Anda di halaman 1dari 10

Nomor/Nama Kelompok: 30-Kolesistokinin

LO Kelompok: Mbak Nabilah

Tema Jurnal: Dampak Pembelajaran Daring Terhadap Kesehatan

Identitas Jurnal (dalam bentuk Fitria, P. A. & Saputra, D. Y., 2020. Dampak
Harvard) Pembelajaran Daring Terhadap Kesehatan Mental
Mahasiswa Semester Awal. Jurnal Riset Kesehatan
Nasional, Volume 4, p. 60-66

Abstrak Latar Belakang: Pademi Covid-19 yang melanda


hampir semua bagian negara membuat banyak
perubahan di berbagai aspek. Salah satunya adalah
aspek pendidikan, dimana pembelajaran yang
sekarang dilakukan secara daring. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dampak apa saja yang
dirasakan oleh mahasiswa semester awal dan
bagaimana hubungannya dengan Kesehatan mental.
Metode: Penelitian menggunakan metode pengisian
kuisioner dengan melibatkan mahasiswa semester
awal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang
berjumlah 110 responden. Pengambilan data
dilakukan selama 6 hari yang dilaksanakan mulai
tanggal 21 November hingga 26 November 2020.
Hasil dan Kesimpulan: Dari penelitian yang
dilakukan, didapatkan 58 mahasiswa semester awal
merasakan dampak negatif (52,7%) dan 52 mahasiswa
yang merasakan dampak positif (47,3%). Selanjutnya
dari 110 responden, 94 mahasiswa mengalami stress
(85,5%) dengan berbagai macam tingkatan (stress
ringan, stress sedang, dan stress berat) dan mahasiswa
tidak mengalami stress (14,5%).

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apa saja dampak yang dialami dan
dirasakan oleh mahasiswa semester awal selama
pembelajaran secara daring pada masa pandemi
COVID-19 dan mencari tahu hubungannya dengan
kesehatan mental

Variabel Penelitian Variabel dependen : tingkat dampak positif dan


negatife mahasiswa semester awal perguruan tinggi
Indonesia dalam menjalani pembelajaran daring dan
tingkatan kesehatan mental
Variabel independen : pembelajaran daring dalam
pandemi Covid-19

Subjek Penelitian 110 Mahasiswa semester awal dari berbagai


universitas di Indonesia. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, Universitas Brawijaya, Institut Teknologi
Sumatera,Universitas Indonesia,Universitas Negeri
Jakarta, dan lain-lain.

Metode Penelitian Kuantitatif : Survei melalui kuesioner dengan


memanfaatkan fasilitas Google Form

Hasil Penelitian Terkait pengalaman pembelajaran daring hingga


sekarang menunjukkan lebih banyaknya dampak
negatif yang dirasakan oleh mahasiswa semester awal
dibandingkan dampak positif. Didapatkan hasil
penelitian dari 110 responden mahasiswa semester
awal menunjukkan 58 mahasiswa merasakan dampak
negatif (52,7%) dan 52 mahasiswa merasakan dampak
positif (47,3%). Adapun dampak negatif yang
dirasakan mahasiswa diantaranya, sulit memahami
materi 25%, merasa banyak tugas 20%, mengalami
gangguan jaringan 19%, sering terlambat
mendapatkan informasi 9%, merasa kesulitan dengan
praktikum secara daring 10%, belum paham dengan
sistem perkuliahan 16%. Selain itu, dari 110
responden, 94 mahasiswa di antaranya mengalami
stress (85,5%) dengan berbagai macam tingkatan
(stress ringan,stress sedang,dan stres berat), dan 16
mahasiswa di antaranya tidak mengalami stress
(14,5%).

Diskusi Penelitian (maksimal Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih banyak


200 kata) dampak negative dari pada dampak positif yang
dirasakan oleh mahasiswa semester awal sejak
diberlakukannya pembelajaran daring. Dampak positif
yang dirasakan adalah meningkatnya pemahaman
teknologi informasi dan komunikasi, meningkatnya
kepercayaan diri, menghemat biaya, dan mendapat
materi dari berbagai sumber. Dampak negatif yang
dirasakan adalah pembelajaran kurang efektif, lebih
lelah, kesehatan cepat menurun, sakit mata, sakit
kepala, sakit punggung, kondisi rumah yang kurang
kondusif, dan susah bersosialisasi antarmahasiswa.
Pada penelitian ini, terdapat hubungan antara perasaan
dengan kesehatan mental mahasiswa semester awal
saat melakukan pembelajaran daring. Mahasiswa
semester awal perlu melakukan adaptasi dengan
sistem belajar Perguruan Tinggi secara daring. Hal
tersebut dapat menimbulkan stress psikologis. Hal ini
terjadi karena aktivitas yang sudah menjadi kebiasaan
sehingga meminimalkan jumlah energi dan sumber
daya yang dikeluarkan. Ketika kebiasaan itu berubah,
situasi baru yang muncul akan menekan seseorang
untuk menggunakan energi yang besar untuk
adaptasi.Berdasarkan hasil penelitian mengenai
dampak negatif pembelajaran daring yang sangat
memengaruhi kesehatan mental mahasiswa semester
awal didapatkan hasil bahwa mereka merasakan
kejenuhan, dan stress dengan banyaknya tugas yang
diberikan, beberapa mahasiswa mengalami penurunan
nafsu makan hingga jatuh sakit karena kurangnya
istirahat selama pembelajaran daring di Perguruan
Tinggi yang sistem belajarnya berbeda. Menurut
penelitian yang di lakukan oleh Maia, Betra
Rodrigues, dan Paulo Cesar (Hasanag, 2020)
menunjukkan hasil bahwa mahasiswa yang dievaluasi
cenderung memiliki kecemasan, depresi, dan stress
yang jauh lebih tinggi di periode selama pandemi
dibandingkan pada masa - masa normal. Dari hasil
didapatkan bahwa pembelajaran daring berpengaruh
negatif pada psikologis mahasiswa. Ketika dampak -
dampak tersebut disatukan dalam waktu yang
bersamaan mahasiswa akan mendapatkan tekanan
yang besar. tekanan tersebut dapat membuat kondisi
fisik maupun mental atau psikologis mahasiswa
terganggu, terutama pada mahasiswa semester awal
yang masih dalam tahap penyesuaian diri dengan
lingkungan Perguruan Tinggi. Stress dapat
menyebabkan perubahan fisiologis sebagai respon
tubuh terhadap stressor. Ketika stressor mengaktifkan
sistem saraf simpatis dan adrenokortikal, dapat
memengaruhi homeostatis dan interaksi dengan
lingkungan. perubahan ini dapat memengaruhi
keadaan fisiologis seseorang, seperti menurunnya
imunitas dan gangguan kardiovaskular.

Kesimpulan Berdasarkan penelitian tersebut, di dapatkan bahwa


(minimal 50 kata) mahasiswa semester awal paling banyak mengalami
masalah psikologis karena jenuh terhadap
pembelajaran daring. Bahkan dampak yang
didapatkan oleh mahasiswa lebih besar dampak
negatif dibandingkan dampak positif yang berkaitan
dengan kesehatan mental. Selain itu, pembelajaran
daring juga tidak efektif karena masih banyak keluhan
dari mahasiswa khususnya mahasiswa baru yang
masih belum terlalu memahami sistem dalam
perguruan tinggi

Nomor/Nama Kelompok: 30-Kolesistokinin

LO Kelompok: Mbak Nabilah

Tema Jurnal: Impact of Web-Based Meeting Platform Usage on Overall Well-


Being among Higher Education Employees

Identitas Jurnal (dalam bentuk Kershaw, M. E., Lupien, S. P. & Scheid, J. L, 2021.
Harvard) Impact on Web-Based Meeting Platform Usage on
Overall Well-Being among Higher Education
Employees. European Journal of Investigation in
Health, Psychology, and Education, Volume 11, p.
372-381

Abstrak Background
During the ongoing global pandemic, faculty, staff and
administrators at colleges and universities experienced
an increase in meetings using web-based platforms.
Challenges were identified related to the changes from
face-to-face to web-based meetings, including internet
connectivity, inadequate technology and distractions
in the online environment, which led to questions
about how meetings that use web-based platforms may
contribute to overall stress and well-being during the
pandemic.

