Anda di halaman 1dari 8

10

PLANTROPICA Journal of Agricultural Science. 2017. 2(1): 10-17

PENGARUH KONSENTRASI BA TERHADAP PEMBENTUKAN EMBRIO


SOMATIK PADA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.)
SECARA IN VITRO

THE EFFECT OF BA CONCENTRATION ON SOMATIC EMBRYO FORMATION


OF POTATO PLANTS (Solanum tuberosum L.) IN VITRO

Yolanda Retno Nandika Viola*), Moch. Roviq ,Tatik Wardiyati

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur
*)
Email: yolandaviola93@yahoo.co.id

ABSTRAK jumlah akar dan tunas yang berhasil


tumbuh.
Solanum tuberosum L. merupakan salah
satu komoditas yang mendapat prioritas Kata kunci: Solanum tuberosum L., Embrio
pengembangan karena dapat digunakan somatik, BA, Kultur Jaringan.
sebagai sumber karbohidrat dan
mempunyai potensi dalam diversifikasi ABSTRACT
pangan. Kendala utama dalam peningkatan
produksi kentang adalah pengadaan benih Solanum tuberosum L. is one commodity
kentang berkualitas yang belum memadai. that has a development priority because it
Upaya yang dapat dilakukan untuk can be used as a source of carbohydrates
mengatasi kendala tersebut adalah dengan and it has the potential for diversification.
memanfaatkan bioteknologi yaitu melalui The main obstacle to increasing the
kultur jaringan yang ditempuh melalui production of potatoes is the provision of
embriogenesis somatik. Penelitian ini quality seed potatoes that have not been
bertujuan untuk mendapatkan rasio BA adequate. Efforts that can do to overcome
yang tepat untuk memacu terbentuknya these obstacles is to use biotechnology is
embrio somatik kentang varietas Atlantik that tissue culture can be reached by
dan Granola Transgenik. Penelitian ini somatic embryogenesis. The purpose of
dilakukan pada bulan Februari hingga Juni research is to get the right ratio of BA to
2016 di Laboratorium kultur jaringan spur embryogenesis potato varieties Atlantic
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. and Granola Transgenic. Research
Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak conducted in February until June 2016 at
Kelompok Faktorial dengan 3 kali ulangan. Tissue Culture Laboratory Brawijaya
Faktor pertama adalah 2 varietas yakni A: University. The treatment used a Factorial
Atlantik dan B: Granola Transgenik, Randomized Block Design with three
sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi replication. The first factor is the two
BA yakni K0: 0ppm, K1: 0,5ppm, K2: 1ppm, varieties of potatoes are A: Atlantic and B:
K3: 1,5ppm, dan K4: 2ppm. Hasil penelitian Granola Transgenic, the second factor is
menunjukkan bahwa beberapa konsentrasi the growth regulator BA with level K0:
sitokinin (BA) yang diberikan berpengaruh 0ppm, K1: 0.5ppm, K2: 1ppm, K3: 1.5ppm,
nyata terhadap pertumbuhan eksplan dan and K4: 2ppm. The result showed that some
berpengaruh terhadap keberhasilan induksi of the concentration of cytokinin (BA)
embrio somatik pada tanaman kentang provided significantly affected somatic
(Solanum tuberosum L.). Konsentrasi BA embryos on potato (Solanum tuberosum L.).
yang diberikan berpengaruh terhadap BA concentration is given effect on callus
induksi kalus, induksi embrio somatik, serta induction, induction of somatic embryos,
11

Yolanda Retno Nandika Viola, etal.: Pengaruh Konsentrasi BA Terhadap Pembentukan Embrio..

