Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

RASA NYAMAN NYERI

Oleh :

SUPUTRA SIDARTA
NIM: 219012719

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

A.   Konsep Kebutuhan Dasar

1. Definisi

Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Judith M.
Wilkinson 2006). Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal
skala atau tingatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialamin ya (Aziz Alimul, 2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Jadi
dapat disimpulkan nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya rangsangan fisik dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh
reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.

2. Klasifikasi

Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan tempat,


sifat, berat ringannya nyeri dan waktu lamanya serangan

a. Nyeri berdasarkan tempatnya

1) Superfisial yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya kulit

2) Visceral dalam yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam

3) Refered pain yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ atau
struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di daerah yang
berbeda, bukan daerah asal nyeri
4)  Radiasi yaitu sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh
yang lain.

b. Nyeri berdasarkan sifatnya

1) Incidental pain yaitu nyeri yang timbul sewaktu – waktu atau hilang

2) Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu
yang lama.

3) Paroxysmal pain yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.
Nyeri biasanya menetap sekitar 10 – 15 menit, lalu menghilang kemudian
timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat ringannya

1) Nyeri rendah yaitu nyeri dengan intensitas rendah

2) Nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi

3) Nyeri berat yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi

d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan

1)  Nyeri akut yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir
kurang dari 6 bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas seperti
luka operasi.

2)  Nyeri kronis yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan dan polanya
beragam.

(Menurut Smeltzer,2001)

3. Epidemiologi
Nyeri merupakan masalah kesehatan yang komplek, dan merupakan salah satu
utama seseorang datang untuk mencari pertolongan medis. Nyeri dapat mengenai
semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, umur, ras, status sosial, dan pekerjaan.
(Crombie et al,1999).
Pada populasi anak-anak dan remaja sindrom yang terjadi bervariasi. Nyeri yang
terjadi adalah akibat dari penyakit yang diderita yang mendasari seperti, kanker,
juvenile, arthritis, trauma dan sebagainya (Mc Grath 1999). Pada populasi remaja
bentuk nyeri yang paling umum adalah fibromyalgia, disminorea, nyeri kepala
migren, stomatitis, dan nyeri non spesifik. Pada populasi lanjut usia kondisi nyeri
kronik meningkat sangat tajam.

4. Penyebab/etiologi

Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam 2 golongan yaitu penyebab yang

berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis.

a. Secara fisik misalnya penyebab adalah trauma ( mekanik, thermal, kimiawi, maupun

elektrik )

1) Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung – ujung saraf bebas


mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka.

2) Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat


rangsangan akibat panas atau dingin

3) Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat

4) Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang
kuat mengenai reseptor rasa nyeri.

b. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau keerusakan jaringan


yang mengandung reseptor nyeri dan juga terikan, jepitan atau metaphase.

c. Peradangan adalah nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan ujung-ujung


saraf reseptor akibat pembengkakan.

d. Gangguan sirkulasi dan kelainan pembuluh darah, biasanya pada pasien infark
miokard dengan tanda nyeri pada dada yang khas. (Mubarok,2008)
5. Faktor Predisposisi

Menurut Wahit.et.al.(2007) nyeri yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa

sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :

a. Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji


respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan sudah mengalami perubahan fungsi. Pada lansia cendrung memendam
nyeri yang dialam, karena mereka menganggap nyeri adalah hal yang alamiah yang
harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika
nyeri diperiksa

b. Jenis kelamin

(Gill,1990) menggungkap laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan


dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (contoh: tidak pantas
kalau laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri)

c. Kebudayan

Orang belajar dari budaya, bagaimana seharusnya mereka merespon nyeri


(contoh : suatu daerah yang menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat dari
kesalahannya sendiri)

d. Makna nyeri

Berhubung dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan


bagaimana mengatasinya

e. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri dapat mempengaruhi


persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan
nyeri yang meningkat
f. Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan


seseorang cemas.

g. Keletihan

Rasa kelelahan menyebabkan sensai nyeri semakin intensif dan menurunkan


kemampuan kopingnya

h. Pengalaman sebelumnya

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa sebelumnya dan saat ini
nyeri yang lama timbul kembali, maka itu lebih mudah mengatasi nyerinya.

i. Dukungan keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga


atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan

Beberapa penyakit dengan keluhan nyeri yaitu :

