Kel7ASKEP LANSIA DGN KATARAK
Kel7ASKEP LANSIA DGN KATARAK
Kel7ASKEP LANSIA DGN KATARAK
Disusun Oleh :
Ika Iriyandi
Zahara
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusunan makalah Keperawatan Gerontik ini dapat penulis selesaikan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik semester 7. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bimbingan dan
petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik
dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu kami menerima segala kritik
dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan agar ke depannya penulis dapat memperbaiki dan
menambah isinya sehingga mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini menyerang
tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-lahan. Katarak baru terasa
mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat dua kali
lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan merupakan masalah
kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang
dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah
penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut
menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur
diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata, WHO memiliki
catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di negara
miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia Tenggara dengan
angka sebesar 1,5%. Menurut spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM,
tingginya angka kebutaan di Indonesia disebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin
meningkat, Karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. Artinya semakin banyak
jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami
penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak (0,8%),
glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata yang terjadi
karena perubahan lensa mata yang keruh. Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya.
Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini sering
diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia
(Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata-rata
diderita yang berusia 40-55 tahun.
Penderita rata-rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka tidak
tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses degeneratif atau
semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang
berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75-85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2018)
B. Rumusan Masalah
Asuhan Keperawatan pada pasien Katarak
C. Tujuan
Mahaiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Katarak
BAB II
KONSEP TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Lansia, Konsep Penyakit
Post Operasi Katarak dan Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Post Operasi Katarak.
b. Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga
tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami
kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,
rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus
menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yangmenuntut dirinya untuk
menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang
berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto
(1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan
fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah.
Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin
meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung
menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga
kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan
latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh
setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola
hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini
tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati
oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan,
ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri penyesuaian yang
tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat,
ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati
kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha
dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan
hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah
sel-sel tersebut mati.
2) Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun
sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik
lansia
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)
g. Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam penyakit
lansia, yaitu :
1) Depresi mental
2) Gangguan pendengaran
3) Bronkhitis kronis
4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
5) Gangguan pada koksa / sendi pangul
6) Anemia
7) Demensia
b. Etiologi
1) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau benda –
benda radioaktif.
3) Penyakit mata seperti uveitis.
4) Penyakit sistemis seperti DM.
5) Defek kongenital
b. Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan atara
protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel.
Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan
penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan
jumlah protein dalam lens melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam
bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak. Terjadinya
penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya
cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.
c. Macam – macam Katarak
1) katarak kongenital
Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan pada waktu lahir. Jenisnya adalah:
a) Katarak lamelar atau zonular.
b) Katarak polaris posterior.
c) Katarak polaris anterior
d) Katarak inti (katarak nuklear)
e) Katarak sutural
2) Katarak juvenil
Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir.
3) Katarak senil
Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa macam yaitu:
a) katarak nuklear
Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa
b) Katarak kortikal
Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa
c) Katarak kupliform
Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.
c) katarak matur
Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama –
sama hasil desintegritas melalui kapsul.
d) katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar
melalui kapsul lensa.
4) Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit umum.
5) Katarak traumatik
Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.
c. Perencanaan
1) Nyeri akut
a) Tujuan: nyeri teratasi
b) Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri
setelah intervensi.
c) Intervensi:
Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang
efektif.
Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah
pembedahan.
Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op.
Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian obat, jika
nyeri disertai mual atau jika anda memperhatikan drainase pada pelindung mata.
Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau
komplikasi lain.
e. Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan metode SOAP.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN LANSIA IBU JAIKEM DENGAN POST OPERASI KATARAK
DI WISMA PANDU, PSTW “BAHAGIA” MAGETAN
TANGGAL 03 – 07 DESEMBER 2001
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2001 pada pukul 11.30 WIB
samapi dengan selesai pada pukul 12.30 WIB.
3.1.1 Pengumpulan data
1) Data biografi klien
a) Nama : J A I K E M
b) Tempat dan tanggal lahir: Bojonegoro, 1916
c) Pendidikan terakhir: tidak sekolah
d) Agama: Islam
e) Satus perkawinan: janda meninggal tanpa anak
f) TB/BB: 140 cm / 33 kg
g) Penampilan umum: bersih dan rapi, tubuh kurus, ramah.
h) Ciri – ciri tubuh: jalan masih tegak, rambut sebagian memutih.
i) Alamat: Sepanjang, Surabaya
j) Orang yang dekat dihubungi: adik klien
k) Hubungan dengan klien: adik kandung.
2) Riwayat keluarga
Keterangan:
= laki - laki = klien Ibu Jaikem
= meninggal
3) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini: -- Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling, sumber – sumber
pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan: --
4) Riwayat lingkungan hidup
Klien tinggal di Wisma Pandu, 1 kamar berdua dengan Ibu Darmiatun. Kondisi kamar
cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak ada pakaian kotor
yang menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur cukup bersih. Pertukaran
udara an cahaya matahari cukup bersih. Tingkat kenyamanan dan privacy cukup
terjamin. Klien juga punya tongkat 1 buah, tapi jarang digunakan.
5) Riwayat rekreasi
Klien mengaku sering jalan – jalan kewisma – wisma yang lain untuk menengok
teman – temannya atau sekedar mengobrol. Klien juga mengatakan sangat
senang dengan adanya kegiatan senam lansia setiap hari Selasa dan Kamis serta
kegiatan rekreatif setiap hari Rabu, karena ada hiburan serta kesempatan bertemu
dengan teman – temannya yang lain.
6) Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK dan panti telah mengkibatkan kerjasama
sistem rujukan dengan puskesmas pembantu Candirejo serta RSUD Magetan.
Serta keberadaan teman sekamar klien yang sangat memperhatikan kondisi klien
sangat membantu pegawasan kesehatan klien.
7) Deskripsi kekhususan
Klien semenjak bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai har ini belum pernah
gagal puasa. Sholat 5 waktu juga dilaksanakan oleh klien secara rutin, bahkan
shalat tarawih pun dilaksanakan setiap hari di musholla.
8) Status kesehatan
Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih kurang 3 tahun yang
lalu. Klien juga mengatakan tidak menderita penyakit lain, klien merasa seat –
sehat saja. Semenjak operasi klien mengeluh nyeri pada mata kiri, mata kiri
terasa panas, berair, nyeri terasa sampai menyebar ke kepala.
Provokative : Nyeri dirasa setelah klien terpapar sinarmatahari
langsung atau baru bangun tidur.
Quality : Nyeri dirasakan menyebarsampai ke kepala disertai mata
kiri terasa panas dan berair.
Region : Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai kepala
Severity scale : Bila nyeri kambuh, klien mengatakan sulit tidur.
Timming : saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar matahari
langsung.
Klien post op 16 hari yang lalu dan telah banyak mendapatkan informasi dari perawat
panti serta pendamping wisma yang bertugas mengenai perawatan luka pada post
operasi serta pantangan – pantangan yang harus diperhatikan oleh klien. Tetapi
setelah dilaksanakan pengkajian , terlihat banyak sekret yang menumpuk pada
mata kiri dan ternyata klien belum memahami beberapa pantangan yang arus
dijalaninya.
Obat – obatan: bila nyeri biasanya perawat memberikan Gentamycin Salp 3x1
Satus imunisasi: --
Alergi terhadap obat – obatan, makanan maupun zat paparan lain seperti debu, cuaca
tidak ada pada klien.
9) A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A
karena berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan
makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
Kebutuhan istirahat tidur kadang – kadang terganggu bila nyeri pada luka post operasi
kambuh. Pada pengkajian personal hygiene tampak penumpukan sekret pada
mata kiri klien.
Psikologis kien meliputi:
j) Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada pembesaran
kelenjar.
k) Sistem immune
Klien mengatkan belum pernah disuntik imunisasi, sensitivitas terhadap zat
alergen (-), riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan
tidak tahu.
l) Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum panti
ditambah dengan kadang – kadang minum kopi. Klien mampu menghabiskan
1 porsi makanan yang disediakan pendamping wisma tanpa keluhan mual.
