Anda di halaman 1dari 17

Pertempuran di Bandung

Oleh kelompok 5:
• Ardhiani Zarffa n (5)
• Dela Elsa E.Z. (11)
• Erik Klaus K.K. (15)
Peta Konsep
Pertempuran
di Bandung

Pendahuluan

Latar Belakang

Tujuan

Ultimatum Pertama

Ultimatum Kedua
Bandung Lautan Api
Peristiwa pembakaran kota Bandung
Apa? oleh TRI dan 200.000 warganya

Sekutu melakukan ultimatum agar


warga bandung Utara mengosongkan
wilayah itu termasuk semua pasukan Mengapa?
bersenjata (TRI dan BRI)

TRI (Tentara Republik Indonesia),


BRI (Barisan Rakyat Indonesia)
Siapa dengan pasukan Inggris (Brigade
MacDonald) dan NICA
Akibat ultimatum itu, karena tidak rela
kota Bandung dimanfaatkan oleh sekutu
dan NICA. Hasil dari musyawarah rapat
Majdelis Persatoean Priangan mengambil
keputusan membumi-hanguskan Bandung Bagaimana?
dengan cara dibakar oleh TRI dan rakyat
Bandung
Bandung Lautan Api
Kejadian Bandung lautan api terjadi pada
tanggal 23 Maret 1946 semenjak
Kapan? Ultimatum Kedua, namun
dilatarbelakangi dari ultimatum pertama

Di kota Bandung Utara, Provinsi Jawa


Barat Dimana?

Asal Mula istilah Bandung lautan Api


Seorang wartawan muda, Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dari bukit Gunung
Leutik. Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman lalu menulis berita dan memberi judul Bandoeng Djadi Laoetan
Api. Karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi Bandoeng laoetan Api.
Pendahuluan
Beberapa pekan setelah proklamasi
kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,
pasukan Inggris sebagai wakil Sekutu
masuk ke Indonesia. Mereka datang
dengan misi untuk membebaskan warga
Eropa yang menjadi tawanan perang,
melucuti dan memulangkan tantara
Jepang, serta memulihkan tatanan di
seantero Indonesia sampai Belanda
dapat mengelola kembali bekas kawasan
jajahannya itu.
Pendahuluan
Pasukan Sekutu yang dipimpin Brigade MacDonald
yang merupakan bagian dari pasukan Inggris tiba di
Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945. Mereka
datang ke Bandung dalam rangka membebaskan dan
memulangkan tawanan perang (Allied Prisoners of War
and Internees/APWI) militer Belanda yang
dipenjarakan Jepang dan interniran yang berada di
kamp-kamp di Jawa Barat
Keamanan Rakyat (TKR) agar tugasnya dapat
berjalan lancar. Pihak Sekutu meminta agar penduduk
yang memiliki senjata menyerahkannya kepada pasukan
Sekutu. Di sisi lain, pihak TKR pun meminta Sekutu
agar membantu Republik Indonesia dalam hal
keamanan dan ketertiban, terutama mencegah
provokasi dari pihak Belanda yang mau menjajah
Indonesia kembali.
Pendahuluan

Pasukan Inggris sebagai wakil Sekutu masuk ke Indonesia untuk:


-membebaskan warga Eropa yang menjadi tawanan perang
-melucuti dan memulangkan tentara Jepang
-memulihkan tatanan di seantero Indonesia sampai Belanda dapat mengelola kembali bekas jajahan
Latar Belakang
Datangnya pasukan sekutu di bawah Brigade
MacDonald pada 12 Oktober 1945. Saat hubungan
antara pemerintah RI setempat sudah memanas,
sekutu justru datang dan meminta seluruh senjata api
yang dimiliki penduduk, kecuali milik Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) dan Polisi.

• Merebut pangkalan udara Andir dan pabrik senjata


bekas Artil-lerie Constructie Winkel
• Pembentukan Majelis Dewan Perjuangan
• Tidak ditanggapinya ultimatum Sekutu pada tanggal
21 November 1945
Tujuan

• Mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA


Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung
sebagai markas strategis militer dalam Perang
Kemerdekaan Indonesia.
• Peristiwa yang terjadi pada tanggal 24 Maret 1946
sengaja dilakukan dengan cara membumihanguskan
Bandung karena para pejuang dan warganya
tak rela wilayah tersebut dikuasai Sekutu.
Ultimatum Pertama
21 November 1945, MacDonald menyampaikan
ultimatum kepada gubernur Jawa Barat Mr Datuk Djamin:
"Bagian Utara kota Bandung harus dikosongkan dan juga
menyerahkan senjata yang dirampas dari tentara jepang
oleh pihak selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945"
Ancaman tersebut tidak digubris oleh para pejuang
Indonesia.