1. Fraktur/ patah tulang

2. Cidera/ kecelakaan

3. Batu ginjal

4. Usus buntu akut

5. Luka atau luka bakar

6. Pasca-operasi

7. Menderita kanker

8. Radang sendi
6. Patofisiologi Terjadinya Nyeri

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, perilaku. Cara yang paling baik
untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga
komponen fisiologis berikut yakni : resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil
nyeri mengirim impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla
spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai
kedalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dan
berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri mencapai otak
atau transmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Maka otak menginterpretasi
kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang
lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mengekspresikan nyeri. (Fundamental
potterperry,2005)
PATHWAY NYERI

STIMULUS
NYERI

TUMOR/KANKER SPASME OTOT

IMPULS NYERI

SERABUT SARAF
PERIFER

MEDULA SPINALIS

THALAMUS

KORTEKS SEREBRI

OTAK (AREA
LIMBIK)

PERSEPSI NYERI

NYERI AKUT NYERI KRONIS


7. Gejala Klinis

a. Vakolasi

1)      Mengaduh

2)      Menangis

3)      Sesak nafas

4)      Mendengkur

b. Ekspresi Wajah

1)      Meringis

2)      Mengeletuk gigi

3)      Mengernyit dahi

4)      Menutup mata, mulut dengan rapat

5)      Menggigit bibir

c. Gerakan Tubuh

1)      Gelisah

2)      Imobilisasi

3)      Ketegangan otot

4)      Peningkatan gerakan jari dan tangan

5)      Gerakan ritmik atau gerakan menggosok

6)      Gerakan melindungi bagian tubuh

d. Interaksi Sosial

1)      Menghindari percakapan
2)      Fokus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri

3)       Menghindar kontak sosial

4)      Penurunan rentang perhatian

(Potter Perry,2006)
8. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik menurut buku (Odadebora 2011) dilakukan dengan teknik head
to toe ( dari ujung rambut sampai ujung kaki).
a. Kepala dan rambut
1) Inspeksi ( bentuk kepala, kesimetrisan, warna, distribusi, lesi )
2) Palpasi (benjolan, nyeri tekan)
b. Mata
1) Inspeksi ( kesimetrisan bulu mata, konjungtiva, sclera, pupil)
2) Palpasi ( nyeri tekan)
c. Hidung
1) Inspeksi ( kesimetrisan silia, alat bantu O2, dan serumen)
2) Palpasi ( palpasi adanya neyri tekan)
d. Mulut dan faring
1) Inspeksi (kesimetrisan , kondisi gigi, lidah , palatum, gusi)
2) Palpasi ( benjolan, nyeri tekan)
e. Telinga
1) Inspeksi (kesimetrisan daun telinga)
2) Palpasi (adanya nyeri tekan)
f. Leher
1) Inspeksi (kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tiroid)
2) Palpasi ( benjolan, nyeri tekan)
g. Dada (thoraks )
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
h. Abdomen
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
i. Pemeriksaan batang tubuh(truncus)/ektremitas atas dan bawah.
9. Pemeriksaan diagnostik/penunjang

 Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah


ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa nyeri seperti :

a. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi

b. Menggunakan skala nyeri

1) Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat berkomunikasi
dengan baik

2) Sedang  = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi
nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan

3) Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon, namun
terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.

4) Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu


berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul. (Mubarok, 2008)

10. Therapy/tindakan perawatan


a. Relaksasi dan tekhnik imajinasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik diri ketegangan dan stress.
Teknik relaksasi memberikan individu control diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi
terbimbing klien menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan
tersebut sehingga secara bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya.
b. Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respo n fisiologis misalnya tekanan darah.
c. Hipnosis diri dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh
sugesti positif. Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana untuk
meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau mencegah stimulus nyeri
(fundamental & potterperry 2005)

11. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Nyeri Secara Non Farmakologis


1) Stimulasi dan masase kutaneus.
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada
punggung dan bahu dengan cara memijatnya pelan – pelan.
2) Terapi es dan panas.
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensitivitas
reseptor nyeri dan sub kutan lain pada tempat cedera dengan menghambat
proses inflamasi. Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan
aliran darah ke suatu areadan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri
dengan mempercepat penyembuhan. Baik terapi es maupun terapi panas harus
digunakan dengan hati – hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari
cedera kulit (Smeltzer dan Bare, 2002 )
3) Distraksi
Distraksi yaitu mengalihkan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri
dapat menjadi strategi yang berhasil.
4) Teknik relaksasi.
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri. Periode relaksasi yang teratur dapat
membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan
nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri ( Smeltzer dan Bare, 2002 )
Tahap relaksasi :
a) Duduk tenang dalam posisi nyaman.
b) Tutup mata perlahan.
c) Kendurkan otot – otot tubuh.
d) Tarik nafas perlahan dan teratur, ambil nafas melalui hidung dan
keluarkan melalui mulut. 
5) Imajinasi terbimbing.
Menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara
khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
6) Hipnosis
Keefektifan hipnosis tergantung pada kemudahan hipnotik individu

b. Penatalaksanaan Nyeri Secara Farmakologis


Beberapa agen farmakologis digunakan untuk menangani nyeri. Semua
agen tersebut memerlukan resep dokter. Keputusan perawat, dalam penggunaan
obat-obatan dan penatalaksanaan klien yang menerima terapi farmakologi,
membantu dalam upaya memastikan penanganan nyeri yang mungkin dilakukan.
Metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri adalah analgesik. Ada 3 jenis
analgesik, yaitu:
(1) non-narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
(2) narkotik atau opioid
(3) obat tambahan (adjuvan) atau koanalgesik
(Potter&Perry, 2006)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

Hal-hal yang dapat dikaji pada nyeri, yaitu:

a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan

Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan dengan nyeri,

adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan dengan nyeri.

b. Pola metabolik-nutrisi

Kebiasaan diit buruk (rendah serta, tinggi lemak, bahan pengawt), anoreksia, mual,
muntah, intoleransi makanan atau minuman, perubahan berta badan, berat badan turun,
frekuensi makan dan minum, adanya sesuatu yang dapat mempengaruhi makan dan
minum (agama, budaya, ekonomi) dari rasa ketidaknyamanan nyeri tersebut.

c. Pola eliminasi

Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan berkemih
(perubahan warna, jumlah, ferkuensi) dari nyeri.

d. Aktivitas-latihan

Adanya nyeri meyebabkan kelemahan atau keletihan.

e. Pola istirahat-tidur

Nyeri menyebabkan perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur.

f. Pola persepsi-kognitif

Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu atau tidak,
penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien. Pasien dapat merasakan nyeri.

g. Pola konsep diri-persepsi diri


Nyeri mempengaruhi keadaan social seseorang (pekerjaan, situasi keluarga, kelompok
sosial), penilaian terhadap nyeri yang dialaminya.

h. Pola hubungan dan peran

i. Pola reproduksi-seksual

Perilaku seksual setelah terjadi gangguan nyeri dikaji

j.  Pola toleransi koping-stress

Adanya nyeri menyebabkan stress.

k.  Keyakinan dan nilai

Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi nyeri, adanya pantangan atau larangan
dalam penanganan nyeri menurut dirinya.

Pengkajian PQRTS nyeri meliputi:

1) P = Problem : pencetus nyeri

Faktor – faktor yang merangsang nyeri

a) Apa yang membuat nyeri bertambah buruk?

b) Apa yang mengurangi nyeri

2) Q = Quality : kualitas nyeri

a) Nyeri dirasakan seperti apa?

b) Apakah nyeri dirasakan tajam, tumpul, ditekan dengan berat, berdenyut


sperti diiris, atau tercekik?

3)    R = Region : lokasi nyeri

a) Dimana nyeri tersebut?


b) Apakah nyeri menyebar atau menetap pada satu tempat?

4)     S = Squerity = intensitas nyeri

a) Apakah nyeri ringan sedang atau berat?

b) Seberapa berat nyeri yang dirasakan?

5) T = Time : waktu

a) Berapa lama nyeri dirasakan?

b) Apakah nyeri terus menerus atau kadang – kadang?

(Potter&Perry, 2005)

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin

Menurut nanda (2014), diagnosis keperawatan untuk klien yang mengalami nyeri
atau ketidaknyamanan:

a.Nyeri akut

Berhubungan dengan: Trauma jaringan infeksi (cedera)

Ditandai dengan:

1) Melaporkan nyeri secara verbal atau non verbal

2) Menunjukan kerusakan

3) Posisi untuk mengurangi nyeri

4) Gerakan untuk melindungi

5) Tingkah laku untuk berhati – hati

6) Gangguan tidur ( mata sayu, tampak lelah, sulit atau gerakan kacau dan

menyeringai)
7) Fokus pada diri sendiri

b. Nyeri kronis

Berhubungan dengan: Ketidakmampuan psiko sosial atau fisik secara kronis

Ditandai dengan:

1) Perubahan berat badan

2) Perubahan pola tidur

3) KelelahanTakut cedera kembali

4) Interksi dengan orang lain menurun

5) Perubahan kemampuan dalam melakukan aktifitas

3. Rencana tindakan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Kaji TTV (tanda- 1.peningkatan nadi
berhubungan asuhan tanda vital) mempengaruhi nyeri
dengan agen keperawatan
cidera diharapkan nyeri
dapat berkurang 2.Kaji skala nyeri 2.Memantau skala nyeri
dengan kreteria pasien yang didasarkan pasien
hasil:
1.Adanya 3.Ajarkan tehnik 3.Menambah
penurunan relaksasi progresif pengetahuan klien untuk
intensitas nyeri menangani nyeri

2.Ketidak- 4.Pengaturan 4.Posisi untuk


nyamanan akibat posisi pasien menghindari nyeri
nyeri berkurang
3.Tidak 5.Kolaborasi pada 5.Membantu proses
menunjukan tanda- dokter dalam penyembuhan pasien
tanda fisik dan pemberian obat
perilaku dalam analgetik
nyeri akut
4.Skala nyeri 0-3
5.TTV dalam batas
normal
Nadi : 60-100
x/menit
RR: 16-20x/menit
TD : 110/90-
120/80mmHg

2. Nyeri kronis Setelah diberikan


berhubungan asuhan
dengan ketidak keperawatan
mampuan psiko diharapkan nyeri 1.Catat 1. mempermudah dalam
sosial atau fisik teratasi dengan karakteristik nyeri tindakan pengobatan
secara kronis kreteria hasil : kepada klien
1.Skala nyeri
dalam rentang 1-3
2.Raut muka tidak 2.Berikan posisi 2. membantu
menahan nyeri semifowler memberikan rasa nyaman
3.Klien sudah tidak kepada klien
memegangi area
nyeri
4.Pasien mampu 3.Ajarkan tehnik 3. menambah
melakukan aktifitas relaksasi pengetahuan pasien
sehari-hari tanpa dalam mngurangi rasa
keluhan nyeri nyeri
5.TTV dalam batas 4.Kolaborasi
normal pemberian obat 4. membantu pasien
Nadi : 60-100 analgetik sesuai dalam mengurangi rasa
x/menit dengan indikasi nyeri
RR: 16-20x/menit
TD : 110/90-
120/80mmHg

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan untuk


mencapai tujuan.

5. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan dari implementasi yang telah dilakukan, yaitu:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Evaluasi dari diagnosa diatas adalah :

1) Adanya penurunan intensitas nyeri

2) Ketidaknyamanan akibat nyeri berkurang

3) Tidak menunjukkan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri akut

4) Skala nyeri dalam rentang 1-3

5) TTV dalam batas normal:

TD:120/80 MmHg

S : 36,5-37,5 derajat celcius

R : 12-20 x/menit
N : 60-100 x/menit

b. Nyeri kronis

Berhubungan dengan ketidakmampuan psiko sosial atau fisik secara kronis

Evaluasi dari diagnosa diatas adalah :

1) Skala nyeri dalam rentang 1-3

2) Raut muka tidak menahan nyeri

3) Klien sudah tidak memegangi area nyeri

4) Pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri

5) TTV dalam batas normal:

TD:120/80 MmHg

S : 36,5-37,5 derajat celcius

R : 12-20 x/menit

N : 60-100 x/menit

DAFTAR PUSTAKA
Alimul hidayat,A.Aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawata.Jakarta:Salemba Medika

Bare BG., Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Gill.1990. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri. Jakarta: EGC
Mubarok.2008.Buku Ajar Kebutuhan Manusia:Teori & Aplikasi Dalam Praktik.Jakarta:EGC

NANDA International.2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi2012-2014.Jakarta:


EG

Oda, Debora. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.2. Jakarta : EGC

Potter dan Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Volume 2,Edisi 4 . Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika

Tamsuri Anas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3.


Jakarta : Salemba Medika

Wilkinson,Judith.M.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan


Kriteria Hasil NOC.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai