Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada dua pendapat yang bertentangan di tengah pengajaran bahasa Indonesia.
Di satu sisi, banyak keluhan yang dilontarkan oleh masyarakat terhadap penguasaan
bahasa Indonesia si anak didik. Keluhan itu terutama karena si anak didik dianggap
kurang mampu menggunakan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun secara
tertulis. Di sisi lain, di sebagian siswa / mahasiswa mengatakan pembelajaran
bahasa Indonesia sangat membosankan karena mereka sudah merasa bisa dan
penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa/
mahasiswa menjadi lemah dalam penangkapan materi (Haris, 2008).
Salah satu keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh pendekatan yang
digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Banyak pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan dan guru harus cermat dalam memilih
pendekatan mana yang cocok digunakan untuk lingkungannya.
Anthony (dalam Ramelan, 1982) mengatakan bahwa pendekatan mengacu
pada seperangkat asumsi yang saling berkaitan dengan sifat bahasa, serta
pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode.
Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi menganggap bahasa
sebagai kebiasaan, ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem
komunikasi yang pada dasarnya dilisankan , dan ada lagi yang menganggap bahasa
sebagai seperangkat kaidah.
Pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dipandang sesuai dengan
seperangkat asumsi yang saling berkaitan, yakni pendekatan kontekstual,
pendekatan komunikatif, pendekatan terpadu, dan pendekatan proses. Menurut
Aminuddin (1996) pendekatan merupakan seperangkat wawasan yang secara
sistematis digunakan sebagai landasan berpikir dalam menentukan metode, strategi,
dan prosedur dalam mencapai target hasil tertentu sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari pendekatan pembelajaran itu?
2. Apa sajakah macam dari pendekatan pembelajaran tersebut?
3. Bagaimana langkah-langkah dan manfaat pendekatan tersebut?

C. Tujuan Penulisa
1. Mengetahui pengertian dari pendekatan.
2. Mengetahui macam dari pendekatan pembelajaran.
3. Mengetahui langkah-langkah serta manfaat dari pendekatan itu sendiri.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan
Pendekatan menurut Edwar M.Anthoni, 1963 adalah seperangkat asumsi
korelatif yang menangani hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan pembelajaran
bahasa. Pendekatan bersifat aksiomatik. Metode merupakan rencana keseluruhan
penyajian bahasa secara rapi, tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang
berkontradiksi dan kesemuanya itu didasarkan pada pendekatan terpilih. Metode
bersifat prosedural. Di dalam satu pendekatan mungkin terdapat banyak
metode. Teknik merupakan suatu muslihat, tipu daya dalam menyajikan bahan.
Teknik harus sejalan dengan metode dan serasi dengan pendekatan. Teknik bersifat
implementasi.
Richards & Rodgers,1986 menyempurnakan pendapat Anthoni. Mereka
menambahkan peran guru, siswa bahan, tujuan silabus dan tipe kegiatan dan
pengajaran pada segi metode, sehingga muncul istilah desain atau rancang-
bangun.istilah teknik diganti dengan istilah prosedur.
Pendekatan menurut Kosadi, dkk (1979) adalah seperangakat asumsi
mengenai hakikat bahasa, pengajaran dan proses belajar-mengajar bahasa. Menurut
Tarigan (1989) Pendekatan adalah seperangkat korelatif yang menangani teori
bahasa dan teori pemerolehan bahasa. Sedangkan menurut Djunaidi (1989)
Pendekatan merupakan serangkaian asumsi yang bersifat hakikat bahasa,
pengajaran bahasa dan belajar bahasa.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

3
B. Jenis-Jenis Pendekatan
Berikut murupakan macam- macam pendekatan pengajaran bahasa, di
antaranya adalah:
1. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran, bahwa dalam setiap
kegiatan belajar mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu
adalah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah
ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik
pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut
dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah
ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu sendiri. Misalnya untuk pokok bahasan
menulis, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan ialah “Siswa mampu
membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau informasi dari bacaan”.
Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya
tujuan yakni siswa memiliki kemampuan mengarang.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan “cara belajar
tuntas”. Dengan “cara belajar tuntas”, berarti suatu kegiatan belajar mengajar
dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang
mengikuti pelajaranitu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan
oleh guru. Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif. Jika
sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat
menjawab dengan betul minimal 75% dari soal yang diberikan guru maka
pembelajaran dapat dianggap berhasil.
2. Pendekatan Struktural
Pendekatan Struktural merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa
sebagai kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa
pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa
atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititik beratkan
pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi,

