Oleh :
SUPUTRA SIDARTA
NIM: 219012719
1. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Judith M.
Wilkinson 2006). Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal
skala atau tingatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialamin ya (Aziz Alimul, 2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Jadi
dapat disimpulkan nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya rangsangan fisik dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh
reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.
2. Klasifikasi
1) Superfisial yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya kulit
2) Visceral dalam yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam
3) Refered pain yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ atau
struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di daerah yang
berbeda, bukan daerah asal nyeri
4) Radiasi yaitu sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh
yang lain.
1) Incidental pain yaitu nyeri yang timbul sewaktu – waktu atau hilang
2) Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu
yang lama.
3) Paroxysmal pain yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.
Nyeri biasanya menetap sekitar 10 – 15 menit, lalu menghilang kemudian
timbul lagi.
1) Nyeri akut yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir
kurang dari 6 bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas seperti
luka operasi.
2) Nyeri kronis yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan dan polanya
beragam.
(Menurut Smeltzer,2001)
3. Epidemiologi
Nyeri merupakan masalah kesehatan yang komplek, dan merupakan salah satu
utama seseorang datang untuk mencari pertolongan medis. Nyeri dapat mengenai
semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, umur, ras, status sosial, dan pekerjaan.
(Crombie et al,1999).
Pada populasi anak-anak dan remaja sindrom yang terjadi bervariasi. Nyeri yang
terjadi adalah akibat dari penyakit yang diderita yang mendasari seperti, kanker,
juvenile, arthritis, trauma dan sebagainya (Mc Grath 1999). Pada populasi remaja
bentuk nyeri yang paling umum adalah fibromyalgia, disminorea, nyeri kepala
migren, stomatitis, dan nyeri non spesifik. Pada populasi lanjut usia kondisi nyeri
kronik meningkat sangat tajam.
4. Penyebab/etiologi
a. Secara fisik misalnya penyebab adalah trauma ( mekanik, thermal, kimiawi, maupun
elektrik )
3) Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat
4) Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang
kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
d. Gangguan sirkulasi dan kelainan pembuluh darah, biasanya pada pasien infark
miokard dengan tanda nyeri pada dada yang khas. (Mubarok,2008)
5. Faktor Predisposisi
Menurut Wahit.et.al.(2007) nyeri yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Kebudayan
d. Makna nyeri
e. Perhatian
g. Keletihan
h. Pengalaman sebelumnya
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa sebelumnya dan saat ini
nyeri yang lama timbul kembali, maka itu lebih mudah mengatasi nyerinya.
2. Cidera/ kecelakaan
3. Batu ginjal
6. Pasca-operasi
7. Menderita kanker
8. Radang sendi
6. Patofisiologi Terjadinya Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, perilaku. Cara yang paling baik
untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga
komponen fisiologis berikut yakni : resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil
nyeri mengirim impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla
spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai
kedalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dan
berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri mencapai otak
atau transmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Maka otak menginterpretasi
kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang
lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mengekspresikan nyeri. (Fundamental
potterperry,2005)
PATHWAY NYERI
STIMULUS
NYERI
IMPULS NYERI
SERABUT SARAF
PERIFER
MEDULA SPINALIS
THALAMUS
KORTEKS SEREBRI
OTAK (AREA
LIMBIK)
PERSEPSI NYERI
a. Vakolasi
1) Mengaduh
2) Menangis
3) Sesak nafas
4) Mendengkur
b. Ekspresi Wajah
1) Meringis
2) Mengeletuk gigi
3) Mengernyit dahi
5) Menggigit bibir
c. Gerakan Tubuh
1) Gelisah
2) Imobilisasi
3) Ketegangan otot
d. Interaksi Sosial
1) Menghindari percakapan
2) Fokus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
(Potter Perry,2006)
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menurut buku (Odadebora 2011) dilakukan dengan teknik head
to toe ( dari ujung rambut sampai ujung kaki).
a. Kepala dan rambut
1) Inspeksi ( bentuk kepala, kesimetrisan, warna, distribusi, lesi )
2) Palpasi (benjolan, nyeri tekan)
b. Mata
1) Inspeksi ( kesimetrisan bulu mata, konjungtiva, sclera, pupil)
2) Palpasi ( nyeri tekan)
c. Hidung
1) Inspeksi ( kesimetrisan silia, alat bantu O2, dan serumen)
2) Palpasi ( palpasi adanya neyri tekan)
d. Mulut dan faring
1) Inspeksi (kesimetrisan , kondisi gigi, lidah , palatum, gusi)
2) Palpasi ( benjolan, nyeri tekan)
e. Telinga
1) Inspeksi (kesimetrisan daun telinga)
2) Palpasi (adanya nyeri tekan)
f. Leher
1) Inspeksi (kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tiroid)
2) Palpasi ( benjolan, nyeri tekan)
g. Dada (thoraks )
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
h. Abdomen
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
i. Pemeriksaan batang tubuh(truncus)/ektremitas atas dan bawah.
9. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
1) Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat berkomunikasi
dengan baik
2) Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi
nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
3) Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon, namun
terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
11. Penatalaksanaan
adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan dengan nyeri.
b. Pola metabolik-nutrisi
Kebiasaan diit buruk (rendah serta, tinggi lemak, bahan pengawt), anoreksia, mual,
muntah, intoleransi makanan atau minuman, perubahan berta badan, berat badan turun,
frekuensi makan dan minum, adanya sesuatu yang dapat mempengaruhi makan dan
minum (agama, budaya, ekonomi) dari rasa ketidaknyamanan nyeri tersebut.
c. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan berkemih
(perubahan warna, jumlah, ferkuensi) dari nyeri.
d. Aktivitas-latihan
e. Pola istirahat-tidur
f. Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu atau tidak,
penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien. Pasien dapat merasakan nyeri.
i. Pola reproduksi-seksual
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi nyeri, adanya pantangan atau larangan
dalam penanganan nyeri menurut dirinya.
5) T = Time : waktu
(Potter&Perry, 2005)
Menurut nanda (2014), diagnosis keperawatan untuk klien yang mengalami nyeri
atau ketidaknyamanan:
a.Nyeri akut
Ditandai dengan:
2) Menunjukan kerusakan
6) Gangguan tidur ( mata sayu, tampak lelah, sulit atau gerakan kacau dan
menyeringai)
7) Fokus pada diri sendiri
b. Nyeri kronis
Ditandai dengan:
3. Rencana tindakan
4. Implementasi
5. Evaluasi
TD:120/80 MmHg
R : 12-20 x/menit
N : 60-100 x/menit
b. Nyeri kronis
TD:120/80 MmHg
R : 12-20 x/menit
N : 60-100 x/menit
DAFTAR PUSTAKA
Alimul hidayat,A.Aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawata.Jakarta:Salemba Medika
Bare BG., Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Gill.1990. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri. Jakarta: EGC
Mubarok.2008.Buku Ajar Kebutuhan Manusia:Teori & Aplikasi Dalam Praktik.Jakarta:EGC
Oda, Debora. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.2. Jakarta : EGC
Potter dan Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Volume 2,Edisi 4 . Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika