Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fariid Fikri

NIM : 2019310010
Kelas : B Muamalah
Dosen : Dr. H. Azmi Yahya, MM

1. Bunga bank konvensional Asumsi selalu untung, Didasarkan pada jumlah uang (pokok),
pinjaman Nasabah kredit harus tunduk pada pemberlakuan perubahan tingkat suku bunga ertentu
secara sepihak oleh bank, sesuai dengan fluktuasi tingkat suku bunga di pasar uang. Pembayaran
bunga yang sewaktu-waktu dapat meningkat atau menurun tersebut tidak dapat dihindari oleh
nasabah di dalam masa pembayaran angsuran kreditnya. Tidak tergantung pada kinerja usaha.
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat meskipun jumlah keuntungan berlipatganda saat
keadaan ekonomi sedang baik Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa
pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

Bagi hasil bank syariah Ada kemungkinan untung/rugi Didasarkan pada rasio bagi hasil dari
pendapatan/keuntungan yang diperoleh nasabah pembiayaan Margin keuntungan untuk bank
(yang disepakati bersama) yang ditambahkan pada pokok pembiayaan berlaku sebagai harga jual
yang tetap sama hingga berakhirnya masa akad. Porsi pembagian bagi hasil berdasarkan nisbah
(yang disepakati bersama) berlaku tetap sama, sesuai akad, hingga berakhirnya masa perjanjian
pembiayaan (untuk pembiayaan konsumtif) Jumlah pembagian bagi hasil berubah-ubah
tergantung kinerja usaha (untuk pembiayaan berdasarkan bagi hasil) Bagi hasil tergantung pada
keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka
kerugian akan ditanggung bersama kedua pihak

2. -Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan dorongan iman,
cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi keamanan, memberikan didikan islami pada
anak istrinya, memberikan sandang pangan, papan yang halal, menjadi pemimpin keluarga yang
mampu mengajak anggota keluaganya menuju ridha Allah dan surga -Nya serta dapat
menyelamatkan anggota keluarganya dario siksa api neraka.
. -Istri berusaha menjalankan kewajibann ya sebagai istri dengan dorongan ibadah dan berharap
ridha Allah semata. Seperti melayani suami, mendidik putra-putrinya tentan agama islam dan
ilmu pengetahuan, mendidik mereka dengan akhlak yang mulia, menjaga kehormatan keluarga,
memelihara harta suaminya, dan membahagiakan suaminya.
-Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya, saling menghargai,
merasa saling membutuhkan dan melengkapi, menghormati, mencintai, saling mempercai
kesetiaan masing-masing, saling keterbukaan dengan merajut komunikasi yang intens
-Berkomitmen menempuh perjalanan rumah tangga untuk selalu bersama dalam mengarungi
badai dan gelombang kehidupan.

-Suami mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah atau ibadah bersama-sama, seperti
suami mengajak anak istrinya bersedekah pada fakir miskin, dengan tujuan suami mendidik
anaknya agar gemar bersedekah, mendidik istrinya agar lebih banyak bersukur kepada Allah
SWT, berzikir bersama-sama, mengajak anak istri membaca al-qur’an, berziarah qubur,
menuntut ilmu bersama, bertamasya untuk melihat keagungan ciptaan Allah SWT. Dan lain-lain.

-Suami istri selalu memohon kepada Allah agar diberikan keluarga yang sakinah mawaddah wa
rohmah

-Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi diri untuk melakukan
perbaikan dimasa yang akan datang. Misalkan, suami istri, dan anak-anaknya saling meminta
maaf pada anggota keluarga itu pada setiap hari kamis malam jum’at. Tujuannya hubungan
masing-masing keluarga menjadi harmonis, terbuka, plong, tanpa beban kesalahan pada
pasangannnya, dan untuk menjaga kesetiaan masing-masing anggota keluarga.

-Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah keluarga. Dan ketika
terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-cepat memohon perlindungan kepada Allah
dari keburukan nafsu amarahnya.-

3. a. Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank selaku pemilik dana (shahibul maal)
dengan nasabah selaku (mudharib) yang mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengelola
suatu usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi
bersama berdasarkan nisbah yang disepakati.
Akad mudharabah digunakan oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permodalan
bagi nasabah guna menjalankan usaha atau proyek dengan cara melakukan penyertaan modal
bagi usaha atau proyek yang bersangkutan.
b. Mudharabah Muqayyadah
Akad Mudharabah ini memiliki karakteristik yaitu pemilik dana/modal (shahibul maal) memiliki
kewenangan untuk melakukan apa saja atau mengintervensi bisnis yang berjalan agar berhasil
dan sesuai dengan tujuan bisnis yang telah disepakati antar kedua belah pihak.Jadi misalkan kita
punya bisnis peternakan ikan, terus kita melakukan akad mudharabah dengan salah satu investor.
investor tersebut berhak untuk mengintervensi bisnis kita sehingga ia dapat merubah sistem
dalam bisnis kita semisal cara penjualan, rekrutmen sdm, pengelolaan keuangan dan sebagainya.
Mudharabah Mutlaqah
Lain halnya dengan mudharabah muqayyadah yang mana shahibul maal memiliki hak untuk
intervensi bisnis, pada mudharabah mutlaqah, si shahibul maal tidak memiliki hak untuk
mengatur bisnis milik seorang pengusaha.
Jadi ketika ada kesepakatan akad mudharabah antara shahibul maal dengan mudharib
(pengusaha) maka kewenangan untuk mengatur usaha 100% adalah hak dari pengusaha. Pemilik
modal tidak memiliki hak untuk mengatur usaha yang ia berikan modal.
C. 1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah
meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi
disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negatif spread.
3.Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah
sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selektif atau hati – hati mencari usaha yang benar – benar halal, aman, dan
menguntungkan karena keuntungan yang konkrit dan benar – benar terjadi itulah yang akan
dibagikan.
5 Prinsip bagi hasil dalam al – mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank
akan menagih penerima pembiayaan ( nasabah ) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan
yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

4. Bangkai (Al- Maitah)


Di Dalam Al-Qur’an Surat Al- Maidah ayat 3 Allah SWT telah menjelaskan bahwa disebut
dengan bangkai dan diharamkan untuk dimakan apabila ada hewan yang mati secara tidak wajar
atau tanpa melalui proses penyembelihan yang disyariatkan dalam ajaran islam, seperti :

- Hewan yang mati dalam keadaan tercekik


- Hewan yang mati karena dipukul dengan menggunakan suatu benda
- Hewan yang mati karena terjatuh dari ketinggian
Al-Jalalah (Hewan yang Memakan Kotoran)
Yang dimaksud dengan al-jalalah adalah semua jenis hewan baik yang berkaki dua maupun
berkaki empat yang makanannya adalah kotoran, baik itu kotoran manusia maupun kotoran
hewan lainnya. Contohnya :
- Babi,Tidak hanya dagingnya saja yang diharamkan, akan tetapi seluruh bagian dari tubuh babi
yang diolah baik dalam bentuk makanan maupun produk lainnya diharamkan untuk dikonsumsi
dan dipergunakan
Darah yang Mengalir
Mengkonsumsi darah sebagai makanan atau minuman merupakan kebiasaan orang-orang
jahiliyyah dahulu, dimana darah dari hewan yang terkumpul ketika mereka sembelih seperti unta
maupun hewan lainnya nantinya akan mereka olah menjadi makanan atau minuman.
Dalam Al- Qur’an surat Al- An’am telah disebutkan bahwa yang diharamkan itu adalah darah
yang mengalir, jadi dengan demikian darah-darah sisa yang masih menempal pada daging
maupun tulang hewan yang disembelih tidaklah diharamkan.
Minuman Keras atau Khamar
Minuman keras atau khamar juga termasuk ke dalam makanan dan minuman haram. Minuman
keras yang dimaksud dalam jenis minuman ini adalah minuman yang mengandung alkohol dan
diharamkan dalam islam segala minuman yang memabukkan.
Hewan yang Disembelih atas Nama Selain Allah SWT
Dalam beberapa ayat Al-Qur’an seperti Surat Al- Maidah ayat 3 dan Surat Al- Baqarah ayat 173
telah menyebutkan bahwasannya hewan yang disembelih atas nama selain Allah hukumnya
adalah haram. Contohnya penjual daging sapi atau kambing menyembelih kedua hewan tersebut
tanpa menyebut nama Allah SWT.

5. Pengertian Hibah

Hibah adalah pemberian sesuatu dari seseorang kepada orang lain dan diserahkan
kepemilikannya secara langsung ketika dia masih hidup dengan niat sadaqah. Hal ini
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab al-Fiqhu al-Manhaji Ala Madzhabi al-Imam asy-
Syafi’iy:
"Hibah secara istilah syar’i adalah akad kepemilikan suatu benda dengan tanpa imbalan dan
diserahkan semasa masih hidup sebagai bentuk sadaqah tathawwum."
Jadi pada intinya hibah adalah pemberian sesuatu yang dilakukan oleh si pemilik harta sebelum
meninggal dunia. Maka ketika orang tua sebelum wafat mengumpulkan semua anak-anaknya dan
ingin memberi harta atau bagi-bagi harta kepada mereka maka akad yang seperti ini disebut
dengan hibah.
Pengertian Wasiat
Wasiat adalah pemberian sesuatu dari seseorang kepada orang lain ketika dia masih hidup
dengan niat sadaqah. Akan tetapi penyerahan kepemilikannya dilakukan ketika setelah
meninggal dunia. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab al-Fiqhu al-Manhaji
Ala Madzhabi al-Imam asy-Syafi’iy:
"Wasiat secara istilah syar’i adalah akad tabarru’ atas hak kepemilikan harta yang diserahkan
setelah meninggal dunia."
Jadi pada intinya wasiat adalah pemberian yang dilakukan oleh si pemilik harta dengan syarat
penyerahan kepemilikan harta tersebut dilakukan setelah si pemilik harta meninggal dunia.
Sebagai contoh ketika orang tua sebelum wafat mengumpulkan semua anak-anaknya dan
mengatakan.

Syarat Hibah
 Pemberi hibah wajib memiliki harta yang akan diberikan secara legal.
 Harta tersebut harus diberikan dengan rasa tulus dan tanpa paksaan dari pihak manapun.
 Orang yang akan memberikan hibah wasiat wajib berusia setidaknya 21 tahun, berakal
sehat, dan tulus ingin memberikan sebagian hartanya.
 Harta yang dihibahkan baru dapat dipindahtangankan setelah pemberi meninggal dunia.
 Pemberian atau pembuatan wasiat dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan dengan
kehadiran dua orang saksi.
Dalam surat pernyataan hibah wasiat tersebut, pembuat harus menyatakan secara tegas siapa saja
yang akan menerima hibah, nilai harta benda, serta hal-hal lain terkait penyerahan harta. Jika
hibah wasiat tersebut dibuat secara tertutup atau rahasia, akta atau surat akan disimpan oleh
notaris.

Anda mungkin juga menyukai