4
mofologi, dan sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat,
pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting. Dengan struktural, siswa akan
menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-
kaidahnya.
3. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pengelolaan kegiatan
belajar mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif
dalam proses pemerolehan hasil belajar. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan
ketrampilan proses dalam pembelajaran  bahasa adalah pendekatan yang
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif
dan kreatif dalam proses pemerolehan bahasa. Keterampilan proses meliputi
keterampilan intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik.
Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan
konsep.
Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan berfungsi pula
sebagai penunjang keterampilan proses. Interaksi antara pengembangan
keterampilan proses dengan pengembangan konsep dalam proses belajar
mengajar menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa. Tanda-tandanya
terlihat pada diri siswa seperti teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang rasa,
bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerja sama, rajin, dan sebagainya.
Keterampilan proses dibangun sejumlah keterampilan-keterampilan.
Karena itu pencapainnya atau pengembangannya dilaksanakan dalam setiap
proses belajar mengajar dalam semua mata pelajaran. Setiap mata pelajaran
mempunyai karakteristik sendiri. Karena itu dalam penjabaran keterampilan
proses dapat berbeda pada setiap mata pelajaran.
Pendekatan ini merupakan pemberian/menumbuhkan kemampuan-
kemampuan dasar untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan
kemampuan yang meliputi beberapa kemampuan seperti:

5
a. Kemampuan mengamati
Merupakan salah satu ketrampilan yang sangat penting untuk
memperoleh pengetahuan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalm
pengembangan ilmu pengetahuan. Pengamatan dilaksanakan denagan
memanfaatkan seluruh panca indara yang mungkin bias digunakan untuk
memperhatikan hal-hal yang diamati. Kemudian, mencatat apa yang diamati,
memilih-milih bagiannya berdasarkan criteria tertentu berdasarkan tujuan
pengamatan, serta mengolah hasil pengamatan dan menulis hasilnya.
b. Kemampuan menghitung
Salah satu kemapuan yang penting dalm kehidupan sehari-hari.
c. Kemampuan mengukur
Dasar dari pengukuran ini adalah perbandingan. Dalam penajaran
apresiasi sastra misalnya, kegiatan pengukuran dapat berupa telaah (kajian
lebih dalam) terhadap suatu karya sastra denagan menggunakan kriteria
nilai-nilai estetika, moral, dan nilai pendidikan.
d. Kemampuan mengklasifikasi
Merupakan kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan
sesuatu yang berupa benda, akta, informasi, dan gagasan.. pengelompokan
ini didasarkan pada karakteristik atau cirri-ciri yang sama dalam satu tujuan.
Dalam pembelajan bahasa Indonesia, kemampuan ini misalnya berupa
kemampuan membedakan antara opini dan fakta dalam suatu wacana dan
mengelompokkan karya sastra berdasarkan cirri strukturnya.
e. Kemampuan menemukan hubungan
Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah fakta, informasi,
gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Kemampuan ini diwujudkan dalam
kemampuan siswa menentukan hubungan antara fakta yang terdapat dalam
bacaan untuk membangun pemahaman kritis dan kreatif terhadap bacaan.

