Anda di halaman 1dari 6

Dampak Dampak Pandemi Covid-19, Muncul

menyumbang peningkatan
9,77 Juta Pengangguran Terbuka Baru
angka pengangguran hingga mencapai 7,07 persen
dari 138,22 juta angkatan kerja. Angka itu setara
Liputan6.com
25 Mei 2021, 12:10 WIB dengan 9,77 juta usia pekerja. "Artinya sebanyak

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan 9,77 juta orang menganggur," terangnya. Ironisnya,

Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan tingkat pengangguran terbuka tersebut masih di

Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso dominasi oleh lulusan sekolah menengah kejuruan

Monoarfa menyatakan, dampak pandemi Covid- (SMK). Padahal, lulusan SMK tersebut merupakan

19 sejak 2020 lalu telah memberikan tekanan besar calon tenaga kerja yang siap pakai. Merespon

kepada sektor Ketenagakerjaan Indonesia. tantangan tersebut, pemerintah berkomitmen untuk


menekankan pembangunan sumber daya manusia
"Dampak pandemi Covid-19 pada tahun 2020 tentu (SDM) dilakukan secara holistik dan terintegrasi.
memberikan tekanan besar kepada sektor Di antaranya melalui penyediaan sistem informasi
Ketenagakerjaan di Indonesia. Pada periode pasar kerja yang kredibel dan berkelas. "Karena
Agustus 2020 terdapat sekurang-kurangnya 29 juta (sistem informasi pasar kerja) salah satu prasyarat
penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19." yang harus dipenuhi. Ini sebagai bagian dari upaya
Suharso mengungkapkan, dengan 27 juta angkatan reformasi pendidikan dan pelatihan vokasi kita,"
kerja yang terdampak pandemi Covid-19 turut bebernya.
Dampak Corona, 3,05 Juta Orang Terkena Menurut Bambang, mengacu survei Badan Pusat
PHK Hingga Juni
Statistik (BPS), kelompok yang paling terdampak
dari Covid-19 adalah penduduk perpendapatan
rendah dan pekerja di sektor informal. Adapun di
perkotaan yang terdampak adalah bisnis
perdagangan. Wabah Covid-19 menyebabkan
gelombang PHK naik signifikan. Bahkan
sebanyak 25 juta pekerja diprediksi terancam
kehilangan pekerjaan, terutama dari sektor pekerja
bebas. Hal ini terlihat dari survei yang dilakukan
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menyebutkan
oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
bahwa angka pemutusan hubungan kerja (PHK)
Badan Litbang Ketenagakerjaan Kementerian
dampak dari virus corona atau Covid-19 telah
Ketenagakerjaan dan Lembaga Demografi
mencapai 3,05 juta.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Indonesia melakukan survei online. Survei
Industri, Kementerian Koordinator Perekonomian, dilakukan selama periode 24 April sampai 2 Mei
Bambang Adi Winarso menyampaikan penciptaan 2020 terhadap penduduk usia 15 tahun keatas,
lapangan kerja saat ini tidak ada. Bahkan yang dengan jumlah responden yang terjaring sebanyak
terjadi adalah kehilangan lapangan kerja. 2.160 responden yang tersebar di 34 provinsi di
"Kemenaker melaporkan tenaga kerja terdampak Indonesia. Dampak pandemi Covid-19 terhadap
Covid-19 sekitar 3,05 juta orang (per 2 Juni 2020) dunia ketenagakerjaan di Indonesia dilihat dari
dan memperkirakan tambahan pengangguran bisa sisi pekerja, pengusaha dan usaha mandiri. Dari
mencapai 5,23 juta," ujarnya dalam sebuah bahan sisi pekerja, terjadinya gelombang PHK tenaga
diskusi, Minggu, 7 Juni 2020. Bappenas kerja dan penurunan pendapatan sebagai akibat
sebelumnya memperkirakan tambahan terganggunya kegiatan usaha pada sebagian besar
penggungaran tahun ini mencapai 4,2 juta. Namun sektor. Sebanyak 15,6 persen pekerja mengalami
angka itu bisa lebih besar karena pencari kerja PHK dan 40 persen pekerja mengalami penurunan
cukup tinggi. "Hal itu terindikasi dari Kartu pendapatan, diantaranya sebanyak 7 persen
Prakerja, pendaftar 10,8 juta sampai akhir Mei pendapatan buruh turun sampai 50 persen.
2020," kata Bambang. Dia mengutarakan angka “Kondisi ini berpengaruh pada kelangsungan
kemiskinan dan pengangguran masih akan terus hidup pekerja serta keluarganya,” ujar Ngadi dari
meningkat. Bahkan dalam skenario sangat berat Pusat Penelitian Kependudukan LIPI seperti
diperkirakan kemiskinan bertambah 4,86 juta. dikutip dari siaran pers, Selasa, 19 Mei 2020.
Masalah Tenaga Kerja di Indonesia: Oleh karenanya, afirmasi kebijakan Pemerintah
Pengangguran Tinggi dan Produktivitas Rendah yang melibatkan beragam pemangku kepentingan
Oleh Liputan6.com pada 08 Jun 2021, 12:50 WIB sangat dibutuhkan dalam memitigasi beragam
persoalan ketenagakerjaan tersebut. Tujuannya agar
tenaga kerja nasional dapat tetap eksis dan berperan
di era persaingan global yang ketat ini.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Program Prioritas

Pemerintah telah menetapkan Pembangunan


Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai program
prioritas yang paling utama, karena faktor kualitas
SDM menjadi kunci untuk memenangkan
 Perbesar persaingan global. Tenaga kerja yang berkualitas
akan meningkatkan daya saing suatu negara
Wapres Ma'ruf Amin (Istimewa)
terhadap negara-negara lainnya, baik dari sisi daya
tarik investasi maupun produk yang dihasilkan.
Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden
(Wapres) Ma'ruf Amin mengatakan, Ketua Dewan Perimbangan Majelis Ulama
permasalahan ketenagakerjaan di indonesia Indonesia (MUI) ini melanjutkan, masih relatif
semakin banyak. terutama di tengah serangkaian tingginya angka pengangguran dan rendahnya daya
upaya pemulihan berbagai sektor yang terdampak saing antara lain disebabkan oleh ketidaksiapan
pandemi Covid-19. untuk beradaptasi terhadap perubahan dan disrupsi
yang mengikutinya. Untuk itu diperlukan konsep
"Persoalan ketenagakerjaan saat ini juga semakin dan langkah perbaikan yang cepat, tepat, dan
kompleks," katanya pada Acara Rembug Nasional efisien sebagai fondasi yang penting untuk bisa
Vokasi dan Kewirausahaan dan Peresmian bersaing terhadap negara lain di era teknologi
Penggunaan BLK Komunitas Tahun 2020 Se- digital saat ini.
Indonesia, serta Peresmian Bank Wakaf Mikro
(BWM) di Pondok Pesantren "Guna mewujudkan tenaga kerja yang handal,
Cipasung,Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian, diperlukan
(8/6/2021). keterlibatan pemerintah daerah, BUMN, swasta,
Perguruan Tinggi dan lembaga riset, organisasi
Wapres mengatakan, angka pengangguran masih kemasyarakatan, termasuk lembaga keagamaan
relatif tinggi, sementara daya saing atau seperti pondok pesantren yang tersebar di berbagai
produktivitas tenaga kerja juga masih rendah. Data pelosok daerah," jelasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2021
menunjukkan bahwa terdapat 19,1 juta tenaga kerja Reporter: Dwi Aditya Putra
yang terdampak pandemi.

Persoalan tersebut ditambah pula dengan Sumber: Merdeka.com


pertumbuhan angkatan kerja baru yang cenderung
terus meningkat setiap tahun, serta minimnya
penduduk usia angkatan kerja yang siap pakai, atau
pernah mengikuti pelatihan kerja sehingga
menyebabkan terjadinya mismatched skill.

"Tantangan menjadi semakin berat dengan


perkembangan revolusi industri 4.0 dan teknologi
digital yang semakin cepat dan mendisrupsi
beragam sektor kehidupan termasuk industri dan
ketenagakerjaan," jelasnya.
Serapan tenaga kerja muda rendah lantaran
keterampilan lemah
Elisa Valenta19:01 WIB - Sabtu, 16 Maret 2019 "Kalau dilihat, sekarang ini orang yang sudah lulus
SMK atau perguruan tinggi, ketika masuk ke pasar
tenaga kerja, masih perlukan
berbagai training untuk bisa
meningkatkan skill mereka, agar cocok dengan
kebutuhan dunia bisnis," ucapnya dalam diskusi
"Menyelesaikan Masalah Struktural
Ketenagakerjaan'" dikutip Sabtu (16/3/2019).

Pemerintah memang tengah fokus mengembangkan


keahlian tenaga kerja, salah satunya melalui
pendidikan vokasi industri. Namun, kini jumlah
tenaga kerja di Indonesia mengalami kelebihan
  pasokan (over supply) sehingga tidak bisa diserap
oleh dunia usaha.
Sejumlah pelajar SMK Pariwisata Dalung
"Yang sekarang terjadi adalah supply driven jadi
mengikuti simulasi Ujian Nasional Berbasis
pemerintah atau swasta itu melakukan pendidikan
Komputer (UNBK) di Badung, Bali, Senin
atau keahlian vokasi tanpa memperhatikan
(4/3/2019). Simulasi tersebut sebagai persiapan
kebutuhan dunia usaha," paparnya.
sekolah dan pelajar menjelang pelaksanaan UNBK
Pemerintah juga harus mencermati perlambatan
SMK yang dijadwalkan pada 25-28 Maret
penurunan tingkat pengangguran yang kian lamban.
mendatang. | Fikri Yusuf /Antara Foto
Sejak 2007, tingkat pengangguran terbuka berada
Persoalan bidang tenaga kerja akan menjadi salah di angka 9,11 persen. Namun dalam jangka waktu
satu topik dalam debat ketiga pemilihan presiden 10 tahun dari dua pemerintahan berbeda, angka
2019 di Jakarta pada Minggu (17/3/2019). Selain tersebut baru turun tak sampai 5 persen.
masalah ketenagakerjaan, debat yang hanya
melibatkan calon wakil presiden (cawapres) 01 Jika dibagi dalam periode kepemimpinan nasional,
Ma'ruf Amin dan cawapres 02 Sandiaga Uno ini maka tingkat pengangguran pada era Soesilo
juga membahas urusan pendidikan, kesehatan, Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla turun 3,37
sosial, dan budaya. persen (2,94 juta jiwa), dari November 2015
sebesar 11,24 persen (11,90 juta pengangguran) ke
Ma'ruf dan Sandiaga diharapkan betul-betul 7,87 persen (8,96 juta pengangguran) pada Agustus
memberikan solusi konkret dalam menyelesaikan 2009.
persoalan, terutama di sektor tenaga kerja. Institute
for Development of Economics and Finance Sementara empat tahun era Jokowi-Jusuf Kalla,
(INDEF) menyebut ada beberapa hal yang perlu pengangguran turun "hanya" sebesar 0,84 persen
diperhatikan kedua cawapres terkait hal tersebut. (560,13 ribu jiwa), dari 6,18 persen (Agustus 2015)
menjadi 5,34 persen (Agustus 2018).
Peneliti senior INDEF, M Fadhil Hasan, menyebut
saat ini angka pengangguran terdidik dan terampil
(SMK dan universitas) di Indonesia tergolong
tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat,
persentase penganggur muda yang berpendidikan
SMA ke atas meningkat dari 60 persen pada 2014
menjadi 74 persen pada 2018.
Ini disebabkan oleh peningkatan penganggur muda
 
dengan pendidikan SMK dari sekitar 23 persen
(2014) menjadi 33 persen (2018) dan juga diploma
dan sarjana dari 4,4 persen (2014) menjadi 10
persen (2018).

Kondisi ini mencerminkan ada ketidakcocokan Grafik tren penurunan


antara keahlian (skill) tenaga kerja dengan pengangguran | Lokadata /Beritagar.id
kebutuhan pekerjaan di dunia usaha. Para lulusan
SMK dan perguruan tinggi masih harus melakoni
pelatihan oleh perusahaan saat masuk ke pasar
tenaga kerja.
Dalam Economic Survey yang dirilis tahun
lalu, OECD menyatakan mutu pendidikan di
Indonesia masih menjadi masalah. Hal ini
berkontribusi terhadap dunia informal karena
pekerja tidak memiliki keterampilan untuk
mendapat pekerjaan di sektor formal yang
bergaji lebih tinggi.
Hal Ini menggambarkan sektor-sektor
ekonomi yang memerlukan keahlian dan
keterampilan di Indonesia, khususnya sektor "Pemerintah harus fokus pada pengembangan
industri manufaktur tumbuh lambat sehingga keterampilan dengan memperbaiki pendidikan
daya serap bagi angkatan kerja terlatih dan kejuruan. Melibatkan para pemberi kerja dan
terdidik rendah. Di sisi lain, pekerja melakukan koordinasi nasional yang baik
berdasarkan pendidikan pun sebagian besar sangat penting dalam meraih keberhasilan,"
hanya lulusan SMP ke bawah. jelasnya dalam laporan yang dikutip Sabtu
(16/3)

"Ini juga menggambarkan daya saing dan


produktivitas yang rendah dalam Selain faktor-faktor tersebut, hal lain yang
perekonomian. Sebagian besar pekerja ini membuat penyerapan sektor informal lebih
menggantungkan hidup di sektor pertanian besar adalah ketatnya aturan ketenagakerjaan,
yang kontribusinya semakin kecil dalam termasuk mahalnya biaya pemutusan
pertumbuhan ekonomi," katanya. hubungan kerja, dan tingginya upah minimum.
Akibatnya penyerapan kerja di sektor formal
terbatas.
Deindustrialisasi menyumbat aliran angkatan
kerja untuk terserap di pasar tenaga kerja.
Akibatnya banyak lulusan berpendidikan "Penerapan aturan ketenagakerjaan yang lebih
menengah (SMU, SMK, dan universitas) tidak longgar dan penurunan upah minimum bagi
tertampung secara memadai seiring lambatnya kaum muda dapat diujicobakan di beberapa
pertumbuhan industri. kawasan ekonomi khusus, dan jika berhasil
dapat diperluas ke seluruh Indonesia," jelas
Christine.
Mutu pendidikan kurang baik
Isu rendahnya keterampilan tenaga kerja di
Indonesia turut disorot oleh The Organisation Kementerian Ketenagakerjaan perlu memiliki
for Economic Co-operation and Development daftar pekerjaan yang memerlukan
(OECD). Dalam laporannya, OEDC menyebut keterampilan tinggi dan sangat langka, seperti
70 persen pekerja Indonesia masih bekerja di yang dilakukan di beberapa negara OECD,
sektor informal. serta melonggarkan pembatasan untuk
merekrut pekerja asing untuk pekerjaan-
pekerjaan tersebut.
Head of the Indonesia Department Economics
OECD, Christine Lewis, mengatakan
pekerjaan informal cenderung dikaitkan
dengan upah yang lebih rendah, lingkungan
kerja yang lebih buruk, dan kesempatan
pelatihan yang lebih sedikit.

Lembaga multilateral berbasis di Paris,


Prancis, itu menilai capaian di bidang
pendidikan telah meningkat. Namun
kelangkaan keterampilan menghambat
pertumbuhan dan penghasilan.
 

Anda mungkin juga menyukai