Lanang Sakti
Magister Ilmu Hukum Universitas Mataram
email : lanangsakti1312@gmail.com
Naskah diterima : 07/07/2016; revisi : 28/08/2016; disetujui : 25/08/2016
Abstract
Material review authority on village regulation seen from legislation perspective. The enactment of Act
Number 12 of 2011 Concerning Establishment of Legislation give different interpretation concerning
the position of Village regulations. This is due to the village regulations no longer imprinted in
legislation hierarchy. To the village regulations that is allegedly contrary to the legislation above it,
regency government can review it through supervision known as the Executive Review, while the
review authority to the legislations bellow the Act posses by the Supreme Court known as the Judicial
Review.
Keywords : Supervision authority, judicial review, Village Regulations
Abstrak
Kewenangan Uji Materi Terhadap Peraturan Desa Ditinjau Dari Perspektif Peraturan Perundang-
Undangan. Berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, memberikan penafsiran berbeda mengenai letak atau kedudukan Peraturan
Desa. Hal ini disebabkan karena Peraturan Desa tidak lagi di cantumkan sebagai salah satu
hierarki Peraturan Perundang-undangan. Terhadap Peraturan Desa yang diduga bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan di atasnya, Pemerintah Kabupaten/Kota dapat melakukan
pengujian terhadap Peraturan Desa melalui pengawasan yang dikenal dengan Executive Review,
sedangkan kewenangan Pengujian Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang
dimiliki oleh Mahkamah Agung yang dikenal dengan Judicial Review.
Kata Kunci : kewenangan pengawasan, pengujian hukum, peraturan desa
PENDAHULUAN 2. kewenangan lokal berskala Desa,
Agar urusan pemerintahan yang men- dalam Pasal 7 ayat (2) bahwa Peraturan
jadi kewenangan desa tersebut dapat ter- Daerah salah satunya adalah berupa
laksana dengan baik, maka dibentuklah Peraturan Desa. Hal ini menunjukkan
suatu Peraturan Desa (selanjutnya disebut bahwa desa yang seharusnya memiliki pola
Perdes). Pada prinsipnya, Perdes berfungsi peraturan yang tersendiri menjadi sama
: Pertama, untuk melindungi secara nor- dengan peraturan yang lainnya.
matif adat istiadat yang secara turun temu-
run diakui oleh masyarakat desa setempat. Pencabutan Undang-Undang Nomor
Kedua, sebagai sarana untuk menormakan 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan
kewenangan-kewenangan yang menjadi Peraturan Perundang-undangan, yang
urusan desa, seperti hak asal usul desa, ke- kemudian digantikan dengan Undang-
wenangan kabupaten kota yang diserahkan Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
pengaturannya kepada desa, tugas pemban- Pembentukan Peraturan Perundang-
tuan, dan kewenangan lain berdasarkan undangan, memberikan penafsiran berbeda
perintah Peraturan Perundang-undangan di mengenai letak atau kedudukan Perades.
atasnya. Ketiga, sebagai sarana normatif un- Hal ini disebabkan karena Peraturan Desa
tuk menampung dan menyalurkan aspirasi tidak dicantumkan sebagai salah satu
masyarakat desa.2 hierarki Peraturan Perundang-undangan.5
Akan tetapi, meskipun pada Pasal 7 Ayat
Perdes di dalam Pasal 1 angka 7 Undang-
(1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
telah dengan tegas menyebutkan jenis dan
adalah peraturan perundang-undangan
hierarki Peraturan Perundang-undangan,
yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah
dalam Pasal 8 ayat (1) masih memperluas
dibahas dan disepakati bersama Badan
cakupan dari jenis Peraturan Perundang-
Permusyawaratan Desa.
undangan.
Dalam pembentukan sebuah Perdes,
Berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Undang-
sebagai bagian dari sistem norma hukum
Undang Nomor 12 Tahun 2011, Peraturan
tentunya tetap memperhatikan kaidah-
Desa sebagai salah satu bentuk Peraturan
kaidah norma yang berlaku. Norma adalah
Perundang-undangan merupakan landasan
suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh
dan produk hukum dalam Pemerintahan
seseorang dalam hubungannya dengan
Desa yang tetap diakui keberadaannya6
sesamanya atau dengan lingkungannya.3
meskipun tidak tercantum dalam hierarki
Peraturan Desa berdasarkan Undang- Peraturan Perundang-undangan. Secara
Undang sebelumnya yakni Undang- langsung berarti pembentukan Peraturan
Undang Nomor 10 Tahun 2004, Desa haruslah sesuai dengan kaidah dan
keberadaannya diatur dalam Pasal 7 ayat aturan yang telah diatur dalam Undang-
(1) yang menentukan bahwa Peraturan Undang Nomor 12 Tahun 2011 dan tidak
Desa termasuk salah satu dari peraturan boleh bertentangan dengan aturan yang
perundang-undangan,4 ditegaskan lagi Peraturan Pemerintah, (4) Peraturan Presiden, (5) Per-
aturan Daerah.
5 Indonesia, Undang-Undang Tentang Pembentukan
2 I Gde Pantja Astawa & Suprin Na’a, Dinamika Hu- Peraturan Perundang-undangan, Nomor 12 Tahun 2011,
kum Dan Ilmu Perundangan-undangan Di Indonesia, Pasal 7 ayat (1). Jenis dan hierarki peraturan perundang-
Cet. 1, Ed. 1, PT.Alumni, Bandung, 2008, hlm. 72. undangan adalah (1) Undang-Undang Dasar Negara
3 Maria Farida Indrati S. dalam I Gde Pantja Astawa Republik Indonesia tahun 1945, (2) Ketetapan Majelis
& Suprin Na’a, Op.Cit., hal. 22 Perwakilan Rakyat, (3) Undang-Undang/Peraturan
4 Indonesia, Undang-Undang Tentang Pembentukan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, (4) Peraturan
Peraturan Perundang-undangan, Nomor 10 Tahun 2004, Pemerintah, (5) Peraturan Presiden, (6) Peraturan Dae-
Pasal 7 ayat (1).Jenis dan hierarki peraturan perundang- rah Provinsi, (7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
undangan adalah (1) Undang-Undang Dasar Negara 6 Indonesia, Undang-Undang Tentang Pembentukan
Republik Indonesia tahun 1945, (2) Undang-Undang/ Peraturan Perundang-undangan, Nomor 12 Tahun 2011,
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang, (3) Pasal 8 ayat (2).
lebih tinggi, namun di sisi lain menurut Desa sebagai salah satu jenis Peraturan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Perundang-undangan dapat dilakukan
desa adalah sub-ordinasi dari kabupaten pengujian secara materiil oleh Mahkamah
dan Peraturan Desa merupakan aturan Agung jika materi muatan dalam Peraturan
pelaksana dari Peraturan Daerah Desa tersebut tidak sesuai dengan norma
Kabupaten/Kota, sehingga harus mendapat dalam Peraturan Perundang-undangan.
pengawasan oleh Pemerintah Daerah
Berdasarkan rumusan tersebut,
Kabupaten/Kota agar tidak bertentangan
Peraturan Desa dapat diajukan pengujian
dengan peraturan yang lebih tinggi.
baik secara formil maupun materil
Hal tersebut di atas sesuai dengan kepada Mahkamah Agung jika memang
ketentuan Pasal 84 Ayat (4) Peraturan bertentangan dengan Undang-Undang,
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang dalam hal ini yakni apabila Peraturan Desa
Peraturan Pelaksana Undang-Undang bertentangan dengan Undang-Undang yang
Tentang Desa, dimana Peraturan Desa yang menjadi dasar pengujian di Mahkamah
telah diundangkan disampaikan kepada Agung, bukan bertentangan dengan
Bupati/Walikota sebagai bahan pembinaan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan
dan pengawasan. Inilah yang kemudian Daerah Kabupaten/Kota.
diatur lebih lanjut dalam Permendagri
Di sisi lainnya, Peraturan Desa sebagai
nomor 111 Tahun 2015 Tentang Pedoman
salah satu produk peraturan perundang-
Teknis Peraturan Di Desa, yang disebut
undangan yang pembentukan harus
dengan Klarifikasi.
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten/
Dalam sistem hukum di Indonesia, Kota apabila materi muatan di dalamnya
sebuah produk perundang-undangan bertentangan dengan peraturan perundang-
dapat dilakukan pengujian untuk undngan yang lebih tinggi (Undang-Undang
mengetahui apakah materi muatan produk sampai dengan Peraturan Peraturan Darah
perundang-undangan tersebut sesuai Kabupaten/Kota) dapat dibatalkan oleh
dengan peraturan perundang-undangan Kepala Daerah Kabupaten/Kota apabila
di atasnya ataukah bertentangan dengan materi muatannya dinilai bertentangan
peraturan yang lainnya. Sesuai dengan dengan peraturan perundang-undangan
hierarki peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi..
yang tercantum dalam Undang-Undang
Berdasarkan uraian di atas dan dengan
Nomor 12 Tahun 2011, pengujian
dikeluarkannya Peraturan Desa dalam
perundang-undangan dapat dilakukan oleh
hierarki Peraturan Perundang-undangan,
dua lembaga negara. Pengujian Undang-
maka penulis ingin melakukan penelitian
Undang terhadap Undang-Undang Dasar
secara normatif berkaitan dengan Peraturan
dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi,7
Desa sebagai salah satu jenis peraturan
sedangkan pengujian terhadap peraturan
perundang-undangan yang tercantum
perundang-undangan di bawah Undang-
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
Undang (Peraturan Pemerintah sampai
2011 tentang Pembentukan Peraturan
tingkat Peraturan Daerah) terhadap
Perundang-undangan Desa.
Undang-Undang dilakukan pengujian oleh
Mahkamah Agung.8 Hal ini menimbulkan Adapun permasalahan yang akan dikaji
pertanyaan apakah suatu Peraturan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut ;
1). Bagaimanakah kedudukan Peraturan
7 Indonesia, UUD Negara Republik Indonesia Ta- Desa berdasarkan Undang-Undang Nomor
hun 1945, Pasal 24C ayat (1). 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
8 Indonesia, UUD Negara Republik Indonesia Ta-
hun 1945, Pasal 24A ayat (1). Peraturan Perundang-undangan? 2).
a. Pengujian oleh lembaga eksekutif yang “Peraturan Desa disampaikan oleh Kepa-
dapat disebut executive review; la Desa Kepada Bupati/Walikota mela-
lui camat sebagai bahan pengawasan dan
b. Pengujian oleh lembaga legislatif dapat
disebut legislative review; dan pembinaan paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah ditetapkan”.
c. Pengujian oleh lembaga peradilan
disebut judicial review. Sedangakan di dalam Permendagri
Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Di Indonesia, eksekutif review Teknis Peraturan di Desa, diatur lebih
diwujudkan dalam bentuk pengujian jelas dan terperici mengenai pengawasan
terhadap Peraturan Desa yang dilakukan dan pembatalan Peraturan Desa oleh
oleh Pemerintah Kabupaten/Kota terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota.
Peraturan Desa. Eksekutif review
merupakan bagian dari sistem pembinaan Dalam ketentuan Pasal 14 Permendagri
dan pengawasan dalam penyelenggaraan Nomor 111 Tahun 2014, ditentukan bahwa:
Pemerintahan Daerah, khususnya Ayat (1) :
pengawasan terhadap produk legislasi “Rancangan Peraturan Desa tentang APB
daerah. Pengawasan terhadap produk
Desa, pungutan, tata ruang, danorgan-
legislasi daerah, dalam hal ini adalah
isasi Pemerintah Desa yang telah dibahas
Peraturan Desa dilakukan agar materi
dan disepakati oleh KepalaDesa dan BPD,
muatan sebuah Peraturan Desa tidak
bertentangan dengan Peraturan Perundang- disampaikan oleh Kepala Desa kepada
undangan yang lebih tinggidan tidak Bupati/WalikotaMelalui camat atau seb-
bertentangan dengan kepentingan umum. utan lain paling lambat 3 (tiga) hari se-
jak disepakatiuntuk dievaluasi.”
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan
Pasal 112 Undang-Undang Nomor 6 Ayat (2) :
Tahun 2014, yang menyatakan bahwa “Dalam hal Bupati/Walikota tidak mem-
Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, berikan hasil evaluasi dalam batas waktu,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Peraturan Desa tersebut berlaku dengan
membina dan mengawasi penyelenggaraan sendirinya.”
Pemerintahan Desa.
Sedangkan dalam Pasal 19 ditentukan
Terkait dengan pembentukan Peraturan bahwa :
Desa, pembinaan dan pengawasan
Ayat (1) :
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/
Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal “Peraturan Desa yang telah diundangkan
112 tersebut yakni melakukan evaluasi dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
pengawasan Peraturan Desa.Pengawasan ayat (1) disampaikan oleh Kepala Desa
dalam hal ini adalah termasuk pembatalan kepada Bupati/Walikota paling lambat
peraturan desa. 7 (tujuh) Hari sejak diundangkan untuk
diklarifikasi.”