Malam 24 November 1945, TKR & badan-badan


perjuangan melancarkan serangan ke markas sekutu di
bagian Utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel
preanger. (sejak saat itu sering terjadi bentrokan senjata
antara TKR dengan tentara sekutu) Kota Bandung terbagi
menjadi dua Bandung Utara dan Bandung Selatan. Bandung
TKR dikuasai sekutu karena persenjataan Pasukan TKR yang
tidak memadai.
Ultimatum Kedua

23 Maret 1946, Tentara sekutu mengeluarkann


Ultimatum kedua yang isinya "Menuntut agar semua
masyarakat dan para pejuang TRI mengosongkan bagian
selatan kota Bandung paling lambat malam hari tanggal 24
Maret 1946“ Ultimatum Inggris ditolak karena
mengungsikan belasan ribu tentara dan laskar dalam waktu
singkat dianggap tidak memungkinkan. Oleh karena itu,
Kolonel Nasution menemui Panglima Hawthorn di Bandung
Utara. Panglima Hawthorn bersikeras bahwa ultimatum
tidak dapat diganggu gugat.
Ultimatum Kedua
Pada saat itu datang dua buah surat perintah yang
isinya membingungkan, yaitu :

Dari perdana Menteri Amir Syarifudin, Bahwa para


pejuang / pasukan RI harus mundur dari kota Bandung
sesuai dengan perjanjian antara pemerintah RI dengan
Sekutu yang saat itu sedang berlangsung di Jakarta.

Dari Panglima TKR (Jenderal Sudirman), Bahwa para


pejuang/pasukan RI harus mempertahankan Kota bandung
sampai titik darah penghabisan.

Menghadapi dua perintah yang berbeda ini,


akhirnya pada 24 Maret 1946 pukul 10.00 WIB, para
petinggi TRI mengadakan rapat untuk menyikapi
perintah PM Sjahril di Markas Divisi III TKR.
Ultimatum Kedua
24 Maret 1946, pukul 10. 00 WIB,
Petinggi TRI mengadakan rapat. Yang dihadiri
• Komandan Divisi III kolonel Nasution,
• komandan resimen 8 Letkol Omon Abdurrahman
• Komandan batalyon II Mayor Sumarsono
• Komandan Batalyon III Mayor Ahmad Wiranatakusumah
• Ketua MP3 Soetooko
• Komandan Polisi Tentara Rukana
• Perwakilan tokoh masyarakat dan pejuang Bandung.

Menurut hasil rapat, bumi hangus akan dilakukan pada


tanggal 24 Maret pukul 00.00. Ternyata, bumi hangus
dilaksanakan lebih awal yakni pukul 21.00. Gedung pertama
yang diledakkan ialah Bank Rakyat. Disusul dengan
pembakaran tempat seperti Banceuy, Cicadas, Braga dan
Tegalega. Anggota TRI membakar sendiri asrama – asrama
mereka.
Ultimatum Kedua
Pada tanggal 24 Maret 1946, pukul 21.00 malam,
bumi hangus sudah mulai dilaksanakan dengan peledakan
Bank Rakyat, disusul peledakan bangunan lain.

Aksi pembakaran juga dilakukan di Cicadas,


Banceuy, Braga, dan Tegallega. Anggota TRI membakar
sendiri markas dan asrama mereka serta bangunan
penting lainnya. Selain itu, rakyat membakar sendiri
rumah-rumah mereka.

Setelah Bandung menjadi lautan api, sekitar 200


ribu warga kota tersebut mengungsi ke wilayah selatan
dan timur Jawa Barat. Mereka mengungsi ke Ciparay,
Dayeuhkolot, Ciwedey, Pangalengan, Banjaran, Soreang,
dan Majalaya. Bahkan, sebagian mengungsi hingga Garut
dan Tasikmalaya. Mereka tinggal di rumah penduduk
yang bersedia menampung dan baru kembali setelah
merasa aman.
Akhir Pertempuran
Di Bandung, pasukan TRI terus melakukan serangan kepada
pihak Sekutu dan Belanda yang menguasai kota.
Pertempuran yang paling besar yang mengiringi peristiwa
BLA terjadi di gudang amunisi milik tentara Sekutu di Desa
Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung pada 11 Juli 1946.

Dalam pertempuran tersebut, Mohammad Toha dan


Mohammad Ramdan, dua anggota milisi Barisan Benteng
Rakyat Indonesia (BBRI), terlibat dalam misi untuk
menghancurkan gudang amunisi.

Kedua anak muda itu berhasil meledakkan gudang amunisi


tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan
terbakar bersama kedua milisi tersebut. Kedua tokoh yang
tewas dalam pertempuran tersebut dikenang sebagai
pahlawan dalam peristiwa Bandung Lautan Api.

Mohammad Toha
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai