Kelompok 1 Kista Ovrium
Kelompok 1 Kista Ovrium
KISTA OVARIUM
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Disusun Oleh :
Kelompok 2
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang sangat sederhana ini dari segi
susunan maupun bahasa guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas. Shalawat
serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Adapun judul makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan dengan Kista Ovarium” yang
disusun atas bantuan berbagai sumber dan pihak. Untuk itu kami menghaturkan terimakasih yang
sebanyak-banyaknya kepada pihak yang telah membantu.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dari segi
penyususunan, pembahasan, maupun bahasanya. Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila terdapat kesalahan, kami pun menerima dengan senang hati saran dan kritik yang
membangun dari pembaca.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB 1 PEMBUKAAN....................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................................6
A. Pengertian.............................................................................................................................6
B. Anatomi Fisiologi.................................................................................................................6
C. Etiologi...............................................................................................................................10
D. Tanda dan Gejala................................................................................................................10
E. Patofisiologi........................................................................................................................11
F. Pathway...............................................................................................................................12
G. Klasifikasi...........................................................................................................................13
H. Pemeriksaan penunjang......................................................................................................14
I. Penatalaksanaan..................................................................................................................14
BAB 3 KASUS..............................................................................................................................16
A. Pengkajian...........................................................................................................................16
B. Analisa Data........................................................................................................................22
C. Prioritas Diagnosa...............................................................................................................23
D. Intervensi............................................................................................................................24
E. Implementasi.......................................................................................................................26
F. Evaluasi...............................................................................................................................28
BAB 4 PENUTUP.........................................................................................................................29
A. Kesimpulan.........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................30
3
BAB 1
PEMBUKAAN
A. Latar Belakang
Ovarium mempunyai fungsi dan peranan yang penting sebagai organ reproduksi
khususnya bagi wanita , namun dalam fungsi dan peranannya terdapat masalah yang
patut untuk diperhatikan. Masalah tersebut adalah kista ovarium, potensinya dapat
menyerang kaum wanita pada umumnya. Namun pada hegemoni sekarang ini kaum
wanita kurang atau bahkan tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan sehingga resiko
timbul kista ovarium menjadi tinggi. Demikian juga etiologi dari kista ovarium juga
sangat erat dengan aktifitas sehari-hari menjadi faktor pendukung kerentanan individu
terkena kista ovarium. Resiko yang paling ditakuti dari Kista Ovarium yaitu mengalami
degenerasi keganasan, disamping itu bisa mengalami torsi atau terpuntir sehingga
menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi. Sehingga Kista Ovarium memerlukan
penanganan yang profesional dan multi disiplin.
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik maupun
solid, jinak maupun ganas. Asal usul penyebab timbulnya Kista Ovarium belum ada
jawabannya secara pasti. Diduga terjadinya gangguan pembentukan hormon pada
hipotalamus, hipofise atau ovarium itu sendiri merupakan faktor penyebab terjadinya
Kista Ovarium. Kista indung telur/ovarium timbul dari folikel yang tidak berfungsi
selama siklus menstruasi (gagalnya folikel berovulasi). Perlunya masyarakat mengetahui
tentang kista ovarium adalah agar tidak berubah ketingkat lanjut artau terlambat
menangani serta bagi wanita berusia 20-50 tahun rutin memeriksakan diri jika wanita
tersebut menderita kista ovarium agar dapat diberikan penanganan cepat dan tepat.
( Maharani, 2008)
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah: bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien kista ovarium ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien kista ovarium
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu :
- Menyusun pengkajian asuhan keperawatan pada pasien kista ovarium
- Merumuskan diagnosa asuhan keperawatan pada pasien kista ovarium
- Menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada pasien kista ovarium
5
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair,
atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul. Kista ovarium
biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau
setengah cair.(Nugroho, 2014). Beberapa pengertian mengenai kista ovarium sebagai
berikut:
1. Menurut (Winkjosastro, 2015) kistoma ovarium merupakan suatu tumor, baik yang
kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor
ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista
lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin
dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul.
2. Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yangdapat
bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi (Williams,2015).
D. Anatomi Fisiologi
MenurutHamylton (2015). organ reproduksi wanita diklasifikasikan menjadi eksternal
dan Internal.
1. Organ Genetalia Eksterna
6
Gambar 2.1 Organ eksterna wanita (Hamylton, 2015)
a. Mons Pubis
Mons pubis atau monsveneris adalah bagian yang menonjol berisi lemak
yang terletak di permukaan anterior simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit
monsveneris tertutup oleh rambut ikal yang membentuk pola distribusi tertentu
yaitu pada wanita berbentuk segitiga. Mons veneris berfungsi sebagai bantal pada
waktu melakukan hubungan seks.
b. Labia Mayora
Labia mayora berupa dua buah lipatan bulatan jaringan lemak lanjutan
mons pubis ke arah bawah yang ditutupi kulit dan belakang banyak mengandung
pleksus vena. Labia mayora berfungsi sebagai pelindung karena kedua bibir ini
menutupi lubang vagina sementara bantalan lemaknya bekerja sebagai bantal.
c. Labia Minora
Labia minora atau nimfe adalah lipatan jaringan tipis dan bila terbuka
terihat lembab dan kemerahan, menyerupai selaput mukosa. Pada labia minora
banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung saraf.
d. Klitoris
Klitoris merupakan organ erektil yang homolog dengan penis dan terletak
dekat ujung superior vulva. Panjang klitoris jarang melebihi 2 cm, bahkan dalam
keadaan ereksi sekalipun (Verkauf dkk.1992) dan posisinya sangat terlipat karena
tarikan labia minorae.
e. Vestibulum
Vestibulum adalah daerah berbentuk buah almond yang dibatasi labia
minora sebelah lateral dan memanjang dari klitoris sampai fouschettx, berasal dari
sinus urogenital. Terdapat 6 lubang yaitu orificium uretra eksternum, introitus
vagina, ductus glandula Bartholini kanan dan kiri dan duktus skene kanan dan
kiri, antara fouschettx dan liang vagina disebut fosa navikularis.
f. Ostium Uretra
Lubang atau meatus uretra terletak pada garis tengah vestibulum,1 sampai
1,5 cm di bawah arkus pubis dan dekat bagian atas liang vagina. Meatus uretra
7
terletak di dua pertiga bagian bawah uretra terletak tepat di atas dinding anterior
vagina.
g. Ostium vagina dan Himen
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan
tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Himen atau
selaput dara adalah lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dari liang
senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat keluar.
Bentuk serta konsistensi himen sangat bervariasi terutama terdiri atas jaringan ikat
elastin dan kolagen.
h. Vagina
Vagina atau liang kemaluan merupakan suatu tabung yang dilapisi
membran dari jenis epitelium bergaris khusus, dialiri banyak pembuluh darah dan
serabut saraf. Bagian ini merupakan penghubung antara introitus vagina dan
uterus. Pada puncak vagina menonjol leher rahim yang disebut porsio. Bentuk
vagina sebelah dalam berlipat – lipat disebut rugae.Vagina mempunyai banyak
fungsi yaitu sebagai saluran luar dari uterus yang dilalui sekret uterus dan aliran
menstruasi, sebagai organ kopulasi wanita dan sebagai jalan lahir.
i. Perineum
Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjang perineum kurang lebih
4 cm. Jaringan utama yang menopang perineum adalah diafragma pelvis dan
urogenital merupakan keadaan ketika liang vagina tertutup sama sekali dan
mengakibatkan retensi cairan menstruasi.
8
Gambar2.2 Organ Interna Wanita (Bobak &Jensen 2015)
a. Uterus
Uterus atau rahim merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh
peritoneum atau serosa. Rongga uterus dilapisi endomentrium. Uterus wanita
yang tidak hamil terletak padarongga panggul antara kandung kemih di anterior
dan rektum di posterior. Bentuk uterus menyerupai buah pir, uterus terapung di
dalam pelvis dengan jaringan dan ligamentum. Panjang uterus kurang lebih 7,5
cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm dan berat uterus 50 gram. Fungsi uterus adalah untuk
menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan.
b. Ovarium
Ovarium atau indung telur merupakan organ yang berbentuk buah almond.
