XI IPS 1
MELAWAN LUPA
Untuk menghindari konflik antara warga dengan tentara sekutu pada 29 desember 1945,
Pemerintah kota Bandung mengosongkan Bandung Utara dari penduduk rakyat Indonesia dengan rel
kereta api sebagai pemisah. Pembagiannya adalah masyarakat pribumi berada di Bandung Selatan
sedangkan orang-orang Eropa berada di Utara. Tetapi keputusan mengosongkan Bandung Utara
bukannya meredam benturan masyarakat pribumi dengan tentara sekutu tetapi konflik-konflik
masih tetap berlangsung bahkan malah semakin gencar, diseluruh wilayah kota Bandung terjadinya
penganiyaan oleh tentara NICA kepada rakyat. Sehingga pada 20 desember 1945 Brigade McDonald
membuat ultimatum yg berisi bahwa pada tanggal 24 maret 1946 tentara harus mundur 11 km.
Perintah dari Jakarta untuk mengosongkan kota Bandung bukan termasuk rakyat yg harus pergi,
tetapi barisan bersenjata yang harus keluar dari bandung karena merekalah yang selalu mengganggu
pekerjaan tentara Inggris.
Pada 24 maret 1946 sejumlah komandan batalyon berkumpul di markas polisi tentara di
Jalan Kepatihan Bandung , pertemuan yang dipimpin Panglima Komandan Divisi III Kolonel Abdul
Harits Nasution membahas ultimatum sekutu. Pada pertemuan tersebut disepakati bahwa semua
pegawai dan rakyat harus keluar dari kota bandung karena bandung akan dibumihanguskan, tujuan
dari rencana ini adalah agar jangan sampai tentara sekutu dan tentara NICA Belanda dapat
menggunakan kota Bandung sebagai markas strategi militer dalam perang kemerdekaan Indonesia,
karena saat itu kota Bandung ditutupi oleh kobaran api dan asap maka muncullah istilah Bandung
Lautan Api. Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada 27 Desember 1949
pemerintah dan rakyat berangsur angsur membantu membangun kembali pembangunan kota
Bandung dan sisa sisa dari pembakaran tersebut sudah tidak bersisa lagi.
Sebagai salah satu peristiwa perjuangan kemerdekaan Indonesia, peristiwa Bandung Lautan
Api merupakan cermin sempurna bahwa perjuangan panjang kemerdekaan Indonesia merebut dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia melibatkan hampir semua komponen anak bangsa serta
ditempuh dengan banyak cara, baik dengan cara perlawanan bersenjata maupun dengan jalur
diplomasi.