Anda di halaman 1dari 35

BANDUNG

LAUTAN API

Oleh Kelompok 5 Kelas XI IPA 6


ANGGOTA KELOMPOK:
• Andi Muhammad Reza anugrah (5)
• Fariska Humairah (13)
• Listra Avriel Delima (21)
• Nihlah Fadhilah Ukhraini jibril (29)
PETA KONSEP
LATAR BELAKANG
BANDUNG LAUTAN API
TERJADINYA BANDUNG
LAUTAN API

ULTIMATUM SEKUTU
21 NOVEMBER 1945

ULTIMATUM TANGGAL
23 MARET 1946

PENGOSONGAN
BANDUNG
Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa
kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung,
provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 23 Maret
1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000
penduduk Bandung membakar rumah mereka,
meninggalkan kota menuju pegunungan di
daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan
untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara
NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota
Bandung sebagai markas strategis militer dalam
Perang Kemerdekaan Indonesia.
APA YG MELATAR BELAKANGINYA ???
Pada 12 Oktober 1945,tentara sekutu pimpinan
Brigadir McDonald memasuki kota bandung.
Tentara sekutu bersama tentara NICA
menduduki dan menguasai kantor-kantor
penting. Di Gedung DENIS, Jalan Braga terjadi
insiden perobekan warna biru bendera
Belanda, sehingga warnanya tinggal merah dan
putih menjadi bendera Indonesia. Perobekan
tersebut dilakukan oleh seorang pemuda
Indonesia bernama Mohammad Endang
Karmas, dibantu oleh Moeljono.
Gedung DENIS
ULTIMATUM PERTAMA
Pada 21 November 1945, McDonald
menyampaikan ultimatum kepada Gubernur
Jawa Barat Mr Datuk Djamin
ISI ULTIMATUM PERTAMA
“Bagian utara kota
Bandung harus
dikosongkan dan juga
menyerahkan senjata
yang dirampas dari
tentara jepang oleh pihak
indonesia selambat-
lambatnya tanggal 29
November 1945”
Namun ancaman itu tidak digubris oleh
para pejuang indonesia. Malam 24
November 1945, TKR dan badan-badan
perjuangan melancarkan serangan ke
markas sekutu di bagian utara, termasuk
Hotel Homann dan Hotel Preanger.

Sejak saat itu sering terjadi bentrokan


senjata antara TKR dengan tentara sekutu.
Kota bandung terbagi menjadi dua,
Bandung Utara dan Bandung Selatan.
Oleh karena persenjataan yang tidak
memadai pasukan TKR tidak dapat
mempertahankan Bandung Utara dan
akhirnya dikuasai sekutu.
ULTIMATUM KEDUA
Pada 23 Maret 1946,tentara sekutu
mengeluarkan Ultimatum kedua yang
isinya :

“Menuntut agar semua masyarakat dan


para pejuang TRI mengosongkan bagian
selatan kota bandung paling lambat
malam hari tanggal 24 Maret 1946”

Perlu diketahui sejak 24 Januari 1946, TKR


telah berubah namanya menjadi TRI.
SURAT PERINTAH
Lalu muncul surat perintah dari Perdana Menteri
Amir Syarifudin dan Jendral Soedirman.

AMIR SYARIFUDIN JENDRAL SOEDIRMAN


SURAT PERINTAH
DARI PERDANA MENTERI

Bahwa para pejuang /


pasukan RI harus
mundur  dari kota Bandung
sesuai dengan perjanjian
antara pemerintah RI dengan
Sekutu yang saat itu sedang
berlangsung di Jakarta
SURAT PERINTAH
DARI JENDRAL SOEDIRMAN

• Bahwa para
pejuang/pasukan RI
harus mempertahankan
Kota Bandung sampai
titik darah penghabisan
RAPAT MUSYAWARAH MAJELIS
PERSATUAN PERJUANGAN PARIANGAN
(MP3)
Menghadapi dua perintah yang berbeda ini, akhirnya pada 24
Maret 1946 pukul 10.00 WIB, para petinggi TRI mengadakan
rapat. Rapat ini dihadiri para pemimpin pasukan Komandan
Divisi III Kolonel Nasution, Komandan Resimen 8 Letkol Omon
Abdurrahman, Komandan Batalyon I Mayor Abdurrahman,
Komandan Batalyon II Mayor Sumarsono, Komandan
Batalyon III Mayor Ahmad Wiranatakusumah, Ketua MP3
Letkol Soetoko, Komandan Polisi Tentara Rukana, dan
perwakilan tokoh masyarakat dan pejuang Bandung.
Mereka sepakat untuk mematuhi perintah dari pemerintah
pusat. Namun,mereka tidak mau menyerahkan bagian
selatan kota bandung itu secara utuh kepada musuh.
Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam militer di
Bandung, Nasution akhirnya memutuskan untuk
mentaati keputusan pemerintah RI. Keputusan ini berisi
beberapa poin, di antaranya TRI akan mundur sambil
melakukan melakukan infiltrasi atau bumi hangus,
hingga Bandung diserahkan dalam keadaan tidak utuh.
Lalu rakyat akan diajak mengungsi bersama TRI. Selama
pengungsian, TRI dan pejuang akan melakukan
perlawanan dengan taktik gerilya ke Bandung Utara
dan Selatan yang dikuasai musuh. 
Rakyat diungsikan keluar kota bandung. Para anggota TRI dengan
berat hati meninggalkan bandung selatan. Sebelum ditinggalkan,
Bandung Selatan dihanguskan oleh para pejuang dan anggota TRI
dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung
Selatan sebagai markas strategis militer.

Walaupun demikian,pertempuran tetap berlangsung. Anggota TRI


dan pemuda menggunakan taktik perang gerilya. Pertempuran
yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, Bandung Selatan,
di mana terdapat Gudang Amunisi besar milik Tentara Sekutu.
Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Muhammad
Ramdan, dua pejuang BRI (Barisan Rakyat Indonesia) ikut
berperang untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut.
Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan
dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua
pejuang tersebut di dalamnya. Rangkaian peristiwa ini terjadi
pada Malam hari tanggal 24 Maret 1946.
ASAL MULA ISTILAH
“BANDUNG LAUTAN API”

• Seorang wartawan muda saat


itu, yaitu Atje Bastaman,
menyaksikan pemandangan
pembakaran Bandung dari
bukit Gunung Leutik di sekitar
Pameungpeuk, Garut. Dari
puncak itu Atje Bastaman
melihat Bandung yang
memerah dari Cicadas sampai
dengan Cimindi.
• Setelah tiba di Tasikmalaya,
Atje Bastaman dengan
bersemangat segera menulis
berita dan memberi judul
Bandoeng Djadi Laoetan Api.
Namun karena kurangnya
ruang untuk tulisan judulnya,
maka judul berita
diperpendek menjadi
Bandoeng Laoetan Api.
ASAL USUL “HALO-HALO BANDUNG”
• Sejarah heroic itu tercatat dalam sejarah
bangsa Indonesia sebagai peristiwa Bandung
Lautan Api (BLA). Lagu Halo-halo Bandung
ciptaan Ismail Marzuki menjadi lagu
perjuangan pada saat itu. NICA Belanda
berhasil menguasai Jawa Barat melalui
Perjanjian Renville (17 Januari 1948).

• Beberapa tahun kemudian, lagu "Halo-Halo


Bandung" ditulis untuk melambangkan
emosi mereka, seiring janjinya akan kembali
ke kota tercinta, yang telah menjadi lautan
api.
MEDAN AREA
LATAR BELAKANG
1. Bekas tawanan yang menjadi arogan dan sewenang-wenang.
2. Ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan
menginjak-injak lencana merah putih. Insiden ini terjadi di
hotel di Jalan bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945.
Saat itu seorang penghuni hotel (Pasukan NICA) merampas
dan menginjak-injak lecana Merah Putih yang dipakai
pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para
pemuda. Akibatnya, terjadi perusakan dan penyerangan
terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA.
3. Pemberian batas daerah Medan secara sepihak oleh Sekutu
dengan memasang papan pembatas yang bertuliskan “Fixed
Boundaries Medan Area” di sudut-sudut pinggiran Kota
Medan.
• Pada tanggal 18 Oktober 1945 Sekutu
mengeluarkan ultimatum yang isinya :
1. Melarang rakyat membawa senjata
2. Semua senjata harus diserahkan kepada pasukan
Sekutu

