAH, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN 'ABDUHU WA RASUULUH.
ALLAHUMMAJ'ALNI MINATTAWAABIIN, WAJ'ALNII MINAL-
MUTATHAHHIRIIN, WAJ'ALNII MIN' IBAADIKASH-SHAALIHIIN"
Artinya:
"Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah Yang Tunggal, tiada sekutu bagi-
Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan
utusan-Nya. Ya Allah jadikanlah aku orang yang bertaubat, dan jadikanlah
aku orang yang suci dan jadikanlah aku dari golongan hamba-hamba-Mu
yang shaleh"
3. Tayammum
Tayammum ialah mengusap muka dan dua belah tangan dengan
debu yang suci. Tayammum dapat menggantikan wudlu dan mandi
dengan syarat-syarat tertentu.
Syarat tayammum.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam ber-tayammum

10
a. Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak dapat
b. Berhalangan menggunakan air, misalnya karena sakit yang apabila
menggunakan air akan kambuh penyakitnya
c. Telah masuk waktu shalat
d. Dengan debu yang suci

Fardhu tayammum
a. Niat (untuk dibolehkan mengerjakan shalat) Lafazh niat:
a. ”NAWAITUT-TAYAMMUMA LI ISTIBAAHATISH-SHALAATI
FARDHAN LILLAAHI TA'AALAA”
b. artinya: Aku niat bertayammum untuk dapat mengerjakan
shalat, fardhu karena Allah
b. Meletakkan dua belah telapak tangan di atas debu
c. Mengusap muka dengan debu yang menempel di tangan tersebut
dengan dua kali usapan
d. Mengusap dua belah tangan hingga siku dua kali

Yang dimaksudkan mengusap dalam tayammum, bukan


sebagaimana menggunakan air dalam berwudlu, tetapi cukup
menyapukan saja dan bukan mengoles-oles sehingga rata seperti
menggunakan air atau bedak.

Sunat tayammum
a. Membaca basmallah (Bismillaahir-rahmaanir-rahiim)
b. Mendahulukan anggota tubuh bagian kanan
c. Menepiskan debu

Batal Tayammum
a. Segala sesuatu yang membatalkan wudlu
b. Melihat air sebelum shalat, kecuali yang bertayammum karena
sakit
c. Murtad; keluar dari Islam

11
Tata Cara menggunakan tayammum
Sekali bertayammum hanya dapat dipakai untuk satu shalat fardhu
saja, meskipun belum batal tayammum-nya, tetapi dapat dipakai untuk
beberapa shalat sunat.
Bagi orang yang salah satu anggota wudlu-nya terbebat (dibalut),
maka cukup balutan tersebut yang diusap dengan air atau tayammum.

D. Tata cara yang baik dan benar


Tata cara yang baik dan benar dalam proses pelaksanaan mandi
besar, wudhu dan tayamum tentunya adalah proses yang sesuai dengan
rukun dan sunah yang telah ada dalam fiqh.
untuk lebih rincinya proses thaharah yang benar harus langsung
dipraktekkan bersama-sama ( dosen diwajibkan membawa mahasiswa
untuk praktek langsung.

E. Manfaat dan hikmah

Manfaat fan hikmah dari thaharah adalah sebagai berikut :


1. Sebagai tuntunan fitrah
2. Memelihara kehormatan dan harga diri orang Islam.
3. Memelihara kesehatan.
4.  Menghadap Allah dalam keadaan suci dan bersih.
5. Thaharah berfungsi menghilangkan hadas dan najis juga berfungsi
sebagai penghapus dosa kecil dan berhikmah membersihkan kotoran
indrawi.

12
Kegiatan Belajar 2

Ibadah (Shalat)

URAIAN MATERI
A. Pengertian dan pembagian

Kata shalat,secara etimologis, berarti do’a. Adapun shalat, secara


terminologis, adalah seperangkat perkataan dan perbuatan yang
dilakukan dengan beberapa syarat tertentu, dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam.