Klien mengatakan tinggal di panti membuatnya makan teratur 3x/hari dengan
snack 2x/hari dan tambahan susu, teh atau kopi sehingga klien merasakan
badannya lebih gemuk semenjak tinggal di panti. BB sekarang: 33 kg,
keadaan gigi klien: sudah ompong semuanya, klien mengatakan tidak ada
kesulitan menelan an mengunyah makanan.
m) Sistem reproduksi
Klien mengatakan tidak punya anak dari hasil pernikahannya, riwayat berhenti
menstruasi lebih kurang 30 tahun yll.
n) Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap
pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo (-), bahasa
yang digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Interpretasi klien
terhadap lawan bicara cukup aik.
Keadaan mata kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan agak kabur tetapi
klien mampu pergi ke wisma lain tanpa bimbingan orang lain atau
menggunakan tongkat dan klien juga mampu mengikuti kegiatan senam
dengan baik. IOL (+), hiperemis (+). Klien mampu melihat dalam jarak
pandang 50 mtr. Kemampuan pendengaran agak menurun sehingga lawan
bicara harus berbicara agak keras supaya klien mendengar.
DO:
- Mata
kiri berair, hiperemis(+)
- IOL
(+) Peningkatan
2. kerentanan skunder
terhadap interupsi
DS: pembedahan Resiko infeksi
- Klie katarak.
- Mata
kiri berair(+)
3.
- Riwa
Resiko cidera
yat post op katarak 16 hari yll.
DS:
- Klie
n mengatakan matanya terasa
kabur sejak 3 tahun yang lalu.
- Klie
n mengatakan usianya sudah 85
tahun.
DO:
- Klie
n berjalan tegap, cara berjalan
seimbang tapi ragu – ragu.
- Klie
n mampu melihat dalam jarak
pandang 50 mtr.
A
Observasi
nalgesik mambantu dalam
nyeri terutama bila disertai mual.
menekan respon nyeri dan
menimbulkan kenyamanan
pada klien.
Pertegas T
- Berbaring lain.
T
indakan ini dapat
mengurangi resiko
terjatuh.
3.4 Implementasi
K
lien bersemangat belajar
memebrsihkan sekret
5 – 12 – 2001
mata.Klien dapat
11.00
meneteskan obat tetes mata
mata: K
- Cara
meneteskan obat tetes mata. K
- Menggu lien berbaring ke posisi
nakan pelindung mata bila sebelah kanan, kadang
keluar wisma di siang hari. berganti posisi dengan semi
5 – 12 – 2001 fowler.
12.30
Mengatu K
r posisi tidur klien berbaring ke sisi lien tampak kesulitan
mata yang tidak dioperasi. mengikuti instruksi, tetapi
mau mencoba unutk
berlatih.
6 – 12 – 2001
Melatih
09.00
relaksasi untuk mengurangi rasa
sakit pada mata kiri.
3.5 Evaluasi
Resiko cidera b/d keterbatasan O: Klien berjalan ke luar wisma tanpa dibimbing
penglihatan. dan tanpa memakai tongkat.
A: Masalah teratasi sebagian.
A. Kesimpulan
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit
ini menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-
lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun
menyerang lensa mata.
Penderita rata-rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak
diantara mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak
terjadi karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang.
Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun
menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75-85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008)
B. Saran
Karena katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia, maka
asuhan keperawatan pada pasien katarak harus di lakukan dengan profesional.
Tenaga keperawatan harus menjaga agar pasien katarak tidak sampai buta.
DAFTAR PUSTAKA
Afdol. Et all. (1995). Latar Belakang Sosial Ekonomi dan Tingkat Kepuasan Hidup Lanjut
Usia Penghuni Panti Werdha. PPKP lemlit Unair. Surabaya
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat
Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown
and Company. Boston
Depsos RI. (----). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Dalam Panti. Depsos RI. Jakarta
...........(1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan II.
Depkes Ri. Jakarta
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia,
Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC.
Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.