Methods
This research consists participants of male, female and
nonbinary participants over 18 years of age worked at
colleges/universities in the United States during the
global pandemic. The participants were recruited via
both social media and email and were provided with a
link to the survey tool, which included demographic
and web-based meeting questions (e.g., frequency,
length, and comfort) along with scales to measure
perceived stress, subjective well-being, mental fatigue
and sleep quality.

Result
The current study did not find a relationship between
the frequency of meetings and overall well-being (p =
0.294). However, statistically significant relationships
were found between meeting length and overall well-
being (p = 0.003) and between comfort with the web-
based meeting platform and overall well-being (p =
0.030).

Conclusion
Based on the result of this study, meeting organizers
may consider to reschedule meetings for less than two
hours and providing training to ensure participants are
proficient in the web-based meeting platform in order
to support overall well-being.

Tujuan Penelitian To determine if a relationship exists between some


potentially related web-based meeting factors, such as
the frequency and length of the meetings, the comfort
level from using the platform, and overall well-being.
Variabel Penelitian Dependent variable: staff, faculty and administrators
Independent variable: meeting duration, meeting
frequency
Subjek Penelitian Participants consisted of male, female, and nonbinary
individuals over 18 years of age at
colleges/universities in the United States.

Metode Penelitian Kuantitatif : Survei melalui kuesioner dengan


memanfaatkan fasilitas Google Form
Hasil Penelitian The sample (N = 164) included:
• 90 faculty members
o 42 tenured faculty
o 26 tenure track faculty
o 22 tenure track faculty
• 31 staff members
• 20 administrators
• 23 others/preferred not to answer
The sample included:
• 140 females
• 23 males
• 1 nonbinary/fluid participant
The reported age range of participants is indicated by
the following:
• less than 18 (n = 0)
• 18–24 (n = 3)
• 25–34 (n = 32)
• 35–44 (n = 51)
• 45–54 (n = 43)
• 55–64 (n = 28)
• 65–74 (n = 7).
Additionally, participants reported using the following
web-based meeting platforms most frequently:
• Zoom (n = 121)
• Google Meets (n = 10)
• Google Hangouts (n = 3)
• GoToMeeting (n = 1)
• Others (n = 29)
The uses of the web-based meeting platforms
included:
• Committee meetings (n = 133)
• Student advisement (n = 90)
• Office hours (n = 88)
• Synchronous class meetings (n = 82)
Diskusi Penelitian (maksimal We found an evidence of a relationship between the
200 kata) length of the meeting and the comfort level using an
online based meeting platform and overall well-being.
There is no relationship found between the length of
meetings using a web-based meeting platform. but
there was a relationship found between the length of
meetings using a web- based platform and overall
well-being, specifically that meetings one hour or less
were related to higher well-being compared to those
lasting two hours or longer. from data above meetings
should be around 40 minutes. This means that shorter
meetings are associated with higher well-being. There
is also a relationship between comfort level with the
web-based meeting platform being used and overall
well-being, specifically that those who considered
themselves to be proficient in using the web-based
meeting platform indicated higher well-being than
those who could use the platform without help or those
who often had questions or needed help every time.
Kesimpulan Based on this study, in conclusion, meeting length is
(minimal 50 kata) an important consideration. Meetings in an hour or less
was related to higher well-being. Therefore,
organizers might consider scheduling shorter
meetings. However, more frequent meetings instead of
longer meetings might be an answer to choose without
significantly impacting/changing well-being. Another
consideration would be to offer some training for the
participants to help increase the comfort level and
proficiency.

Anda mungkin juga menyukai