Anda di halaman 1dari 2

Bandung Lautan Api

Pada 12 Oktober 1945, pasukan Inggris, Brigade McDonald dan Tentara Belanda tiba di Kota
Bandung. Mereka menuntut agar seluruh senjata api yang ada di tangan penduduk diserahkan
pada mereka. Selain melucuti senjata, mereka juga meminta bantuan untuk membebaskan
Tentara Jepang dan Tawanan Eropa.

Orang-orang Belanda yang baru dibebaskan dari tawanan mulai melakukan tindakan-
tindakan yang mulai mengganggu keamanan. Akibatnya, bentrokan bersenjata antara Inggris
dan TKR tidak dapat dihindari. Pada 21 November 1945 malam, TKR dan badan-badan
perjuangan melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian utara
yang digunakan sebagai markas.

Pada malam tanggal 21 November 1945, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan badan-badan
perjuangan melancarkan serangan terhadap posisi-posisi Inggris di bagian utara, termasuk
Hotel Homann dan Hotel Preanger yang mereka gunakan sebagai markas.Kolonel McDonald
menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan
oleh penduduk Indonesia, termasuk pasukan tentara.

Pada tanggal 25 November 1945 terjadi pertempuran di sejumlah daerah seperti Cihargeulis,
Sukajadi, Pasirkaliki, viaduct (jembatan di atas jalan) dan balai kereta api. Pesawat Inggris
menjatuhkan bom ke Lengkong Besar dan Cicadas. Di Lengkong Besar, Tentara Sekutu
berusaha membebaskan Tawanan Eropa.

Pada 27 November 1945, Kolonel MacDonald selaku panglima perang Sekutu sekali lagi
menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat, Mr. Datuk Djamin, agar rakyat dan
tentara segera mengosongkan wilayah Bandung Utara. Peringatan yang berlaku sampai
tanggal 29 November 1945 pukul 12.00 harus dipenuhi. Jika tidak, maka Sekutu akan
bertindak keras. Ultimatum kedua itu pun tidak digubris sama sekali. Beberapa pertempuran
terjadi di Bandung Utara. Pos-pos Sekutu di Bandung menjadi sasaran penyerbuan.

Pada tanggal 11 Maret 1946, pihak Sekutu berencana memindahkan basis militernya dari
Jakarta ke Bandung . Konvoi terpanjang dari gabungan terbesar tentara Sekutu pun dihadang
dalam perjalanan. Pertempuran pun bergolak selama lima hari. Pada tanggal 15 Maret 1946
Sekutu datang ke Bandung dengan babak belur. Tercatat sekitar 115 tentara sekutu luka
parah, 20 di antaranya bunuh. Didasari pada kerugian perang tersebutlah, Inggris memberikan
ultimatum melalui pesawat perang untuk mengosongkan kota Bandung selambat-lambatnya
tengah malam 24 Maret 1946. Hal tersebut juga didasari oleh rencana Sekutu yang ingin
menjadikan Bandung sebagai basis militer yang baru.

Tanggal 17 Maret 1946, Panglima Tertinggi AFNEI di Jakarta, Letnan Jenderal Montagu
Stopford, memperingatkan kepada Soetan Sjahrir selaku Perdana Menteri RI agar militer
Indonesia segera meninggalkan Bandung Selatan sampai radius 11 kilometer dari pusat kota.
Hanya pemerintah sipil, polisi, dan penduduk sipil yang diperbolehkan tinggal.
Tanggal 23 Maret 1946, Tentara Sekutu di bawah komando Kolonel McDonald
mengeluarkan ultimatum kedua. Bandung Selatan harus dikosongkan oleh rakyat sipil dan
milisi Indonesia. Tuntutan itu tentu ditolak dengan keras oleh TRI. Kemudian, pada tanggal
23 Maret 1946 pada pukul 21.00, bumi hangus kota pun dilakukan sebagian, yakni di
Banceuy, Cicadas, Braga dan Tegallega. Dan gedung pertama yang dibakar adalah Bank
Rakyat.

Eksekusi membumihanguskan Bandung dilakukan pada dini hari 24 Maret 1946. Dengan
terbakarnya Kota Bandung maka sekutu tidak bisa memakai Bandung sebagai markasnya.
Serangan dan aksi pembakaran oleh pejuang yang yakin 200 ribu orang dalam waktu tujuh
jam saja.

Pembumihangusan Bandung pun dimulai. Warga yang hendak meninggalkan rumah


membakarnya terlebih dahulu. Pasukan TRI punya rencana yang lebih besar lagi. TRI
merencanakan pembakaran total pada 24 Maret 1945 pukul 24.00, namun rencana ini tidak
berjalan mulus karena pada pukul 20.00 dinamit pertama telah meledak di Gedung Indische
Restaurant. Lantaran tidak sesuai rencana, pasukan TRI melanjutkan aksinya dengan
meledakkan gedung-gedung dan membakar rumah-rumah warga di Bandung Utara. Malam
itu, Bandung terbakar dan peristiwa itu kemudian dikenal dengan sebutan Bandung Lautan
Api.

Mutiara Rizky F.

Anda mungkin juga menyukai