Kelas : 4B
NIM : 1808107061
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak
dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam
mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang
sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot,
sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Dalam
pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat
Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha
berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar
bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan
tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut
dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00
Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar
kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api.
Beberapa tahun kemudian, lagu "Halo, Halo Bandung" secara resmi ditulis, menjadi kenangan
akan emosi yang para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu, menunggu untuk
kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api.
Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita dan
memberi judul "Bandoeng Djadi Laoetan Api". Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan
judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi "Bandoeng Laoetan Api".
LIRIK ASLI “HALO HALO BANDUNG”
*Halo-halo Bandung
Ibu kota Periangan
Halo-halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali
*2x
MAKNA LAGU “HALO HALO BANDUNG”
Ibukota Periangan
Kota kenang-kenangan
artinya Beta itu orang Timur yang sudah lama gak jumpa dengan Kau seperti logat Batak,
artinya sekarang ini Bandung sudah jadi tempat penuh darah perjuangan
artinya ajakan untuk Bung untuk bisa mengambil kembali Bandung yang dibajak oleh
pihak lainnya.
CARA MEMAINKAN LAGU “HALO-HALO BANDUNG”
1. Rentangkan tangan agar tidak terkena tubuh seseorang di sampingnya pada saat
bernyanyi sambil bergerak
2. Sebelum bernyanyi, pemandu di depan menyanyikan lirik terakhir dari lagu “Halo halo
Bandung” agar saat mulai menyanyikan lagu tersebut tidak saling balap-balapan.
3. Setelah pemandu di depan menyanyikan lirik terakhir dari lagu “Halo halo Bandung”,
para peserta didik bisa menyanyikan lagu diikuti gerakan yang akan di sampaikan oleh
pemandu di depan.
4. Para peserta didi wajib mengikuti setiap gerakan-gerakan yang di sampaikan oleh
pemandu.
INFORMASI LAGU “HALO HALO BANDUNG”
Halo, Halo Bandung adalah salah satu lagu perjuangan Indonesia ciptaan Ismail
Marzuki yang menggambarkan semangat perjuangan rakyat kota Bandung dalam masa pasca-
kemerdekaan pada tahun 1946, khususnya dalam peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi
pada tanggal 23 Maret 1946.
Ismail Marzuki tampil bersama grup keroncong Lief Java pada sekitar tahun 1940
sebagai penyanyi dan penulis lagu di Studio Orkes NIROM II di Tegalega, Bandung, sebagai
bagian dari siaran radio NIROM (Nederlandsch-Indische Radio-omroepmaatschappij). Ismail
Marzuki kembali ke kota Batavia setelah menikahi rekan sesama penyanyi di grup, Eulis
Zuraidah.
Namun kenangan indah selama menetap di kota Bandung selalu melekat dalam
ingatannya. Hal tersebut mendorongnya untuk menciptakan lagu berbahasa sunda berjudul
"Hallo Bandung", serta beberapa lagu bertema serupa seperti "Bandung Selatan di Waktu
Malam" dan "Saputangan dari Bandung Selatan". Pada waktu itu ungkapan "Hallo Bandoeng"
sudah sangat dikenal sebagai tanda panggil dan sapaan pembuka oleh Radio Kootwijk saat
melakukan panggilan radio telegraf dengan kota Bandung. Ungkapan tersebut menjadi semakin
terkenal melalui lagu berbahasa Belanda berjudul "Hallo Bandoeng" oleh Willy Derby, yang
penjualannya mencapai lebih dari 50,000 kopi, suatu jumlah yang luar biasa pada jaman itu.
Versi awal dari lirik lagu "Hallo Bandung" menunjukkan bahwa pada awalnya lagu ini
lahir sebagai ungkapan rasa rindu yang sentimental, bukan dimaksudkan sebagai lagu
perjuangan. Kemudian selama masa pendudukan Jepang lagu ini diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia sebagai bagian dari propaganda pihak tentara Jepang, yang antara lain berusaha
mengikis pengaruh budaya Belanda serta mendorong penggunaan bahasa Indonesia di penjuru
wilayah jajahan. Walaupun begitu, versi kedua hasi terjemahan lagu tersebut tetap
menggambarkan maksud aslinya sebagai lagu kenangan.