and the number of roots and shoots were adalah auksn dan sitokinin.hormon 2,4-D
successfully grown. merupakan golongan auksin yang sering
digunakan untuk menginduksi pembentukan
Keywords: Solanum tuberosum L., Somatic kalus embriogenik dan berperan untuk
Embryo, BA, Tissue Culture. memacu hipermetilasi pada DNA agar
pembelahan sel selalu dalam fase mitosis
PENDAHULUAN sehingga pembentukan kalus menjadi
optimal (Menneses et al., 2005). Selain
Solanum tuberosum L. adalah auksin, hormone yang sangat penting untuk
tanaman semusim yang berbentuk semak pertumbuhan tanaman adalah hormone
dan berasal dari dataran tinggi Andes, sitokinin. Hormon sitokinin yang paling
Amerika Selatan dan telah dibudidayakan sering digunakan adalah BA, yang berfungsi
oleh penduduk di sana sejak ribuan tahun untuk memacu penggandaan tunas karena
silam (Smith, 1968). Teknik budidaya yang mempunyai aktivitas yang kuat
mempengaruhi produktivitas kentang dibandingkan kinetin. Purnamaningsih
meliputi penggunaan bibit berkualitas baik, (2006) menyatakan bahwa pada umumnya
varietas berproduksi tinggi, pengendalian tanaman memiliki respon yang lebih baik
hama dan penyakit yang terhadap BA, sehingga BA lebih efektif
optimal,penggunaan sarana produksi yang untuk produksi tunas in vitro.
tepat, serta pengelolaan tanah dan air Penelitian ini bertujuan untuk
(Rosliani et al., 1998). Kendala utama mendapatkan rasio BA yang tepat untuk
dalam peningkatan produksi kentang adalah memacu terbentuknya embrio somatik
pengadaan benih kentang berkualitas yang kentang varietas Atlantik dan Granola
belum memadai. Upaya yang dapat Transgenik.
dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut
adalah dengan memanfaatkan bioteknologi BAHAN DAN METODE PENELITIAN
yaitu melalui kultur jaringan atau pembiakan
mikro kentang. Perbanyakan melalui kultur Penelitian ini dilakukan pada bulan
jaringan dapat ditempuh melalui Februari hingga Juni 2016 di Laboratorium
embriogenesis somatik. kultur jaringan Fakultas Pertanian
Embriogenesis somatik merupakan Universitas Brawijaya. Bahan tanam yang
suatu proses pembentukan embrio dari sel digunakan berupa batang bibit kentang
somatic menjadi tumbuhan baru, tanpa varietas Atlantik dan Granla Transgenik. Zat
melalui fusi sel gamet. Semua tumbuhan pengatur tumbuh yang digunakan berupa
yang dihasilkan dari proses embriogenesis BA dan 2,4-D. penelitian menggunakan
somatik akan memiliki sifat genetik yang Rancangan Acak Kelompok Faktorial
identik dengan tumbuhan induknya (William dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah
dan Maheswaran, 1986). Selanjutnya Litz varietas kentang yaitu A: Atlantik, B:
dan Gray (1995) menyatakan bahwa Granola Transgenik. Faktor kedua adalah
embrioid dapat dihasilkan dari satu sel BA dengan beberapa konsentrasi yaitu K0:
sehingga produksi bibit jauh lebih banyak 0ppm, K1: 0,5ppm, K2: 1ppm, K3: 1,5ppm,
disbanding penggunaan teknik yang lain. dan K4: 2ppm. Setiap kombinasi perlakuan
Pertumbuhan mikro sangat tergantung pada diulang 3 kali, setiap perlakuan terdapat 2
interaksi antara ZPT eksogen yang satuan percobaan sehingga didapatkan 60
ditambahkan ke dalam media dan ZPT satuan percobaan. Setiap perlakuan
endogen. Efektifitas zat pengatur tumbuh terdapat 6 eksplan.
pada tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi Alat yang digunakan pada penelitian
yang diberikan, karena perbedaan ini antara lain pinset, scalpel, cawan petri,
konsentrasi akan menimbulkan perbedaan gunting, timbangan analitik, Ph meter,
aktivitas. Perbedaan aktivitas ZPT Bunsen, Erlenmeyer, pengaduk, labu takar,
ditentukan oleh spesies bahan stek yang gelas ukur, pipet, corong, botol kultur,
digunakan (Ortega, 2007). ZPT eksogen kompor, autoklaf, laminar air flow cabinet,
yang biasa digunakan pada kultur jaringan alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan
12

Yolanda Retno Nandika Viola, etal.: Pengaruh Konsentrasi BA Terhadap Pembentukan Embrio..

yang digunakan adalah 2 varietas kentang melakukan sterilisasi ruangan dengan


yaitu Atlantik dan Granola Transgenik, 2,4- menyemprotkan desinfektan ke seluruh
D 0,5ppm, BA dengan konsentrasi 0; 0,5; 1; ruangan inkubasi.
1,5; dan 2ppm, serta media dasar yang Pengamatan dilakukan untuk
terbuat dari larutan stok MS. mendapatkan data kualitatif dan kuantitatif
Pelaksanaan penelitian diawali terhadap petumbuhan dan perkembangan
dengan sterilisasi alat dan media, embrio somatik kentang pada beberapa
perbanyakan eksplan, sub kultur planlet taraf konsentrasi BA dalam media MS.
dengan menggunakan media MS, induksi Pengamatan dilakukan setiap hari selang
kalus, induksi embrio dengan perlakuan satu hari setelah inokulasi sampai eksplan
beberpaa konsentrasi BA, dan hasil. berumur 8 minggu setelah inokulasi (MSI).
Stresilisasi alat yang dilakukan adalah Parameter pengamatan yang diamati
dengan mencuci botol kultur sampai bersih meliputi persentase eksplan yang hidup,
dan direndam dalam larutan bayclin selama mati, dan terkontaminasi, persentase kalus
24 jam dengan tujuan agar botol tidak yang menjadi embrio, waktu muncul akar
terkontaminasi oleh bakteri. Tahap dan tunas pada setiap perlakuan, serta
selanjutnya adalah pengovenan botol yang jumlah akar dan tunas yang berhasil
dilakukan selama 24 jam juga. Tahap terbentuk pada setiap eksplan. Analisa data
selanjutnya adalah pembuatan larutan stok menggunakan analysis of varian (ANOVA)
MS untuk sub kultur. Larutan MS tersebut dilakukan untuk menguji pengaruh
terdiri dari unsur makro, mikro, Fe-EDTA, pemberian konsentrasi BA terhadap
dan vitamin yang ditambahkan sukrosa, pertumbuhan embrio somatik pada tanaman
aquades, dan agar. Takaran media untuk kentang varietas Atlantik dan Granola
perbanyakan planlet, induksi kalus, dan Transgenik. Apabila terjadi pengaruh nyata
induksi embrio berbeda konsentrasi sesuai pada perlakuan maka dilakukan dengan uji
dengan berpa banyak volume media yang BNJ pada taraf 5%.
ingin digunakan. Planlet yang sudah ada di
sub kultur dengan tujuan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
perbanyakan sesuai dengan jumlah planlet
yang akan dijadikan eksplan penelitian. Sub Persentase Eksplan Hidup, Mati, dan
kultur planlet dilakukan dalam LAF yang Terkontaminasi
sebelumnya telah disterilkan dengan lampu Induksi kalus merupakan tahap awal
UV selama 1 jam. Setiap botol dapat dari penelitian ini. Bagian tanaman yang
ditanam sebanyak 8-10 eksplan, lalu ditutup digunakan pada penelitian ini adalah batang
dengan plastic dan dirapatkan dengan karet tanaman kentang varietas Atlantik dan
gelang dan diletakkan pada ruang inkubasi. Granola Transgenik. Batang tersebut
Pada tahap induksi kalus, ekpslan potongan diinokulasi pada media MS dengan
ruas tanpa nodus masing-masing ditanam konsentrasi 2,4-D sebanyak 0,5ppm dengan
pada botol kultur dan di subkultur setiap 2 tujuan agar terbentuk kalus. Seelah kalus
minggu sekali agar nutrisi media tetap terbentuk eksplan dipindahkan pada media
terjaga. Kalus yang terbentuk pada tahapan pendewasaan yang bertujuan utnuk
sebelumnya yang remah dan berwarna perkembangan dari struktur kalus yang
bening kekuningan dipindahkan pada media globular membentuk kotiledon dan
induksi embrio somatik secara aseptik. primordial akar. Hasil pengamatan pada
Eksplan diinkubasi pada ruangan steril pada parameter persentase jumlah eksplan yang
suhu 18-21ºC. Eksplan diamati dan di hidup didapatkan bahwa persentase
subkultur setiap 2 minggu sekali hingga tertinggi eksplan yang hidup adalah pada
terbentuk embrio somatik. Pemeliharaan perlakuan varietas Atlantik dan Granola
dilakukan dengan cara jika media Transgenik dengna konsentrasi BA yang
terkontaminasi dan eksplan masih belum diberikan sebanyak 1ppm, tingkat
terkena kontaminasi tersebut langsung persentase yang didapatkan adalah 100%.
dipindah pada media yang baru. Langkah namun pada salah satu perlakuan terdapat
pemeliharaan yang lain adalah dengan cara eksplan yang mati karena browning.
13

Yolanda Retno Nandika Viola, etal.: Pengaruh Konsentrasi BA Terhadap Pembentukan Embrio..

Lengkong (2009) menyatakan bahwa mati karena browning, dan terkontaminasi


pencoklatan jaringan terjadi karena aktivasi akibat jamur dan bakteri dapat dilihat pada
enzim oksidase dan tirosinase. Hasil Gambar 1.
pengamatan yang didapatkan menunjukan
bahwa perlakuan yang diberikan tidak Jumlah Kalus Membentuk Embrio
berpengaruh terhadap jumlah eksplan yang Sel-sel embriogenik yang terinduksi
mati. Pada data yang didapatkan diketahui pada media yang digunakan ternyata dapat
bahwa dari semua perlakuan, hanya 1 terus menerus tumbuh dan berkembang
eksplan yang mengalami kematian akibat membentuk embrio somatik. Beberapa hasil
browning yakni pada perlakuan varietas penelitian menunjukkan bahwa pada tahap
Atlantik dengan konsentrasi BA 0,5ppm. pembentukan embrio somatik adalah tahap
Kematian eksplan yang terjadi disebabkan yang paling sulit dan pada tahap ini sering
karena beberapa faktor antara lain digunakan auksin pada konsentrasi rendah.
kemunduran fisiologis eksplan dan Faktor yang penting dalam induksi dan
kematian sel karena alat inokulasi yang perkembangan embriogenesis somatik
terlalu panas dan eksplan mengalami adalah komposisi zat pengatur tumbuh
browning. Pengamatan dilakukan juga pada media kultur. Konsentrasi antara
untuk mengetahui eksplan yang auksin dan sitokinin harus tepat agar dapat
terkontaminasi. Hasil pengamatan menghasilkan embrio somatik pada eksplan
menunjukkan bahwa terdapat beberapa tersebut. Hasil induksi embrio somatik pada
eksplan yang terkontaminasi antara lain penelitian ini menunjukkan bahwa adanya
pada perlakuan AK0, BK0, BK1, dan BK4, pengaruh nyata dari perlakuan yang
dimana pada masing-masing perlakuan diberikan. Menurut hasil pengamatan yang
yang terkontaminasi tersebut menunjukkan dilakukan didapatkan bahwa respon
persentase sebanyak 17%. Eksplan yang varietas Atlantik terhadap pemberian BA
terkontaminasi tersebut akibat dari jamur 1ppm menghasilkan embrio paling banyak
dan bakteri. Eksplan yang terkontaminasi dibandingkan pemberian BA yang lainnya
akibat jamur dicirikan dengan adanya Sedangkan pada perlakuan dengan varietas
serabut halus yang muncul pada Granola Transgenik dengan konsentrasi BA
permukaan media di sekitar eksplan yang tidak memberikan respon yang berbeda
setiap waktu terus berkembang membentuk (Tabel 1). Hal tersebut dikarenakan
koloni yang nantinya akan menutupi semua konsentrasi BA yang digunakan untuk
bagian eksplan sehingga eksplan tidak bisa membentuk embrio pada eksplan harus
berkembang lagi dan akhirnya mati. sesuai. Selain itu, diduga perbandingan
Sedangkan eksplan yang terkontaminasi rasio yang digunakan antara auksin dan
akibat bakteri dicirikan dengan adanya sitokinin yang terdapat pada eksplan tidak
lendir dan bercak keruh berpola pada media seimbang sehingga eksplan mengalami
di sekitar eksplan yang terserang. Sumber pertumbuhan yang lambat. Hal tersebut
kontaminasi eksplan dapat berasal dari sesuai dengan yang dikemukakan Sikder et
eskplan tumbuhan, organisme kecil yang al., (2006) bahwa penggunaan media dasar
masuk ke dalam media, alat yang tidak dan penambahan zat pengatur tumbuh
steril dan lingkungan kerja yang yang kotor, dengan jenis dan konsentrasi yang tepat
sehingga harus dilakukan sterilisasi dapat menginduksi pembentukan embrio
lingkungan kerja, alat-alat, media dan somatik.
bahan tanaman (Gunawan, 1988).
Penampang eksplan yang hidup/ segar,
14

Yolanda Retno Nandika Viola, etal.: Pengaruh Konsentrasi BA Terhadap Pembentukan Embrio..