Peraturan Pemerintah hanya mengatur
mengenai evaluasi Peraturan Desa oleh Ayat (2) :
Kepala Daerah Kabupaten/Kota setelah “Bupati/Walikota melakukan klarifikasi
ditetapkan menjadi Peraturan Desa, dalam Peraturan Desa denganmembentuk tim
Pasal 58 Peraturan Pemerintah Nomor 72 klarifikasi paling lambat 30 (tiga puluh)
Tahun 2005, disebutkan bahwa: hari sejak diterima.”
Populer, 2007, hlm.590.
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Hak Uji lembaga yang dapat melakukan pengujian
Materiil. Undang-Undang terhadap Undang-Undang
Dasar, maka Pasal 9 Ayat (2) Undang-
Pengundangan Undang-Undang Nomor
Undang Nomor 12 Tahun 2011 seharusnya
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
juga dimaknai sama. Itu artinya pengujian
Peraturan Perundang-undangan
terhadap Peraturan Desa yang diduga
menjadikan keberadaan Mahkamah Agung
bertentangan dengan peraturan yang lebih
sabagai lembaga yang berwenang menguji
tinggi atau kepentingan umum, baik itu
Peraturan Perundang-undangan di bawah
secara formil maupun materiil, hanya dapat
Undang-Undang dipertegas kembali. Hal
dilakukan di Mahkamah Agung.
ini disebabkan rumusan Pasal 9 Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang Dengan demikian, dapat dikatakan
berbunyi : bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
tidak memiliki kewenangan melakukan
(1) Dalam hal suatu Undang-Undang
Eksekutif Review melalui pengawasan
diduga bertentangan dengan Undang-
refresif terhadap Peraturan Desa untuk
Undang Dasar Republik Indonesia
menilai apakah Peraturan Desa tersebut
Tahun 1945, pengujiannya dilakukan bertentangan dengan peraturan yang lebih
oleh Mahkamah Konstitusi. tinggi atau kepentingan umum.
(2) Dalam hal suatu Peraturan Perun-
dang-undangan di bawah Undang- Jika mengaju pada asa hukum Lex
Undang diduga bertentangan dengan Specialist Derogate Legi Generalis, maka
sudah seharusnya ketentuan dalam Pasal 9
Undang-Undang, pengujiannya di-
Ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
lakukan oleh Mahkamah Agung.
2011 mengesampingkan ketentuan dalam
Peraturan Desa termasuk peraturan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan
perundang-undangan sebagaimana juga Permendagri Nomor 111 Tahun 2014,
termuat dalam Pasal 8 ayat (1) Undang- karna secara khusus ketentuan mengenai
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-
Pembentukan Peraturan Perundang- undangan telah diatur dalam Undang-
undangan yang menyatakan bahwa :“Jenis Undang Nomor 12 tahun 2011.
Peraturan Perundang-undangan selain
sebagaimana di maksud dalam Pasal 7 c. Pengujian Peraturan Desa
ayat (1) mencakup peraturan yang di
Dalam hal Peraturan Desa sebagaimana
keluarkan oleh Majelis Permusyawaratan
tercantum dalam Undang-Undang Nomor
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
12 Tahun 2011 merupakan salah satu
Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah
peraturan perundang-undangan, sehingga
Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan
sangat memungkinkan sebuah Peraturan
Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial,
Desa dilakukan pengujian secara materiil
Bank Indonesia, Mentri, Badan, Lembaga
di Mahkamah Agung. Hal ini sesuai dengan
yang dibentuk dengan Undang-Undang
bunyi Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang
atau Pemerintah atas perintah Undang-
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah
Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Agumg yang menyatakan Mahkamah
Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan
Agung berwenang untuk melakukan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/
pengujian peraturan perundang-undangan
Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.”
di bawah Undang-Undang dan menyatakan
Sebagaimana ditafsirkan bahwa tidak sah peraturan tersebut jika memang
Mahkamah Konstitusi sebagai satu-satunya bertentangan atau tidak sesuai dengan
peraturan diatasnya.
Eko, Soetoro. Badan Perwakilan Desa Arena Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014