6
f. Kemampuan membuat prediksi
Kemampuan membuat prediksi atau perkiraan yang didasari
penalaran, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. Kemampuan membuat prediksi disebut
juga kemampuan menyusun hipotesis.
g. Kemampuan melaksanakan penelitian
Merupakan kegiatan para ilmuan dalam kehidupan ilmiah. Namun
dalam kehidupan sehari-hari kita juga perlu mengadakan penelitian. Artinya,
mengadakan pengkajian terhadap sesuatu untuk memecahkan masalah yang
kita hadapi.
h. Kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data
Merupakan bagian dari kemampuan menagdakan penelitian. Siswa
perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data, baik dalam
penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Anak-anak dilatih untuk
mengumpulkan data dalam pengamatan lapangan, kemudian meganalisis
data tersebut dan membuat kesimpulan.
i. Kemampuan mengkomunikasikan hasil
Misalnya siswa dilatih untuk menyusun laporan hasil pengamatan,
kemudian mempresentasikannya didepan kelas dalm sebuah kegiatan
diskusi. Selain itu, siswa di latih untuk menyusun laporan singkat tentang
apa yang mereka teliti untuk dipublikasikan melalui majalah sekolah atau
majalah dinding.
Keterampilan proses berkaitan dengan kemampuan. Oleh karena itu
penerapan keterampilan proses diletakkan dalam kompetensi dasar.
Keterampilan proses juga dikenali pada instruksi yang disampaikan oleh
guru kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu.
Contoh: Kompetensi Dasar: Siswa dapat menyusun sebuah
pengumuman sebagai sarana menyampaikan informasi (keterampilan proses
yang tersirat dalam kompetensi dasar adalah mengkomunikasikan).

7
4. Pendekatan Whole Language
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang
menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991;
Froese,1990; Goodman,1986; Weaver,1992). Whole language adalah cara
untuk menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan
tentang orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian dari whole language adalah
suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang didasari oleh paham
constructivism.Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan
dimana bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan secara terpadu.
Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan
komponen  whole language:
a) Reading Aloud
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru
untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku
teks atau buku cerita lainnya dan membacakannya dengan suara keras dan
intonasi yang benar sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan
menikmati ceritanya. Manfaat yang didapat dari reading aloud antara lain
meningkatkan keterampilan menyimak,memperkaya kosakata, membantu
meningkatkan membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting adalah
menumbuhkan minat baca pada siswa.
b) Jurnal Writing
Salah satu cara yang dipandang cukup efektif untuk meningkatkan
keterampilan siswa menulis adalah dengan mengimplementasikan
pembelajaran menulis jurnal atau menulis informal. Melalui menulis jurnal,
siswa dilatih untuk lancar mencurahkan gagasan dan menceritakan kejadian
di sekitarnya, menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Banyak manfaat
yang diperoleh dari menulis jurnal antara lain:

8
1. Meningkatkan kemampuan menulis
2. Meningkatkan kemampuan membaca
3. Menumbuhkan keberanian menghadap risiko
4. Memberi kesempatan untuk membuat refleksi
5. Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi
6. Memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk menulis
7. Meningkatkan kemampuan berpikir
8. Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis
9. Menjadi alat evaluasi
10. Menjadi dokumen tertulis
c) Sustained Silent Reading
Sustained Silent Reading adalah kegiatan membaca dalam hati yang
dilakukan siswa. Siswa dibiarkan untuk memilih bacaan yang sesuai dengan
kemampuannya sendiri sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca
bacaan tersebut. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin menyediakan bahan
bacaan yang menarik dari berbagai buku atau sumber sehingga
memungkinkan siswa memilih materi bacaan. Pesan yang ingin disampaikan
kepada siswa melalui kegiatan ini adalah:
1. Membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan
2. Membaca dapat dilakukan oleh siapapun
3. Membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut
4. Siswa dapat membaca serta dapat berkonsentrasi pada bacaannya dalam
waktu yang cukup lama
5. Guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca
6. Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang
dibacanya setelah kegiatan SSR berakhir
d) Shared Reading
Shared Reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan
siswa, dimana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya.

9
Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi.
Disini guru lebih berperan sebagai model dalam membaca.
Ada beberapa cara melakukan kegiatan ini:
a. Guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah)
b. Guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera
pada buku
c. Siswa membaca bergiliran
Maksud kegiatan ini adalah:
a. Sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk memperhatikan guru
membaca sebagai model
b. Memberikan kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan
membacanya
c. Siswa yang masih kurang terampil dalam membaca mendapat contoh
membaca yang benar
e) Guided Reading
Guided reading disebut juga membaca terbimbing, guru menjadi
pengamat dan fasilitator. Dalam membaca terbimbing    penekanannya
bukan dalam cara membaca itu sendiri, tetapi lebih pada membaca
pemahaman. Dalam guided reading semua siswa membaca dan
mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan yang
meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekedar pertanyaan
pemahaman.
f) Guided Writing
Guided Writing atau menulis terbimbing, peran guru adalah sebagai
fasilitator, membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan
bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik. Guru
bertindak sebagai pendorong bukan pengatur, sebagai pemberi saran bukan
pemberi petunjuk. Contoh kegiatan ini seperti memilih topik, membuat draf,
memperbaiki, dan mengedit yang dilakukan sendiri oleh siswa.

10
g) Independent Reading
Independent Reading atau membaca bebas adalah kegiatan
membaca, dimana siswa berkesempatan untuk menentukan sendiri materi
yang ingin dibacanya. Membaca bebasmerupakan bagian integral dari whole
language. Dalam independent reading, siswa bertanggung jawab terhadap
bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun berubah dari seorang
pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat,
fasilitator, dam pemberi respon.
h) Independent Writing
Independent Writing atau menulis bebas bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Siswa mempunyai kesempatan
untuk menulis tanpa ada intervensi dari guru. Siswa bertanggung jawab
sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang
termasuk independent writing antara lain menulis jurnal dan menulis
respons.
Ciri-ciri kelas whole language Ada tujuh ciri yang menandakan
kelas whole language:

a. Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan


(dinding, pintu, dan furniture).
b. Siswa belajar melalui model atau contoh. Disini guru berperan sebagai
model, guru menjadi contoh perwujudan bentuk aktivitas berbahasa yang
ideal.
c. Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
d. Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran.
e. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran bermakna.
f. Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen
g. Siswa mendapat balikan (feedback) positif baik dari guru maupun
temannya.

11
Penilaian dalam kelas whole language
Di dalam kelas whole language, guru senantiasa memperhatikan
kegiatan yang dilakukan siswa. Secara informal selama pembelajaran
berlangsung guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan, berdiskusi
baik dalam kelompok ataupun diskusi kelas. Penilaian juga berlangsung
ketika siswa dan guru mengadakan konferensi, alat penilaiannya seperti
observasi dan catatan anecdote. Selain penilaian informal, penilaian
dilakukan dengan portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa
selama kegiatan pembelajaran. Dengan portofolio perkembangan siswa
dapat terlihat secara otentik.
5. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa
membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk
memecahkan persoalan, berpikir kritis dan melaksanakan observasi serta
menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu,
siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa
mereka dan bagaimana mencapainya.
Kontekstual merupakan strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi
pembelajaran yang lain, konstektual dikebangkan dengan tujuan agar
pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan konstektual
dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.
Dalam pendekatan ini dilibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif
yaitu: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, dan asesmen autentik.
Definisi yang mendasar tentang pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan

12
dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilannya
dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi
sendiri, sebagai bekal untuk memcahkan masalah dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat.
Johnson (dalam Nurhadi, 2004:13-14) mengungkapakan bahwa
karakteristik pendekatan kontekstual memiliki delapan komponen utama yaitu:

a. Memiliki hubungan yang bermakna


b. Melakukan kegiatan yang signifikan
c. Belajar yang diatur sendiri
d. Bekerja sama
e. Berfikir kritis dan kreatif
f. Mengasuh dan memelihara pribadi peserta didik
g. Mencapai standar yang tinggi
h. Menggunakan penilaian autentik.
 Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
Langkah-langkah penerapan kontekstual di kelas yaitu sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan bertanya (komponen
konstruktivisme)
2. Melaksanakan kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai kompetensi
yang diinginkan (komponen inkuiri)
3. Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya (komponen
bertanya)
4. Menciptakan masyarakat belajar, kerja kelompok (komponen masyarakat
belajar)
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran (komponen pemodelan)

13
6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik merasa bahwa
hari ini mereka belajar sesuatu (komponen refleksi)
7. Melakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara
(komponen asesmen autentik)
6. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk
membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga
mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat keterampilan
berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan
menghargai saling ketergantungan bahasa.
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan
pada pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi
merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Jadi
pembelajaran yang komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang
memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan yang memadai untuk
mengembangkan kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan berbahasa baik
kegiatan produktif maupun reseptif sesuai dengan situasi nyata, bukan situasi
buatan yang terlepas dari konteks.
Ciri-ciri utama pendekatan pembelajaran komunikatif ada dua kegiatan
yang saling berkaitan yakni adanya kegiatan-kegiatan:
1) Komunikasi Fungsional
Terdiri atas empat yakni: mengolah informasi, berbagi dan mengolah
informasi,  berbagi informasi dengan kerja sama terbatas, dan berbagi
informasi dengan kerja sama tak terbatas.
2) Kegiatan yang sifatnya interaksi sosial.
Terdiri dari 6 hal yakni: improvisasi, lakon-lakon pendek yang lucu,
aneka simulasi (bermain peran), dialog dan bermain peran, siding-sidang
konversasi dan diskusi, serta berdebat.

14
Ciri-ciri pendekatan pembelajaran komunikatif, Menurut Brumfit dan
Finocchiaro ciri-ciri pendekatan komunikatif yaitu:
1. Makna merupakan hal yang terpenting
2. Percakapan harus berpusat di sekitar fungsi komunikatif dan tidak
dihafalkan secara normal
3. Kontekstualisasi merupakan premis pertama
4. Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi
5. Komunikasi efektif dianjurkan
6. Latihan atau drill diperbolehkan
7. Ucapan yang dapat dipahami diutamakan
8. Setiap alat bantu peserta didik diterima dengan baik
9. Segala upaya untuk berkomunikasi dapat didorong sejak awal
10. Penggunaan bahasa secara bijaksana dapat diterima bila memang layak
11. Terjemaah digunakan jika diperlukan peserta didik
12. Membaca dan menulis dapat dimulai sejak awal
13. Sitem bahasa dipelajari melalui kegiatan berkomunikasi
14. Komunikasi komunikatif merupakan tujuan
15. Variasi linguistik merupakan konsep inti dalam materi dan metodologi
16. Urutan ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, atau makna
untuk memperkuat minat belajar
17. Guru mendorong peserta didik agar dapat bekerja sama dengan
menggunakan bahasa itu
18. Bahasa diciptakan oleh peserta didik melalui mencoba dan mencoba
19. Kefasihan dan bahasa yang berterima merupakan tujuan utama
20. Peserta didik diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui
kelompok atau pasangan, lisan dan tulis
21. Guru tidak bisa meramal bahasa apa yang akan digunakan peserta
didiknya.
22. Motivasi intrinsik akan timbul melalui minat terhadap hal-hal yang
dikomunikasikan.

15
Pendekatan komunikatif berorientasi pada proses belajar-mengajar
bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi. Prinsip dasar
pendekatan komunikatif ialah: a) materi harus terdiri dari bahasa sebagai alat
komunikasi, b) desain materi harus menekankan proses belajar-mengajar dan
bukan pokok bahasan, dan c) materi harus memberi dorongan kepada pelajar
untuk berkomunikasi secara wajar ( Siahaan dalam Pateda, 1991:86).
Dalam pendekatan komunikatif, yang menjadi acuan adalah
kebutuhan si terdidik dan fungsi bahasa. Pendekatan komunikatif berusaha
membuat si terdidik memiliki kecakapan berbahasa. Dengan sendirinya,
acuan pokok setiap unit pelajaran ialah fungsi bahasa dan bukan tata bahasa.
Dengan kata lain, tata bahasa disajikan bukan sebagai tujuan akhir, tetapi
sarana untuk melaksanakan maksud komunikasi.
Strategi belajar-mengajar dalam pendekatan komunikatif didasarkan
pada cara belajar siswa/mahasiswa aktif, yang sekarang dikenal dengan
istilah Student Centered Learning (SCL). Cara belajar aktif merupakan
perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing (1854-1952) (lihat
Pannen, dkk.2001:42). Dewey sangat tidak setuju dengan rote learning
‘belajar dengan menghafal’. Dewey menerapkan prinsip-prinsip learning by
doing, yaitu siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan / siswa
terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Strategi Pembelajaran
Bahasa Indonesia berdasarkan Pendekatan Komunikatif.
Strategi merupakan sebuah rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran khusus. Beberapa komponen yang terdapat dalam
strategi adalah:
a) Tujuan
Untuk mengembangkan kompetensi komunikatif para pembelajar
bahasa yang mencakup kemampuan menafsirkan bentuk-bentuk
linguistik.

16
b) Materi
Menurut Tarigan(dalam Solchan,dkk.2001:6.42) ada tiga jenis
materi yang di pakai dala pembelajaran bahasa denagn pendekatan
komunikatif yakni materi yang berdasarkan teks, materi berdasarkan
tugas, dan meteri berdasarkan realita.
c) Metode
d) Teknik
e) Media
Media pembelajaran yang sering kita kenal adalah replika,gambar,
duplikat, planel, kertas karton, radio, video, dsb.
f) Evaluasi
Dalam pembelajaran bahasa sebenarnya ada tiga tes yang dapat di
gunakan yaitu tes distrik, tes integratif, dan tes pragmatik. Namun pada
pendekatan konunikatif, tes yang cocok untuk di gunakan adalah tes
integratif dan tes pragmatif. Yang termasuk tes integratif: menyusun
kalimat, menafsirkan wacana yang dibaca atau didengar, memahami
bacaan yang didengar atau dibaca. Dan menyusun kalimat yang
disediakan. Sedangkan yang termasuk tec pragmatif: dikte, berbicara,
paraphrase, dan  menjawab pertanyaan.
7. Pendekatan CBSA
 Pengertian pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif )
Pengertian CBSA dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang
mengarah kepada pengotimalisasian pelibatan intelektual-emosianal siswa
dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan.
Pelibatan intelektual-emosional/ fisik siswa optimalisasi dalam
pembelajran , diarahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar
memperoleh dan memproses pemerolehan belajarnya tentang pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai. Keaktifan dalam pendekatan CBSA menunjuk
kepada keaktifan mental, baik intelektual maupun emosional, meskipun

17
untuk merealisasikan dalam banyak hal dipersyaratkan atau dibutuhkan
keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.
 Konsep dan Prinsip Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan istilah yang bermakna
sama dengan Student Active Learning (SAL). Dalam dunia pendidikan dan
pengajaran termasuk bahasa Indonesia dan bahasa indonesia, CBSA
bukanlah hal yang baru. Bahkan beberapa teori menunjukkan bahwa CBSA
merupakan tuntutan logis dari hakikat pembelajaran yang sebenarnya.
Hampir tidak mungkin terjadi proses pembelajaran yang tidak memerlukan
keterlibatan siswa di dalamnya.
Sebagai suatu konsep, CBSA adalah suatu proses pembelajaran yang
subjek didiknya terlibat secara fisik, mental-intelektual, maupun sosial
dalam memahami ide-ide dan konsep-konsep pembelajaran (Ahmadi, 1991).
Dengan kata lain, arah pembelajaran CBSA mengacu pada siswa atau
“student oriented” yang bermakna pembentukan sejumlah keterampilan
untuk membangun pengetahuan sendiri baik melalui proses asimilasi
maupun akomodasi. Dalam proses pembelajaran yang seperti ini, siswa
dipandang sebagai objek dan sekaligus sebagai subjek.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa CBSA adalah
salah satu strategi pembelajaran yang menuntut aktivitas atau partisipasi
peserta didik seoptimal mungkin sehingga mereka mampu mengubah
tingkah lakunya dalam proses internalisasi secara lebih efektif dan efisien.
Ada beberapa prinsip belajar yang dapat digunakan dalam
menunjang tumbuhnya CBSA di dalam pembelajaran (Ahmadi, 1991), yaitu:
a. motivasi belajar siswa,
Motivasi belajar merupakan prinsip utama dalam CBSA. Tanpa
adanya motivasi, hasil belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal.
Oleh karena itu, peranan guru dalam mengembangkan motivasi belajar ini
sangat diperlukan sekali. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru
untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam CBSA, antara lain

18
melalui penggunaan metode atau cara belajar yang bervariasi,
mengadakan pengulangan informasi, menggunakan media dan alat bantu
yang bervariasi, memberikan pertanyaan-pertanyaan pengiring atau
pelacak, dan lain-lain.
b. pengetahuan prasyarat,
Bahasa indonesia bersifat hirarkis. Untuk menguasai suatu materi
atau topik bahasa indonesia, peserta didik harus menguasai terlebih
dahulu materi-materi sebelumnya yang terkait baik langsung maupun
tidak langsung dengan materi yang akan dipelajari tersebut. Oleh karena
itu, tugas guru adalah menyelidiki pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman yang telah dimiliki siswa untuk mempelajari suatu materi.
Dengan cara demikian, siswa akan lebih siap untuk memahami materi
yang akan dipelajarinya
c. tujuan yang akan dicapai,
Pembelajaran yang terencana dengan baik akan memberikan hasil
yang baik pula. Perencanaan pembelajaran ini biasanya diwujudkan
dalam perumusan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan inilah
yang menjadi pedoman bagi guru dalam menentukan keluasan dan
kedalaman materi.
d. hubungan sosial,
Dalam belajar siswa perlu dilatih untuk bekerja sama dengan
teman-temannya agar konsep-konsep yang sulit dipahami oleh siswa
secara mandiri akan menjadi lebih mudah jika dipelajari secara
berkelompok. Latihan bekerja sama ini juga bermanfaat dalam proses
pembentukan kepribadian siswa terutama sikap sosialnya.
e. belajar sambil bekerja,
Pada hakikatnya anak belajar sambil bekerja. Semakin banyak
aktivitas fisik siswa, akan semakin berkembang pula kemampuan berpikir
siswa. Apa yang diperoleh siswa dalam pembelajaran yang banyak
melibatkan aktivitas fisiknya, akan lebih lama mengendap dalam memori

19
siswa. Siswa akan bergembira dalam belajar apabila diberi kesempatan
yang sebanyak-banyaknya dalam bekerja. Oleh karena itu, prinsip belajar
sambil bekerja ini merupakan prinsip yang paling banyak mewarnai
CBSA.
f. perbedaan individu,
Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri, misalnya dalam
kemampuan, kebiasaan, minat, latar belakang keluarga, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran, guru sebaiknya dapat memperhatikan perbedaan
individu pada anak didiknya. Guru tidak boleh memperlakukan semua
anak dengan cara yang sama, walaupun tidak semua perbedaan anak
dapat diakomodasi.
g. menemukan,
Menemukan merupakan prinsip yang harus banyak mewarnai
CBSA. Dalam CBSA, siswa harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mencari dan menemukan sendiri informasi-informasi yang ada di
dalam pembelajaran. Dengan cara demikian, siswa akan merasa lebih
bersemangat dalam belajar dan belajar menjadi pekerjaan yang tidak
membosankan bagi siswa.
h. pemecahan masalah.
Pembelajaran akan lebih terarah apabila dimulai dengan
permasalahan yang harus dipecahkan siswa. Situasi yang menghendaki
siswa harus memecahkan masalah ini akan mendorong siswa untuk dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara maksimal.

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendekatan menurut Edwar M.Anthoni, 1963 adalah seperangkat asumsi
korelatif yang menangani hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan pembelajaran
bahasa. Pendekatan bersifat aksiomatik. Sedangkan Pendekatan menurut Kosadi,
dkk (1979) adalah seperangakat asumsi mengenai hakikat bahasa, pengajaran dan
proses belajar-mengajar bahasa.
B. SARAN
Salah satu keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh pendekatan yang
digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Banyak pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan dan guru harus cermat dalam memilih
pendekatan mana yang cocok digunakan untuk lingkungannya. Jadi pendekatan
sangat penting dalam proses pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan
pada proses pembelajaran.

21
Daftar Pustaka
http://semutlewat.blogspot.com/2013/01/makalah-pendekatan-dalam-
pembelajaran.html
http://infomediakita.blogspot.com/2010/04/makalah-berbagai-pendekatan-dalam.html
http://blog.umy.ac.id/winarti/2011/11/27/pengertian-pendekatan-pembelajaran-dan-
strategi-pembelajaran/
http://kuliahemka.wordpress.com/2011/07/13/teori-pendekatan-pembelajaran/
http://mari-berkawand.blogspot.com/2011/03/pengertian-pendekatan-
pembelajaran.html

22

Anda mungkin juga menyukai