Gambar 1 Kondisi Eksplan Selama Pengamatan


Keterangan: (a) Eksplan hidup, (b) Eksplan browning, (c) Eksplan terkontaminasi jamur,(d) Eksplan
terkontaminasi bakteri

Tabel 1 Jumlah Embrio yang Terbentuk pada Semua Perlakuan


Perlakuan Jumlah Embrio
Atlantik + BA 0 ppm (AK0) 3,7 a
Atlantik + BA 0,5 ppm (AK1) 3,2 a
Atlantik + BA 1 ppm (AK2) 6,2 b
Atlantik + BA 1,5 ppm (AK3) 3,0 a
Atlantik + BA 2 ppm (AK4) 3,8 a
Granola Transgenik + BA 0 ppm (BK0) 2,5 a
Granola Transgenik + BA 0,5 ppm (BK1) 2,8 a
Granola Transgenik + BA 1 ppm (BK2) 4,7 ab
Granola Transgenik + BA 1,5 ppm (BK3) 2,5 a
Granola Transgenik + BA 2 ppm (BK4) 2,0 a
BNJ 5% 2.88
Keterangan: angka- angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji
BNJ 5%.

Waktu Muncul Akar dan Tunas (Kalimuthu et al., 2007). Pada penelitian ini
Pada perkembangannya beberapa didapatkan hasil bahwa respon eksplan
eksplan dari berbagai perlakuan yang perlakuan varietas Atlantik dengan
menghasilkan kalus embriogenik mampu konsentrasi BA sebanyak 0ppm merupakan
beregenerasi membentuk organ tanaman eksplan yang paling lama memunculkan
dan juga planlet yang utuh dan lengkap. akar dibandingkan dengan perlakuan yang
Pada tahap ini sel somatik yang telah lainnya (Tabel 2). Sedangakan respon dari
terbentuk mampu berkembang menjadi varietas Granola Transgenik terhadap
embrio somatik hingga mencapai tahap pemberian BA sebanyak 1,5ppm
torpedo setelah melalui beberapa merupakan perlakuan yang paling lama
perubahan morfologi. Embrio somatik pada memunculkan akar dibandingkan dengan
tahap ini akan mengalami proses perlakuan lainnya. Sedangkan hasil
pemanjangan dan penonjolan membentuk 2 pengamatan menunjukkan bahwa tidak
kutub (bipolar) yang berlawanan, yang adanya pengaruh nyata terhadap waktu
masing-masing kutub tersebut akan munculnya tunas pada semua eksplan
membentuk bakal tunas dan dan bakal akar (Tabel 3).
15

Yolanda Retno Nandika Viola, etal.: Pengaruh Konsentrasi BA Terhadap Pembentukan Embrio..

Tabel 2 Rerata Eksplan saat Muncul Akar


Perlakuan Saat Muncul Akar (HSI)
Atlantik + BA 0 ppm (AK0) 19,3 d
Atlantik + BA 0,5ppm (AK1) 6,7 ab
Atlantik + BA 1 ppm (AK2) 5,7 ab
Atlantik + BA 1,5 ppm (AK3) 7,7 ab
Atlantik + BA 2 ppm (AK4) 8,2 bc
Granola Transgenik + BA 0 ppm (BK0) 8,5 c
Granola Transgenik + BA 0,5 ppm (BK1) 5,7 ab
Granola Transgenik + BA 1 ppm (BK2) 4,5 a
Granola Transgenik + BA 1,5 ppm (BK3) 18,5 cd
Granola Transgenik + BA 2 ppm (BK4) 6,5 ab
BNJ 5% 3,5
Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji
lanjut BNJ 5%; HSI: Hari setelah inokulasi.

Tabel 3 Rerata Muncul Tunas pada Semua Perlakuan


Perlakuan Saat Muncul Tunas (HSI)
Atlantik + BA 0 ppm (AK0) 9,3
Atlantik + BA 0,5 ppm (AK1) 5,8
Atlantik + BA 1 ppm (AK2) 8,7
Atlantik + BA 1,5 ppm (AK3) 9,2
Atlantik + BA 2 ppm (AK4) 9,7
Granola Transgenik + BA 0 ppm (BK0) 9,5
Granola Transgenik + BA 0,5 ppm (BK1) 8,0
Granola Transgenik + BA 1 ppm (BK2) 10,3
Granola Transgenik + BA 1,5 ppm (BK3) 13,2
Granola Transgenik + BA 2 ppm (BK3) 9,7
tn
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut BNJ
5%.

Jumlah Organ Akar dan Tunas Eksplan eksplan yang mati sehingga sel eksplan
Akar dan tunas yang mampu tersebut sudah tidak dapat tumbuh (Tabel
terinisiasi, tetap diamati hingga akhir 4). Jumlah tunas yang terbentuk juga
pengamatan untuk mengetahui jumlah akar diamati setiap minggu sampai pada akhir
dan tunas yang terbentuk sehingga menjadi pengamatan yakni 8 MSI. Dalam kultur
planlet. Dari hasil analisis ragam, respon jaringan jumlah tunas dapat diindikasikan
dari varietas Atlantik dengan pemberian BA sebagai keberhasilan dalam multiplikasi.
sebanyak 1ppm pada umur 14 HSI memiliki Berdasarkan hasil analisis ragam, diketahui
jumlah akar paling banyak dibandingkan bahwa konsentrasi BA yang diberikan
dengan perlakuan yang lainnya, sedangkan berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas
respon dari varietas Granola Transgenik yang muncul. Jumlah tunas yang paling
terhadap BA sebanyak 1ppm juga banyak tumbuh adalah respon dari eksplan
menghasilkan jumlah akar terbanyak perlakuan varietas Atlantik dengan
dibandingkan dengan perlakuan yang konsentrasi BA sebanyak 1ppm
lainnya. Beberapa eksplan juga tidak dapat dibandingkan dengan beberapa konsentrasi
memunculkan akar dikarenakan terdapat
16

Yolanda Retno Nandika Viola, etal.: Pengaruh Konsentrasi BA Terhadap Pembentukan Embrio..

BA yang lainnya, pada respon varietas eksplan tersebut tidak mampu untuk
Granola Transgenik dengan konsentrasi BA menginisiasi tunas dan pertumbuhan
1ppm juga menghasilkan jumlah tunas eksplan menjadi sangat lambat. Hal
terbanyak dibandingkan dengan respon tersebut sesuai dengan pernyataan Hijmans
perlakuan yang lainnya. Hal tersebut sama (2001) bahwa konsentrasi sitokinin yang
dengan eksplan yang memiliki jumlah akar lebih tinggi dibandingkan dengan
yang paling banyak (Tabel 5). Diduga yang konsentrasi auksin akan memacu
menyebabkan jumlah tunas yang dihasilkan multiplikasi tunas.
oleh eksplan sedikit karena konsentrasi
sitokinin (BA) yang sangat rendah, sehingga

Tabel 4 Rata-rata Jumlah Akar pada Semua Perlakuan


Umur Pengamatan Jumlah Akar (HSI)
Perlakuan 7 HSI 14 HSI 21 HSI 28 HSI
Atlantik + BA 0 ppm (AK0) 0,0 a 0,0 a 2,0 ab 2,0 ab
Atlantik + BA 0,5 ppm (AK1) 0,2 ab 0,8 a 1,5 a 1,8 a
Atlantik + BA 1 ppm (AK2) 0,8 bc 3,2 d 3,8 c 4,5 c
Atlantik + BA 1,5 ppm (AK3) 0,2 ab 1,0 bc 1,5 a 1,7 a
Atlantik + BA 2 ppm (AK4) 0,3 ab 0,8 a 2,0 ab 2,2 ab
Granola Transgenik + BA 0 ppm (BK0) 0,2 ab 1,0 bc 1,5 a 1,8 a
Granola Transgenik + BA 0,5 ppm(BK1) 0,7 ab 1,2 bc 1,8 ab 1,8 a
Granola Transgenik + BA 1 ppm (BK2) 1,5 c 1,7 c 3,3 bc 3,8 bc
Granola Transgenik + BA 1,5 ppm(BK3) 0,0 a 0,0 a 1,8 ab 1,8 a
Granola Transgenik + BA 2 ppm (BK4) 0,2 ab 1,0 bc 1,5 a 1,7 a
BNJ 5% 0,745 0,79 1,56 1,93
Keterangan: angka-angka yang didampingi dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama
meunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ 5%; HSI: hari setelah inokulasi.

