Anda di halaman 1dari 8

Rangkuman Peristiwa

“Bandung Lautan Api”

Nama : Fauzan Husni Hidayat


No : 13
Kelas : XI IPA 8
Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi pada tanggal 23 Maret 1946.
Ketika itu kondisi pertahanan dan keamanan setelah Indonesia
merdeka belum Kembali stabil.

Pada beberapa daerah terjadi pertempuran memperebutkan kembali


wilayah kekuasaan sekutu. Saat itu penduduk yang tinggal di
Bandung kemudian diungsikan, sementara bangunan-bangunan
penting dan rumah dibakar.

Kemudian peristiwa ini disebut juga sebagai Bandung Lautan Api.


Pembakaran rumah serta bangunan ini sendiri dilakukan untuk
mencegah sekutu serta tentara NICA Belanda menggunakan kota
Bandung sebagai markas militer.

Monumen Bandung Lautan Api sendiri berada di lapangan Tegallega,


Bandung. Monumen yang dibangun untuk mengenang peristiwa
bersejarah perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan.

Penyebab Terjadinya Bandung Lautan Api sendiri bermula pada


kedatangan sekutu dan NICA di Indonesia yang terjadi setelah Jepang
menyerah kepada sekutu. Pada 16 Agustus 1945 saat rombongan dari
perwakilan sekutu sedang berada di Tanjung Priok, Jakarta,
Rombongan ini dipimpin oleh Laksamana Muda W.R. Patterson.

Pasukan yang pada awalnya menjadi sekutu ini disambut baik oleh
masyarakat. Namun dengan kemunculan NICA yang kemudian
membuat Indonesia curiga.

NICA yang memberikan senjata kepada bekas anggota Koninklijk


Nederlands Indisch Leger (KNIL). Satuan KNIL ini kemudian
dibebaskan oleh Jepang dan bergabung dengan NICA.
Penyebab terjadinya peristiwa ini sendiri dimulai pada 12 Oktober
1945. Mengutip dari kemdikbud.go.id, Brigade MacDonald yang
datang bersamaan dengan pasukan sekutu. Ketika itu sekutu meminta
senjata api yang dimiliki penduduk untuk diserahkan, kecuali kepada
Polisi dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Orang-orang Belanda di kamp tahanan yang baru saja dikeluarkan


mengacaukan keamanan hingga akhirnya terjadi bentrokan antara
sekutu dan TKR.

Tanggal 24 November 1945, TKR kemudian mulai menyerang


markas sekutu di Bandung bagian utara. Serangan ini sendiri
dilakukan di Hotel Homan dan Hotel Preanger. Selain di Bandung,
aksi serupa juga terjadi di Surabaya, Manado, Sukabumi, Medan,
Ambarawa dan Biak.

Sejarah Bandung Lautan Api

Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald yang tiba di


Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945, dan dari semula sudah
bersitegang dengan pemerintah RI. Mereka kemudian menuntut agar
semua senjata api yang ada di tangan penduduk, kecuali TKR,
diserahkan kepadanya.

Orang-orang Belanda yang baru saja dibebaskan dari kamp tawanan


kemudian mulai melakukan tindakan-tindakan yang mengganggu
keamanan. Akibatnya, bentrokan bersenjata kemudian di antara
Inggris dan TKR.

Malam tanggal 21 November 1945, TKR serta badan-badan


perjuangan melancarkan serangan kepada kedudukan-kedudukan
Inggris bagian utara, termasuk di Hotel Homann serta Hotel Preanger
yang mereka gunakan sebagai markas.
Tiga hari setelahnya MacDonald kemudian menyampaikan ultimatum
pada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara segera dikosongkan
oleh penduduk Indonesia, termasuk dari pasukan bersenjata.

Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI)


sebagai sebutan bagi TNI pada saat itu untuk meninggalkan kota
Bandung kemudian mendorong TRI dalam melakukan operasi “bumi-
hangus”.

Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela jika Kota Bandung
kemudian dimanfaatkan oleh pihak Sekutu serta NICA. Keputusan ini
sendiri diambil untuk membumihanguskan Bandung melalui
musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) di
hadapan semua kekuatan perjuangan pihak RI, hingga akhirnya pada
tanggal 23 Maret 1946 Kolonel Abdoel Haris Nasoetion sebagai
Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah ini dan
memerintahkan evakuasi Kota Bandung.

Pada hari yang sama rombongan besar penduduk Bandung kemudian


mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu
pembakaran kota tersebut segera berlangsung

Dalam pertempuran ini Ramdan dan Muhammad Toha sebagai dua


anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam suatu misi
untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha
yang meledakkan gudang tersebut dengan dinamit.

Gudang ini kemudian terbakar dan meledak bersamaan dengan kedua


milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintah kota Bandung kemudian
tetap tinggal di dalam kota, demi menjaga keselamatan mereka, maka
pada pukul 21.00 itu juga ia turut serta dalam rombongan yang
mengevakuasi dari Bandung.

Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah
dikosongkan dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung
membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api. Pembumi-
hangusan Bandung ini dianggap sebagai strategi yang tepat dalam
Perang Kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI serta milisi
rakyat tidak sebanding jika dibandingkan dengan kekuatan pihak
Sekutu dan NICA yang berjumlah besar.

Setelah peristiwa ini berlangsung TRI bersama milisi rakyat


kemudian melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung.
Peristiwa ini mengilhami diciptakannya lagu Halo, Halo Bandung
yang nama penciptanya masih menjadi bahan perdebatan.

Beberapa tahun setelahnya lagu “Halo, Halo Bandung” secara resmi


ditulis dan menjadi kenangan akan emosi yang para pejuang
kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu, menunggu untuk
kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api.

Peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) sebagai suatu peristiwa


kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa Barat,
Indonesia yang terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 pukul tujuh jam,
dimana sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumahnya
serta meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan.

Hal ini sendiri dilakukan guna mencegah tentara Sekutu serta tentara
NICA Belanda dalam menggunakan kota Bandung sebagai markas
strategis militer dalam rangka Perang Kemerdekaan Indonesia.
Istilah Bandung Lautan Api kemudian digunakan sebagai istilah yang
terkenal setelah peristiwa pembumihangusan ini terjadi. Jenderal A.H
Nasution yang berperan sebagai Jenderal TRI dalam pertemuan di
Regentsweg (kini sebagai Jalan Dewi Sartika), setelah kembali dari
pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta, kemudian
memutuskan strategi terhadap Kota Bandung usai menerima
ultimatum dari Inggris tersebut.

Peristiwa Bandung Lautan Api sendiri menjadi inspirasi Ismail


Marzuki untuk menciptakan lagu Halo-Halo Bandung. Lagu yang
menggambarkan bagaimana semangat perjuangan masyarakat dalam
peristiwa tersebut. Berikut di bawah ini adalah tokoh-tokoh penting
peristiwa Bandung Lautan Api.
 Kolonel Abdul Haris Nasution sebagai komandan divisi III
kemudian menyampaikan musyawarah yang dilakukan pada 23
Maret 1946, juga memberi perintah dalam mengungsikan
masyarakat Kota Bandung.
 Mohammad Toha sebagai komandan pejuang dalam Bandung
Lautan Api. Ia diberikan misi untuk menghancurkan amunisi
serta senjata milik sekutu, di gudang senjata.
 Sutan Sjahrir dan Abdul Haris Nasution yang melakukan
rencana membumihanguskan kota Bandung.
 Atje Bastaman sebagai wartawan muda yang menuliskan koran
Suara Merdeka. Ade sendiri menuliskan peristiwa bersejarah ini
untuk liputannya.
 Mayor Rukana Mayor Rukana sebagai komandan polisi militer
di kota Bandung. Ialah yang mencetuskan ide membakar kota
Bandung untuk menyelamatkan wilayah dari kekuasaan sekutu.

Mengenang 10 Titik Stilasi dalam Peristiwa Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada 76 tahun silam atau
24 Maret 1946 merupakan momen penting bagi rakyat Indonesia,
khususnya masyarakat Kota Bandung. Saat-saat tersebut
masyarakatnya memilih membumihanguskan rumahnya dibanding
menyerahkannya kepada militer sekutu guna mempertahankan bumi
Sunda.

Sebagai bentuk penghormatan kepada perjuangan para pahlawan serta


Warga Bandung, dibuatlah monumen Bandung Lautan Api (BLA)
yang berlokasi di Lapangan Tegallega. Selain itu, Kota Bandung juga
memiliki 10 stilasi atau bukti yang tersebar di 10 titik.

Stilasi-stilasi ini sendiri digunakan sebagai penanda tempat pertama


kalinya pembacaan teks proklamasi oleh rakyat Bandung. Lokasi
peristiwa terjadinya perobekan bendera Belanda atau markas para
pejuang Bandung Lautan Api. Berikut ini adalah 10 stilasi Bandung
Lautan Api.
Jalan Ir H. Juanda – Sultan Agung
Stilasi ini berada di depan gedung bekas kantor berita Jepang, Domei
yang telah ada sejak tahun 1937. Menurut catatan sejarah, di kantor
berita inilah kemudian untuk pertama kalinya teks proklamasi
dibacakan oleh rakyat Bandung. Kali ini bangunan ini adalah Kantor
Bank BTPN.

Jalan Braga
Stilasi 2 ini berada persimpangan Jalan Braga serta Jalan Naripan
yang terletak di gedung Bank Jabar dahulunya bernama Gedung
Denis. Di gedung ini, pada Oktober 1945, pejuang Bandung Moeljono
serta E. Karmas merobek bendera Belanda.

Jalan Asia-Afrika
Stilasi 3 berada di depan Gedung Asuransi Jiwasraya di Jalan Asia-
Afrika atau tepatnya berada di seberang Masjid Raya Jawa Barat.
Dulunya, gedung ini digunakan sebagai markas resimen 8 yang
dibangun pada tahun 1922.

Jalan Simpang
Stilasi 4 ini berada pada sebuah rumah yang terletak di Jalan
Simpang. Di tempat inilah dilakukannya perumusan keputusan
pembumihangusan kota Bandung. Perintah meninggalkan kota
Bandung sendiri kemudian dikomandoi dari rumah ini. Rumah
tersebut kini dijadikan sebagai tempat tinggal dan masih sama dengan
bentuk aslinya.

SD Dewi Sartika
Stilasi 5 tidak berada jauh dari Jalan Otto Iskandardinata – Jalan
Kautamaan Istri. Tepatnya berada di depan SD Dewi Sartika.

Jalan Ciguriang
Stilasi 6 terletak di Jalan Ciguriang sebelah pusat perbelanjaan Yogya
Kepatihan. Stilasi 6 ini terletak di dalam sebuah rumah yang juga
difungsikan sebagai markas komando Divisi III Siliwangi pimpinan
kol. A.H. Nasution.
Persimpangan Lengkong Tengah
Lengkong Dalam Stilasi ini kemudian berada di persimpangan Jalan
Lengkong Tengah serta Jalan Lengkong Dalam, tepatnya berada
belakang kampus Unpas. Tempat ini kemudian menjadi tempat
bermukimnya masyarakat Indo – Belanda.

Jalan Jembatan Baru


Stilasi ke 8 selanjutnya berada di Jalan Jembatan baru yang digunakan
sebagai salah satu garis pertahanan pejuang saat terjadinya
pertempuran Lengkong.

Jalan Asmi
Stilasi 9 berada di SD ASMI, tepat di depan Jalan Asmi. Bangunan
utama Gedung ini tidak mengalami banyak perubahan. Tempat ini
kemudian digunakan sebagai markas pemuda pejuang, PESINDO dan
BBRI sebelum kemudian terjadilah peristiwa Bandung Lautan Api.

Gereja Gloria
Stilasi berikutnya berada di depan sebuah gereja yang terletak di jalan
ini. Gereja ini bernama Gloria, dulunya digunakan sebagai gedung
pemancar NIROM yang berfungsi untuk menyebarluaskan proklamasi
kemerdekaan ke seluruh Indonesia dan dunia. Di seberang stilasi
inilah, di Taman Tegallega, sebuah tugu kokoh bernama tugu
Bandung Lautan Api didirikan.

Anda mungkin juga menyukai