Ukuran ovarium cukup bervariasi. Berat dari ovarium adalah 5 sampai 6 gram,
ovarium terletak di bagian atas rongga panggul dan bersandar pada lekukan
dangkal dinding lateral pelvis diantara pembuluh darah iliaka eksterna dan interna
yang divergen. Ovarium ditutupi oleh peritoneum dan terdiri dari otot serta
jaringan ikat yang merupakan sambungan dari uterus.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon yaitu hormon seks steroid (estrogen, progesteron, dan androgen) yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal.
Hormon estrogen bertanggung jawab atas pertumbuhan pola rambut aksila serta
pubik dan berperan dalam mempertahankan kalsium dalam tulang. Progesteron
dipengaruhi oleh estrogen sehingga dapat menimbulkan retensi cairan dalam
jaringan, juga dapat menyebabkan penumpukkan lemak.
9
c. Tuba fallopii
Tuba fallopii berfungsi untuk menghantarkan ovum dari ovarium ke uterus
dan untuk perjalanan ovum yang telah dibuahi.
Tuba fallopii terdiri dari:
1) Parst. Interstisiallis, bagian yang terdapat di dinding uterus.
2) Parst. Ismika atau ismus merupakan bagian dari medial yang sempit
seluruhnya.
3) Parst. Ampularis, bagian yang terbentuk saluran leher tempat konsepsi agak
lebar.
d. Infindibulum,
Bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai umbai
yang disebut fimbria yang berfungsi untuk menangkap telur dan menyalurkan
telur kembali ke tuba.
E. Etiologi
Berdasarkan Setiadi (2015). Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti,
kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan pembentukan hormon dihipotalamus,
hipofisis atau di indung telur sendiri (ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat
timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau
mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung
telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista
theka-lutein biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami.
Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya
pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
10
b. Perasaan penuh dan tertekan di perut bagian bawah, disertai nyeri.
c. Nyeri saat bersenggama.
d. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih lama,
mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah menstruasi pada siklus
biasa atau siklus menstruasi tidak teratur :
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering mendesak
untuk berkemih. Hal ini terjadi ketika kista memberi tekanan pada kandung
kemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan
nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggma
a. Asites, cairan yang memenuhi rongga perut yang berada tepat di bawah
diafragma, di bawah rongga dada yang menyebabkan sesak napas akibat
pembesaran asites.
b. Kista denoma ovarium serosum menyebar ke sistem paru yang menyebabkan
sesak nafas, pernafasan cepat
c. Kista denoma ovarium serosum menyebar ke sistem pencernaan yang
menyebabkan Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu
makan,pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil
d. (lemak perut) serta organ organ di dalam rongga perut (usus dan hati)
e. Kista denoma menyebar ke sistem perkemihan gangguan BAB dan BAK
f. Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga pleura akibat
penyebaran penyakit ke rongga pleura yang mengakibatkan sesak nafas.
G. Patofisiologi
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista folikel
dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian
11
fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak ruptur
atau pada folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian
seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi
ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening,
tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4 hingga
5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini
dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan
yang dapat menyebabkan atropi sel tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah,
menimbulkan perdarahan intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)
12
H. Pathway
13
I. Klasifikasi
1. Kista Ovarium Non Neoplastik (Fungsional)
a. Kistoma ovari simpleks, kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi
cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning.
b. Kistodema ovari musinosum, bentuk kista multilokular, biasanya unilateral dan
dapat tumbuh menjadi besar.
c. Kistadenoma ovari serosum, kista yang berasal dari epitel germinativum, kista ini
dapat membesar.
d. Kista dermoid, teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi
sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan endoterm. Dinding kista
keabu-abuan dan agak tipis.
2. Kista Ovarium Plastik (Abnormal)
a. Kistadenoma Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi kista. Kista
ini juga dapat menyerang ovarium kanan atau kiri. Gejala yang timbul biasanya
akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti vesika urinaria sehingga dapat
menyebabkan inkontinensia atau retensi.
b. Kista coklat (endometrioma) Terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak terletak
di dalam rahim tapi melekat pada dinding luar indung telur. Akibatnya, setiap kali
haid, lapisan ini akan menghasilkan darah terus menerus yang akan tertimbun di
dalam ovarium dan menjadi kista.
c. Kista dermoid Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian
kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah keganasan,
seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui
proses partenogenesis.
d. Kista endometriosis Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium
yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya
lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama
saat menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorrhage Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
14
f. Kista lutein Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.
g. Kista polikistik ovarium Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat
pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Ovarium akan membesar karena
bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap (persisten),
operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan
gangguan dan rasa sakit.
J. Pemeriksaan penunjang
Berdasarkan Williams, Rayburn F 2015) bahwa pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan pada klien dengan kista ovarium sebagai berikut:
1. Laparaskopi, pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi, pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
3. Foto Rontgen, pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.
4. Pap smear, untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya
kanker atau kista.
5. Pemeriksaan darah CS – 125 (menilai tinggi rendahnya kadar protein pada darah)
K. Penatalaksanaan
1. Observasi
Kebanyakan kista ovarium terbentuk normal yang disebut kista fungsional dimana
setiap ovulasi. Telur di lepaskan keluar ovarium, dan terbentuklah kantung sisa tempat
telur. Kista ini normalnya akan mengkerut sendiri biasanya setelah 1-3 bulan. Oleh sebab
itu, dokter menganjurkan agar kembali berkonsultasi setelah 3 bulan untuk meyakinkan
apakah kistanya sudah betul-betul menyusut (Yatim, 2015)
2. Pemberian Hormone
15
Pengobatan gejala hormone yang tinggi, dengan pemberian obat pil KB (gabungan
estrgen dan progesteron) boleh di tambahkan obt anti androgen dan progesterone
cypoteronasetat (Yatim, 2015)
Cara ini perlu mempertimbangkan umur penderita, gejala dan ukuran besar kista.
Pada kista fungsional dan perempuan yang bersangkutan masih menstruasi, biasanya
tidak dilakukan pegobatan dengan operasi, tetapi bila hasil pada sonogram, gambaran
kista bukan kista fungsional, dan kista berukuran besar, biasanya dokter menganjurkn
mengangkat kista dengan operasi, begitu pula bila perempuan sudah menopause, dan
dokter menemukan adanya kista, seringkali dokter yang bersangkutan mengangkat kista
tersebut dengan jalan operasi meskipun kejadian kanker ovarium jarang ditemukan.
a. Laparaskopi
b. Laparostomi
c. Ooferoktomi
d. Histeriktomi
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung pada usia
pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan jenis kista. Prinsip
pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut :
16
BAB 3
KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Tanggal Lahir : 06 Maret 1965 (52 tahun)
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Manakasa RT 01 RW 03
Suku bangsa : Jawa
Diagnosa medis : Kista Ovarium
Nomor RM : 01-02-03
Tanggal masuk RS : 23 Desember 2020
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. B
Umur : 27 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Desa Manakasa RT 01 RW 03
Hubungan dengan pasien : Anak kandung
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah (P : Kista ovarium, Q : panas, R :
peurt bagian bawah menjalar ke pinggang belakang, S : 5, T : hilang timbul)
b. Riwayat penyakit sekarang
17
Pasien datang ke Rumah Sakit pada tanggal 2 Januari 2021 untuk control program
operasi pada tanggal 3 Januari 2021 dengan keluhan nyeri perut bagian bawah
sampai ke pinggang. Tidak ada perdarahan, terdapat keputihan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan kurang lebih 7 bulan SMRS ketika menstruasi dan sesudah
menstruasi mengalami nyeri. Nyeri yang dirasakan seperti mau melahirkan. Nyeri
dirasakan pada perut bagian bawah sampai ke pinggang. Darah mestruasi sedikit.
Pasien mengatakan ketika BAB dan BAK tidak mengalami nyeri. Saat
berhubungan seksual juga tidak mengalami nyeri
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama.
4. Riwayat Obsterti
Menarche umur : 10 tahun
Banyaknya : Sedikit
Siklus : Tidak teratur
Lamanya : 3 hari
Keluhan : Saat menstruasi dan susedah mendtruasi terasa nyeri
Riwayat kehamilan dan persalinan : P5A0
Tabel 3.1
Pervagina
1 42 thn Dukun bayi P - Normal Tidak ada
m
Pervagina
2 35 thn Dukun bayi L - Normal Tidak ada
m
18
m
Pervagina
4 24 thn Dukun bayi P - Normal Tidak ada
m
Pervagina
5 20 thn Dukun bayi L - Normal Tidak ada
m
6. Aspek Psikososial
a. Persepsi pasien tentang keluha/penyakit
Pasien mengatakan penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan dan pasien
menerimanya dengan ikhlas
b. Apakah perubahan ini menyebabkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari ?
bila ya bagaimana ?
Karena nyeri yang dirasakan terkadang mengganggu aktivitasnya ke sawah
c. Harapan yang pasien inginkan
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
d. Pasien tinggal dengan siapa ?
Pasien tinggal dengan suaminya dan anaknya
e. Siapa orang terpenting bagi pasien ?
Pasien mengatakan orang terpenting adalah keluarganya
f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini
Semua anggota keluarga peduli terhadap kesehatan pasien dan mendoakan supaya
pasien cepat sembuh. Keluarga pasien juga terlihat menunggu pasien saat di
Rumah Sakit.
7. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pola nutrisi
19
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x sehari, nafsu makan baik, makanan
yang biasa dikonsumsi setiap hari adalah sayu-sayuran, pasien tidak memiliki
alergi makanan.
Saat sakit : tidak nafsu makan, makanan hanya habis setengah piring dan lauk
tidak habis.
b. Pola eliminasi
BAK : Pasien mengatakan biasanya BAK lancar dengan frekuensi sekitar 3-4 kali
dalam sehari, warnanya kekuningan, tidak ada rasa nyri ketika BAK
BAB : Pasien mengatakan BAB lancar, tidak mengalami kesulitan saat BAB,
BAB 1x dalam sehari setiap pagi hari, warna kuning, padat, dan tidak ada rasa
nyeri saat BAB
c. Pola personal hygine
Pasien mandi 2x sehari, mandi dengan menggunakan sabun. Pasien selalu
menggosok gigi saat mandi. Pasien keramas 1 minggu 2x, dengan menggunakan
shampoo.
d. Pola istirahat tidur
Pasien mengatakan tidak ada keluhan dengan pola tidur
e. Pola aktivitas latihan
Sebelum sakit : pasien mengatakan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
Saat sakit : sebelum operasi pasien dibantu ketika masuk ke kamar mandi
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Pasien mengatakan tidak merokok, di dalam rumah terdapat suami dan anak yang
merokok, tidak meminum minuman yang beralkohol
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umu : baik Nadi : 80x/menit
Tekanan Darah : 130/80 mmHg Suhu : 36,4oC
Respirasi : 16x/menit SpO2 : 98%
Berat Badan : 46 kg Tinggi Badan : 145 cm
Head to toe
20
a. Kepala simetris, tidak ada lesi, rambut tidak ada kerontokan
b. Mata konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
c. Mulut dan tenggorokan bibir tidak ada sianosis, mukosa tidak pucat, tidak ada
gangguan menelan, jumlah gigi masih utuh, tidak ada karies gigi.
d. Thoraks :
1) Payudara simetris, areola hitam, putting menonjol
2) Paru :
- Inpeksi tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada penggunaan otot
bantu pernafasan
- Palpasi tidak ada krepitasi
- Perkusi sonor
- Auskultasi vesikuler
3) Jantung
- Inspeksi iktus kordis terlihat sedikit
- Palpasi punctum masximum teraba lemah di IC 5 midclavicula kiri
- Perkusi pekak
- Auskultasi S1 (lup) S2 (dup) tidak ada suara tambahan
e. Abdomen
- Inspeksi terdapat distensi pada abdomen
- Auskultasi bising usus 10x/menit
- Palpasi nyeri telan saat palpasi
- Perkusi timpani
f. Genitourinary
Keputihan : ya, bau khas tidak gatal, tidak ada perdaraha, tidak ada hemoroid,
tidak ada laserasi.
g. Ekstremitas
Turgor kulit baik, mukosa lembab. Pergerakan ekstremitas simetris, kekuatan otot
masing-masing ekstremitas 5. Tidak ada edema pada ekstremitas bawah, akral
hangat, CRT<2 detik, ada reflek fisiologis
21
9. Data Penunjang
USG : USG Abdomen tanggal 23 Desember 2020
Hasil : uterus bentuk dan ukuran dalam batas normal, tampak massa kistik ukuran >8
cm multilokuler
Kesan : kista ovarium multilokuler
Pemeriksaan Laboratoium : 2 Januari 2021
Tabel 3.2
22
RDW 13,2 11,5-14,5 SGPT 19 U/L 14-59
L. Analisa Data
23
S:5
T : hilang timbul
DO :
Terdapat distensi
abdomen
Palpasi terdapat
nyeri tekan pada
bagian perut bawah
M. Prioritas Diagnosa
24
25
N. Intervensi
Indikator Awal Akhir farmakologis (napas dalam) untuk menurunkan nyeri akibat
4. Gunakan komunikasi sekunder dan iskemia jaringan
Melaporkan 3 5 terapeutik untuk mengetahui 4. Untuk mengetahui pengalaman
bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien nyeri pasien
terkontrol
Keterangan :
1. : berat
2. : cukup
3. : sedang
4. : ringan
5. : tidak ada
26
Cemas b.d Anxiety Level Anxiety Reduction
rencana tindakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
1. Untuk membantu pasien dapat
operasi selama 2x24 jam diharapkan level 1. Jelaskan kepada pasien
mengetahui prosedur yang akan
cemas pasien menurun dengan indikator tentang prosedur yang akan
dilakukan
dilakukan
2. Mengetahui TTV pasien dalam
2. Monitor TTV
batas normal
Indikator Awal Akhir
Mengataka 4 5
n cemas
Keterangan :
1. : berat
2. : cukup
3. : sedang
4. : ringan
5. : tidak ada
27
O. Implementasi
Np.
Tanggal Jam Implementasi Respon Hasil Paraf
Dx
Sabtu 22.00 1 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S : pasien mengatakan nyeri pada perut
02 Januari komprehensif, meliputi lokasi, P : kista ovarium
2021 karakteristik, frekuensi, kualitas, durasi, Q : panas
dan faktor presipitasi R : perut bagian bawah menjalar ke pinggang
belakang
S : skala nyeri 5
T : hilang timbul
28
nafas dalam
4. Menggunakan komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri
S : pasien mengatakan sebelumnya belum pernah
pasien
operasi. Nyeri yang sakit adala ketika melahirkan
O:-
Minggu 16.00 2 1. Menjelaskan kepada pasien tentang S : pasien mengatakan menjadi mengerti apa yang
03 Januari prosedur yang akan dilakukan (efek dilakukan setelah selesai operasi. Pasien menjadi
2021 setelah operasi seperti nyeri) lebih tenang
Mengajarkan kepada pasien O : pasien kooperatif, pasien mendemonstrasikan
teknik relaksasi nafas untuk teknik nafas dalam yang diajarkan
menurunkan nyeri setelah S:-
operasi O:
Menjelaskan kepada pasien
TD 120/80 mmHg
tahap-tahap mobilisasi setelah
N : 88 x/menit
operasi
RR : 18x/menit
29
P. Evaluasi
30
Mengatasi cemas 4 5 5
31
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair,
atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul. Kista ovarium
biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau
setengah cair.(Nugroho, 2014).
Berdasarkan Setiadi (2015). Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti,
kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan pembentukan hormon dihipotalamus,
hipofisis atau di indung telur sendiri (ketidakseimbangan hormon). Tanda dan gejala yang
sering muncul pada kista ovarium antara lain : menstruasi yang tidak teratur, disertai
nyeri, perasaan penuh dan tertekan di perut bagian bawah, disertai nyeri, nyeri saat
bersenggama, maupun perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan
lebih lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah menstruasi pada siklus
biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.
32
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Purwanti, (2016). Perancangan Aplikasi Identifikasi Kista Ovarium Berbasis Sistem
Cerdas. DariHttps://Www.Researchgate.Net/Publication/292074016_Peranca
ngan_Aplikasi_Identifikasi_Kista_Ovarium_Berbasis_Sistem_Cerdas Benson, Ralph C,
Dkk, (2014). Buku Saku Obstetric Dan Genekologi. Jakarta :EGC. Journal Of Cancer.
Bobak,Jensen, (2015). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Alih Bahasa Maria A. Wijayarini,
Bulechek, G. M., et al., 2013, Nursing Intervension Classification (NIC), Elsevier Mosby, USA.
Herdman, T.H & Kamisuru, S, 2014, NANDA International nursing diagnoses: Definition &
Moorhead, S., et al., 2013, Nursing Outcomes Classification (NOC), Elsevier Mosby, USA.
33