Anda di halaman 1dari 5

Albertus Brata Surya

XI IPS 1
3

Cut Nyak Dien


“Pahlawan Nasional dari Tanah Rencong”
Aceh adalah daerah dimana banyak terlahir pahlawan perempuan yang gigih,
tangguh dan pemberani yang tidak kenal kompromi melawan kaum imperialis. Cut
Nyak Dien ialah salah satu dari perempuan berhati baja yang di usianya lanjut masih
dapat mencabut rencong dan berjuang melawan pasukan Kolonial Belanda sampai
akhirnya ia ditangkap dan dibuang.
Biodata Cut Nyak Dien
Nama Lengkap Tjoet Njak Dhien

Ejaan Cut Nyak Dien

Dikenal Sebagai Pahlawan Nasional

Tempat Lahir Lampadang, Aceh

Tanggal Lahir Selasa, 1848

Agama Islam

Warga Negara Indonesia

Suami Teuku Cek Ibrahim

Teuku Umar

Anak Cut Gambang

Biografi Cut Nyak Dien


Cut Nyak Dien adalah Pahlawan Nasional
wanita Indonesia yang berasal dari Aceh. Cut Nyak
Dien lahir pada tahun 1848 dari keluarga bangsawan
yang agamis di Aceh Besar. Dari garis ayahnya, Cut
Nyak Dien merupakan keturunan langsung Sultan
Aceh.
Ketika usianya menginjak 12 tahun, Cut Nyak
Dien dinikahkan dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga
pada tahun 1862 yang juga berasal dari keluarga bangsawan. Pasangan muda ini
dikaruniai satu orang anak.
Ketika Perang Aceh meluas pada tanggal 26 maret 1873, ayah dan suami Cut
Nyak Dien memimpin perang di garis depan, melawan Belanda yang memiliki
persenjataan lebih lengkap dan modern. Setelah bertahun-tahun melawan,
pasukannya terdesak dan memutuskan untuk mengungsi ke daerah yang lebih
terpencil.

Perjuangan Cut Nyak Dien

Semangat Cut Njak Dien untuk melawan


pasukan kolonial Belanda mulai bangkit. Peristiwa
gugurnya Teuku Cek Ibrahim Lamnga dalam
peperangan melawan Belanda pada tanggal 29
Juni 1878 di Sela Glee Tarun semakin menyulut
kemarahan dan keteguhan wanita pemberani ini terhadap kaum Kolonial tersebut.
Kendati demikian, Cut Nyak Dien melanjutkan perjuangan dengan semangat
membara. Kebetulan saat upacara penguburan suaminya, ia bertemu dengan Teuku
Umar yang lantas menjadi suami sekaligus rekan perjuangan dalam
memperjuangkan tanah rencong.
Awalnya Cut Nyak Dien menolak pinangan Teuku Umar, namun pada
akhirnya ia setuju untuk menikah dengan pria yang masih mempunyai garis
kekeluargaan dengan dirinya ini setelah Teuku Umar memenuhi keinginannya untuk
ikut turun ke medan perang.

Cut Nyak Dien sangat ingin mengusir Belanda dari bumi Aceh karena telah
meresahkan penduduk dan mengusik keyakinan mereka.
Dimulai dari awal lagi, mereka menggalang kembali kekuatan dan
mengumpulkan segenap pejuang Aceh yang lainnya. Cut Nyak Dien pun gencar
melakukan serangan dengan sistem gerilya, sehingga bisa membuat panik pasukan
Belanda yang berada di Aceh.
Dalam masa perjuangan tersebut, Cut Nyak Dien sempat mendapatkan
umpatan dari Cut Nyak Meutia karena strategi suaminya Teuku Umar yang berpura-
pura menyerahkan diri pada belanda dan bekerja sama dengan mereka.
Mestinya kalau komunikasi berjalan dengan baik, Cut Nyak Meutia tidak perlu
melakukan hal itu, karena Teuku Umar hanya bersiasat saja. Setelah rencana awal
telah terpenuhi, yakni mendapatkan banyak senjata dari pasukan Belanda, Teuku
Umar kembali pada Cut Nyak Dien dan para pejuang Aceh lainnya.

Belanda yang merasa telah


dikhianati oleh Teuku Umar
melancarkan serangan besar-besaran
untuk memburu pasangan suami-istri
ini. Teuku Umar pun akhirnya gugur
dalam pertempuran di Meulaboh pada
tanggal 11 Februari 1899.
Sementara itu, pasukan Belanda mengetahui dengan persis bahwa pasukan
Cut Nyak Dien melemah dan hanya bisa menghindar dalam tekanan. Akibatnya,
karena usis yang sudah mulai renta kondisi fisik dan kesehatan Cut Nyak Dien pun
menurun, tetapi pertempuran tetap ia lakukan.
Melihat kondisi seperti itu, panglima perangnya, Pang Laot Ali, menawarkan
menyerahkan diri ke Belanda. Tapi Cut Nyak Dien tetap teguh pendirian dan
menegaskan untuk terus bertempur.
Akhirnya dalam kurun waktu singkat Cut Nyak Dien berhasil ditangkap dan
untuk menghindari pengaruhnya terhadap masyarakat Aceh, ia diasingkan pada
tanggal 11 Desember 1905 di Pulau Jawa, tepatnya ke Sumedang , Jawa Barat.
Bagaimana perjuangan Cut Nyak Dien?

Dien dan Umar terus menekan Belanda, lalu menyerang Banda Aceh (Kutaraja) dan
Meulaboh (bekas basis Teuku Umar), sehingga Belanda terus-terusan mengganti
jenderal yang bertugas. ... Cut Nyak Dien lalu memimpin perlawanan melawan
Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba
melupakan suaminya.

Makam Cut Nyak Dien

Di tempat pengasingannya, Cut Nyak


Dien yang sudah renta dan mengalami
gangguan penglihatan, mengajar agama. Ia
tetap merahasiakan jati diri sampai akhir
hayatnya.
Cut Nyak Dien wafat pada 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung
Puyuh, Sumedang. Makamnya baru diketahui secara pasti pada tahun 1960 saat
Pemda Aceh sengaja melakukan penelusuran.

Penghargaan Cut Nyak Dien


\

Kisah Perjuangan Cut Nyak Dien membuat


seorang penulis Belanda, Ny Szekly Lulof, kagum
dan menggelarinya sebagai “Ratu Aceh”.
Atas teladan, perjuangan dan pengorbanannya yang begitu besar kepada
negara, Cut Nyak Dien dinobatkan menjadi pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Penobatan tersebut dikuatkan dengan SK
Presiden RI No.106 Tahun 1964, tanggal 2\

Mei 1964.

Anda mungkin juga menyukai