B. Jenis dan macam-macam Shalat

Shalat terbagi menjadi 2 bagian :

1. Shalat wajib : subuh, dzuhur, asyar, magrib dan isya


2. Shalat sunat : shalat di luar yang lima waktu diatas. Seperti shalat
tahajud, witir dll.
Syarat wajib shalat menurut pendapat Hanafiah dan Syafi’iah
adalah islam, balig, berakal dan suci. Jika orang yang telah memenuhi
persyaratan di atas meninggalkan shalat, ia dipandang sebagai kafir,
karena tidak mengakui kewajibannya dan wajib dibunuh sebagai orang
murtad.

C. Rukun dan syarat

Rukun shalat
Pekerjaan yang termasuk rukun shalat adalah sebagai berikut :

13
1. Niat
2. Berdiri jika mampu
3. Tabirotul ihram
4. Membaca surat Al-Fatihah
5. Ruku
6. Thuma’ninah dalam ruku
7. I’tidal
8. Tuma’ninah dalam I’tidal
9. Sujud
10. Tuma’ninah dalam sujud
11. Duduk diantara dua sujud
12. Tuma’ninah duduk diantara dua sujud
13. Duduk akhir
14. Tasyahud
15. Membaca Slalawat dalam tasyahud
16. Mengucapkan salam
17. Berniat keluar dari shalat

Syarat syah shalat


Salat dianggap syah jika dilakukan dengan memenuhi syarat-syarat
tertentu, yaitu sebagai berikut :
1. Suci badan dari hadats dan najis
2. Menutup aurat dengan pakaian yang bersih
3. Mengetahui masuknya waktu shalat
4. Menghadap kiblat

Sunat-sunat shalat
1. Tasyahud awal
2. Membaca qunut
3. Mengangkat tangan ketika takbirotul ihram
4. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri

14
5. Membaca do’a iftitah setelah takbir
6. Membaca ta’awwudz
7. Membaca jahr atau sirr
8. Ta’min
9. Membaca surat setelah al-Fatihah
10. Bertasbih pada waktu ruku
11. Melatakkan kedua tangan di atas paha ketika duduk diantra dua sujud
12. Iftirasy
13. Tawarruk pada duduk akhir
14. Menggucapkan salam yang kedua

Perkara yang membatalkan shalat


1. Berbicara dengan ucapan manusia
2. Perbuatan yang banyak
3. Berhadas
4. Terkena najis baik badan ataupun pakaia
5. Terbuka aurat
6. Berubah niat
7. Membelakangi kiblat
8. Makan atau minum
9. Tertawa
10. Murtad

D. Tata cara yang baik

Tata cara yang baik dan benar dalam proses pelaksanaan shalat
tentunya adalah proses yang sesuai dengan rukun dan sunah yang telah
ada dalam fiqh. Untuk lebih rincinya proses thaharah yang benar harus
langsung dipraktekkan bersama-sama (dosen diwajibkan membawa
mahasiswa untuk praktek langsung.

15
E. Manfaat dan hikmah
Seluruh perintah Allah swt. tidak mungkin menyusahkan manusia.
Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya berikut ini.
Artinya: ‘’Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu
menjadi susah.” (QS Taha: 2).

Allah membuat perintah kepada manusia justru untuk memberikan


jalan kemudahan kepada manusia agar selamat di dunia maupun di
akhirat. Demikian pula perintah Allah tentang salat, banyak sekali
manfaatnya, terutama bagi keselamatan dan kesejahteraan manusia, di
antaranya yaitu sebagai berikut.
1. Melalui salat, Allah akan mencegah manusia dari perbuatan keji dan
mungkar. (keterangan selanjutnya lihat QS Al Ankabut: 45, QS Ali
Imran: 134-136, QS Al Maidah: 90: 90-91, QS An Nur: 21, 22, dan QS
Asy Syura: 36-38).
2. Melalui salat, Allah akan memberikan rahmat, petunjuk, dan
keberuntungan.Surah An Nur Ayat 56
3. Melalui salat, Allah swt. memberikan rida-Nya dan Allah memberikan
kesudahan yang baik. Hal itu dijelaskan Allah pada Surah Ar Ra’du
Ayat 22.
4. Melalui salat, Allah meng- hilangkan rasa khawatir dan sedih pada
hamba-Nya. Hal itu dijelas- kan Allah pada Surah Al Baqarah Ayat 277
5. Melalui salat, Allah akan memberi ampunan, rezeki, dan ketinggian
derajat. Hal itu dijelaskan pada Surah Al Anfal Ayat 3-4.
6. Melalui salat, Allah mencegah manusia daw keluh kesah dan kikir. Hal
itu dijelaskan pad:- Surah A1 Ma’arij Ayat 19-23.
7. Selain menjalankan perintah agama dan mengobati kerin- duan jiwa
pada Sang Pencipta, salat juga punya efek samping menyehatkan jiwa
dan jasmani.

16
Hikmah salat dan aplikasinya dalam kehidupan berdasarkan
ketentuan-ketentuan Allah tercantum dalam firman-firman-Nya dan hadis
Nabi Muhammad saw. yang intisarinya adalah sebagai berikut.
Melalui pelaksanaan salat wajib maupun salat sun ah, manusia
sejak masih kanak-kanak, remaja, dewasa, tua hingga menjelang wafat
dibiasakan selalu mengingat Allah swt. di mana saja dan kapan saja.
Melalui pelaksanaan (ritual) salat wajib maupun sunah, manusia diproses
agar selalu mengingat perintah Allah dan larangan-Nya. ,
Bukti nyata dari manusia yang selalu melaksanakan salat dan ingat
Allah adalah bahwa dalam kehidupannya senantiasa melakukan hal-hal
seperti berikut.
1. Berbuat kebajikan terhadap ibu dan bapak, karib kerabat, tetangga
yang dekat maupun tetangga yang jauh, teman sejawat, dan terhadap
sesama manusia lainnya. (QS An Nisa: 36, 48 dan QS Al Baqarah: 83,
215)
2. Giat bekerja. (QS Az Zumar: 39, QS At Taubah: 105, dan QS As
Saffat: 61)
3. Berupaya untuk tidak berselisih dengan sesama manusia. (QS Ali
Imran: 19 dan QS Al Isra: 53)
4. Mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain. (QS
Ali Imran: 133,134).
5. Berupaya menolong sesama manusia, khususnya fakir miskin dan
anak yatim, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit (QS Ali
Imran: 133,134 dan QS At Talaq: 7)
6. Tidak mencari-cari kesalahan pendapat orang lain, buruk sangka, dan
tidak mengolok-olok orang lain. (QS Al Hujurat: 11-12)
7. Menghargai pendapat orang lain. (QS Al Hajj: 67, QS An Nur: 41, QS
Az Zariyat: 08, dan QS A1 Isra: 84)
8. Berupaya menggalang persatuan dan kesatuan di mana saja berada.
(QS Al Baqarah: 136, QS Ali Imran: 84, dan QS Al Mukmin: 52-53).

17
Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang
Pengertian Shalat, Manfaat Dan Hikmah Shalat Dalam Kehidupan
Manusia. Semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa
dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai jumpa pada
postingan selanjutnya.

F. Keunggulan shalat berjamaah


13 Keutamaan dan keunngulan Shalat Berjamaah di Masjid :

1. Pahala Langkah Kaki. sebagaimana salah satu hadist menyatakan


"Seorang yang berjalan ke mesjid, maka tiap langkah kakinya akan
diberikan satu pahala, dihapuskan satu dosa, dan dinaikan satu derajat
oleh ALLAH SWT" (HR.Ibnu Majah & Muslim) Maka dari itu pada saat
hendak pergi dan pulang dari masjid disunnahkan untuk mengambil
jalan yang berbeda, tidak menggunakan jalan yang sama. Hal tersebut
juga sangat berpengaruh terhadap otak manusia yang mencoba hal
baru guna meningkatkan kreativitas secara tidak langsung.
2. Pahala Menunggu Waktu Shalat. Ketika kita datang lebih awal ke
mesjid untuk menunggu datangnya waktu shalat, kita sebenarnya
mendapatkan pahala yang besar, dan sebaiknya gunakan waktu
menunggu itu untuk berdzikir. "Orang yang menunggu shalat dimesjid
akan diberi pahala seperti shalat" (HR.Bukhari).Hadist tersebut
mengatakan jika kita menunggu waktu datangnya shalat dimesjid
maka waktu menunggu nya tersebut akan diberi pahala seperti pahala
shalat. Coab lakukanlah, dan rasakan manfaatnya, dan yang
terpenting itu adalah sunnah.

18
3. Di do'akan oleh Malaikat. Malaikat pun berdoa "Ya Allah ampunilah
dia, Ya Allah ampunilah dia" tanpa henti sampai waktu shalat tiba.
Malaikat akan berdoa seperti itu kepada orang-orang yang menunggu
datangnya waktu shalat berjamaah di masjid.
4. Mendapat Perlindungan pada Hari Kiamat. "Ada tujuh golongan
yang dinaungi kelak. Dan satunya adalah orang yang hatinya terpaut
dengan masjid. Seorang pemuda yang hatinya terikat dengan masjid,
orang-orang itulah yang akan mendapatkan perlindungan dari Allah
saat kiamat kelak" (HR. Bukhari)
5. Doa Malaikat untuk shaf pertama. "Sesungguhnya para Malaikat
memberikan sholawat kepada orang-orang yang berada di shaf
pertama" (HR. Ibnu Hibban).
6. 119 Pahala Dan Subuh. Ciri orang munafik salah satunya adalah tidak
bisa melaksanakan shalat subuh berjamaah. Keutamaan Shalat
Berjamaah pada waktu subuh itu akan mendapatkan pahala sebanyak
119 kali dibandingkan Shalat Munfarid. sebagaimana hadist
menyebutkan, "Seseorang yang melaksanakan shalat subuh
berjamaah, maka orang itu akan mendapatkan pahala 119 kali
dibanding shalat sendiri" (HR. Muslim).
7. 59 Pahala Dan Isya. "Seseorang yang melaksanakan shalat isya
berjamaah , maka dia akan mendapatkan pahala 59 kali lipat" (HR.
Muslim).
8. Dzuhur, Ashar , Magrib dan 27 Pahala. "Kalau shalat dzuhur jamaah
, ashar jamaah, dan magrib jamaah masing-masing dilipatk gandakan
27 kali kalau kita laksanakan secara jamaah" (HR. Muslim).
9. Pahala shalat berjamaah ketika sakit. "Ketika sakit dan tidak bisa ke
mesjid (padahal setiap terbiasa ke masjid). Pada saat kita tidak ke
masjid dan shalat di rumah, kita akan dapat pahala yang sama seperti
waktu shalat di masjid" (HR. Abu Daud)
10. Terhindar dari sifat munafik. "Tidak ada shalat yang lebih berat bagi
orang-orang munafiq dari pada shalat subuh dan isya. Seandainya

19
mereka tahu nilai yang terkandung didalam kedua shalat itu , pastilah
mereka mendatangi (MASJID tempat) kedua shalat itu meskipun
dengan merangkak." (HR. Bukhari).
11. Jadi Sebab diampuninya dosa oleh ALLAH SWT. Sebagaimana
Sabda Rasulullah SAW : "Jika imam mengucapkan "Ghoiril
maghdhubi'alaihim waladhdholliin", maka ucapkan "amin" karena
sesungguhnya siapa yang mengucapkan "amin" bersamaan
dengan ucapan malaikat maka ia akan diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu."
12. Disiplin dan akhlak mulia. Keutamaan shalat berjamaah di masjid
mengajarkan manusia untuk disiplin, baik disiplin waktu atau pun
disiplin prilaku, misalnya disiplin tepat waktu dalam waktu sholat atau
disiplin pada tata cara gerakan shalat nya itu sendiri.
13. Muncul dan tumbuh persaudaraan, kasih sayang, merata dan
persamaan
Jika manusia bertemu 5kali dalam satu hari , tentunya akan
menumbuhkan kasih sayang diantara sesama muslim. dan apabila
suatu waktu ada saudara sesama muslim yang biasa berjamaah tapi
kemudian beberapa waktu tidak terlihat di masjid.

20
Kegiatan Belajar 3

Ibadah lainnya (Pengurusan Jenazah)

URAIAN MATERI
A. Hukum dan kewajiban sesama muslim
Pengurusan jenazah hukumnya fardu kifayah menurut Jumur
Ulama', aitu kewajiban bagi muslimin (Islam) yang akan gugur hukum
wajibnya apabila telah ada dari muslimin lain yang mengerjakannya.
Dalam hal ini adalah perawatan jenazah, apabila telah ada yang merawat
jenazah, maka orang lain yang tidak ikut mengerjakan telah gugur
kewajibannya. Sebaliknya apabila tidak ada yang mengerjakannya sama
sekali, maka semua berdosa. Perawatan jenazah yang harus dilakukan
sebagai kewajiban sesame muslim adalah memandikan, mengafani,
menyalatkan, dan mengubur jenazah.
B. Langkah-langkah mengurus jenazah
1. Memandikan Jenazah
Jenazah yang wajib untuk dimandikan adalah sebagai berikut:
a. Jenazah muslim.
b. Mati bukan karena perang membela agama Allah
Sedangkan orang yang memandikan jenazah hendaknya orang
muslim yang dapat dipercaya. Hal ini dimaksudkan apabila mengetahui
suatu aib atau cacat pada diri jenazah, mereka mampu menyimpannya,

21
tidak diceritakan kepada orang lain. Rasulullah saw. bersabda yang
artinya: Hendaknya yang memandikan jenazah itu orang-orang yang
terpercaya. (H.R. Ibnu Majah)
Jenazah laki-laki hendaknya yang memandikan orang laki-laki,
kecuali istrinya. Demikian pula halnya apabila jenazah itu perempuan,
hendaknya yang memandikan orang perempuan, kecuali suaminya.
a. Cara Memandikan Jenazah, tata cara memandikan jenazah yang
sesuai syariah adalah sebagai berikut;

1) Dimulai dengan memijat penuh perutnya secara perlahan-lahan.


Agar kotoran yang akan keluar dapat keluar terlebih dahulu.
2) Jenazah dibersihkan dari najis. Ketika membersihkan kem*lu*nnya,
hendaknya menggunakan kain pelapis, karena menyentuhnya
haram hukumnya (kecuali suami-istri).
3) Memandikan jenazah hendaknya dilaksanakan dengan jumlah
bilangan gasal, misalnya tiga kali, lima kali, atau jika perlu sampai
tujuh kali.
4) Air yang digunakan untuk menyiram yang terakhir kali, hendaknya
dicampur dengan kapur barus. Hal ini dimaksudkan agar dapat
mengawetkan kulit dan mengusir serangga yang akan
mengganggunya/
5) Rambut jenazah hendaknya dihanduki agar cepat kering dan tidak
terlalu membasahi kain kafan.
6) Saat jenazah dimandikan harus diberi tabir atau pembatas agar
tidak terlihat dari pandangan umum (bukan/tidak daru arah atas
sebagaimana biasanya).
7) Jenazah yang mengidap penyakit menular hendaknya ditaruh
diatas dingklik atau meja panjang yang agak tinggi. Hal ini
dimaksudkan agar penyakit yang ada pada jenazah tidak menular
kepada orang yang masih hidup. Air yang mengalir dari tubuh
jenazah hendaknya diatur, sehingga tidak mengganggu lingkungan.

22
2. Mengafani Jenazah
Mengafani jenazah maksudnya membungkus jenazah dengan kain
kafan. Hukumnya fardu kifayah. Kain kafan hendaknya diperoleh dari
harta yang halal. Harta jenazah itu sendiri atau harta keluarga yang
menanggungnya ketika masih hidup. Ketentuan tenaga mengafani
jenazah sama dengan ketentuan tenaga memandikan jenazah.

Cara mengafani jenazah:


a. Disunahkan menggunakan tiga lapis untuk jenazah laki-laki dan lima
lapis untuk jenazah perempuan. Mengenai pembagian kain (untuk
sarung, untuk baju, dan sebagainya) bukan merupakan keharusan. Ini
hanyalah masalah teknis semata-mata. Hadis yang menjelaskan
masalah ini tidak ada.
b. Kain kafan hendaknya diusahakan yang berwarna putih dan cukup
baik (tidak terlalu jelek dan tidak pula terlalu baik). Rasulullah saw.
bersabda yang artinya: Pakailah diantara pakaian-pakaiannmu yang
putih warnanya, karena pakaian putih itu sebaik-baiknya pakaian, dan
kafanilah jenazahmu dengan (warna) itu. (H.R. Ahmad dan Abu Dawud
dan Ibnu 'Abbas. Sabda Rasulullah saw. yang lain dalam
terjemahannya, "Jika salah satu diantara kamu menyelenggarakan
(mengafani) saudaranya, hendaknya ia memiliki kain kafan yang baik".
(H.R. Ibnu Majjah, Abu Qatadah, dan Tirmizi)
c. Mengafani jenazah secara berlebih-lebihan makruh hukumnya.
Rasulullah saw. bersabda yang artinya: Jangan kamu berlebih-lebihan
dalam hal kafan, karena itu (kafan) cepat rusak. (H.R. Abu Dawud).

Berdasarkan hadis diatas, mengafani jenazah hendaknya


diusahakan secukupnya saja, tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, tidak
terlalu mahal, dan tidak pula terlalu murah harganya agar tidak termasuk
dalam perbuatan tabzir.

23
3. Menyalatkan Jenazah
Seorang muslim yang meninggal, kemudian jenazahnya disalatkan
oleh empat puuh orang yang tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatupun (orang beriman), niscaya Allah akan memberinya syafaat
pada jenazah itu. (H.R. Ahmad dan Muslim).

Jenazah yang Wajib Disalatkan

Jenazah yang wajib disalatkan adalah jenazah muslim (bukan yang


mati syahid, maka tidak perlu disalatkan). Menyalatkan jenazah kafir atau
musyrik haram hukumnya, walaupun mereka itu masih kerabat sendiri.

Firman Allah Swt.:

ُ ‫م َك‬
ِ َّ‫فَروا بِالل‬
... ‫ه‬ ْ ‫ى َق ْب ِر ِه ۖ إِنَّ ُه‬ ْ ‫مَات أَبَ ًدا َواَل تَ ُق‬
ٰ َ‫م َعل‬ َ ْ ‫ى أَحَ ٍد ِم ْن ُه‬
‫م‬ ٰ َ‫ل َعل‬ َ ‫َواَل ُت‬
ِّ ‫ص‬
‫ه‬
ِ ِ‫سول‬ ُ ‫َو َر‬

Artinya:
Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah)
seorang yang mati diantara mereka, dan janganlah kamu berdiri
(mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir
kepada Allah dan rasul-Nya. (Q.S. At-Taubah: 84.

‫ن‬ْ ‫ى ِم‬ ٰ َ‫ين َولَ ْو كَا ُنوا ُأولِي ُق ْرب‬ َ ِ‫ش ِرك‬ ْ ‫م‬ ُ ‫س َت ْغ ِف ُروا لِ ْل‬ ْ َ‫ين آ َم ُنوا أَنْ ي‬ َ ‫ي َوالَّ ِذ‬ ِ ّ ‫َما َكانَ لِل َّن ِب‬
‫ن‬ ِ ‫م أِل َبِي‬
ْ ‫ه إِاَّل َع‬ َ ‫هي‬ِ ‫ار إِ ْب َرا‬ُ ‫استِ ْغ َف‬ ْ َ‫ َو َما َكان‬. ‫يم‬ ِ ‫ح‬ ِ ‫ج‬ َ ‫اب ا ْل‬ُ ‫ح‬ َ ‫ص‬ ْ َ‫م أ‬ْ ‫م أَنَّ ُه‬
ْ ‫ن لَ ُه‬ َ َّ‫بَ ْع ِد َما تَبَي‬
‫م‬
ٌ ‫ح ِلي‬َ ‫م أَل َ َّوا ٌه‬
َ ‫هي‬ِ ‫ه تَبَ َّرأَ ِم ْن ُه ۚ إِنَّ إِ ْب َرا‬
ِ َّ‫ن لَ ُه أَنَّ ُه َع ُد ٌّو لِل‬ َّ َ‫ها إِيَّا ُه َفل‬
َ َّ‫ما تَبَي‬ َ ‫ع َد ٍة َو َع َد‬ ِ ‫َم ْو‬

Artinya:
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman
memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik,
walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya),
sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu
24
adalah penghuni neraka jahanam. Dan permintaan ampun dari
Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena
suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka,
tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah
maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim
adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (Q.S.
At-Taubah: 113-114)
a. Rukun Salat Jenazah
Niat. Orang yang menyalatkan jenazah hendaknya benar-benar
mempunyai niat untuk menyalatkannya. Perlu diingatkan bahwa niat tidak
perlu dilafalkan/diucapkan secara lisan, melainkan cukup dengan hati.
1) Berdiri (jika mampu berdiri).
2) Membaca takbir 4 kali.
3) Membaca Al-Fatihah dan salawat atas Nabi.
4) Membaca do'a untuk jenazah.

b. Cara Melaksanakan Salat Jenazah


Salat jenazah dikerjakan dengan berjama'ah, namun boleh juga
dikerjakan dengan munfarid (sendirian).
Apabila jenazahnya laki-laki hendaknya imam berdiri lurus dekat
kepala, sedangkan untuk jenazah perempuan hendaknya imam berdiri
lurus di dekat pinggannya. Sementara itu para makmum berdiri dibelakang
imam. Setelah imam dan makmum merapatkan di posisi yang benar,
selanjutnya salat jenazah dimulai dengan urutan sebagai berikut.
1) Takbir pertama (takbiratul ihram), diteruskan membaca Al-Fatihah.
2) Takbir kedua, diteruskan dengan membaca salawat atas Nabi.
3) Takbir ketiga, diteruskan dengan do'a untuk jenazah.
4) Takbir keempat, membaca do'a.
5) Kemudian mengucapkan salam ke arah kanan dan kiri.

4. Menguburkan Jenazah

25
Setelah dimandikan, dikafani, dan disalatkan, maka tahap terakhir
dari perawatan jenazah adalah memakamkannya.
Menyegerakan Pemakaman Jenazah
Menyegerakan pemakaman jenazah hukumnya sunah. Maka
setelah dipersiapkan segala sesuatunya hendaknya jenazah segera
dimakamkan, tidak ditunda-tunda. Kecuali ada hal-hal yang harus
menundanya, Seperti apabila masih menunggu kedatangan sanak
saudaranya yang jauh tempat tinggalnya, jika sekiranya tidak
dikhawatirkan segera rusak (membusuk). Rasulullah saw. bersabda yang
artinya: Cepat-cepatlah kamu menyegerakan jenazah (memakamkan).
Karena jika ia (orang) baik berarti kamu segera mempertemukan dia
dengan alam baiknya. Sebaliknya jika dia (orang) jahat, maka keburukan
yang kamu letakkan diatas pundakmu.
Hal-hal yang Dimakruhkan Menjelang Proses Penguburan Jenazah

a. Dzikir dengan suara nyaring.


b. Mengiringi jenazah dengan api pedupaan.
c. Duduk sebelum selesai penguburan jenazah.

C. Hukum dan kedudukan Takziyah


Kata takziyah berarti hiburan. Maksudnya mendatangi keluarga
yang mendapat musibah kematian salah satu dari anggota keluarganya,
dengan maksud untuk menghibur hatinya. Setidaknya ikut serta
merasakan musibah yang menimpanya. Takzuyah hukumnya sunah,
berdasarkan hadis yang artinya: Seorang mukmin yang datang
bertakziyah kepada saudara yang ditimpa musibah, maka akan diberi
pakaian kebesaran Allah pada hari kiamat. (H.R. Ibnu Majah dan Baihaqi
dari Amar bin Hazm).
Takziyah sebaiknya dilakukan sebelum jenazah dimakamkan.
Dengan tujuan agar dapat membantu merawat jenazah, setidaknya ikut
dalam menyalatkan dan menguburkannya.

26
Takziyah disunatkan hanya satu kali dan sebaiknya dilakukan
terhadap seluruh ahli waris mayat. Namun demikian tidaklah dilarang jika
Takziyah dilakukan beberapa kali (misalnya dalam waktu tiga hari),
selama kondisi masih memerlukan dan tidak menimbulkan kerepotan bagi
ahli waris itu sendiri.

A. Ziarah Kubur
Ziarah kubur disunahkan bagi kaum lelaki, berdasarkan hadis
riwayat Ahmad, Muslim, dan As-Habussunan dari Abdullah bin Buraidah
yang diterima dari ayahnya, bahwa Nabi saw. bersabda yang artinya:
Dahulu aku melarang menziarahi kubur, sekarang berziarahlah
kepadanya (kubur), karena yang demikian itu akan mengingatkan kamu
akan hari akhirat.
Larangan Rasul untuk ziarah kubur pada awal perkembangan Islam
itu ialah karena masih dekatnya umat Islam kala itu dengan masa
jahiliyah, disamping masih belum banyaknya mereka yang belum mampu
meninggalkan ucapan-ucapan keji dan kotor (di saat berziarah). Setelah
umat Islam merasa tenteram (dengan Islam) serta mengetahui aturan-
aturannya, maka mereka diizinkan untuk ziarah kubur.
Tata Caranya:
1. Masuk ke kubur dengan cara yang sopan, tidak melangkahi kuburan
seseorang atau duduk di atasnya. Cara seperti ini sangat tidak etis dan
harus dijauhi. Tentang penggunaan alas kaki yang berupa sepatu atau
sandal tidaklah terlarang, demi keselamatan kaki dan kesehatan.
2. Duduk atau jongkok menghadap wajah mayat serta memberi salam
dan mendoakannya. Diriwayatkan bahwa: Nabi saw. telah
mengajarkan kepada para sahabat ketika mereka pergi menziarahi
kubur, supaya ada yang mengucapkan "Assalamualaikum hai
penduduk kubur dari golongan yang beriman dan beragama Islam.
Kami insya Allah juga akan menyusul di belakang. Kami memohon

27
kepada Allah agar kita semua dilimpahi keselamatan oleh Allah." (H.R.
Ahmad, Muslim dan lain-lain dari Buraidah)

LATIHAN
Untuk memantapkan apa yang telah Anda pelajari pada kegiatan satu ,
kerjakanlah tugas dan latihan ini dengan cermat.
1. Apa yang dapat anda fahami tentang konsep ibadah secara umum?
2. Bagaimana pemahaman anda tentang konsep thaharah apa fungsi
dan manfaatnya bagi kehidupan manusia?
3. Bagaimana fungsi dan manfaat sholat bagi kehidupan manusia?
4. Bagaimana hikmah dan manfaat dari mempelajari dan mengkaji serta
mempraktekkan tata cara mengurus jenazah?

Rambu-rambu Pengerjaan Latihan


Untuk mengerjakan latihan tersebut perhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Cermati tentang hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana konsep
ibadah secara umum, konsep thaharah, sholat dan bagaimana tata
cara mengurus jenazah yang sesuai dengan syariat serta apa
hikmah dan manfaat mempelajarinya.
2. Selain mencermati kegiatan belajar 1, 2 dan 3 carilah sumber-
sumber lain yang relevan atau diskusikan dalam kelompok dan
senantiasa terus mengagali dilingkungan dan dilapangan, dimana
mahasiswa diharapkan mampu mengikuti seluruh kegiatan ibadah
secara baik dan benar sesuai dengan syariah yang berlaku.

Referensi
Depag, Al-Qur’an. Surabaya: As-salam. 2008

28
Jujun Surya Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populasi, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. 2005

Mutahhari, Murtadha Perspektif Al-Qur`an tentang Manusia dan Agama.


peny., Haidar bagir (Bandung: Mizan, 1997).

Smith, Huston. Agama-Agama Manusia, terj., Saafroedin bahar  (Jakarta:


Yayasan Obor indonesia, 2001).

Sulaeman Rasjid, fiqh Islam, Bandung: Algensindo, 2016

Surajio, Filsafat Ilmu Dan Perkembangannya Di Indonesia, Jakarta: Bumi


aksara, 2010

Thalhas, T.H. Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: Galura pass, 2006).

29

Anda mungkin juga menyukai