Tabel 5 Jumlah Tunas yang Muncul pada Eksplan Semua Perlakuan


Perlakuan Jumlah Tunas
Atlantik + BA 0 ppm (AK0) 2,0 ab
Atlantik + BA 0,5 ppm (AK1) 1,8 a
Atlantik + BA 1 ppm (AK2) 4,5 c
Atlantik + BA 1,5 ppm (AK3) 1,7 a
Atlantik + BA 2 ppm (AK4) 2,2 ab
Granola Transgenik + BA 0 ppm (BK0) 1,8 a
Granola Transgenik + BA 0,5 ppm (BK1) 1,8 a
Granola Transgenik + BA 1 ppm (BK2) 3,8 bc
Granola Transgenik + BA 1,5 ppm (BK3) 1,8 a
Granola Transgenik + BA 2 ppm (BK4) 1,7 a
BNJ 5% 1,93

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda
nyata pada uji BNJ 5%.
17

Sari, dkk, Pengaruh Jumlah Potongan…

KESIMPULAN superjohn asal Minahasa Selatan.


Jurnal FORMAS. 2(4):244-249.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Menneses, A., Flores, D., Munoz, M.,
disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara Arriesta dan Espinosa. 2005. Effect
konsentrasi BA dengan varietas terhadap of 2,4-D, Hydric Stress and Light on
pembentukan embrio somatik pada Indica Rice Somatic Embryogenesis.
tanaman kentang. BA yang paling optimum Journal Biology. 53 (3): 361-368.
untuk menginduksi embrio somatic kentang Ortega-Baes, P., M. Rojas-Arechiga.
(Solanum tuberosum L.) pada konsentrasi 2007. Seed germination of
1ppm. Eksplan yang paling potensial untuk Trichocereus terscheckii (Cactaceae):
mengahsilkan embrio somatik pada light, temperature and gibberellic acid
tanaman kentang dengan pemberian BA effects. Journal of Arid Environments.
adalah varietas Atlantik. 69(1):169-176.
Purnamaningsih, R. 2006. Induksi Kalus
DAFTAR PUSTAKA dan Optimasi Regenerasi Empat
Varietas Padi Melalui Kultur In Vitro.
Gunawan, L.U. 1988. Teknik kultur jaringan Journal Agrobiogen. 2(2): 74-80.
tumbuhan. Laboratorium Kultur Rosliani, R., N. Sumarni, dan Suwandi.
Jaringan Tumbuhan. PAU 1998. Pengaruh sumber dan dosis
Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. pupuk N, P, dan K pada tanaman
Hal 304. kentang. Jurnal Hortikultura. 6(1):
Hijmans, R. 2001. Global distribution of the 988-999.
potato crop. American Journal of Sikder, H. B., Kumar, P., Abdullah, M.,
Potato Research.78(6): 403–412. Raihan, A., dan Rahman, M. 2006.
Kalimuthu, K., M. Saravanakumar, and R. In vitro Regeneration of Aromatic
Senthilkumar. 2007. In vitro Rice (Oriza sativa). International
micropropagation of Musa sapientum Journal of Agriculture and Biology. 8
L. (Cavendish Dwarf). African Journal (6): 759-762.
of Biotechnology. 6(9):1106-1109. Smith, O. 1968. Potato: Production, Storing
Litz, R.E and D.J. Gray. 1995. Somatic and Processing. The Avil. London.
embryogenesis for agriculture Hal 16-22.
improvement. World Journal Microbiol Williams, E. G. and G. Maheswaran. 1986.
And Biotech. 11(2):416 – 425. Somatic embryogenesis: Factors
Lengkong, E. F. 2009. Regenerasi influencing coordinated behavior of
tanaman melalui embryogenesis cells as an embryogenic group.
somatic pada kentang unggul lokal Journal Botanical. 57 (7): 443-462.

Anda mungkin juga menyukai