Anda di halaman 1dari 9

Nama : Sabilla Dheani

Kelas : 4B
NIM : 1808107061

SEJARAH LAGU HALO-HALO BANDUNG

Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di


kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 23 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam,
sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju
pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan
tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer
dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.

Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada tanggal 12


Oktober 1945. Sejak semula hubungan mereka dengan pemerintah RI sudah tegang. Mereka
menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk, kecuali TKR, diserahkan kepada
mereka. Orang-orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan mulai melakukan
tindakan-tindakan yang mulai mengganggu keamanan. Akibatnya, bentrokan bersenjata antara
Inggris dan TKR tidak dapat dihindari. Malam tanggal 21 November 1945, TKR dan badan-
badan perjuangan melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian utara,
termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger yang mereka gunakan sebagai markas. Tiga hari
kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung
Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia, termasuk pasukan bersenjata.

Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI, sebutan bagi TNI pada


saat itu) meninggalkan kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi "bumihangus".
Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela bila Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak
Sekutu dan NICA. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui
musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan
perjuangan pihak Republik Indonesia, pada tanggal 23 Maret 1946. Kolonel Abdoel Haris
Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan
memerintahkan evakuasi Kota Bandung.  Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung
mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu pembakaran kota berlangsung.

Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak
dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam
mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang
sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot,
sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Dalam
pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat
Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha
berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar
bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan
tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut
dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00
Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar
kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api.

Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi yang tepat


dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding
dengan kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Setelah peristiwa tersebut, TRI
bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini
mengilhami lagu Halo, Halo Bandung yang nama penciptanya masih menjadi bahan perdebatan.

Beberapa tahun kemudian, lagu "Halo, Halo Bandung" secara resmi ditulis, menjadi kenangan
akan emosi yang para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu, menunggu untuk
kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api.

Istilah Bandung Lautan Api menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa


pembumihangusan tersebut. Jenderal A.H Nasution adalah Jenderal TRI yang dalam pertemuan
di Regentsweg (sekarang Jalan Dewi Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan
Sjahrir di Jakarta, memutuskan strategi yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung setelah
menerima ultimatum Inggris tersebut.
"Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam pembicaraan
itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, disitu timbul pendapat dari
Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, “Mari kita bikin Bandung
Selatan menjadi lautan api.” Yang dia sebut lautan api, tetapi sebenarnya lautan air."-A.H
Nasution, 1 Mei 1997

Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26


Maret 1946. Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan
pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu
Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi.

Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita dan
memberi judul "Bandoeng Djadi Laoetan Api". Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan
judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi "Bandoeng Laoetan Api".
LIRIK ASLI “HALO HALO BANDUNG”

Hallo-hallo Bandung, ibu kota Pasundan


Hallo-hallo Bandung, kota kenang-kenangan

Lama sudah beta, ingin berjumpa pada mu

S'lagi hayat dan hasrat masih dikandung badan

Kita 'kan jumpa pula

Halo, halo Bandung, ibu kota Periangan


Halo, halo Bandung, kota kenang-kenangan

Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau

Sekarang telah menjadi lautan api

Mari bung rebut kembali

LIRIK “HALO HALO BANDUNG “ YANG SUDAH DI UBAH

*Halo-halo Bandung
Ibu kota Periangan
Halo-halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali

*2x
MAKNA LAGU “HALO HALO BANDUNG”

Halo halo bandung


artinya sapaan hangat untuk kota Bandung

Ibukota Periangan

artinya adalah merupakan pusat dari kota Periangan

Halo halo bandung

artinya menyapa lagi kota Bandung

Kota kenang-kenangan

artinya Bandung itu kota yang terkenang akan sejarahnya

Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau

artinya Beta itu orang Timur yang sudah lama gak jumpa dengan Kau seperti logat Batak,

Sekarang telah menjadi lautan api

artinya sekarang ini Bandung sudah jadi tempat penuh darah perjuangan

Mari bung rebut kembali

artinya ajakan untuk Bung untuk bisa mengambil kembali Bandung yang dibajak oleh
pihak lainnya.
CARA MEMAINKAN LAGU “HALO-HALO BANDUNG”

1. Rentangkan tangan agar tidak terkena tubuh seseorang di sampingnya pada saat
bernyanyi sambil bergerak
2. Sebelum bernyanyi, pemandu di depan menyanyikan lirik terakhir dari lagu “Halo halo
Bandung” agar saat mulai menyanyikan lagu tersebut tidak saling balap-balapan.
3. Setelah pemandu di depan menyanyikan lirik terakhir dari lagu “Halo halo Bandung”,
para peserta didik bisa menyanyikan lagu diikuti gerakan yang akan di sampaikan oleh
pemandu di depan.
4. Para peserta didi wajib mengikuti setiap gerakan-gerakan yang di sampaikan oleh
pemandu.
INFORMASI LAGU “HALO HALO BANDUNG”
Halo, Halo Bandung adalah salah satu lagu perjuangan Indonesia ciptaan Ismail
Marzuki yang menggambarkan semangat perjuangan rakyat kota Bandung dalam masa pasca-
kemerdekaan pada tahun 1946, khususnya dalam peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi
pada tanggal 23 Maret 1946.

Ismail Marzuki tampil bersama grup keroncong Lief Java pada sekitar tahun 1940
sebagai penyanyi dan penulis lagu di Studio Orkes NIROM II di Tegalega, Bandung, sebagai
bagian dari siaran radio NIROM (Nederlandsch-Indische Radio-omroepmaatschappij). Ismail
Marzuki kembali ke kota Batavia setelah menikahi rekan sesama penyanyi di grup, Eulis
Zuraidah.

Namun kenangan indah selama menetap di kota Bandung selalu melekat dalam
ingatannya. Hal tersebut mendorongnya untuk menciptakan lagu berbahasa sunda berjudul
"Hallo Bandung", serta beberapa lagu bertema serupa seperti "Bandung Selatan di Waktu
Malam" dan "Saputangan dari Bandung Selatan". Pada waktu itu ungkapan "Hallo Bandoeng"
sudah sangat dikenal sebagai tanda panggil dan sapaan pembuka oleh Radio Kootwijk saat
melakukan panggilan radio telegraf dengan kota Bandung. Ungkapan tersebut menjadi semakin
terkenal melalui lagu berbahasa Belanda berjudul "Hallo Bandoeng" oleh Willy Derby, yang
penjualannya mencapai lebih dari 50,000 kopi, suatu jumlah yang luar biasa pada jaman itu.

Versi awal dari lirik lagu "Hallo Bandung" menunjukkan bahwa pada awalnya lagu ini
lahir sebagai ungkapan rasa rindu yang sentimental, bukan dimaksudkan sebagai lagu
perjuangan. Kemudian selama masa pendudukan Jepang lagu ini diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia sebagai bagian dari propaganda pihak tentara Jepang, yang antara lain berusaha
mengikis pengaruh budaya Belanda serta mendorong penggunaan bahasa Indonesia di penjuru
wilayah jajahan. Walaupun begitu, versi kedua hasi terjemahan lagu tersebut tetap
menggambarkan maksud aslinya sebagai lagu kenangan.

Setelah pernyataan kekalahan Jepang, para pejuang kemerdekaan Indonesia kemudian


menghadapi masuknya tentara NICA Belanda serta tentara Sekutu dari Kerajaan Inggris, yang
berlangsung hingga selama empat tahun. Masa ini dikenal sebagai periode Revolusi Nasional.
Pada awal masa ini Ismail Marzuki bersama istri mengungsi ke Bandung demi menghindari
pendudukan tentara Inggris dan Belanda di Jakarta. Namun sayang tidak lama setelah mereka
menetap di Bandung, terbit ultimatum dari pihak Inggris yang memerintahkan pihak tentara
pejuang Indonesia untuk segera meninggalkan kota. Kemudian pihak pejuang Indonesia
membalas dengan sengaja membakar bangunan dan gedung di penjuru wilayah selatan kota
Bandung sebelum mereka meninggalkan kota pada 24 Maret 1946, yang kemudian dikenal
sebagai Bandung Lautan Api . Peristiwa ini mengilhami Ismail Marzuki beserta para pejuang
Indonesia saat itu untuk mengubah dua baris terakhir dari lirik lagu "Hallo Bandung" menjadi
lebih patriotis dan membakar semangat perjuangan. Segera setelah itu, lagu Halo, Halo Bandung
menjadi sangat dikenal dan menjadi salah satu lambang perjuangan kemerdekaan Indonesia
melawan penjajah

Anda mungkin juga menyukai