• Karena ultimatumnya tidak dihiraukan oleh rakyat


Medan, Pasukan Sekutu mengerahkan kekuatannya
untuk menggempur kota Medan dan sekitarnya.
Serangan Sekutu ini dihadapi dengan gagah berani
oleh pejuang RI dibawah koordinasi kolonel Ahmad
Tahir
KRONOLOGI PERTEMPURAN
Pada tanggal 24 Agustus 1945, antara
pemerintah Kerajaan Inggris dan Kerajaan
Belanda tercapai suatu persetujuan yang
terkenal dengan nama civil Affairs Agreement.
Dalam persetujuan ini disebutkan bahwa
panglima tentara pendudukan Inggris di
Indonesia akan memegang kekuasaan atas
nama pemerintah Belanda.
• Pada tanggal 27 Agustus 1945 rakyat Medan
baru mendengar berita proklamasi yang
dibawa oleh Mr. Teuku Moh Hassan sebagai
Gubernur Sumatera. Menanggapi berita
proklamasi para pemuda dibawah pimpinan
Achmad tahir (seorang mantan perwira
tentara sukarela) membentuk barisan
Pemuda Indonesia. Mereka mengambil alih
gedung-gedung pemerintahan dan merebut
senjata dari tangan tentara Jepang.
MR. TEUKU MOH HASSAN
Pada tanggal 9 Oktober 1945 Pasukan Inggris
dibawah pimpinan Brig.Jendral T.E.D Kelly mulai
mendarat di Medan (Sumatra Utara). Tentara
NICA yang telah dipersiapkan untuk mengambil
alih pemerintahan ikut membonceng pasukan
inggris , mereka menduduki beberapa hotel di
Medan.
BRIG.JENDRAL. T.E.D KELLY
Pasukan Inggris bertugas untuk membebaskan
tentara Belanda yang ditawan Jepang. Para
tawanan dari daerah Rantau Prapat,Pematang
Siantar, dan Brastagi dikirim ke Medan atas
persetujuan Gubernur Moh.Hasan. Setelah
dibebaskan kelompok tawanan itu dibentuk
menjadi “Medan Batalyon KNIL “ .
Pasukan KNIL Belanda
• Pada tanggal 10 Oktober
1945 dibentuklah TKR
(Tentara Keamanan
Rakyat) Sumatera Timur.
Anggotanya para
pemuda bekas Giyugun
dan Heiho Sumatera
Timur yang dipimpin
oleh Ahmad Tahir.
Te n t a r a K e a m a n a n R a k y a t
• Pada tanggal 13 Oktober 1945 terjadi insiden di
sebuah hotel di Jalan Bali, Medan. Seorang anggota
NICA menginjak-injak bendera merah putih yang
dirampas dari seorang pemuda. Pemuda-pemuda
Indonesia marah. Hotel tersebut dikepung dan
diserang oleh para pemuda dan TRI (Tentara
Republik Indonesia). Terjadilah pertempuran. Dalam
peristiwa itu banyak pasukan NICA terluka.
Peperangan pun menjalar ke Pematang Siantar dan
Brastagi.
• Masih pada bulan yang sama pasukan sekutu
Inggris mengultimatum para pemuda dan
rakyat dikota Medan agar menyerahkan
senjatanya pada sekutu dan yang tidak
melakukannya maka ditembak mati. Tetapi
ultimatum tersebut tidak dihiraukan rakyat.

• Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu


memasang papan-papan yang bertuliskan
Fixed Boundaries Medan Area di berbagai
sudut kota Medan.
• Pada tanggal 10 desember 1945, Sekutu dan NICA
melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota
Medan. Serangan ini menimbulkan banyak korban di
kedua belah pihak.

• Pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan


pertemuan antara komandan-komandan pasukan yang
berjuang di Medan Area. Pertemuan tersebut
memutuskan dibentuknya satu komando yang
bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan
Area. Komandan ini terus mengadakan serangan
terhadap Sekutu hampir di seluruh wilayah Sumatera
antara lain di Pandang, Bukit tinggi dan Aceh.
Medan Area berakhir pada 15 Februari 1947 setelah ada
perintah dari Komite Teknik Gencatan Senjata untuk
menghentikan kontak senjata

Sesudah itu Panitia Teknik genjatan senjata melakukan


perundingan pada tanggal 10 Maret 1947 untuk
menetapkan garis-garis demarkasi yang definitif untuk
Medan Area.

Pada tanggal 14 Maret 1947 dimulailah


pemasangan patok-patok pada garis demarka­si
itu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai