FARMAKOLOGI
PART. II
What Is ADME ?!
FARMAKOKINETIK
a. Absorpsi
■ Absorbsi obat → proses pergerakan obat dari tempat obat diberikan ke dalam
sirkulasi sistemik.
■ Untuk itu semua obat harus melewati satu atau lebih membran sel agar mencapai
tempat kerjanya dan untuk dapat diekskresikan tubuh.
■ Obat melintasi membran sel (trans membrane transport) dapat secara pasif atau
aktif (energy dependent).
FARMAKOKINETIK
a. Absorpsi
■ Ada beberapa macam transport obat melintasi sel membran (trans membrane
transport) atau permeasi, yaitu:
Endositosis
Difusi Transportasi
Difusi Pasif dan
Difasilitasi Aktif
Eksositosis
FARMAKOKINETIK
a. Absorpsi
1. Difusi Pasif
■ Obat dapat berdifusi sesuai kelarutannya di membran sel dan gradien
konsentrasinya melintasi membran.
■ Semakin tinggi kelarutan obat dalam lemak, semakin besar melintasi membran
secara difusi.
■ Sebagian besar obat adalah asam atau basa lemah, dan dapat berada dalam
bentuk bermuatan (ionized) dan tidak bermuatan (non ionized).
■ Jumlah relatif kedua bentuk tergantung pada pK obat dan pH dimana obat berada.
■ Untuk dapat melintasi membran sel diperlukan obat dalam bentuk tidak
bermuatan.
FARMAKOKINETIK
a. Absorpsi
2. Difusi Difasilitasi
■ Difusi ion atau senyawa organik melintasi membran sel dapat difasilitasi oleh
pembawa (membrane transporter).
■ Melalui cara transport ini tidak diperlukan energi, dan senyawa akan bergerak
sesuai gradien konsentrasi zat pembawa.
■ Pergerakan akan berhenti setelah potensial elektrokimia di kedua sisi membran
mencapai keseimbangan..
FARMAKOKINETIK
a. Absorpsi
3. Difusi/Transportasi Aktif
■ Merupakan cara obat melintasi membran yang membutuhkan energi dan dan dapat
bergerak melawan konsentrasi gradien, selektif, dapat diblok secara kompetitif dan
dapat terjadi kejenuhan.
■ Proses transport ini berperan penting pada proses uptake dan efflux obat atau
senyawa kimia lain, terutama terjadi di membran neuronal, pleksus koroid,
hepatosit, clan tubulus ginjal.
FARMAKOKINETIK
a. Absorpsi
4. Endositosis dan Eksositosis
■ Endositosis merupakan salah satu bentuk transport senyawa kimia yang
mempunyai molekul besar.
■ Pada endositosis, membran plasma akan menelan (engulfed) senyawa kimia
(contoh vitamin B6) untuk dimasukkan dalam vesikel, kemudian dilepaskan ke
sitosol dengan cara merusak vesikel tersebut.
■ Sebaliknya, pada eksositosis, vesikel di sitoplasma akan melakukan fusi dengan
membran sel dan selanjutnya isi vesikel (contoh nor epinefrin) akan dilepaskan ke
luar sel.
FARMAKOKINETIK
b. Distribusi
■ Distribusi Obat → penyebaran obat secara merata ke seluruh jaringan tubuh
melalui peredaran darah menuju ke tempat kerjanya dalam sel.
■ Setelah obat diserap, obat tersebut berpindah dari tempat penyerapan ke jaringan
di sekitar tubuh.
■ Distribusi dari satu bagian tubuh ke bagian lain biasanya dilakukan melalui aliran
darah, tetapi juga dapat terjadi dari sel ke sel.
FARMAKOKINETIK
c. Metabolisme
■ Metabolisme obat → biotransformasi obat oleh organ atau jaringan (terutama hati,
ginjal, kulit atau saluran pencernaan) sehingga obat dapat dikeluarkan.
■ Pada proses metabolisme sebagian obat diubah menjadi metabolit yang kurang
mempunyai aktivitas farmakologik dan menjadi lebih polar (larut air) sehingga
mudah untuk diekskresikan.
■ Metabolisme terjadi terutama dalam hati dan hanya dalam jumlah yang sangat
rendah terjadi dalam organ lain, misalnya dalam:
Dalam
Paru-
Usus Ginjal Limfa Otot Kulit Darah
paru,
.
FARMAKOKINETIK
c. Metabolisme
■ Cytochrome P450 merupakan enzim yang
dapat berubah aktivitasnya menjadi lebih tinggi
atau rendah akibat adanya obat lain atau
penyakit.
■ Beberapa obat dapat menghambat
metabolisme obat lain, dikarenakan obat obat
tersebut mempunyai ikatan dengan enzim pada
tempat aktif yang sama atau enzim mengalami
inaktivasi (suicidal inactivation).
■ Obat yg bisa “pas” menduduki reseptor & mengaktifkan reseptor tsb shg
menghasilkan efek farmakologis.
■ Contoh:
– salbutamol → agonis β2
– petidin → agonis opioid
– dopamin → agonis dopamin
MEKANISME KERJA OBAT
b. ANTAGONIS
■ Obat yg struktur kimianya mirip dg suatu hormon, yg mampu menduduki sebuah
reseptor yg sama tapi tidak mampu mengaktifkan reseptor tsb shg tidak
menimbulkan efek farmakologis & menghalangi ikatan reseptor dg agonisnya
secara kompetitif shg kerja agonis terhambat.
■ Con :
– Beta-blockers (propranolol, metoprolol) → menghambat reseptor beta pd saraf
simpatik/adrenergik.
– antihistaminika → memblokir reseptor H1
– Simetidin/ranitidine (H2-antagonis) → memblokir reseptor H2 (di lambung).
– Allopurinol (enzim blockers) → merebut tempat xantin di enzim xantinoksidase
shg sintesa xantin/asam urat dihambat.
RESPTOR OBAT